• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bat ubara

Dalam dokumen BPPT Outlook Energi Indonesia 2010 (Halaman 139-154)

8. 1 Sumber Daya dan Cadangan

Cadangan maupun sumberdaya bat ubara di Indonesia cukup besar. Pada t ahun 2009, sumber daya at au bat ubara yang aspek ekonomisnya bel um diperhit ungkan di Indonesia mencapai 104, 76 mil iar t on (per 1 Januari 2009), yait u meningkat dengan pert umbuhan rat a-rat a hampir 6%/ t ahun dari dua t ahun sebel umnya yang hanya mencapai 93, 4 mil iar t on (CDIEMR, 2008, 2009). Berdasarkan l okasi, sumberdaya bat ubara Indonesia t ersebut t ersebar di wil ayah-wil ayah Sumat era, Kal imant an, Sul awesi, Jawa, Mal uku dan Papua, namun sumber daya bat ubara di wil ayah-wil ayah Mal uku, Sul awesi, Jawa, dan Papua, masing-masing hanya mencapai kurang dari 1% dari t ot al sumber daya. Sement ara it u sebagian besar dari sumberdaya t ersebut berada di Sumat era dan Kal imant an sepert i yang dit unj ukkan pada Gambar 8. 1.

Sumat era merupakan l okasi sumber daya bat ubara t erbesar di Indonesia, sumber daya bat ubara di Sumat era t ersebut sebagian besar berada di wil ayah Sumat era Sel at an, sedangkan sisanya dit emukan di Sumat era Barat , Riau, Bengkul u, Jambi dan Lampung. Berdasarkan t ingkat kepast ian keberadaan sumber daya, sumber daya bat ubara di Sumat era t erdiri at as sumberdaya hipot et ik (38%), disusul secara bert urut -t urut ol eh sumberdaya t ereka at au inf erred (27%), t erunj uk at au indicat ed (20%), dan t erukur at au measur ed (15%) (CDIEMR, 2009 dan Pet romindo, 2009).

0%

50%

50%

0% 0%

Total sumberdaya batubara 104.76 milyar ton 

per 1 Januari 2009 

Sumatera Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

Sumber: CDIEMR (2009)

Gambar 8. 1 Sumber daya bat ubara menurut wilayah (2009)

Kal imant an merupakan l okasi sumber daya bat ubara t erbesar kedua set el ah Sumat era. Sebagian besar dari sumber daya bat ubara di Kal imant an t erdiri at as sumber daya t ereka (34, 63%), disusul ol eh sumber daya t erukur (27, 92%),

sumber daya hipot et ik (27, 68%), sert a sumber daya t erunj uk (9, 77%) (CDIEMR, 2009). Sel ain di Sumat era dan Kal imant an, sumber daya bat ubara j uga t erdapat di Sul awesi, Papua, Jawa, dan Mal uku, namun ket ersediaan sumber daya bat ubara di pul au-pul au t ersebut kecil sekal i at au pangsanya kurang dari 1%. Sement ara it u cadangan bat ubara menurut wil ayah di Indonesia dit unj ukkan pada Gambar 8. 2.

61%

39%

Total cadangan batubara 18,78 milyar ton 

per 1 Januari 2009

Sumatera Kalimantan

Sumber: CDIEMR (2009)

Gambar 8. 2 Tot al cadangan bat ubara menurut wilayah (2009)

Sement ara it u cadangan bat ubara at au bat ubara yang dapat dit ambang di Indonesia pada 2009 mencapai 18, 78 mil iar t on at au sedikit meningkat dari cadangan bat ubara pada awal t ahun 2007 yang mencapai 18, 71 mil iar t on (CDIEMR, 2008). Sebagian besar at au sekit ar 61% dari cadangan t ersebut berl okasi di Kal imant an, sedangkan sisanya berl okasi di Sumat era (CDIEMR, 2009). Pada akhir t ahun 2007, kont rakt or bat ubara yang beroperasi dan memegang konsesi dari cadangan bat ubara di Kal imant an mencapai 5, 4 mil iar t on. Kont rakt or-kont rakt or besar yang beroperasi di Kal imant an ant ara l ain PT. Kal t im Prima yang menguasai cadangan pal ing besar, yait u 1, 4 mil iar t on; disusul ol eh PT. Arut min Indonesia, PT. Adaro Indonesia, dan PT. Kideco Jaya Agung yang masing-masing menguasai sat u mil iar t on dari cadangan bat ubara t ersebut (Pet romindo, 2009).

Cadangan bat ubara di Sumat era, sebagian besar l okasinya berada di Tanj ung Enim, Sumat era Sel at an. Cadangan t ersebut dikel ol a ol eh perusahaan pert ambangan mil ik negara (BUMN), yait u PT. Tambang Bat ubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan t ot al cadangan yang dapat dit ambang mencapai hampir 2 mil iar t on (Pet romindo, 2009). Unit penambangan bat ubara di Tanj ung Enim t ersebut t erdiri at as Tambang Air Laya, Tambang Muara Tiga Besar Ut ara, Tambang Muara Tiga Besar Sel at an, dan Tambang Banko Barat . Sel ain it u, PTBA j uga mengel ol a cadangan bat ubara di Ombil in, Sumat era Barat . Sement ara it u cadangan bat ubara l ainnya di Sumat era dikel ol a ol eh perusahaan l ainnya ant ara l ain PT. Nusa Riau Kencana Coal di Riau, dan PT. Bukit Bara Ut ama, PT. Bukit Sunur, dan PT. Danau Mashit am di Bengkul u.

Secara kual it as, cadangan bat ubara Indonesia umumnya mempunyai kandungan abu dan sul f ur yang rendah, namun mempunyai vol at il it as (vol at il e) dan kandungan air (moist ur e) yang rel at if t inggi. Di Indonesia, bat ubara dengan nil ai kal or l ebih dari 5. 300 kcal / kg umumnya dikl asif ikasikan sebagai bat ubara bit uminus, sedangkan bat ubara dengan nilai kalor ant ara 4. 100 sampai dengan 5. 300 kcal / kg dikl asif ikasikan sebagai bat ubara sub- bit uminus. Bat ubara bit uminus dan sub-bit uminus yang mempunyai nil ai kal or t inggi dari Indonesia biasanya diproduksi unt uk memenuhi pasar ekspor. Sement ara it u bat ubara sub-bit uminus Indonesia dengan nil ai kal or yang l ebih rendah sel ain dipergunakan unt uk memenuhi pasar domest ik, j uga dipergunakan unt uk memenuhi pasar ekspor. Selain it u, sebagian besar bat ubara l ow rank sub-bit uminus dari Indonesia masih dit erima di pasar ekspor karena sangat rendahnya kandungan sul f ur (Ewart and Vaughn, 2009). Bat ubara Indonesia diperkirakan banyak pul a diproduksi dari cadangan bat ubara l ignit rendah kal ori (l ow rank l ignit e) dan sub-bit uminus yang nilai kal ornya 3. 700 kcal / kg sampai 4. 200 kcal / kg. Meskipun bat ubara Indonesia yang l ow rank mempunyai kadar abu dan sul f ur (rat a-rat a kandungan sul f ur bat ubara Indonesia di bawah 1%) yang sangat rendah, namun t ot al kandungan airnya (moist ure cont ent) cukup t inggi, yait u l ebih besar dari 40% (Ewart and Vaughn, 2009). Meskipun demikian bat ubara Indonesia yang mempunyai kandungan air t inggi t ersebut , masih l aku diekspor unt uk dipergunakan sebagai campuran bat ubara. Sebagai cont oh, pengapalan bat ubara Indonesia ol eh PT. Adaro unt uk dicampur dengan bat ubara Amerika unt uk memenuhi st andar pol usi yang ket at di negara t ersebut (Pet romindo, 2009).

8. 2 Produksi, Konsumsi, Ekspor, dan Impor 8. 2. 1 Perkembangan

Bat ubara di Indonesia mempunyai peranan pent ing selain sebagai sumber energi unt uk memenuhi kebut uhan ener gi dalam negeri, j uga dipergunakan sebagai komodit as ekspor unt uk penghasil devisa negara. Bahkan sebagian besar dari produksi bat ubara Indonesia adal ah unt uk diekspor, sedangkan sisanya dipergunakan unt uk memenuhi kebut uhan dal am negeri, baik sebagai bahan bakar pembangkit l ist rik, maupun indust ri. Sumbangan bat ubara t erhadap penerimaan negara cukup besar dan semakin meningkat . Sebagai cont oh, penerimaan negara dari bat ubara dalam beberapa t ahun t erahir meningkat dengan pesat nya sampai lebih dari t iga kali lipat , yait u dari Rp 2, 57 t ril iun pada t ahun 2004 menj adi Rp 8, 7 t ril iun pada t ahun 2007 (Mirant i, 2008).

Namun sumbangan bat ubara unt uk memenuhi kebut uhan energi dal am negeri t erut ama unt uk bahan bakar pembangkit l ist rik dan indust ri j uga t idak kal ah pent ingnya. Peranan bat ubara sebagai sumber energi di dal am negeri diperkirakan akan semakin meningkat , seiring dengan semakin t erbat asnya cadangan minyak sebagai sumber energi ut ama. Sel ain it u, Indonesia j uga mengimpor bat ubara yang diperkirakan dal am bent uk kokas yang

penggunaannya di ant aranya unt uk pengecoran l ogam. Dari t ahun 2000 sampai 2008; produksi, konsumsi, maupun ekspor bat ubara Indonesia semakin meningkat dengan pert umbuhan rat a-rat a masing-masing di at as 13% sepert i digambarkan pada Gambar 8. 3.

0 50 100 150 200 250 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Ju ta   To n

Produksi Impor Konsumsi Ekspor

Sumber: Diolah dari St at ist ik Direkt or at Geologi dan Sumberdaya Mineral 2000-2007 dan CDIEMR (2009)

Gambar 8. 3 Perkembangan produksi, konsumsi, dan ekspor bat ubara Dari t ahun 2000 sampai dengan 2008, sebagian besar dari produksi bat ubara Indonesia adal ah unt uk diekspor, sedangkan sisanya dipergunakan unt uk memenuhi kebut uhan bat ubara dal am negeri, baik unt uk pembangkit l ist rik maupun indust ri. Lebih besarnya pangsa ekspor dari pada konsumsi domest ik dari bat ubara Indonesia t ersebut disebabkan oleh lebih kompet it if nya harga bat ubara ekspor. Ol eh karena it u, dal am rangka mencegah t erj adinya kel angkaan pasokan bat ubara dal am negeri dan unt uk menj aga ket ersediaan pasokan bat ubara dal am negeri, pemerint ah perl u l ebih mempert egas kebij akan DMO (Domest ic Market Obl igat ion) bagi produksi bat ubara, yait u kebij akan yang l ebih mengut amakan penyediaan bat ubara dal am negeri, dari pada bat ubara unt uk ekspor.

A. Produksi

Dal am periode del apan t ahun t erahir, produksi bat ubara Indonesia meningkat dengan pesat dengan pert umbuhan rat a-rat a sekit ar 15% per t ahun, sehingga produksi bat ubara meningkat dari sekit ar 77 j ut a t on pada t ahun 2000, meningkat l ebih dari t iga kal i l ipat menj adi di at as 220 j ut a t on pada t ahun 2008, sepert i dit unj ukkan pada Gambar 8. 3. Sebagian besar dari produksi bat ubara t ersebut adal ah unt uk memenuhi pasar ekspor, sedangkan sisanya dipergunakan unt uk memenuhi kebut uhan bat ubara dal am negeri. Pasar bat ubara saat ini sangat kondusif di Indonesia, hal t ersebut bukan saj a disebabkan oleh t ingginya permint aan bat ubara, namun disebabkan pula ol eh rel at if rendahnya biaya produksi karena bat ubara Indonesia diproduksi dengan met oda open pit mi ning (penambangan t erbuka) dan l okasi Indonesia yang

menyebabkan kompet it if nya rat a-rat a biaya pengangkut an bat ubara (Pet romindo, 2009).

Berdasarkan pengoperasian t ambang bat ubara yang l egal , Indonesia sekarang ini memproduksi bat ubara t hermal (st eam coal) dari lebih 40 t ambang yang berbeda di Kal imant an Timur, Kal imant an Sel at an, dan Sumat era. Kal imant an merupakan produsen bat ubara ekspor Indonesia t erbesar, karena sekit ar dua per t iga dari ekspor bat ubara t hermal Indonesia diproduksi dari sekit ar dua l usin t ambang di Kal imant an Timur dan sembil an t ambang di Kal imant an Sel at an. Sement ara it u pemenuhan pasar ekspor bat ubara dari t ambang bat ubara di Sumat era kurang dari 4% (Ewart and Vaughn, 2009).

Produksi bat ubara Indonesia t ersebut diusahakan ol eh perusahaan mil ik negara PT. Tambang Bat ubara Bukit Asam (PTBA), pemegang Kont rak Karya (KK) at au Kont rakt or Bat ubara, pemegang Kuasa Pert ambangan (KP), sert a Koperasi Unit Desa (KUD). Empat perusahaan besar produsen bat ubara mendominasi pasokan bat ubara ekspor dari Indonesia, secara t ot al pasokan bat ubara unt uk ekspor dari keempat perusahaan t ersebut mencapai lebih dari dua per t iga dari t ot al ekspor bat ubara t hermal dari Indonesia pada t ahun 2007. Keempat perusahaan produsen bat ubara t ersebut adal ah Bumi Resources (mengendal ikan dua anak perusahaannya, yait u PT. Arut min Indonesia dan PT. Kal t im Prima Coal ), Adaro Resources, Banpu, dan Kideco Jaya Agung yang masing-masing mengekspor bat ubara t hermal sebesar 48, 2 j ut a t on; 24, 4 j ut a t on; 17, 9 j ut a t on; dan 13, 5 j ut a t on dari t ot al ekspor bat ubara t hermal dari Indonesia sebesar 145, 5 j ut a t on (Ewart and Vaughn, 2009).

Produksi bat ubara Indonesia pada t ahun 2008 merupakan puncak dari produksi bat ubara sel ama del apan t ahun t erahir. Juml ah t ersebut di ant aranya merupakan impl ement asi dari rencana t ot al produksi bat ubara yang t el ah diset uj ui Indonesia t erhadap rencana pr oduksi bat ubara sebesar 147 j ut a t on dari enam perusahaan. Keenam perusahaan t ersebut adal ah Kal t im Prima Coal sebesar 46, 26 j ut a t on, PT. Adaro Indonesia sebesar 38 j ut a t on, PT. Kideco Jaya Agung sebesar 22 j ut a t on, PT. Arut min Indonesia sebesar 20, 3 j ut a t on, PT. Berau Coal sebesar 14, 13 j ut a t on, dan PT. Indominco Mandiri sebesar 11, 17 j ut a t on (Pet romindo, 2009).

B. Konsumsi

Dal am del apan t ahun t erahir, konsumsi bat ubara di Indonesia meningkat dengan pert umbuhan rat a-rat a l ebih 15% per t ahun, sehingga konsumsi bat ubara meningkat l ebih dari t iga kal i l ipat , yait u dari 22 j ut a t on pada t ahun 2000 menj adi sekit ar 75 j ut a t on pada t ahun 2008. Sebagian besar dari konsumsi bat ubara t ersebut diserap ol eh pembangkit l ist rik, sedangkan sisanya dipergunakan unt uk bahan bakar sekt or indust ri sepert i dit unj ukkan pada Gambar 8. 4. Sement ara it u konsumsi bat ubara unt uk pabrik briket bat ubara masih rel at if kecil . Pada t ahun 2008, meskipun pembangkit l ist rik masih mendominasi penggunaan bat ubara, namun pangsa penggunaannya pada t ahun t ersebut cenderung menur un. Hal t ersebut disebabkan lebih

pesat nya penggunaan bat ubara pada sekt or indust ri yang meliput i indust ri- indust ri semen & keramik, pulp & kert as, besi & baj a, sert a indust ri lainnya yang meliput i t ekst il dan makanan.

Indust ri semen merupakan konsumen bat ubara yang cukup besar, kebut uhan bat ubara pada indust ri semen pada t ahun 2008 mencapai sekit ar 6, 8 j ut a t on at au meningkat l ebih dari t iga kal inya dari t ahun 2000 yang hanya 2, 23 j ut a t on (CDIEMR, 2009). Sel ain indust ri semen, pengguna bat ubara l ainnya pada sekt or indust ri t ersebut adal ah indust ri-indust ri besi & baj a, pul p & kert as, dan lain-l ain meliput i pabrik-pabrik t ekst il, makanan, gent eng, bat a, dan manuf akt ur. Umumnya penggunaan bat ubara pada indust ri-indust ri t ersebut , sel ain unt uk sumber energi panas, j uga unt uk bahan bakar pembangkit l ist rik (capt ive power). Semakin meningkat nya penggunaan bat ubara pada pabrik- pabrik t ersebut diperkirakan disebabkan ol eh semakin meningkat nya harga minyak, dan t idak mencukupinya l ist rik dari PLN (Pet romindo, 2009).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Ju ta   To n

Total Konsumsi Industri Pembangkit Briket

Sumber: Diol ah dari CDIEMR, 2009

Gambar 8. 4 Pemanfaat an bat ubara menurut pemakai

Selain unt uk pembangkit list rik dan indust ri, bat ubara j uga dimanf aat kan dal am bent uk briket unt uk memenuhi kebut uhan energi pada sekt or rumah t angga sert a indust ri kecil dan menengah. Kebut uhan bat ubara unt uk pabrik briket t ersebut rel at if kecil , yait u berf l ukt uasi dari hampi 37 t on pada t ahun 2000 yang menurun sampai l ebih dari 22 t on pada t ahun 2004, kemudian meningkat l agi hingga mencapai 43 ribu t on pada t ahun 2008 (CDIEMR, 2009). Briket bat ubara sebagai sumber energi al t ernat if pada sekt or rumaht angga sert a indust ri kecil dan menengah di masa dat ang diperkirakan akan semakin kompet it if seiring dengan pengurangan minyak t anah bersubsidi unt uk sekt or rumaht angga. Namun secara pangsa, bat ubara unt uk briket masih t idak signif ikan bil a dibandingkan dengan bat ubara unt uk pembangkit l ist rik maupun indust ri.

Briket bat ubara t ersebut sel ain diproduksi ol eh perusahaan swast a, j uga ol eh PT Bukit Asam (Persero) TBk. (PTBA). PTBA memperoduksi briket bat ubara mel al ui Proyek Pengembangan Briket Bat ubara (P2B2) yang mempunyai unit produksi briket di Tanj ung Enim, Sumat era Sel at an; Lampung; dan Gresik, Jawa Timur. Pada t ahun 2008, j uml ah produksi bat ubara dari PTBA mencapai 19, 52 ribu t on at au hampir dua kal i l ipat dari produksi briket bat ubara dari perusahaan t ersebut t ahun 2007 yang mencapai 10, 88 ribu t on. Pada t ahun 2007, PTBA mel akukan pengurangan pr oduksi briket akibat menurunnya permint aan t erut ama ol eh segmen indust ri kecil dan menengah yang masih mendapat kan harga minyak t anah bersubsidi (PTBA, 2008).

C. Ekspor

Berdasarkan Gambar 8. 3, ekspor bat ubara Indonesia meningkat dengan pert umbuhan rat a-rat a hampir 14% per t ahun, sehingga ekspor t ersebut meningkat dari sekit ar 58 j ut a t on pada t ahun 2000 menj adi 160 j ut a t on pada t ahun 2008. Besarnya ekspor bat ubara t ersebut , menj adikan Indonesia sebagai sal ah sat u negara pemasok bat ubara t erbesar di dunia. Sebagian besar t uj uan ekspor bat ubara Indonesia adal ah negara-negara di Asia sepert i Jepang, Cina, Korea Sel at an, India, Mal aysia, Thail and, dan Fil ipina; sedangkan sisanya diekspor ke negara-negara Bel anda, Jerman, dan Inggris, sert a Amerika (CDIEMR, 2009 dan Mirant i, 2008).

Jepang merupakan t uj uan ekspor bat ubara Indonesia yang ut ama. Ekspor bat ubara Indonesia ke Jepang t ersebut diperkirakan akan meningkat t erus set el ah adanya perj anj ian kerj asama Economic Part nershi p Agr eement (EPA) yang memuat kerj asama unt uk meningkat kan permint aan bat ubara dari Indonesia ke Jepang. Perj anj ian t ersebut dil at ar bel akangi ol eh adanya pembat asan ekspor at au pasokan bat ubara Cina ke Jepang, karena Cina akan mempriorit askan penggunaan bat ubara unt uk kebut uhan pembangunan inf rast rukt ur dal am negerinya (Mirant i, 2008).

Pada t ahun 2007, Indonesia menj adi eksport ir bat ubara t hermal (st eam coal) t erbesar di dunia, yait u sekit ar 160 j ut a t on; diikut i ol eh ekspor bat ubara t hermal dari Aust ral ia sekit ar 115 j ut a t on; kemudian ekspor bat ubara t hermal Rusia sekit ar 72 j ut a t on; sert a ekspor bat ubara t hermal dari Af rika Sel at an dan Colombia masing-masing 66 j ut a t on dan hampir 65 j ut a t on. Sement ara it u Cina sebagai produsen bat ubara t erbesar dunia yang t ot al produksi bat ubaranya pada t ahun 2007 mencapai 2. 549 j ut a t on (WCI, 2008), ekspor bat ubara t hermal nya hanya mencapai sekit ar 45 j ut a t on (Ewart and Vaughn, 2009).

Semakin meningkat nya ekspor bat ubara Indonesia t ersebut menunj ukkan kemampuan indust ri bat ubara Indonesia unt uk memenuhi pesat nya pert umbuhan permint aan bat ubara t hermal di Asia yang dit unj ang ol eh keberadaan kapasit as t ransport dan pel abuhan yang memadai. Pert umbuhan permint aan import bat ubara t hermal di Asia diperkirakan akan meningkat t erus, namun t idak dapat sepenuhnya dipenuhi karena ket erbat asan pasokan pada beberapa negara pengekspor bat ubara (Pet romindo, 2009). Sement ara

it u t urunnya pangsa ekspor t erhadap produksi bat ubara dari t ahun 2007 sampai 2008 diperkirakan sel ain disebabkan ol eh semakin meningkat nya penggunaan bat ubara dal am negeri, karena semakin berkuranginya peranan minyak unt uk memenuhi kebut uhan energi nasional , j uga disebabkan ol eh adanya perat uran yang mempriorit askan penggunaan bat ubara unt uk dal am negeri mel al ui Perat uran Ment eri ESDM No. 34 t ahun 2009.

Diminat inya bat ubara Indonesia oleh negara-negara pengguna bat ubara sepert i Korea Sel at an, Taiwan, dan Jepang disebabkan bat ubara Indonesia baik sebagai bahan bakar pembangkit l ist rik, maupun indust ri dianggap sangat mengunt ungkan baik dari segi ekonomi maupun l ingkungan. Keunt ungan t ersebut disebabkan ol eh rendahnya emisi bahan pencemar sepert i abu dan sul f ur dal am bat ubara Indonesia, yang berakibat pada rendahnya l imbah produksi, sehingga dapat memangkas biaya pemel iharaan al at sert a pembuangan abu. Ol eh karena it u, negara-negara pengimpor bat ubara sepert i Korea Sel at an dan Taiwan sudah menget ahui keunt ungan-keunt ungan penggunaan bat ubara Indonesia, yait u dapat menghasil kan biaya rendah dal am produksi l ist rik maupun uap (Pet romindo, 2009).

D. Impor

Indonesia sel ain mengekspor, j uga masih mengimpor bat ubara. Impor bat ubara ke Indonesia rel at if sedikit at au kurang dari sat u j ut a t on dan cenderung menurun, yait u dari 0, 14 j ut a t on pada t ahun 2000 menj adi 0, 11 j ut a t on pada t ahun 2008 (CDIEMR, 2009). Bat ubara yang diimpor ke Indonesia t ersebut diperkirakan dal am bent uk kokas, yait u bat ubara yang sudah mengal ami proses karbonisasi. Kokas merupakan komodit as pent ing pada indust ri-indust ri pengecoran l ogam, t imah, dan al umunium. Fungsi kokas pada indust ri-indust ri t ersebut sel ain unt uk meningkat kan kandungan karbon dal am besi dan sebagai bahan bakar, j uga sebagai bahan pereduksi dan penyangga beban.

Sebagian besar at au l ebih dari 90% dari pemenuhan kokas dal am negeri Indonesia diperol eh dari kokas impor, sepert i Jepang, Cina, dan Taiwan.

Dalam dokumen BPPT Outlook Energi Indonesia 2010 (Halaman 139-154)