• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebut uhan dan Penyediaan Energi

Dalam dokumen BPPT Outlook Energi Indonesia 2010 (Halaman 62-88)

KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN ENERGI

5. 1 Kebutuhan Energi 5. 1. 1 Kondisi Saat Ini

Kebut uhan energi di set iap sekt or pengguna energi dapat dit ent ukan dengan dua pendekat an yait u energi t ermanf aat kan (usef ul) dan energi f inal . Pendekat an energi t ermanf aat kan memperhit ungkan energi yang dibut uhkan unt uk melakukan suat u akt ivit as, misalnya j uml ah kal or (bukan j uml ah bahan bakar) yang dibut uhkan unt uk memasak at au int ensit as cahaya yang dibut uhkan dalam penerangan. Dengan mengkaj i kebut uhan energi t ermanf aat kan, f okus t erlet ak pada t ot al kebut uhan energi, sehingga t erbuka peluang unt uk kompet isi pemakaian bahan bakar dalam memenuhi t ot al kebut uhan energi t ersebut . Namun dat a penggunaan energi t ermanf aat kan sangat sulit unt uk diperoleh, sehingga perhit ungan energi ini sering didekat i dengan kebut uhan bahan bakar yang dikait kan dengan ef isiensi t eknologi al at . Sedangkan energi f inal merupakan energi akhir dalam bent uk penggunaan bahan bakar yang digunakan unt uk memenuhi kebut uhan t ermanf aat kan. Dalam sekt or pengguna energi, energi f inal didef inisikan dalam bent uk banyaknya pemakaian BBM, gas alam, bat ubara dan bahan bakar lainnya. Energi f inal adalah energi yang dipakai oleh peralat an pemakai energi (demand devices).

Penerapan kedua pendekat an ini dalam proyeksi kebut uhan energi bergant ung pada peluang subst it usi bahan bakar di set iap j enis t eknologi. Cont ohnya pada sekt or indust ri, t eknologi boil er yang ada memungkinkan adanya persaingan bahan bakar, sehingga pendekat an yang digunakan adalah pendekat an energi t ermanf aat kan. Sebal iknya pada t eknologi penerangan, list rik merupakan sat u-sat unya energi yang digunakan sehingga digunakan pendekat an energi f inal. Fokus kaj ian energi f inal dit uj ukan pada penggunaan bahan bakar, maka t idak t erbuka peluang unt uk subst it usi dan persaingan.

Tabel 5. 1 menunj ukkan dat a konsumsi t ot al bahan bakar per sekt or dari t ahun 2000-2008. Dari Tabel 5. 1 t ersebut dapat dilihat bahwa kebut uhan energi unt uk sekt or indust ri mendominasi kebut uhan energi f inal t ot al, dengan pangsa sekit ar 43 – 50% t erhadap kebut uhan energi f inal t ot al . Kebut uhannya t erus meningkat dengan laj u pert umbuhan 3, 7% per t ahun. Lain halnya dengan sekt or rumah t angga, dari t ahun 2000–2004 kebut uhan energinya t erus meningkat , akan t et api dari t ahun 2005 sampai t ahun 2008 kebut uhannya menurun. Hal ini disebabkan karena sekt or rumah t angga sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang t erkait erat dengan naik t urunnya harga minyak dunia.

Tabel 5. 1 Kebutuhan energi final per sekt or t ahun 2000–2008 Jut a SBM Sekt or 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indust ri 278, 9 275, 0 271, 0 300, 1 288, 0 287, 4 304, 1 325, 6 374, 3 Rumah Tangga 296, 6 301, 3 303, 0 309, 0 314, 1 313, 8 312, 7 319, 3 316, 8 Komersial 20, 7 21, 5 21, 8 22, 4 25, 4 26, 2 26, 2 27, 9 29, 0 Transport asi 139, 2 148, 3 151, 5 156, 2 178, 4 178, 5 170, 1 179, 1 191, 3 Lainnya 29, 2 30, 6 30, 0 28, 4 31, 7 29, 1 25, 9 24, 9 24, 8 Tot al 764, 6 776, 7 777, 3 816, 1 837, 6 83, 05 839, 0 876, 8 936, 2 Sumber: CDIEMR (2009)

Sama halnya dengan sekt or indust ri, sekt or komersial dan sekt or t ransport asi t erus meningkat dengan laj u pert umbuhan 4, 3% per t ahun dan 4, 1% per t ahun. Meskipun harga minyak dunia berf lukt uasi, namun kedua sekt or ini t erus meningkat karena sekt or t ransport asi merupakan sekt or pendukung semua akt ivit as sekt or pengguna energi lainnya. Sekt or komersial akan t erus berkembang karena akt ivit asnya meningkat kan devisa negara. Fl ukt uasi harga minyak cukup mempengaruhi pemakaian BBM pada sekt or ini. Sel ama kurun wakt u 8 t ahun, t ot al pemanf aat an energi pada sekt or lainnya menurun dengan laj u penurunan 2% per t ahun.

Kebut uhan energi usef ul pada t ahun dasar dihit ung dari dat a konsumsi energi f inal 2007, yang kemudian diproyeksikan dengan pendekat an pert umbuhan ekonomi dan penduduk sert a pergerakan harga minyak ment ah dengan mempert imbangkan perubahan-perubahan f akt or-f akt or sosial, ekonomi, dan t eknologi yang dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat . Dalam buku ini dilakukan kaj ian mengenai 4 kasus kebut uhan energi (demand) dengan pembahasan Produk Domest ik Brut o (PDB) rendah dan PDB t inggi dengan variasi harga minyak. Selanj ut nya kasus R60 merupakan kasus kebut uhan energi dengan PDB rendah 5, 5% pada harga minyak 60 $/ barel , selanj ut nya disebut dengan kasus dasar. Kasus T60 yait u kasus dengan PDB t inggi 7% pada harga minyak 60 $/ barel . Kasus R90 yait u kasus kebut uhan energi dengan PDB rendah 5, 5% pada harga minyak 90 $/ barel. Kasus T90 yait u kasus dengan PDB t inggi 7% pada harga minyak 90 $/ barel.

5. 1. 2 Kebut uhan Energi Tot al A. Energi useful

Dari hasil analisis model kebut uhan energi, unt uk set iap kasus yang digunakan diperol eh kebut uhan energi t ermanf aat kan yang berbeda. Pada t ahun 2007 kebut uhan energi t ermanf aat kan adal ah sebesar 356, 7 j ut a SBM. Dengan adanya beberapa kondisi perkembangan harga minyak dan PDB, energi usef ul diproyeksikan berkembang sesuai dengan kasus yang diberikan. Hingga t ahun 2030, unt uk kasus R60 proyeksi kebut uhan energi usef ul meningkat dengan laj u pert umbuhan 4, 1% per t ahun hingga mencapai 1. 162, 6 j ut a SBM. Unt uk kasus R90, laj u pert umbuhannya sebesar 3, 7% per t ahun. Kasus T60 mempunyai laj u pert umbuhan sebesar 5, 3% per t ahun dan kasus T90 dengan laj u pert umbuhan sebesar 4, 8% per t ahun. Kebut uhan energi t ermanf aat kan (usef ul) unt uk semua kasus dit unj ukkan pada Gambar 5. 1.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 0 2 4 2 0 2 5 2 0 2 6 2 0 2 7 2 0 2 8 2 0 2 9 2 0 3 0 J u ta S B M R60 R90 T60 T90

Gambar 5. 1 Prakiraan kebut uhan energi useful t ot al (set iap kasus) Jika dit inj au dari pert umbuhan energi t ermanf aat kan per kasus, dapat diket ahui perubahan l aj u pert umbuhan PDB dari 5, 5% menj adi 7% memberikan kenaikan pert umbuhan energi t ermanf aat kan sebesar 1%. Sedangkan perubahan harga minyak dari 60 $/ barel menj adi 90 $/ barel akan menurunkan pert umbuhan energi t ermanf aat kan sebesar 0, 5%. Hal ini menunj ukkan perubahan pert umbuhan PDB lebih berpengaruh kepada perkembangan pemakaian energi t ermanf aat kan, dan harga minyak yang t inggi akan menurunkan penggunaan energi t ermanf aat kan. Hal ini t erj adi karena kedua paramet er ekonomi ini sangat mempengaruhi daya guna energi sert a gaya hidup pengguna energi di berbagai sekt or. Jika dit inj au dari sekt or pengguna energi, sekt or indust ri merupakan sekt or t erbesar yang mendominasi penggunaan energi.

Pada kasus dasar (R60) dalam kurun wakt u 2007–2030, pert umbuhan sekt or indust ri t ermasuk pemakaian bahan baku (f eedst ock) mencapai rat a-rat a 4, 7% per t ahun. Demikan j uga dengan pert umbuhan pada sekt or komersial, dengan laj u pert umbuhan 5, 5% per t ahun. Sekt or lainnya yang mencakup sekt or pert anian, konst ruksi dan pert ambangan diperkirakan t umbuh dengan laj u pert umbuhan t ert inggi yait u sebesar 6, 2% per t ahun. Dalam hal ini sekt or lainnya dit erapkan dalam penggunaan energi f inal mengingat t eknol ogi penggunaannya yang cukup bervariasi. Sekt or pengguna energi lainnya t umbuh lebih rendah dari sekt or indust ri. Pert umbuhan energi t ermanf aat kan bert urut -t urut unt uk sekt or t ransport asi dan rumah t angga adalah sebesar 3, 5%, dan 2, 1%. Kecilnya pert umbuhan pemakaian energi di sekt or rumah t angga t erj adi karena sekt or rumah t angga sangat dipengaruhi oleh pert umbuhan penduduk. Sesuai dengan kecilnya pert umbuhan penduduk, yait u sebesar 1, 36% per t ahun menyebabkan rendahnya pert umbuhan pemanf aat an energi pada sekt or ini.

0 200 400 600 800 1000 1200 2007 2010 2015 2020 2025 2030 Ju ta   SB M

Industri Komersial Lainnya Rumah Tangga Transportasi Gambar 5. 2 Prakiraan kebut uhan energi useful per sektor (kasus dasar) B. Energi final

Sepert i t el ah dij elaskan diat as kebut uhan energi f inal merupakan energi akhir dalam bent uk penggunaan bahan bakar yang digunakan unt uk memenuhi kebut uhan energi t ermanf aat kan (usef ul). Set iap sekt or pengguna energi menggunakan berbagai j enis t eknologi yang berbeda, menghasil kan f lukt uasi pemakaian bahan bakar pada set iap sekt or.

0 500 1000 1500 2000 2500 2007 2010 2015 2020 2025 2030 Ju ta   SB M

Industri Komersial Lainnya Rumah Tangga Transportasi Proyeksi

Historikal

Gambar 5. 3 Prakiraan kebut uhan energi final per sektor (kasus dasar) Jika penggunaan energi f inal dit inj au menurut sekt oral unt uk kasus dasar R60, laj u pert umbuhan peningkat an penggunaan energi f inal lebih rendah dibandingkan dengan laj u pert umbuhan energi usef ul. Hal ini t erkait dengan ef isiensi dari peralat an yang digunakan. Flukt uasi penggunaan energi f inal pada sekt or rumah t angga t erj adi peningkat an cukup t aj am pada t ahun 2011 disebabkan oleh percepat an pemakaian LPG unt uk kegiat an memasak.

Perkembangan pemanf aat an energi f inal sekt oral mengikut i perkembangan kebut uhan energi t ermanf aat kan. Dengan mempert imbangkan f akt or ef isiensi set iap peralat an yang digunakan pada sekor pengguna sert a t ersedianya pasokan energi, menghasilkan pemakaian energi f inal sepert i yang dit unj ukkan pada Gambar 5. 3. Selama kurun wakt u 21 t ahun (2009–2030) pemakaian energi sekt or indust ri berkembang dengan laj u pert umbuhan 4, 6% per t ahun. Unt uk sekt or t ransport asi, rumah t angga, komersial dan lainnya bert urut -t urut berkembang dengan laj u pert umbuhan 3, 6%, 2, 2%, 5, 4% dan 6, 2%.

Unt uk meninj au pemanf aat an energi f inal per j enis bahan bakar, perl u diket ahui t eknologi yang digunakan pada masing-masing sekt or pengguna energi. Teknologi pada sekt or indust ri lebih banyak memanf aat kan bahan bakar gas, bat ubara dan bahan bakar minyak (BBM), sedangkan sekt or t ransport asi didominasi oleh bahan bakar minyak. Sebagai penggerak ekonomi, sekt or indust ri merupakan pemakai energi f inal t erbesar. Unt uk sekt or rumah t angga dan komersial sesuai dengan t eknologi yang digunakan, lebih banyak memanf aat kan l ist rik. Unt uk sekt or lainnya lebih banyak menggunakan bahan bakar minyak. Pada t ahun 2009, t ot al pemanf aat an energi f inal adalah sebesar 1. 050, 1 j ut a SBM dan meningkat dengan laj u pert umbuhan sebesar 3, 6% menj adi 2. 204 j ut a SBM. Kebut uhan energi f inal menurut pemanf aat an bahan bakar dit unj ukkan pada Gambar 5. 4.

Gambar 5. 4 Prakiraan t ot al kebut uhan energi final per j enis bahan bakar unt uk kasus dasar

Pada kasus dasar di t ahun 2007, pemakaian biomasa mendominasi pemanf aat an bahan bakar yait u sebesar 30% t erhadap t ot al energi f inal , kemudian diikut i oleh pemakaian bat ubara, gas bumi, bensin, dan diesel. Sement ara it u list rik di berbagai sekt or mempunyai pangsa hanya 8%. Demikian j uga komposisi pemakaian bahan bakar pada t ahun 2010, masih didominasi biomasa, bat ubara dan gas bumi. Pangsa pemakaian BBM t erut ama

diesel dan bensin mul ai menurun. Sedangkan LPG meningkat akibat program percepat an pemakaian LPG pada t ahun 2010 meningkat menj adi 4% t erhadap pemanf aat an energi f inal.

Gambar 5. 5 Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar (kasus dasar)

Selanj ut nya pada t ahun 2030 diperkirakan akan t erj adi beberapa perubahan pemanf aat an bahan bakar. Mengingat sumber dayanya yang cukup besar, bat ubara akan menj adi komodit as energi yang paling dominan yait u sebesar 27%, disusul dengan biomasa sebesar 17%. Sesuai dengan kemampuan produksi dari lapangan gas yang ada di Indonesia pemakaian gas bumi menurun menj adi sekit ar 5%. Akibat perubahan gaya hidup masyarakat diperkirakan pemakaian list rik akan meningkat menj adi 17%. Pemakaian diesel sedikit meningkat menj adi 14%, t et api pemakaian bensin menurun cukup t aj am hingga 7%. Kebut uhannya mulai digant ikan oleh bahan bakar nabat i (BBN) yait u biodiesel dan bioet anol sebesar 2% dan 1% t erhadap pemanf aat an energi f inal.

C. Peluang konservasi energi

Dalam kasus dasar diasumsikan bahwa seluruh t eknol ogi yang digunakan saat ini akan digunakan hingga akhir periode, yakni t ahun 2030. Selanj ut nya pada kasus dasar dipert imbangkan peluang konservasi energi pada sekt or end-use demand melalui berbagai upaya diant aranya dengan upaya manaj emen energi. Peluang konservasi dilakukan dengan melakukan peningkat an ef isiensi peralat an, menggant i t eknologi yang lebih ef isien dan pengat uran pengoperasian pemakaian energi sert a perawat an t erhadap peralat an yang digunakan (operat ion and maint enance). Peluang konservasi yang dilakukan berbeda unt uk masing-masing sekt or pengguna energi, yang paling besar peluangnya adalah pada sekt or komersial dan rumah t angga, dan yang t erkecil adalah pada sekt or lainnya. Hal ini t erj adi karena pada sekt or rumah t angga dan komersial berhubungan langsung dengan pemakai energi (konsumen) yang dapat mengurangi penggunaan energi secara langsung. Pada sekt or indust ri dan t ransport asi berhubungan dengan peralat an dimana konservasi yang dibuat pel uangnya cukup t erbat as. Dalam sekt or lainnya, t eknologi yang digunakan t erkait dengan produk akhi r dengan menggunakan j enis peral at an t ert ent u. Oleh karena it u pel uang konservasi yang dilakukan pada sekt or

lainnya menj adi t erbat as dengan t idak mengurangi produk yang dihasil kan oleh sekt or pert anian, pert ambangan dan konst ruksi. Besarnya penambahan ef isiensi melalui peningkat an ef isiensi alat dan konservasi energi pada sekt or pengguna energi dit unj ukkan pada Tabel 5. 2.

Tabel 5. 2 Penambahan efisiensi melalui konservasi energi periode 2007-2030 Konservasi Energi Sekt or % Pert anian 10 Komersial 10 – 20 Indust ri 10 – 15 Rumah Tangga 10 - 20 Transport asi 10 - 15

Apabila f akt or konservasi dipert imbangkan dalam perhit ungan t ot al kebut uhan energi pada kasus dasar (R60), maka peningkat an ef isiensi mengakibat kan penurunan t ot al kebut uhan energi. Fakt or konservasi yang berbeda unt uk set iap sekt or pengguna energi menyebabkan penurunan laj u pert umbuhan t ot al kebut uhan energi f inal menj adi 3, 9% per t ahun. Akibat nya pada t ahun 2030 t ot al kebut uhan energi dengan mempert imbangkan f akt or konservasi adal ah sebesar 1. 925, 1 j ut a SBM at au t urun sebesar 12, 7% t erhadap t ot al kebut uhan energi t ahun 2030 pada kasus dasar (R60). Gambar 5. 6 menunj ukkan perbandingan t ot al kebut uhan energi f inal pada kasus dasar dengan kasus konservasi.

Gambar 5. 6 Perbandingan prakiraan t ot al kebut uhan energi final unt uk kasus dasar dengan kasus konservasi

D. Prakiraan kebut uhan energi final unt uk set iap kasus

Pada umumnya pada harga minyak yang sama dengan kenaikan l aj u pert umbuhan PDB akan mendorong peningkat an pemanf aat an energi dalam negeri. Hal ini menunj ukkan bahwa pert umbuhan perekonomian memacu peningkat an akt ivit as perekonomian yang menyebabkan pemakaian energi yang lebih banyak. Selanj ut nya sesuai dengan asas perekonomian, kenaikan harga minyak ment ah pada pert umbuhan PDB yang sama akan mendorong pengurangan pemakaian energi. Hal ini menunj ukkan bahwa harga energi yang mahal akan mendorong konsumen dalam menghemat pemakaian energi.

Tot al pemanf aat an energi f inal unt uk set iap kasus sepert i yang dit unj ukkan pada Gambar 5. 7. Sepert i t elah disebut kan diat as, bahwa t ahun proyeksi mulai diperhit ungkan t ahun 2009. Pada kasus dasar (R60) di t ahun 2009, energi f inal yang digunakan adalah sebesar 1. 050, 1 j ut a SBM, kemudian berkembang dengan l aj u pert umbuhan 3, 6% per t ahun sehingga pada akhir st udi menj adi 2. 204 j ut a SBM. Unt uk kasus R90, T60, dan T90, energi f inal berkembang dengan masing-masing laj u pert umbuhan sebesar 3, 1%, 4, 7% dan 4, 2% per t ahun. Maka pada t ahun 2030 masing-masing kasus diperkirakan akan memanf aat kan energi f inal sebesar 2. 011, 8 j ut a SBM, 2. 654, 6 j ut a SBM dan 2. 388, 1 j ut a SBM. 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 0 2 4 2 0 2 5 2 0 2 6 2 0 2 7 2 0 2 8 2 0 2 9 2 0 3 0 Ju ta   SB M R60 R90 T60 T90

Gambar 5. 7 Prakiraan kebut uhan energi final t ot al (set iap kasus) Pada t ahun 2030 komposisi penggunaan bahan bakar didominasi oleh bat ubara dengan pangsa t ert inggi pada kasus T60, yait u sebesar 28, 7% at au sebesar 781, 7 j ut a SBM (195, 4 j ut a t on). Selanj ut nya t ot al pemanf aat an BBM yang t erdiri ADO, avt ur/ avgas, bensin, minyak bakar dan minyak t anah mempunyai pangsa 27, 6% at au 754 j ut a SBM. Kemudi an diikut i ol eh biomasa dan l ist rik. Pemakaian gas cukup bervariasi pada set iap kasus, pangsanya pada kasus dasar sebesar 5, 3% (sebesar 121, 8 j ut a SBM) menurun menj adi 4, 8% pada kasus T90. Pada kasus T60 pangsanya t et ap 5, 3%, meskipun demikian j umlah pemanf aat an gas t erbesar adalah pada kasus T60 yait u sebesar 142, 4 j ut a SBM

(821, 5 BCF). Pangsa pemakaian list rik adalah berkisar 16, 6% hingga 18, 2% t erhadap t ot al pemanf aat an energi. Kasus T60 merupakan kondisi dengan j umlah pemanf aat an energi t erbesar dibandingkan dengan kasus lainnya.

  0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% T90 T60 R90 R60 2 0 3 0

2030 

ADO/IDO Avtur/Avgas Bensin M. Bakar M. Tanah Biodiesel Bioetanol Batubara Gas LPG Listrik Biomasa

Juta SBM        R60  R90  T60  T90 

TOTAL      2203.9      2011.84      2654.61      2388.08 

Gambar 5. 8 Pangsa kebutuhan energi final t ahun 2030 unt uk set iap kasus 5. 1. 3 Kebut uhan Energi Final Sekt or Indust ri

Meskipun harga minyak dari t ahun 2000 sampai dengan 2008 berf lukt uasi, namun menurut dat a hist orikal konsumsi energi f inal sekt or indust ri t ahun 2000 – 2008 meningkat dengan laj u pert umbuhan 3, 7%. Hal ini t erj adi karena sekt or indust ri merupakan sekt or penggerak ekonomi. Kebut uhan energi pada t ahun 2007 dij adikan dasar perhit ungan unt uk melakukan proyeksi pemanf aat an energi pada sekt or indust ri hingga t ahun 2030.

Tabel 5. 3 Kebutuhan energi final sektor industri

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jut a SBM 278, 9 275, 0 271, 0 300, 1 288, 0 287, 4 304, 1 325, 6 374, 3

Sumber: CDIEMR (2009)

Unt uk memproyeksikan pemanf aat an energi f inal pada sekt or indust ri, perlu diket ahui t eknologi yang digunakan unt uk menget ahui j enis pemanf aat an bahan bakar. Pada sekt or indust ri, set iap t eknologi yang digunakan memiliki kemampuan produksi yang berbeda dan j uga dit ent ukan dari bahan bakar yang dugunakan. Teknol ogi boil er (ket el uap) yang digunakan pada sekt or indust ri menggunakan berbagai j enis bahan bakar, demikian j uga dengan t eknologi t ungku (f urnace). Teknologi boil er berbahan bakar minyak rat a-rat a mempunyai ef isiensi peralat an sebesar 70%. Boil er berbahan bakar bat ubara, gas dan LPG mempunyai ef isiensi lebih rendah. Demikian j uga dengan boil er berbahan bakar biomasa, ef isiensinya hanya 30%. Boil er dengan t enaga list rik mempunyai ef isiensi t ert inggi yait u sebesar 80%. Teknologi t ungku (f urnace) yang memanf aat kan panas secara langsung mempunyai ef isiensi lebih rendah dari boil er.

Dengan memperhit ungkan nilai ef isiensi dari set iap peralat an sert a pert imbangan pemakaian t eknol ogi dari set iap j enis indust ri, maka prakiraan pemakaian energi f inal dapat diproyeksikan. Dengan kondisi cadangan penyediaan bat ubara dan gas al am saat ini, maka diperkirakan bat ubara akan mendominasi pemakaian energi f inal. Pada kasus dasar, selama periode 21 t ahun pemanf aat an energi f inal pada sekt or indust ri meningkat dengan l aj u pert umbuhan sebesar 4, 3% per t ahun sehingga pada t ahun 2030 diperkirakan meningkat menj adi 1. 093, 3 j ut a SBM. Sekt or indust ri mempunyai peranan pent ing dalam meningkat kan produk domest ik brut o (PDB). Sehingga pemanf aat an energi f inal pada sekt or ini sangat mempengaruhi t ot al pemanf aat an energi f inal.

Gambar 5. 9 Prakiraan kebut uhan energi final sektor industri (kasus dasar) Pada t ahun 2007, gas bumi dan bat ubara memegang peranan pent ing yait u dengan pangsa sebesar 36% dan 37% t erhadap pemanf aat an energi f inal pada sekt or indust ri. Hal ini t erj adi karena penyediaan bat ubara dan gas bumi melebihi penyediaan minyak bumi. Kemudian sesuai dengan kemampuan produksi gas (gas del ivery) nasional sert a kont rak kebut uhan gas pada sekt or indust ri t erut ama pada indust ri pupuk, maka pemanf aat an gas meningkat dari t ahun 2007 hingga 2016 meningkat dengan laj u pert umbuhan 5, 7% per t ahun, kemudian dari t ahun 2016 hingga t ahun 2030 menurun dengan l aj u penurunan 3, 7%. Proyeksi mulai diperhit ungkan pada t ahun 2009 dimana bat ubara meningkat dengan laj u pert umbuhan cukup t aj am yait u 5, 9% per t ahun dan diperkirakan pada t ahun 2030 menj adi 590 j ut a SBM (147, 5 j ut a t on).

Pemakaian list rik meningkat t aj am dengan laj u pert umbuhan 9, 4% per t ahun, demikian j uga dengan LPG yang meningkat dengan laj u pert umbuhan 10, 7%. Pada sekt or ini peranan BBM t idak t erlalu besar, meskipun meningkat dengan laj u pert umbuhan 5, 5% per t ahun, pada t ahun 2030 peranan BBM hanya 111, 7 j ut a SBM. Dengan adanya mandat ori BBN maka pemakaian bahan bakar t ersebut j uga mulai dipert imbangkan pada sekt or ini. Pemakaiannya meningkat t inggi dengan laj u pert umbuhan 12, 1% per t ahun sel ama kurun wakt u 21 t ahun.

  325,56 Juta SBM 486,05 Juta SBM 1.093,35 Juta SBM

Gambar 5. 10 Pangsa kebut uhan energi final per j enis bahan bakar di sekt or

Dalam dokumen BPPT Outlook Energi Indonesia 2010 (Halaman 62-88)

Dokumen terkait