• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

G. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang muncul dalam judul penelitian ini didefinisikan sebagai berikut :

1. Konsentrasi Belajar merupakan pemusatan pikiran dan perhatian pada suatu objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari.

2. Siswa Kelas Khusus Olahraga adalah kelas untuk peserta didik yang memiliki potensi istimewa olahraga dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

3. Bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan dari guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar dari dan atau dapat mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

Hal ini megandung arti bahwa para guru-guru pembimbing berupaya untuk menfasilitasi agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya

dan sampai ada tujuan yang diharapkan.

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini diuraikan hakikat bimbingan belajar, konsentrasi belajar, hakikat siswa usia remaja sebagai peserta didik SMP, hakikat kelas khusus olahraga dan bimbingan belajar.

A. Hakikat Konsentrasi Belajar

1. Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi atau concentrate menurut kata kerja berarti memusatkan, sedangkan dalam kata bentuk benda concentration artinya pemusatan. Konsentrasi itu sendiri berarti pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran, Slameto (2010) dalam Cahya (2014).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.

Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar ataupun proses memperolehnya. Bila seorang siswa sering merasa tidak bisa berkonsentrasi di dalam belajar, sangatlah bisa jadi dia tidak bisa merasakan nikmat dari proses belajar yang dikerjakannya. Seperti yang dikatakan Hakim (2003), bahwa sulitnya berkonsentrasi mungkin

9

dapat terjadi karena seseorang mempelajari pelajaran yang tidak disukai, pelajaran yang dirasakan sulit, pelajaran dari guru yang tidak disukai, atau suasana tempat belajar yang ia pakai tidak menyenangkan.

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya kepada materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan mengesampingkan semua hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan tersebut. Bila seseorang tidak bisa berkonsentrasi, proses tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga kemungkinan besar tidak dapat menyerap, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dengan baik Olivia (2010). Hal ini sejalan dengan Supriyo (2008) menyatakan konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Sependapat dengan Supriyo, Hakim (2005) mendefinisikan konsentrasi sebagai suatu proses terfokusnya perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang dalam usahanya untuk memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap aktivitas belajar dengan mengesampingkan semua hal-hal yang tidak berkaitan.

10 2. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar

Tabrani (1989) dalam Rahmawati (2014), mengatakan bahwa perilaku belajar seperti perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotorik dapat digunakan untuk mengidentifikasikan ciri-ciri perilaku seseorang dalam berkonsentrasi. Berikut akan dijelaskan satu persatu dari perilaku belajar tersebut:

a. Perilaku kognitif

Perilaku kognitif merupakan perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan, informasi, dan kecakapan intelektual.

Perilaku kognitif yang ditunjukkan oleh individu yang memiliki konsentrasi belajar antara lain memiliki kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul apabila diperlukan, mampu menafsirkan informasi secara jelas artinya individu dapat memahami setiap materi yang disampaikan, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, seperti individu dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan yang ada, dan mampu menganalisis maupun sintesis atas pengetahuan yang diperoleh dengan adanya kesiapan pengetahuan yang dapat hadir bila diperlukan.

b. Perilaku afektif

Perilaku afektif berkaitan dengan perilaku berupa sikap,

11

nilai dan apersepsi. Pada perilaku ini, individu yang memiliki konsentrasi dalam belajar dapat ditengarai (ditandai) adanya penerimaan, yaitu dengan memberikan perhatian pada objek yang dipelajari, respons, yaitu memberikan tanggapan atau keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, dan mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.

c. Perilaku psikomotorik

Perilaku psikomotorik adalah perilaku yang berhubungan dengan kelincahan motorik individu yang ditunjukkan oleh gerakan anggota badan yang tepat atau, komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan- gerakan yang penuh arti.

Selain komunikasi non verbal perilaku psikomotor yang menunjukkan adanya konsentrasi adalah perilaku berbahasa, pada perilaku ini, individu yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar

Dari pendapat yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi dalam belajar berkaitan dengan perilaku yang meliputi perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotorik. Jadi ciri-ciri belajar ini klarifikasi agar dapat

12

digunakan untuk mengetahui aspek-aspek siswa yang dapat berkonsentrasi melalui perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai mengungkap konsentrasi belajar siswa kelas khusus olahraga.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Faktor-Faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar menurut Tonie Nase dalam Ningsih (2014) konsentrasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti di bawah ini:

a. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi, siswa akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika siswa dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, siswa mampu menggunakan kemampuan siswa pada saat dan suasana yang tepat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.

b. Suara

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar di tempat ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar di tempat yang tenang tanpa suara, atau ada

13

juga yang dapat belajar di tempat dalam keadaan apapun.

c. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang belajar di tempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan maupun bangunan.

d. Temperatur

Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar di tempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga senang belajar di tempat dingin maupun hangat.

e. Desain Belajar

Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar, misalnya terdapat seseorang yang senang belajar di tempat santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di

14

karpet. Cara mendesain media dan sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita lebih dapat berkonsentrasi.

f. Modalitas Belajar

Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula.

Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa, maka kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam mengikuti setiap proses pembelajaran.

Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa, misalnya dengan cara meningkatkan gelombang alfa agar setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan baik (Deporter,dkk dalam Susanto, 2006), kemudian dapat juga dengan mengatur posisi tubuh pada saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri.

g. Pergaulan

Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran, perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi

15

konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku siswa.

h. Psikologi

Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan mempengaruhi keadaan psikologis siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun.

Selain itu Nugroho (2007) juga mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan gangguan konsentrasi dalam belajar yaitu :

a. Tidak memiliki motivasi diri :

Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada siswa yang membutuhkan rangsangan seperti hadiah yang baik dari orang tua ketika mereka berprestasi. Namun orangtua juga harus hati-hati dalam memberikan rangsangan berupa hadiah agar anak

16

tetap mau belajar meskipun tidak diberikan hadiah.

b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif :

Suasana yang ramai dan bising tentu saja dapat mengganggu siswa yang ingin belajar dalam situasi yang tenang. Namun, ada juga tipe siswa yang dapat belajar dengan mendengarkan musik.

c. Kondisi kesehatan siswa :

Bila siswa terlihat tidak serius pada materi pelajaran yang sedang dialaminya, sebaiknya tidak tergesa-gesa untuk menghakimi bahwa ia malas belajar karena bisa jadi kondisi kesehatannya yang sedang bermasalah.

d. Siswa merasa jenuh :

Beban pelajaran yang ditanggung oleh siswa sangat banyak, apalagi mereka harus mengikuti kegiatan belajar di lembaga pendidikan formal (kursus). Oleh karena itu sebaiknya siswa diberikan waktu istirahat sejenak untuk membuat diri mereka menjadi rileks. Slameto (2010) seseorang sering mengalami kesulitan berkonsentrasi, yang disebabkan karena: kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan (bising, keadaan yang semrawut dan lain-lain), pikiran kacau/masalah-masalah kesehatan yang

17

terganggu (badan lemah), bosan terhadap pelajaran/sekolah dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh dalam diri individu sendiri maupun dari lingkungan individu tersebut.

B. Hakikat Siswa Usia Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991).

Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.

Perkembangan istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologi, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu

18

usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah dimana individu telah melewati masa peralihan dari anak-anak akhir ke remaja awal hingga remaja akhir. Rentang usia remaja antara 12-22 tahun.

2. Ciri-Ciri Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja (Jahja, 2011):

a. Peningkatan emosional terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa strom and stress.

Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi

19

kondisi sosial peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada remaja misalnya, mereka diharapkan untuk tidak bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

b. Perubahan yang cepat secara fisik juga yang juga disertai kematangan fisik secara seksual.

Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri sendiri dan kemampuan mereka sendiri.

Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti pada sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan bentuk tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan baik dengan orang lain.

Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya, yang dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,

20

maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan orang dewasa.

d. Perubahan nilai moral, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

Menurut Prof. Notonegoro (dalam Muin, 2013) menyatakan bahwa, “nilai moral disebut pula nilai etika, yaitu segala sesuatu yang menyangkut perilaku terpuji dan tercela atau nilai sosial yang berkenaan dengan kabaikan dan keburukan serta bersumber dari kehendak atau kemauan”.

e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

21

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut F.J. Monks (1987) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:

a. Menerima keadaan fisiknya

Pada masa remaja perubahan fisik berhubungan dengan pertumbuhan dan kematangan seksual disamping itu tampak perubahan yang pesat mengenai tinggi badan, perbedaan harapan remaja maupun lingkungan dengan keadaan fisiknya sendiri dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri bagi remaja. Timbul kesulitan dalam menerima keadaan fisik ini, terutama mengenai ciri-ciri jenis kelamin dan yang berhubungan dengan tinggi badan. Remaja yang merasakan rintangan dalam menjalani pertumbuhan yang pesat itu dapat bersikap murung atau mengurung diri di kamar.

b. Memperoleh kebebasan emosional

Salah satu tugas perkembangan yang harus dijalani pada masa remaja adalah memperoleh kebebasan emosional. Hal ini diperlukan agar pada masa dewasa kelak ia dapat menjadi orang yang mampu mengambil keputusan dengan bijaksana karena itu remaja perlu mendapatkan pengalaman berupa latihan untuk mengambil keputusan secara bertahap ini dilakukan dengan dimulainya merenggangkan ikatan emosional dengan orang tua agar dapat belajar meneliti dan mengambil keputusan sendiri.

22

Hanya saja dalam proses ini kadangkala disertai dengan perilaku menentang keinginan orang tua hal ini dapat menimbulkan konflik dengan orang tua atau keluarga lainnya, terutama bila orangtua tidak memakai kondisi jiwa yang sedang dialami remajanya reaksi orangtua yang ingin menundukkan anaknya sering kali mengakibatkan remaja melarikan diri dari suasana konflik itu dengan cara meninggalkan rumah dan bergabung dengan teman karena itu orang tua dan orang dewasa setidaknya dapat memahami pentingnya kebebasan yang perlu diberikan secara bertahap disertai dengan bimbingan mengenai yang baik dan yang tidak baik berdasarkan nilai-nilai dan norma yang diyakini dengan demikian harapan remaja dapat menjalankan tugas perkembangan selanjutnya dengan baik.

c. Mampu bergaul

Memperluas pergaulan diperlukan bagi mempersiapkan diri menuju masa dewasa namun tugas perkembangan ini selalu mendapat hambatan yang bersumber dari diri (remaja).

Keadaan fisik yang pada mulanya tidak sesuai dengan harapan menyebabkan remaja kaku dalam pergaulannya, timbulnya perhatian untuk bergaul dengan teman lawan jenis menjadi motivasi untuk meningkatkan penampilan. Setelah remaja merasa terbiasa dengan keadaan fisiknya barulah timbulah

23

penyesuaian diri dan kemudahan dalam pengadaan pendekatan dengan teman-teman.

d. Mengetahui dan menerima kemampuan diri

Dengan tumbuhnya kemampuan berfikir abstrak remaja cenderung berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan masa dewasanya, dirinya sering dijadikan objek pemikiran dan menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negatif.

Apabila remaja melihat realitas diri dan kemampuannya tidak sesuai dengan harapan dan angan-angan kekecewaan dan putus asa akan timbul begitu pula harapan dan tuntutan masyarakat yang tidak mampu sepenuhnya dapat menjadi sumber penyebab prustasi dan berpengaruh pada perilakunya.

Oleh karena itu perlu adanya bimbingan agar remaja dapat menerima keadaan dirinya dengan wajar dan menyesuaikan aspirasinya dengan kemampuan dan realitas kehidupannya.

e. Memperlakukan penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Masa remaja merupakan fase yang paling penting dalam membentuk nilai merupakan proses yang yang sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Dalam proses mencari nilai dan pandangan hidup ini khususnya nilai-nilai agama remaja mengamali kegoncangan karena dia tidak mau lagi terpaut pada

24

sikap dan pandangan hidup kanak-kanaknya tetapi belum mempunyai pandangan hidup baru yang mantap.

Proses pemantapan nilai dan norma hidup ini melewati tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Karena remaja belum mendapat pandangan hidup yang mantap maka ia merindukan sesuatu yang pantas dipuji sesuatu yang dianggap bernilai.

Sedangkan sesuatu yang dianggap bernilai itu belum mempunyai bentuk tertentu karena itulah seringkali remaja seperti menginginkan sesuatu yang sendiri tidak tahu apa yang diinginkannya.

2) Pada tahap berikutnya objek yang dipuja itu sudah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung suatu nilai (Jadi dalam hal ini adalah personifikasi daripada nilai) pada tahap ini remaja belum dapat memisahkan antara person dengan nilai.

3) Pada tahap berikutnya remaja telah dapat menghargai nilai-nilai melepas dan pendukungnya, nilai sebagai hal yang mengikat pandangan atau pendirian hidupnya, penentuan atas pandangan hidup berdasarkan nilai dan norma ini tidak dapat terjadi sekaligus tetapi mengalami

25

jatuh bangun. Apalagi bila remaja melihat realitas hidupnya adanya kesenjangan antara nilai dan perilaku orang terutama pemimpin masyarakat dapat menimbulkan kebingungan dan tidak tahu nilai moral mana yang seharusnya dapat menjadi pegangan hidup untuk itulah diperlukan interaksi sosial yang dapat membantu remaja menyelesaikan tugas perkembangan ini secara sehat dan wajar.

f. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan Salah satu ciri yang terdapat pada masa kanak-kanak adalah sifat ego sentis segala sesuatu dipandangnya dari sudut pandang sendiri berpusat pada keinginan dan kebutuhannya sendiri dan sangat emosional.

Pada masa remaja yang merupakan jembatan menuju masa dewasa sifat ego sentis secara bertahap akan dihilangkan dan remaja belajar menyesuaikan diri dengan pola hidup bersama dengan orang lain. Ia harus mempertimbangkan bahwa orang lain juga mempunyai kebutuhan pendapat dan kebiasaan yang belum tentu sama dengannya. Pada interaksi sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa serta mungkin juga anak-anak remaja harus belajar mengindahkan orang lain tersebut dalam bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu tidak selamanya

26

kehendak dan keinginannya saja yang harus dilaksanakan.

Bila remaja telah menemukan identitas diri dan sistem nilai yang mantap, remaja dapat menyesuaikan diri dan tangguh dalam menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan ini selanjutnya dengan mudah pula dapat dilaksanakan tugas-tugas perkembangan pada fase-fase berikutnya.

Uluran tangan dan bimbingan dari orangtua dan orang dewasa memang sungguh sangat diperlukan sekalipun terkadang remaja seolah-olah menolak bantuan orang dewasa.

Namun dengan penuh kesadaran dan pengertian orang tua hendaknya terus menerus memberikan bimbingan dan pengarahan agar remaja tidak terpeleset dan salah jalan dalam menjalani tugas-tugas yang kompleks ini.

Maka dari itu berkembangnya pengetahuan dan teknologi informasi dan berbagai dampak yang timbul dari proses globalisasi maka pengaruh yang melanda remaja semakin luas bila remaja tidak dibekali dengan prinsip-prinsip hidup dan nilai agama sulit bagi remaja untuk menemukan jati dirinya sebagai manusia yang mempunyai pendirian dan pandangan hidup yang mantap

27

C. Hakikat Kelas Khusus Olahraga 1. Pengertian Kelas Khusus Olahraga

Siswa yang memiliki bakat istimewa dalam bidang olahraga juga

Siswa yang memiliki bakat istimewa dalam bidang olahraga juga

Dokumen terkait