• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VIII A dan IX A Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2020/2021)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020 Susi Praja NIM : 161114020

(2)

i

TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VIII A dan IX A Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2020/2021)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020 Susi Praja NIM : 161114020

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.

(QS.Al Baqarah: 286)

Dan Dia mendapatimu sebagai seseorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

(QS.Ad-Duha: 7)

Jika kau tak suka sesuatu, ubahlah! Jika tak bisa, maka ubahlah cara pandangmu tentangnya.

(Maya Angelou)

“Bukan kesulitan yang membuat takut, tetapi ketakutan itu yang membuat sulit”

(Susi Praja)

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini kepada :

Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan kenikmatan yang Tuhan berikan.

Kedua orang tua Bapak Banifasius Jumadi dan Ibu Murinah yang mendoakan dan mendukung saya, orang-orang yang saya cintai dan hormati

serta untuk Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dosen Pembimbing Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. yang telah membimbing, memberikan motivasi dan memberikan pembaruan revisi secara teliti serta

masukan selama proses menyelesaikan skripsi.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 November 2020 Yang menyatakan,

Susi Praja

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Susi Praja

Nomor Mahasiswa : 161114020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Unversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VIII A dan IX A Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2020/2021)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 10 November 2020 Yang menyatakan,

Susi Praja

(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VIII A dan IX A Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2020/2021)

Susi Praja

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2020

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui seberapa tinggi konsentrasi belajar siswa kelas VIII A dan IX A kelas khusus olahraga SMP Negeri 1 Kalasan tahun ajaran 2020/2021; (2) mengidentifikasi butir-butir pengukuran dalam tingkat konsentrasi belajar yang memiliki skor rendah sebagai dasar penyusunan program bimbingan belajar bagi siswa kelas VIII A dan IX A kelas khusus olahraga SMP Negeri 1 Kalasan tahun ajaran 2020/2021.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan subjek penelitian adalah siswa-siswi VIII A dan IX A KKO yang berjumlah 63 siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tingkat konsentrasi belajar yang disusun berdasarkan 3 ciri-ciri yaitu: 1)Perilaku Kognitif, 2) Perilaku Afektif, 3) Perilaku Psikomotorik. Kuesioner konsentrasi belajar terdiri dari 66 butir item dengan 4 alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Hasil pengukuran konsentrasi belajar subjek digolongkan menjadi lima yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Koefisien reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan nilai koefisien 0,939.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 3 (5%) siswa memiliki tingkat konsentrasi belajar pada kategori sangat tinggi, 25 (43%) siswa masuk dalam kategori tinggi, 29 (50%) siswa memiliki konsentrasi belajar kategori sedang, 1 (2%) siswa memiliki konsentrasi belajar rendah dan tidak ada siswa yang memiliki capaian hasil konsentrasi belajar yang berada pada kategori sangat rendah. Melalui hasil perhitungan skor item, terdapat 26 (48%) item tergolong kategori sangat tinggi, 23 (43%) item yang tergolong kategori tinggi dan 5 (9%) item yang tergolong kategori sedang. Maka disusunlah usulan topik meningkatkan konsentrasi belajar siswa VIII A dan IX A KKO. Usulan topik meningkatkan konsentrasi belajar siswa yaitu upaya untuk memahami materi dan pahami apa yang dipelajari lalu berbagi setelah mengetahui apa yang sudah dipelajari.

Kata kunci : Konsentrasi Belajar, Siswa, Topik Bimbingan.

(10)

ix ABSTRACT

THE LEARNING CONCENTRATION LEVEL OF SPORTS CLASS STUDENTS

(A Descriptive Study on Sports Specifically Class VIII-A and IXA Students in SMP Negeri 1 Kalasan of 2020/2021 academic year)

Susi Praja

Sanata Dharma University Yogyakarta

2020

The study aimed to: (1) find out the learning concentration level of sport specifically class VIII-A and IX-A students in SMP Negeri 1 Kalasan in the academic year 2020/202. And (2) identify the measurement items of the learning concentration level that have a low score as the basis for the tutoring program preparation for sport specifically class VIII-A and IX-A students in SMP Negeri 1 Kalasan of 2020/2021 academic year.

The type of this research was a quantitative descriptive study with the KKO class VIII-A and IX-A students as the research subjects with a total of 63 students. The instrument used in this study was a learning concentration level questionnaire, which arranged based on 3 characteristics, namely: 1) Cognitive Behavior, 2) Affective Behavior, 3) Psychomotor Behavior. The learning concentration questionnaire had 66 items with 4 alternative answers, namely very suitable, appropriate, inappropriate, and very inappropriate. The results of the measurement on the subject's learning concentration level were then classified into five categories, namely very high, high, medium, low, and very low.

Reliability coefficient used Alpha Cronbach with a coefficient value of 0.939.

The results of the study indicated as follows. There were 3 (5%) students with a very high level of learning concentration, 25 (43%) students were in the high category, 29 (50%) students with moderate learning concentration, 1 (2%) students with low learning concentration and there were no students in the very low category of learning concentration. Through the calculation of item scores, there were 26 (48%) items belong to the very high category, 23 (43%) items belong to the high category and 5 (9%) items belong to the moderate category.

Then a proposed topic was prepared to increase the learning concentration of KKO class VIII A and IX A students. Suggested topics to increase students’

learning concentration were efforts to understand the material, understand what was learned, and then share after knowing what was learned.

Keywords: Learning Concentration. Students, Guidance Topic.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Ridha-Nya, sehingga diberikan kelancaran untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tingkat konsentrasi belajar pada siswa KKO (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VIII A, IX A SMP Negeri 1 Kalasan )”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama proses penulisan skripsi ini peneliti mendapat bantuan dari beberapa pihak. Peneliti mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Allah Yang Maha Besar yang selalu memberi berkah serta kemudahan disetiap proses hidup saya termasuk penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi., Psi. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Dra. M.J. Retno Priyani, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran yang membangun, dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

(12)

xi

5. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendukung dan memberi pengetahuan yang berharga bagi peneliti.

6. Bapak Stefanus Priyatmoko yang telah membantu proses administrasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

7. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan yaitu Bapak Praptonugroho, M.Pd.

dan Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan Mudrik Asrori, S.Ag.

8. Ibu Yekti Lestariningsih, S.Pd. dan Bapak Dwi Budi Santoso, S.Pd. selaku Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Kalasan serta Ibu Murtiningsih, M.Pd. selaku Guru KKO yang telah membantu proses penelitian.

9. Siswa dan Siswi SMP Kelas VIII A, IX A, KKO yang berkenan membantu proses penelitian ini dengan menjadi subyek penelitian.

10. Kedua orang tuaku Bapak Banifasius Jumadi dan Ibu Murinah yang telah mendoakan, memberi semangat, dan menguatkan di setiap waktu.

11. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doanya selama menyelesaikan skripsi ini, sehingga menjadi skripsi yang sempurna.

12. Para sahabat yang setia menolong dan selalu memberikan dukungan positif yaitu Stephanie Anggita Panggabean, Ajeng Kusumaningrum, Agnaes Vidja swara, Louditta.

13. Teman yang setia membantu saat proses mengerjakan skripsi dan selalu memberikan dukungan Simon NSL, Sekar Hezed, Yulita, Inelza Pabuntang, Grace Shinta, Ajeng Kusumaningrum, Cicilia, Syiffa Aeni, Agnes Vidya.

(13)

xii

14. Teman – teman BK Angkatan 2016 yang telah memberi semangat dan informasi-informasi yang bermanfaat.

15. Kakak dan Adik tingkat prodi BK yang selalu memberikan semangat dan menghibur.

16. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma.

17. Dan segenap pihak yang tidak bisa peneliti ucapkan satu per-satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun maka penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 10 November 2020 Penulis

Susi Praja

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN GRAFIK ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Konsentrasi Belajar ... 8

1. Pengertian Konsentrasi Belajar ... 8

2. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar ... 10

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar ... 12

B. Hakikat Siswa Usia Remaja ... 17

(15)

xiv

1. Pengertian Remaja... 17

2. Ciri-Ciri Remaja ... 18

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 20

C. Hakikat Kelas Khusus Olahraga ... 27

1. Pengertian Kelas Khusus Olahraga ... 27

2. Tujuan Kelas Khusus Olahraga ... 28

3. Fasilitas atau Sarana dan Prasarana KKO ... 29

4. Pelaksanaan Kelas Olahraga ... 31

D. Hakikat Bimbingan Belajar ... 32

1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 32

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 32

3. Bimbingan untuk meningkatkan Konsentrasi Belajar ... 33

E. Penelitian yang Relevan ... 35

F. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 57

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan Peneliti ... 68

C. Saran ... 68

(16)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN ... 74

(17)

xvi

DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ... 37

Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Kuesioner Konsentrasi Belajar ... 42

Tabel 3.3 Kisi-kisi Insrumen Skala Konsentrasi Belajar ... 43

Tabel 3.4 Rumusan Pearson Product Moment ... 45

Tabel 3.5 Item Valid dan Item Tidak Valid ... 46

Tabel 3.6 Rumus Cronbach Alpha ... 47

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas ... 48

Tabel 3.8 Kriteria Guilford ... 49

Tabel 3.9 Norma Kategorisasi ... 51

Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Item Tingkat Konsentrasi Belajar ... 52

Tabel 3.11 Norma Kategorisasi Tingkat Konsentrasi Belajar ... 53

Tabel 4.1 Capaian Hasil Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa Kelas Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan ... 54

Tabel 4.2 Capaian Hasil Konsentrasi Belajar Pada Siswa Kelas Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan ... 55

Tabel 4.3 Capaian Skor Item Konsentrasi Belajar Pada Siswa Kelas KhususOlahraga SMP Negeri 1 Kalasan ... 56

Tabel 4.4 Capaian Hasil Skor Item Konsentrasi Belajar Pada Siswa Kelas Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan ... 56

Tabel 4.5 Item-item Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa Kelas Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan . ... 62

Tabel 4.6 Usulan Topik-Topik Bimbingan untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar pada Siswa VIII dan IX KKO Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2020/2021 ... 64

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 75 Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 76 Lampiran 3 Kuesioner Tingkat Konsentrasi Belajar dengan Item yang Valid .81 Lampiran 4 Tabulasi Data ... 85 Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Item ... 86

(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap manusia diwajibkan untuk belajar sampai akhir hayat.

Belajar merupakan kunci utama dalam dunia pendidikan, tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional tergantung pada proses pembelajaran yang dialami siswa. Selama proses belajar seringkali ditemui masalah- masalah dalam pembelajaran. Salah satu masalah belajar seringkali berkaitan dengan konsentrasi belajar. Siswa hendaknya mampu berkonsentrasi saat proses belajar berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2015) konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan.

Kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap suatu hal atau pelajaran itu pada dasarnya ada pada setiap orang, hanya besar atau kecilnya kemampuan itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan pribadi, lingkungan dan pengalaman. Pemusatan pikiran merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan bakat/pembawaan. Pemusatan pikiran dapat dicapai dengan mengabaikan/tidak memikirkan suatu hal yang dipelajari serta yang ada hubungannya saja. Konsentrasi

(20)

2

diperuntukan agar anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dan dimengerti oleh siswa.

Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda-beda sesuai dengan usianya.

Rentang perhatian pada siswa usia sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kurang menariknya materi, faktor lingkungan yang ramai, kesulitan anak untuk mengerjakan, dan lain-lain. Untuk siswa-siswi memang sangat dibutuhkan kemampuan yang aktif untuk menyampaikan materi dan disesuikan dengan perkembangan motoriknya (Santrock, 2008).

Setiap siswa dalam belajarnya membutuhkan konsentrasi supaya apa yang dipelajari bisa dimengerti. Pada kenyataannya seseorang sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi. Konsentrasi merupakan salah satu kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Siswa yang mempunyai tingkatan konsentrasi yang besar dalam belajar hendak tetap belajar walaupun banyak aspek yang pengaruhi di area sekitarnya. Semacam kebisingan, aktivitas lebih menarik dan sebagainya, namun sebaliknya apabila seseorang tidak bisa memiliki konsentrasi belajar, mengenai yang mudah pula hendak terasa sulit buat dipelajari.

Konsentrasi sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar dan memiliki peranan yang sangat penting. Apabila siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar maka siswa tersebut sulit menyerap materi atau informasi yang disampaikan oleh guru. Begitu pula jika siswa dapat berkonsentrasi

(21)

3

terhadap materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa tersebut dapat menyerap materinya. Konsentrasi penuh pada siswa akan membuatnya mudah memahami materi. Adanya konsentrasi dalam proses belajar akan menjadikan siswa lebih mudah untuk memahami setiap materi yang dipelajari sehingga proses belajar menjadi tidak sia-sia.

Berdasarkan fenomena selama observasi di SMP Negeri 1 Kalasan terdapat dua kelas khusus peminatan olahraga di setiap tingkatannya.

Kelas yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah kelas VIII A dan IX A. Kelas tersebut dipilih karena melihat ini adalah kelas VIII A dan IX A kelas khusus olahraga, yang memiliki jadwal olahraga lebih banyak dari kelas reguler dan dilihat dari karakter setiap siswanya. Siswa yang aktif pada saat latihan di lapangan beda ketika di kelas energi sudah mulai terkuras, capek dan mudah ngantuk, serta asyik mengobrol dengan temannya maka perilaku siswa saat mengikuti pelajaran kurang memperhatikan guru sehingga tidak kondusif saat belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

“Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa Kelas Khusus Olahraga (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII A dan IX A Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2020/2021)” serta mengusulkan topik yang relevan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa KKO.

(22)

4

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Terkait dengan latar belakang konsentrasi dalam belajar kelas khusus olahraga ini ditemukan beberapa masalah :

1. Terdapat beberapa siswa KKO yang asyik ngobrol dan ramai dengan temannya, sehingga kelas kurang kondusif.

2. Beberapa siswa KKO tidak memperhatikan guru pada saat menyampaikan materi dan siswa cenderung bosan.

3. Adanya siswa yang mengantuk dan tertidur di kelas saat pelajaran.

4. Siswa KKO mempunyai kegiatan di luar akademik hampir setiap hari menguras tenaga dan membuat fisik mereka lelah.

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini memfokuskan pada tingkat konsentrasi belajar siswa VIII A dan IX A kelas khusus olahraga.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah dalam latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat konsentrasi belajar siswa kelas VIII A dan IX A kelas khusus olahraga SMP Negeri 1 Kalasan tahun ajaran 2020/2021 ?

2. Apa saja butir-butir analisis pengukuran tingkat konsentrasi belajar

(23)

5

yang sudah tergolong memiliki skor yang rendah sebagai dasar penyusunan program bimbingan belajar bagi siswa kelas VIII A dan IX A kelas khusus olahraga SMP Negeri 1 Kalasan tahun ajaran 2020/2021 ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui seberapa tinggi tingkat konsentrasi belajar siswa kelas VIII A dan IX A kelas khusus olahraga SMP Negeri 1 Kalasan tahun ajaran 2020/2021.

2. Mengidentifikasi butir-butir pengukuran dalam tingkat konsentrasi belajar yang memiliki skor rendah sebagai dasar penyusunan program bimbingan belajar bagi siswa kelas VIII A dan IX A kelas khusus olahraga SMP Negeri 1 Kalasan tahun ajaran 2020/2021.

F. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini bahwa dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, baik itu manfaat secara praktis maupun secara teoritis.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling (BK)

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu pedoman bagi

(24)

6

guru BK SMP Negeri 1 Kalasan untuk membuat materi bimbingan khususnya KKO agar meningkatkan konsentrasi dalam belajar di kelas.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini agar dapat bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa VIII A dan IX A kelas khusus olahraga di kelas.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan baru mengenai tingkat konsentrasi belajar. Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang selanjutnya.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan menambah pengetahuan dalam institusi pendidikan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling, mengenai konsentrasi belajar.

(25)

7

G. BATASAN ISTILAH

Beberapa istilah yang muncul dalam judul penelitian ini didefinisikan sebagai berikut :

1. Konsentrasi Belajar merupakan pemusatan pikiran dan perhatian pada suatu objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari.

2. Siswa Kelas Khusus Olahraga adalah kelas untuk peserta didik yang memiliki potensi istimewa olahraga dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

3. Bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan dari guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar dari dan atau dapat mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

Hal ini megandung arti bahwa para guru-guru pembimbing berupaya untuk menfasilitasi agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya

dan sampai ada tujuan yang diharapkan.

(26)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini diuraikan hakikat bimbingan belajar, konsentrasi belajar, hakikat siswa usia remaja sebagai peserta didik SMP, hakikat kelas khusus olahraga dan bimbingan belajar.

A. Hakikat Konsentrasi Belajar

1. Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi atau concentrate menurut kata kerja berarti memusatkan, sedangkan dalam kata bentuk benda concentration artinya pemusatan. Konsentrasi itu sendiri berarti pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran, Slameto (2010) dalam Cahya (2014).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.

Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar ataupun proses memperolehnya. Bila seorang siswa sering merasa tidak bisa berkonsentrasi di dalam belajar, sangatlah bisa jadi dia tidak bisa merasakan nikmat dari proses belajar yang dikerjakannya. Seperti yang dikatakan Hakim (2003), bahwa sulitnya berkonsentrasi mungkin

(27)

9

dapat terjadi karena seseorang mempelajari pelajaran yang tidak disukai, pelajaran yang dirasakan sulit, pelajaran dari guru yang tidak disukai, atau suasana tempat belajar yang ia pakai tidak menyenangkan.

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya kepada materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan mengesampingkan semua hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan tersebut. Bila seseorang tidak bisa berkonsentrasi, proses tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga kemungkinan besar tidak dapat menyerap, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dengan baik Olivia (2010). Hal ini sejalan dengan Supriyo (2008) menyatakan konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Sependapat dengan Supriyo, Hakim (2005) mendefinisikan konsentrasi sebagai suatu proses terfokusnya perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang dalam usahanya untuk memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap aktivitas belajar dengan mengesampingkan semua hal-hal yang tidak berkaitan.

(28)

10 2. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar

Tabrani (1989) dalam Rahmawati (2014), mengatakan bahwa perilaku belajar seperti perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotorik dapat digunakan untuk mengidentifikasikan ciri-ciri perilaku seseorang dalam berkonsentrasi. Berikut akan dijelaskan satu persatu dari perilaku belajar tersebut:

a. Perilaku kognitif

Perilaku kognitif merupakan perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan, informasi, dan kecakapan intelektual.

Perilaku kognitif yang ditunjukkan oleh individu yang memiliki konsentrasi belajar antara lain memiliki kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul apabila diperlukan, mampu menafsirkan informasi secara jelas artinya individu dapat memahami setiap materi yang disampaikan, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, seperti individu dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan yang ada, dan mampu menganalisis maupun sintesis atas pengetahuan yang diperoleh dengan adanya kesiapan pengetahuan yang dapat hadir bila diperlukan.

b. Perilaku afektif

Perilaku afektif berkaitan dengan perilaku berupa sikap,

(29)

11

nilai dan apersepsi. Pada perilaku ini, individu yang memiliki konsentrasi dalam belajar dapat ditengarai (ditandai) adanya penerimaan, yaitu dengan memberikan perhatian pada objek yang dipelajari, respons, yaitu memberikan tanggapan atau keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, dan mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.

c. Perilaku psikomotorik

Perilaku psikomotorik adalah perilaku yang berhubungan dengan kelincahan motorik individu yang ditunjukkan oleh gerakan anggota badan yang tepat atau, komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan- gerakan yang penuh arti.

Selain komunikasi non verbal perilaku psikomotor yang menunjukkan adanya konsentrasi adalah perilaku berbahasa, pada perilaku ini, individu yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar

Dari pendapat yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi dalam belajar berkaitan dengan perilaku yang meliputi perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotorik. Jadi ciri-ciri belajar ini klarifikasi agar dapat

(30)

12

digunakan untuk mengetahui aspek-aspek siswa yang dapat berkonsentrasi melalui perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai mengungkap konsentrasi belajar siswa kelas khusus olahraga.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Faktor-Faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar menurut Tonie Nase dalam Ningsih (2014) konsentrasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti di bawah ini:

a. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi, siswa akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika siswa dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, siswa mampu menggunakan kemampuan siswa pada saat dan suasana yang tepat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.

b. Suara

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar di tempat ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar di tempat yang tenang tanpa suara, atau ada

(31)

13

juga yang dapat belajar di tempat dalam keadaan apapun.

c. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang belajar di tempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan maupun bangunan.

d. Temperatur

Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar di tempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga senang belajar di tempat dingin maupun hangat.

e. Desain Belajar

Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar, misalnya terdapat seseorang yang senang belajar di tempat santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di

(32)

14

karpet. Cara mendesain media dan sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita lebih dapat berkonsentrasi.

f. Modalitas Belajar

Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula.

Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa, maka kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam mengikuti setiap proses pembelajaran.

Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa, misalnya dengan cara meningkatkan gelombang alfa agar setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan baik (Deporter,dkk dalam Susanto, 2006), kemudian dapat juga dengan mengatur posisi tubuh pada saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri.

g. Pergaulan

Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran, perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi

(33)

15

konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku siswa.

h. Psikologi

Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan mempengaruhi keadaan psikologis siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun.

Selain itu Nugroho (2007) juga mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan gangguan konsentrasi dalam belajar yaitu :

a. Tidak memiliki motivasi diri :

Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada siswa yang membutuhkan rangsangan seperti hadiah yang baik dari orang tua ketika mereka berprestasi. Namun orangtua juga harus hati- hati dalam memberikan rangsangan berupa hadiah agar anak

(34)

16

tetap mau belajar meskipun tidak diberikan hadiah.

b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif :

Suasana yang ramai dan bising tentu saja dapat mengganggu siswa yang ingin belajar dalam situasi yang tenang. Namun, ada juga tipe siswa yang dapat belajar dengan mendengarkan musik.

c. Kondisi kesehatan siswa :

Bila siswa terlihat tidak serius pada materi pelajaran yang sedang dialaminya, sebaiknya tidak tergesa-gesa untuk menghakimi bahwa ia malas belajar karena bisa jadi kondisi kesehatannya yang sedang bermasalah.

d. Siswa merasa jenuh :

Beban pelajaran yang ditanggung oleh siswa sangat banyak, apalagi mereka harus mengikuti kegiatan belajar di lembaga pendidikan formal (kursus). Oleh karena itu sebaiknya siswa diberikan waktu istirahat sejenak untuk membuat diri mereka menjadi rileks. Slameto (2010) seseorang sering mengalami kesulitan berkonsentrasi, yang disebabkan karena: kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan (bising, keadaan yang semrawut dan lain-lain), pikiran kacau/masalah-masalah kesehatan yang

(35)

17

terganggu (badan lemah), bosan terhadap pelajaran/sekolah dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh dalam diri individu sendiri maupun dari lingkungan individu tersebut.

B. Hakikat Siswa Usia Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991).

Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.

Perkembangan istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologi, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu

(36)

18

usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah dimana individu telah melewati masa peralihan dari anak-anak akhir ke remaja awal hingga remaja akhir. Rentang usia remaja antara 12-22 tahun.

2. Ciri-Ciri Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja (Jahja, 2011):

a. Peningkatan emosional terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa strom and stress.

Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi

(37)

19

kondisi sosial peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada remaja misalnya, mereka diharapkan untuk tidak bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

b. Perubahan yang cepat secara fisik juga yang juga disertai kematangan fisik secara seksual.

Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri sendiri dan kemampuan mereka sendiri.

Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti pada sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan bentuk tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan baik dengan orang lain.

Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya, yang dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,

(38)

20

maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan orang dewasa.

d. Perubahan nilai moral, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

Menurut Prof. Notonegoro (dalam Muin, 2013) menyatakan bahwa, “nilai moral disebut pula nilai etika, yaitu segala sesuatu yang menyangkut perilaku terpuji dan tercela atau nilai sosial yang berkenaan dengan kabaikan dan keburukan serta bersumber dari kehendak atau kemauan”.

e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

(39)

21

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut F.J. Monks (1987) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:

a. Menerima keadaan fisiknya

Pada masa remaja perubahan fisik berhubungan dengan pertumbuhan dan kematangan seksual disamping itu tampak perubahan yang pesat mengenai tinggi badan, perbedaan harapan remaja maupun lingkungan dengan keadaan fisiknya sendiri dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri bagi remaja. Timbul kesulitan dalam menerima keadaan fisik ini, terutama mengenai ciri-ciri jenis kelamin dan yang berhubungan dengan tinggi badan. Remaja yang merasakan rintangan dalam menjalani pertumbuhan yang pesat itu dapat bersikap murung atau mengurung diri di kamar.

b. Memperoleh kebebasan emosional

Salah satu tugas perkembangan yang harus dijalani pada masa remaja adalah memperoleh kebebasan emosional. Hal ini diperlukan agar pada masa dewasa kelak ia dapat menjadi orang yang mampu mengambil keputusan dengan bijaksana karena itu remaja perlu mendapatkan pengalaman berupa latihan untuk mengambil keputusan secara bertahap ini dilakukan dengan dimulainya merenggangkan ikatan emosional dengan orang tua agar dapat belajar meneliti dan mengambil keputusan sendiri.

(40)

22

Hanya saja dalam proses ini kadangkala disertai dengan perilaku menentang keinginan orang tua hal ini dapat menimbulkan konflik dengan orang tua atau keluarga lainnya, terutama bila orangtua tidak memakai kondisi jiwa yang sedang dialami remajanya reaksi orangtua yang ingin menundukkan anaknya sering kali mengakibatkan remaja melarikan diri dari suasana konflik itu dengan cara meninggalkan rumah dan bergabung dengan teman karena itu orang tua dan orang dewasa setidaknya dapat memahami pentingnya kebebasan yang perlu diberikan secara bertahap disertai dengan bimbingan mengenai yang baik dan yang tidak baik berdasarkan nilai-nilai dan norma yang diyakini dengan demikian harapan remaja dapat menjalankan tugas perkembangan selanjutnya dengan baik.

c. Mampu bergaul

Memperluas pergaulan diperlukan bagi mempersiapkan diri menuju masa dewasa namun tugas perkembangan ini selalu mendapat hambatan yang bersumber dari diri (remaja).

Keadaan fisik yang pada mulanya tidak sesuai dengan harapan menyebabkan remaja kaku dalam pergaulannya, timbulnya perhatian untuk bergaul dengan teman lawan jenis menjadi motivasi untuk meningkatkan penampilan. Setelah remaja merasa terbiasa dengan keadaan fisiknya barulah timbulah

(41)

23

penyesuaian diri dan kemudahan dalam pengadaan pendekatan dengan teman-teman.

d. Mengetahui dan menerima kemampuan diri

Dengan tumbuhnya kemampuan berfikir abstrak remaja cenderung berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan masa dewasanya, dirinya sering dijadikan objek pemikiran dan menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negatif.

Apabila remaja melihat realitas diri dan kemampuannya tidak sesuai dengan harapan dan angan-angan kekecewaan dan putus asa akan timbul begitu pula harapan dan tuntutan masyarakat yang tidak mampu sepenuhnya dapat menjadi sumber penyebab prustasi dan berpengaruh pada perilakunya.

Oleh karena itu perlu adanya bimbingan agar remaja dapat menerima keadaan dirinya dengan wajar dan menyesuaikan aspirasinya dengan kemampuan dan realitas kehidupannya.

e. Memperlakukan penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Masa remaja merupakan fase yang paling penting dalam membentuk nilai merupakan proses yang yang sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Dalam proses mencari nilai dan pandangan hidup ini khususnya nilai-nilai agama remaja mengamali kegoncangan karena dia tidak mau lagi terpaut pada

(42)

24

sikap dan pandangan hidup kanak-kanaknya tetapi belum mempunyai pandangan hidup baru yang mantap.

Proses pemantapan nilai dan norma hidup ini melewati tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Karena remaja belum mendapat pandangan hidup yang mantap maka ia merindukan sesuatu yang pantas dipuji sesuatu yang dianggap bernilai.

Sedangkan sesuatu yang dianggap bernilai itu belum mempunyai bentuk tertentu karena itulah seringkali remaja seperti menginginkan sesuatu yang sendiri tidak tahu apa yang diinginkannya.

2) Pada tahap berikutnya objek yang dipuja itu sudah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung suatu nilai (Jadi dalam hal ini adalah personifikasi daripada nilai) pada tahap ini remaja belum dapat memisahkan antara person dengan nilai.

3) Pada tahap berikutnya remaja telah dapat menghargai nilai-nilai melepas dan pendukungnya, nilai sebagai hal yang mengikat pandangan atau pendirian hidupnya, penentuan atas pandangan hidup berdasarkan nilai dan norma ini tidak dapat terjadi sekaligus tetapi mengalami

(43)

25

jatuh bangun. Apalagi bila remaja melihat realitas hidupnya adanya kesenjangan antara nilai dan perilaku orang terutama pemimpin masyarakat dapat menimbulkan kebingungan dan tidak tahu nilai moral mana yang seharusnya dapat menjadi pegangan hidup untuk itulah diperlukan interaksi sosial yang dapat membantu remaja menyelesaikan tugas perkembangan ini secara sehat dan wajar.

f. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan Salah satu ciri yang terdapat pada masa kanak-kanak adalah sifat ego sentis segala sesuatu dipandangnya dari sudut pandang sendiri berpusat pada keinginan dan kebutuhannya sendiri dan sangat emosional.

Pada masa remaja yang merupakan jembatan menuju masa dewasa sifat ego sentis secara bertahap akan dihilangkan dan remaja belajar menyesuaikan diri dengan pola hidup bersama dengan orang lain. Ia harus mempertimbangkan bahwa orang lain juga mempunyai kebutuhan pendapat dan kebiasaan yang belum tentu sama dengannya. Pada interaksi sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa serta mungkin juga anak-anak remaja harus belajar mengindahkan orang lain tersebut dalam bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu tidak selamanya

(44)

26

kehendak dan keinginannya saja yang harus dilaksanakan.

Bila remaja telah menemukan identitas diri dan sistem nilai yang mantap, remaja dapat menyesuaikan diri dan tangguh dalam menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan ini selanjutnya dengan mudah pula dapat dilaksanakan tugas-tugas perkembangan pada fase-fase berikutnya.

Uluran tangan dan bimbingan dari orangtua dan orang dewasa memang sungguh sangat diperlukan sekalipun terkadang remaja seolah-olah menolak bantuan orang dewasa.

Namun dengan penuh kesadaran dan pengertian orang tua hendaknya terus menerus memberikan bimbingan dan pengarahan agar remaja tidak terpeleset dan salah jalan dalam menjalani tugas-tugas yang kompleks ini.

Maka dari itu berkembangnya pengetahuan dan teknologi informasi dan berbagai dampak yang timbul dari proses globalisasi maka pengaruh yang melanda remaja semakin luas bila remaja tidak dibekali dengan prinsip-prinsip hidup dan nilai agama sulit bagi remaja untuk menemukan jati dirinya sebagai manusia yang mempunyai pendirian dan pandangan hidup yang mantap

(45)

27

C. Hakikat Kelas Khusus Olahraga 1. Pengertian Kelas Khusus Olahraga

Siswa yang memiliki bakat istimewa dalam bidang olahraga juga berhak mendapatkan pendidikan yang sama 32 dengan anak-anak yang lain. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu bentuk pendidikan yang dapat menampung mereka namun juga tidak melupakan bakat yang ia miliki.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, kelas olahraga adalah kelas khusus yang disediakan dalam satuan pendidikan untuk menampung para peserta didik yang berbakat dalam bidang olahraga tertentu. Berdasarkan Peraturan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo nomor: 136/KPTS/2013 khususnya pada pasal 1 ayat 2, Kelas Khusus Olahraga yaitu kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki bakat istimewa di bidang olahraga dalam satuan pendidikan reguler.

Dari pengertian diatas kelas khusus olahraga dapat disimpulkan sebagai suatu rombongan belajar khusus yang peserta didiknya memiliki bakat istimewa di bidang olahraga. Layanan pengembangan bakat istimewa di bidang olahraga diberikan secara khusus dan proporsional sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik serta mendapatkan pendidikan secara akademis sama dengan kelas pada umumnya (reguler).

(46)

28 2. Tujuan Kelas Khusus Olahraga

Kelas Khusus Olahraga merupakan kelas khusus yang diselenggarakan di sekolah formal untuk memfasilitasi pendidikan bagi siswa berbakat istimewa di bidang olahraga. Kelas Khusus Olahraga ini tidak berdiri tanpa alasan, namun ada tujuan khusus yang harus dicapai. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Bakat Istimewa (PDBI) olahraga bertujuan untuk (Sumaryanto, 2010:4-5):

a. Memberikan kesempatan kepada PDBI olahraga untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi keterampilan yang dimilikinya.

b. Memenuhi hak asasi PDBI olahraga sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran bagi PDBI olahraga.

d. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.

e. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta

(47)

29

mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan pembahasan yang tertera di atas dapat diketahui bahwa tujuan adanya program KKO adalah untuk memfasilitasi anak-anak yang termasuk PDBI agar mereka juga mendapatkan pendidikan yang layak serta dapat mengembangkan bakat dan minat dalam bidang olahraga.

Dengan adanya KKO diharapkan para siswa yang termasuk PDBI dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mencoba pendidikan melalui jalur formal. Selain itu, PDBI diharapkan juga dapat menumbuhkan kompetensi yang dimilikinya agar dapat menciptakan prestasi yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

3. Fasilitas atau Sarana dan Prasarana KKO

Dalam buku panduan pelaksanaan kelas olahraga Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2010), dijelaskan bahwa Sarana dan Prasarana yang perlu dipersiapkan dalam penyelenggaraan program kelas olahraga adalah :

a. Fasilitas yang harus dimiliki sekolah, meliputi :

1) Gedung sekolah

2) Lapangan olahraga

(48)

30

3) Alat perlengkapan olahraga

4) Ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), sekaligus digunakan sebagai klinik kesehatan olahraga, untuk evaluasi dan layanan kesehatan sehari-hari.

5) Pelaksanaan program kelas olahraga akan lebih sempurna jika didukung adanya fitnes center yang telah dimiliki sekolah.

6) Perpustakaan dan ruang multimedia yang dapat mendukung program kelas olahraga, antara lain buku, koran, tabloid, film, dan CD olahraga.

b. Fasilitas di luar sekolah

1) Sarana dan prasarana milik pemerintah daerah setempat.

2) Sarana dan prasarana yang ada di klub olahraga.

Menurut Agus Mahendra (2010) dari sisi sarana dan prasarana, Kelas Olahraga diharapkan memiliki standar minimal yang memenuhi standar yang baik, minimal untuk satu atau beberapa cabang olahraga. Oleh karena itu, secara bertahap, sarana dan prasarana keolahragaan di sekolah yang bersangkutan dapat terus ditingkatkan serta dipertahankan kualitasnya.

(49)

31

Sarana dan prasarana kelas khusus olahraga di SMP Negeri 1 Kalasan yaitu memiliki kendala dalam kurangnya ketersediaan alat dan perlengkapan olahraga, misalnya permasalahan pada cabang olahraga bola voli yaitu tidak mempunyai kualitas seperti net cadangan, bola minim jumlahnya, dan lapangan indoor, diperlukan lapangan indoor untuk cabang olahraga bola voli agar mengantisipasi keadaan cuaca di luar apabila tidak mendukung seperti hujan.

4. Pelaksanaan Kelas Olahraga

Dalam buku panduan pelaksanaan kelas olahraga Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2010). Sistem pembinaan kelas olahraga merupakan integral dari sistem pembinaan program kelas olahraga di sekolah dapat dilakukan dengan cara :

a. Siswa kelas olahraga berada dalam satu rombongan belajar, baik saat mengikuti kegiatan proses pembelajaran maupun latihan kelas olahraga. Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar antara 24 sampai dengan 32 orang.

b. Siswa kelas olahraga saat latihan berada dalam satu rombongan belajar kelas olahraga.

Dalam pembinaan kelas olahraga meskipun siswa yang mengikuti kelas olahraga berbeda dalam bidang olahraga yang

(50)

32

dipilih, mereka tetap berada dalam satu kelas saat mengikuti pendidikan kelas reguler, dan jumlah siswa dalam satu kelas dibuat hampir sama dengan jumlah siswa dalam satu kelas seperti pada pendidikan di kelas reguler.

D. Hakikat Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar menurut Hamalik (2004) adalah bimbingan yang ditunjukkan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Tim Jurusan Psikologi Pendidikan Mulyadi, (2010) mengatakan bahwa bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan kepada murid dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa, sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Tohirin (2007) dalam Paraswati (2016) menjelaskan bahwa tujuan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat

(51)

33

perkembangan siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan dalam belajar. Selain tujuan umum tersebut, secara khusus dapat diketahui bahwa bimbingan belajar bertujuan agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar, serta siswa dapat mandiri dalam belajar.

Marsudi (2003) dalam Paraswati (2016) menerangkan bahwa kegiatan bimbingan belajar bertujuan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Melalui bimbingan belajar maka siswa dapat secara terbuka memahami kesulitan belajarnya, memahami faktor penyebab dan memahami pula bagaimana mengatasi kesulitan belajarnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar mencapai perkembangan dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

3. Bimbingan untuk meningkatkan Konsentrasi Belajar

Menurut Tohirin (2008) mengemukakan bahwa “layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.

Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Sedangkan tujuan dari bimbingan

(52)

34

kelompok menurut Winkel (2004) adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing - masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.

Untuk meningkatkan konsentrasi siswa dalam proses belajar mengajar perlu adanya bimbingan kelompok yang membantu siswa untuk mampu berbicara di depan orang banyak dalam mengemukakan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lainnya. Tentunya sulit bagi siswa untuk dapat melakukan hal seperti itu jika mereka tidak berkonsentrasi dengan materi yang ada. Bimbingan kelompok juga bertujuan agar siswa mampu menghargai pendapat orang lain serta bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya. Selain itu, dengan adanya bimbingan kelompok siswa mampu mengendalikan diri dan menahan emosi, dapat bertenggang rasa dan menjadi akrab satu sama lainnya. Terdapat topik tugas dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yang akan dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok yang memerlukan konsentrasi yang maksimal untuk dapat membahas topik tersebut secara tuntas.

(53)

35

E. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian Mutia Rahma Setyani (2018) yang berjudul

“Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Man 2 Palembang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif.

Subjek penelitian ini berjumlah 149 siswa yang terdiri dari siswa kelas X.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala likert. Instrumen yang digunakan adalah skala Lingkungan belajar dan skala konsentrasi belajar. Hasil penelitian terdapat 29 orang siswa (56,90%) dengan tingkat konsentrasi belajar indikasi yang tinggi, terdapat 2 siswa (4,54%) dengan tingkat konsentrasi belajar indikasi yang sedang, terdapat 13 siswa (29,54) dengan tingkat konsentrasi indikasi yang rendah, dan tidak ada siswa (0%) yang tingkat konsentrasi belajar nya sangat tinggi dan sangat rendah. Jadi tingkat konsentrasi belajar di MAN 2 Palembang dikategorikan baik karena memiliki tingkat intensitas yang tinggi.

(54)

36

F. Kerangka Berpikir

Pada bagian ini dipaparkan mengenai kerangka pikir peneliti.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, kelas olahraga adalah kelas khusus yang disediakan dalam satuan pendidikan untuk menampung para peserta didik yang berbakat dalam bidang olahraga tertentu. Menurut Slameto (2010), konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Konsentrasi Belajar didukung oleh faktor – faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar. Nugroho (2007) mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan gangguan konsentrasi dalam belajar yaitu tidak memiliki motivasi diri, suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif, kondisi kesehatan siswa dan siswa merasa jenuh. Agar lebih mudah untuk dipahami, kerangka pikir penelitian dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut ini.

(55)

37

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Konsentrasi Belajar Siswa KKO

Tingkat konsentrasi belajar tinggi

Faktor-faktor konsentrasi belajar siswa KKO 1. Memiliki motivasi diri.

2. Suasana lingkungan belajar yang kondusif.

3. Kondisi kesehatan siswa yang baik.

4. Merasa tertarik dengan kegiatan belajar

Faktor-faktor konsentrasi belajar siswa KKO 1. Tidak memiliki motivasi diri.

2. Suasana lingkungan belajar yang tidak konduif.

3. Kondisi kesehatan siswa yang kurang baik.

4. Merasa jenuh dengan kegiatan belajar.

Tingkat konsentrasi belajar rendah

(56)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan metode penelitian antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, uji validitas dan reabilitas, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan satu variabel yaitu tingkat konsentrasi belajar kelas VIII A dan IX A KKO di SMP Negeri 1 Kalasan. Menurut Sugiyono (2015), metode penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh hasil dapat menggunakan instrumen penelitian yang diuji melalui pengumpulan data yang berada di lapangan dan hasil yang akan diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif.

Menurut Sugiyono (2015) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

(57)

39

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian :

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kalasan Yogya – Solo km 14 Glondong, Tritomartani, Kasalan, Sleman, Yogyakarta

2. Waktu Penelitian :

Berlangsung pada tanggal 22 – 28 Juli 2020.

C. Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Penelitian ini termasuk penelitian populasi karena semua anggota populasi dijadikan sebagai subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan IX A Kelas Khusus Olahraga SMP Negeri 1 Kalasan. Jumlah siswa dari kelas VIII A yaitu 32 siswa dan siswa dari kelas IX A berjumlah 31 siswa. Dari ke 2 kelas yang menjadi subjek penelitian digabungkan dan di peroleh jumlah subjek yang berjumlah 63 siswa. Tetapi dalam pengisian kuesioner terdapat 5 siswa yang tidak mengisi, 3 siswa berasal dari kelas VIII A dan 2 siswa berasal dari kelas IX A. Penelitian ini menggunakan populasi sebagai subjek penelitian dengan sampel penelitian adalah 58 siswa yang mengisi kuesioner.

(58)

40 Tabel 3.1

Data Subjek Penelitian

No Kelas Jumlah siswa

1. VIII A 32

2. IX A 31

Total Jumlah Siswa 63

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan atribut seseorang atau sifat atau nilai dari orang objek atau kegiatan dari orang yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Variabel dalam penelitian ini adalah konsentrasi belajar. Konsentrasi Belajar merupakan pemusatan pikiran dan perhatian pada suatu objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari

Penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat konsentrasi belajar siswa kelas VIII A dan IX A khusus olahraga SMP Negeri 1 Kalasan.

Terdapat ciri-ciri yang akan dijadikan sebagai aspek untuk mengungkap konsentrasi belajar siswa kelas khusus olahraga yaitu perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotorik. Ketiga ciri yang dijadikan aspek inilah penelitian sebagai dasar dalam penyusunan dan pengembangan instrumen penelitian.

(59)

41

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data-data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner konsentrasi belajar. Kuesioner konsentrasi belajar disebar pada tanggal 22 Juli 2020 melalui sistem online (Google Forms). Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data atau informasi mengenai tingkat konsentrasi belajar siswa kelas VIII A dan IX A khusus olahraga.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Jenis skala yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini mengacu pada skala Likert. Menurut pendapat Sugiyono (2015), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Gambar

Gambar 2.1  Skema Kerangka Pikir
Table 3.7 Uji Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Intention sendiri dipengaruhi oleh tiga determinan, yaitu evaluasi yang dimiliki remaja perokok terhadap perilaku berhenti merokok yang akan membentuk sikapnya

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan membawa berkas kelengkapan kualifikasi yang terdiri dari :.. • Jaminan

Melaporkan hasil penyusunan Surat Keputusan Bersama tersebut kepada Tim Penghubung Mahkamah Agung Republik Indonesia Dalam Kerangka Kerja Sama Mahkamah Agung R[ dan

PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER).. MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI

ىللإإ ىدإههيل ررلبإلها نرلإإول ررربإ قلدهصرإلا نرلإإ ملسو هيلع هللا ىلص هإلرللا للوسلرل للاقل للاقل ددوعلسهمل نإبه هإلرللا دإبهعل نهعل

Struktur aset yang relevan, kuat dan

Mari bersama sama kita belajar tentang, daya , arus, kw pada motor listrik yang sering kita jumpain dan kita sudah cukup familiar dengan dengan motor listrik tersebut antara lain

hjnnb h* donh