• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi beberapa masalah. Batasan masalah ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam penelitian maupun penulisan laporan. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan jurnal ilmiah. Oleh karena aspek pengelolaan jurnal cukup banyak, maka peneliti hanya membahas beberapa variabel yaitu kelembagaan penerbit, cakupan informasi, bentuk informasi, tujuan penerbitan, pengelolaan artikel, review naskah, struktur keredaksian, mitra bestari dan penyebarluasan informasi.

9

2.1. Publikasi Ilmiah

Publikasi ilmiah merupakan salah satu bagian dari terbitan berkala.

Terbitan berkala ialah publikasi yang direncanakan terbit secara terus-menerus tanpa dibatasi waktu, berisi informasi baru yang menarik dan ditulis oleh beberapa orang (Lasa, 2007: 59). Terbitan berkala pada umumnya berisi mengenai hal-hal yang bersifat khusus. Hal ini mengakibatkan informasi yang ada dalam publikasi berkala terus-menerus dikembangkan (Middleton, 2002: 101).

Ada beberapa kategori publikasi yang dapat dikatakan sebagai terbitan berkala. Menurut Lasa (2007) ada enam kriteria terbitan berkala, yaitu : 1. Terbit terus-menerus secara berkesinambungan dengan waktu terbit

tertentu misalnya mingguan, bulanan, triwulan, dll;

2. Memiliki ISSN (International Standard Serial Number);

3. Dikelola oleh redaksi;

4. Menyampaikan informasi dalam arti luas dari berbagai bidang atau satu bidang;

5. Dalam sekali terbit memuat beberapa tulisan dari beberapa orang penulis;

6. Karangan tidak terlalu panjang seperti buku teks.

Terbitan berkala merupakan media yang efektif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terbitan tersebut memuat ide, gagasan,

hasil-hasil penelitian baru dari suatu keilmuan yang sering disebut publikasi primer.

Publikasi ilmiah menurut Robandi (Robandi, 2008) merupakan salah satu indeks peformansi dari para peneliti, akademisi ilmuwan maupun guru.

Kualitas dari para peneliti dapat dilihat dari kualitas tulisannya. Selain itu, jumlah publikasi ilmiah dan jumlah institusi lain yang mengacu pada hasil penelitian sebuah perguruan tinggi tersebut juga dijadikan unsur dalam akreditasi perguruan tinggi.

2.2. Tujuan Publikasi Ilmiah

Publikasi ilmiah mempunyai tujuan yang sangat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, maupun seni. Dengan adanya publikasi ilmiah yang cukup tinggi diharapkan dapat meningkatkan kualitas keilmuan dari suatu bangsa. Manalu (2011) menyebutkan beberapa tujuan publikasi ilmiah diantaranya :

1. Menyebarluaskan hasil penelitian;

2. Menambah khazanah pengetahuan;

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Meningkatkan prestasi penulis (honour, stature, recognition, promotion);

5. Meningkatkan reputasi lembaga (standing, ranking, renown);

6. Kepuasan diri;

7. Memperbaiki daya saing suatu bangsa.

2.3 . Proses Publikasi Ilmiah

Secara formal, ada beberapa proses dalam publikasi. Proses tersebut ialah pembuatan, transformasi, dan distribusi (Middleton, 2002: 98). Proses-proses yang demikian sudah ada sejak dahulu. Namun sejak lima abad terakhir ini, proses tersebut berubah baik publikasi tercetak maupun elektronik.

Transformasi informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting.

Kegiatan dalam transformasi informasi berkaitan dengan pemrosesan data menjadi suatu produk informasi yang diperlukan bagi para pengguna.

Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam proses ini, antara lain: pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, penyajian dan penyebarluasan, hingga penataan dokumentasi dan perpustakaan (Sutabri, 2005: 36).

2.4. Pengertian Jurnal Ilmiah

Jurnal ilmiah termasuk dalam terbitan berkala. Menurut Irianti (1999) jurnal ilmiah sama dengan majalah ilmiah yang pada umumnya memuat naskah berupa hasil-hasil penelitian, laporan, maupun tulisan ilmiah lainnya.

Lasa (2009: 128) menyebutkan :

Jurnal adalah publikasi ilmiah yang memuat informasi tentang hasil kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi minimal harus mencakup kumpulan atau akumulasi pengetahuan baru, pengamatan empiris, dan pengembangan gagasan atau usulan.

Lasa (2009: 129) juga memberikan pengertian tersendiri mengenai jurnal penelitian yaitu :

Jurnal penelitian merupakan publikasi ilmiah yang menyajikan artikel hasil penelitian primer dan dimaksudkan sebagai media komunikasi antarpenulis, antarahli, dan antarilmuwan tingkat nasional maupun tingkat internasional.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jurnal ilmiah adalah salah satu jenis majalah yang berisi artikel hasil penelitian maupun informasi ilmiah dari suatu bidang keilmuan.

2.5. Jenis-jenis Jurnal Ilmiah

Pada umumnya jurnal terbagi menjadi dua jenis, yaitu jurnal tercetak dan jurnal elektronik. Setiap jenis jurnal mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tresnawan dalam Andriaty (2005) menyebutkan beberapa perbandingan jurnal elektronik dan jurnal tercetak menurut beberapa kriteria.

Tabel 1. Perbandingan jurnal elektronik dan jurnal tercetak

No. Kriteria Jurnal Elektronik Jurnal Tercetak

1. Kemutakhiran Mutakhir Mutakhir 5. Kesempatan akses Bisa bersamaan Antri 6. Sarana penelusuran Otomatis tersedia Harus dibuat

7. Waktu penelusuran Cepat Lama

8. Keamanan Lebih aman Kurang aman

9. Manipulasi dokumen Sangat mudah (seperti kutipan)

Tidak bisa 10. Jumlah judul yang dapat dilanggan

dengan jumlah dana yang sama

Lebih banyak Lebih sedikit 11. Harga total langganan Jauh lebih murah Lebih mahal

Perkembangan zaman membuat jenis jurnal semakin beragam. Chen, et.al (2001: 365-367) membagi jenis jurnal berdasarkan cara mengaksesnya, yaitu:

a. Print only (P). These were titles that are only available in print format.

b. Electronic priced separately (E). These were journals with electronic versions that were available with surcharge or were priced separately.

c. Combination price (C). These were the electronic versions of print journals that were offered “free online” with print subscriptions.

d. Aggregated pricing (A). Titles that were available for purchase as a collection through publishers.

a. Hanya cetakan (P). Ini adalah judul-judul yang dapat diperoleh hanya dalam wujud cetakan

b. Bentuk elektronik yang diberi harga terpisah (E). Ini adalah jurnal-jurnal dengan versi elektronik yang dapat diperoleh dengan biaya tambahan/diberi harga secara terpisah.

c. Harga Gabungan (C). Ini adalah versi elektronik dari jurnal-jurnal yang telah diterbitkan yang ditawarkan dengan bebas secara online dengan tandatangan.

d. Aggregated Pricing (A). Judul-judul yang dapat dibeli melalui penerbit sebagai koleksi.

Menurut pemahaman peneliti, pendapat di atas dapat diartikan bahwa jurnal terbagi menjadi empat jenis yaitu :

1. Jurnal yang hanya tersedia dalam bentuk tercetak.

2. Jurnal yang hanya tersedia dalam bentuk elektronik.

3. Jurnal versi elektronik dari jurnal tercetak yang dapat diperoleh secara gratis.

4. Jurnal yang hanya dapat diperoleh dengan berlangganan.

Jurnal-jurnal yang terbit di kalangan perguruan tinggi mempunyai jenis yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh jenis penelitian di perguruan tinggi lebih kompleks dan beragam. Saukah dalam Rachmawati (2008: 173-174) mengelompokkan sebagai berikut :

1. Jurnal Ilmiah Lokal

Jurnal ilmiah lokal berisi karya ilmiah maupun artikel hasil penelitian yang ditulis oleh dosen-dosen dari perguruan tinggi itu sendiri.

Pengelolaan dari jurnal ini berasal dari kalangan sendiri dan artikel yang termuat di dalam jurnal disunting oleh para dosen dari dalam perguruan tinggi. Jurnal ilmiah lokal didiseminasikan secara terbatas, hanya untuk kalangan perguruan tinggi tersebut.

2. Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi

Jenis jurnal ini memiliki kontributor atau penulis yang sebagian besar berasal dari luar lingkungan perguruan tinggi. Proses penyuntingan naskah melibatkan pakar dari luar lingkupnya. Penyebaran jurnal telah secara nasional bukan lagi hanya untuk kalangan sendiri. Namun dalam sisi tampilan dan isinya, jurnal belum memenuhi kriteria akreditasi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) maupun LIPI .

3. Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi

Jurnal ilmiah nasional terakreditasi pada dasarnya sama dengan jurnal ilmiah nasional tidak terakreditasi. Perbedaan yang terdapat pada

jurnal ini ialah tampilan dan isinya. Tampilan dan isi jurnal telah memenuhi kriteria akreditasi.

4. Jurnal Ilmiah Internasional

Jurnal ilmiah internasional adalah jurnal yang telah memiliki reputasi di kalangan peneliti tingkat internasional. Artikel yang dimuat merupakan tulisan ataupun hasil-hasil penelitian dari kalangan peneliti bukan hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri. Adanya keterlibatan pakar internasional sebagai penyunting naskah membuat jurnal memiliki kualitas yang baik. Jenis jurnal ini juga sudah didiseminasi secara global.

2.6. Fungsi Jurnal

Setiap publikasi mempunyai fungsi sebagai sarana penyebarluasan informasi bagi khalayak umum. Jurnal sebagai salah satu bentuk publikasi juga mempunyai fungsi tersebut. Namun, publikasi dalam bentuk jurnal ilmiah memiliki fungsi khusus yang sangat jauh berbeda dengan bentuk publikasi lainnya seperti buku dan surat kabar. Seperti yang diungkapkan Manalu (2011) dalam presentasinya yang berjudul Kebijakan Pengembangan Jurnal, fungsi jurnal ilmiah ialah :

a. Registrasi kegiatan kecendekiaan seseorang;

b. Sertifikasi hasil kegiatan kecendekiaan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum;

c. Diseminasi secara meluas karya kecendekiaan itu kepada khalayak ramai;

d. Pengarsipan atas semua temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan dan keilmuan yang dimuatnya.

2.7. Pengelolaan Jurnal Ilmiah

Penerbitan jurnal ilmiah merupakan bagian dari proses diseminasi informasi ilmiah. Peran yang diemban jurnal ini menyebabkan dalam proses penerbitannya dibutuhkan pengelolaan yang baik. Pengelolaan suatu jurnal ilmiah akan mempengaruhi kualitas jurnal baik dari sisi penampilan hingga substansinya.

Pengelolaan jurnal ilmiah di Indonesia telah mempunyai aturan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Biasanya, setiap penerbit jurnal memiliki kebijakan tersendiri yang tetap mengacu pada peraturan tersebut. Hal ini terjadi karena setiap jurnal mempunyai kekhasan masing-masing.

Menurut Manalu (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengelolaan jurnal ilmiah hasil penelitian diantaranya adalah :

a. Budaya menulis;

b. Sumber naskah;

c. Kualitas artikel;

d. Dukungan dana;

e. Pelanggan jurnal;

f. Komitmen penulisan terhadap revisi naskah;

g. Pengetahuan pengelola tentang manajemen jurnal; dan h. Komitmen pengelola dan peer group.

Dalam pedoman akreditasi majalah ilmiah yang diterbitkan oleh LIPI, disebutkan ada berbagai hal yang menyangkut pengelolaan jurnal. Hal-hal tersebut digunakan sebagai instrumen penilaian akreditasi jurnal ilmiah di Indonesia.

2.7.1. Lembaga Penerbit

Lembaga penebit jurnal ilmiah hasil penelitian banyak dari kalangan perguruan tinggi. Hal ini tidak lepas dari peran perguruan tinggi yang tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Penerbitan sebuah jurnal di perguruuan tinggi dikelola oleh lembaga penelitian masing-masing perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Sebuah lembaga penerbit jurnal sebaiknya dapat mengelola jurnal secara mapan, memiliki kekuatan dan ketetapan hukum, serta memiliki dukungan dana untuk menjamin keberlangsungan penerbitan jurnal (LIPI, 2011: 22).

Pedoman akreditasi majalah ilmiah yang diterbitkan oleh LIPI (2011) menyebutkan bahwa lembaga penelitian dapat bekerja sama dengan organisasi profesi ilmiah. Kerja sama ini dapat memberikan keuntungan yang besar bagi lembaga penelitian karena lembaga tersebut mendapatkan dukungan keilmian paling besar baik dari kesesuaian bidang ilmu, sumber daya pengelola, maupun objek penelitan.

2.7.2. Manajemen Naskah

Naskah dalam jurnal ilmiah hasil penelitian berupa suatu artikel.

Artikel hasil penelitian yang diterbitkan dalam suatu jurnal ilmiah hanya berisi hal-hal penting yang menyangkut penelitian dan dapat memberikan dampak akademik yang lebih cepat dan luas (Dwiloka, 2005: 87).

Pengelolaan artikel jurnal ilmiah hasil penelitian mempunyai proses yang memakan waktu paling lama dalam proses penerbitan dan melibatkan banyak pihak. Artikel hasil penelitian yang dikirimkan oleh para kontributor atau penulis tidak bisa langsung diterbitkan. Artikel yang telah masuk kepada DewanRredaksi kembali dikoreksi baik oleh kalangan dewan redaksi maupun orang di luar Dewan Redaksi.

Menurut Pusbindiklat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, manajemen naskah dalam jurnal ilmiah melalui beberapa tahapan.

Pertama yang harus dilalui setelah naskah diterima ialah sidang penyunting. Sidang penyunting diadakan untuk menentukan penyuntingan naskah mulai dari format penulisan hingga kebahasaan. Selain itu, sidang penyunting juga menentukan mitra bestari yang akan menyunting dari segi isi naskah.

Kedua, tahapan sidang penyunting selesai ketua dewan redaksi akan menentukan naskah diterima, diperbaiki atau ditolak. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan hasil penyuntingan dan saran yang diberikan mitra bestari Naskah akan kembali ke penulis untuk dilakukan

koreksi ulang maupun perbaikan. Ketiga ialah pencetakan artikel sehingga siap untuk diterbitkan.

Gambar 1. Diagram Alir Penerbitan Naskah

Sumber : Lukman dan Switien Kustantyana. 2012. Manajemen Penerbitan Jurnal Ilmiah.

Pengelolaan naskah yang baik akan mempengaruhi kualitas naskah sehingga akan mempengaruhi kualitas jurnal juga. Naskah merupakan bagian pokok dari jurnal. Pengelolaan naskah dapat dikatakan baik jika memenuhi beberapa indikator, yaitu (LIPI, 2012) :

1. Proses penelaahan ketat, objektif, sesuai kepakaran, dan menggunakan sistem blind review;

Penulis

Sidang Penyunting

Mitra Bestari Naskah Diterima Buku Besar

Diterima

Pencetakan

Terbit Penulis Diperbaiki

Ketua

Ditolak

2. Proses penyuntingan ketat, objektif, bermutu, dan terbuka;

3. Rentang waktu antara tanggal penerimaan naskah dan tanggal keputusan terbit tidak terlalu lama;

4. Ketersediaan naskah siap terbit untuk terbitan berikutnya mencukupi dan berkesinambungan;

5. Jumlah penolakan relatif tinggi;

6. Lembaga asal penulis beragam (tidak berasal dari lingkungan sendiri);

7. Waktu penerbitan sesuai jadwal keberkalaan.

2.7.3. Dewan Redaksi

Struktur redaksi jurnal ilmiah hasil penelitian yang baik ialah yang melibatkan unsur-unsur dewan redaksi, ketua dewan redaksi, dan redaksi pelaksana. Dewan redaksi ialah dewan yang terdiri dari para pakar dengan keahlian sesuai bidang keilmuan majalah ilmiah. Jurnal ilmiah hasil penelitian memiliki dewan redaksi yang berperan sebagai nara sumber dan pengambil keputusan terakhir apabila terjadi perbedaan pendapat mengenai penerbitan artikel (LIPI, 2011: 23). Dewan redaksi mempunyai fungsi sebagai jembatan antara penulis artikel ilmiah dan pembacanya (Wibowo, 2008: 18).

Ketua dewan redaksi mempunyai tugas dan tanggung jawab atas kualitas penyuntingan dan kualifikasi ilmiah suatu jurnal ilmiah. Ketua dewan redaksi dibantu oleh penyunting pelaksana yang bertanggung jawab

atas semua kerja keredaksian dan pengelolaan jurnal (LIPI, 2011: 23).

Tugas dan tanggung jawab dari ketua dewan redaksi dan penyunting pelaksana yang cukup berat menuntut pengelola khususnya ketua dewan redaksi dan penyunting pelaksana mempunyai wawasan yang luas dan ahli dalam bidang keilmuaan yang menjadi fokus jurnal. Dengan wawasan dan keahlian yang dimiliki tersebut diharapkan mereka mampu memilih artikel-artikel yang berkualitas (Wibowo, 2008: 18).

2.7.4. Penelaahan oleh Mitra Bestari

Keberadaan mitra bestari dalam jurnal merupakan hal yang sangat penting. Mitra bestari akan menilai dan menelaah naskah dari berbagai segi. Penelaahan dalam suatu naskah sebelum diterbitkan di jurnal ilmiah hasil penelitian merupakan bagian yang penting. Penelahaan naskah akan ikut mempengaruhi dampak ilmiah dan publikasi naskah yang merupakan hasil penelitian.

Mitra bestari adalah pakar yang ditunjuk oleh dewan redaksi sebagai penilai yang telah diakui kepakarannya oleh rekan-rekan sejawatnya dan dibuktikan dengan hasil publikasi ilmiahnya (LIPI, 2011).

Sementara itu, Wasmen Manalu (2011) menyebutkan mitra bestari merupakan wasit yang merupakan kelompok peninjau atau penelaah naskah sebelum diputuskan untuk diterima atau ditolak penerbitannya.

Dari dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa mitra bestari merupakan orang yang ahli atau pakar yang ditunjuk oleh dewan redaksi

untuk meninjau atau menelaah naskah sebelum naskah diterima atau ditolak penerbitannya.

Fungsi mitra bestari dalam suatu jurnal ialah (LIPI, 2012):

1. Mendorong penulis untuk memenuhi standar yang diterima dari disiplin ilmu mereka;

2. Mencegah penyebaran temuan dan informasi yang tidak relevan;

3. Mencegah penafsiran yang salah dari suatu hal;

4. Mencegah pendapat pribadi yang tidak berpegang pada teori-teori ilmiah.

Adapun tanggung jawab seorang mitra mestari adalah (LIPI, 2012) : 1. Menetapkan kemanfaatan dan akurasi ilmiah;

2. Menetapakan relevansi, orisionalitas, dan lingkup kajian naskah;

3. Mencatat setiap indikasi terjadinya pelanggaran etika;

4. Ikut merekomendasikan apakah naskah tersebut layak atau tidak untuk dipublikasikan.

2.7.5. Substansi Jurnal

Substansi atau isi pokok dari jurnal. Substansi yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi bentuk artikel atau naskah, cakupan keilmuan dan kualitas informasi dari naskah.

Bentuk artikel yang dimuat bermacam-macam. Dalam jurnal ilmiah, bentuk artikel dapat berupa hasil penelitian, tinjauan, pemikiran atau ulasan dan komunikasi pendek. Jurnal ilmiah dapat berisi beberapa

bentuk artikel namun akan lebih baik apabila jurnal tersebut menyajikan artikel-artikel hasil penelitian. Hasil penelitian dapat berupa hasil penelitian primer maupun sekunder. Hasil penelitian primer merupakan hasil penelitian yang berdasarkan penelitian asli (pertama). Sementara itu, hasil penelitian sekunder ialah hasil penelitian yang berdasarkan peneltian yang sudah dilakukan sebelumnya atau menggunakan data yang telah tersedia.

Menurut Wibowo (2008: 22) artikel ilmiah untuk jurnal mempunyai ciri-ciri :

1. Menggunakan sumber primer sebagai acuan;

2. Mengandung informasi baru;

3. Penulis mudah dihubungi melalui cara normal (telepon, surat);

4. Penerbitannya direkomendasikan oleh mitra bestari;

5. Mematuhi pedoman penulisan yang telah ditetapkan pengelola jurnal ilmiah.

Cakupan keilmuan dari naskah juga menjadi fokus jurnal ilmiah.

Jurnal ilmiah hendaknya mempunyai cakupan keilmuan yang spesifik sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu tersebut.

Cakupan ilmu yang spesifik ini juga akan memudahkan pembaca dalam memperoleh informasi yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Kualitas informasi (quality of information) dapat dilihat dari tiga hal, yaitu akurat (accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan (relevance) (Sutabri, 2005: 35).

a. Akurat (accurate)

Informasi yang berkualitas harus bebas dari kesalahan dan tidak bias.

Informasi harus mencerminkan maksud yang terkandung didalamnya.

Keakuratan informasi ini diperlukan karena dalam transfer informasi dari sumber kepada penerima kemungkinan banyak terjadi gangguan sehingga dapat merusak ataupun mengubah informasi tersebut.

b. Tepat Waktu (timelines)

Informasi yang berkualitas ialah informasi yang ada pada saat waktu informasi tersebut dibutuhkan. Keterlambatan penyampaian informasi akan mengakibatkan informasi tersebut usang dan tidak bernilai lagi.

c. Relevan (relevance)

Informasi yang relevan ialah informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Relevansi dari suatu informasi akan berimbas pada manfaatnya terhadap pengguna.

2.7.6. Penyebarluasan Informasi

Proses penyebarluasan suatu informasi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan media yang beragam begitu pula dalam proses menyebarluaskan informasi seperti jurnal. Jurnal ilmiah hasil penelitian merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh peneliti untuk mempublikasikan hasil penelitiannya kepada masyarakat. Sebelum menyebarluaskan atau mempublikasikan jurnal ilmiah, pengelola hendaknya mengetahui siapa yang menjadi sasaran pembaca (target

reader) dari jurnal yang mereka kelola. Sasaran pembaca akan menentukan bagaimana arus penyebaran suatu informasi.

Yusup (2009: 352-355) membedakan arus informasi dari aspek luasnya informasi tersebut disebarluaskan. Ia membagi menjadi dua kelompok yaitu arus makro dan mikro.

1. Arus Makro

Arus informasi makro adalah model arus yang terdapat pada sistem pemerintahan. Arus informasi ini terjadi saat perpindahan informasi yang mempunyai nilai umum menyebar secara luas ke bawah yaitu masyarakat. Pola arus ini adalah piramida dan horizontal.

2. Arus Mikro

Arus informasi mikro sering terjadi pada satu komunitas saja. Informasi menyebar secara terbatas pada lingkungan tersebut.

Namun hal ini bukan tidak mungkin informasi yang ada pada lingkup terbatas bisa menyebar secara luas.

Setelah pengelola menentukan sasaran pembaca maka selanjutnya mereka dapat menentukan media yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan jurnal. Jenis media yang digunakan untuk mendiseminasikan jurnal pada saat ini ada dua macam, yaitu melalui media elektronik dan media cetak.

Media cetak merupakan media yang sering digunakan dalam mendiseminasikan jurnal ilmiah. Namun seiring perkembangan teknologi informasi, media cetak sudah mulai ditinggalkan. Penggunaan media cetak dirasa kurang menguntungkan karena membutuhkan biaya pencetakan yang cukup mahal dan sasaran pembaca yang dapat memanfaatkan artikel dalam jurnal ilmiah juga tidak dapat terjangkau.

2.8. Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai pengelolaan jurnal ilmiah secara khusus belum ditemukan oleh peneliti. Peneliti memperoleh data penelitian terdahulu yang memiliki tema berkaitan dengan pengelolaan jurnal ilmiah yaitu manajemen publikasi hasil penelitian.

Penelitian yang berjudul “Manajemen Publikasi Hasil Penelitian Pusat Studi di Universitas Gadjah Mada” merupakan tesis yang ditulis oleh Sunarno, mahasiswa S2 Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM.

Penelitian ini mengkaji tentang kegiatan dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengelolaan personalia serta pengawasan dalam kegiatan publikasi hasil penelitian yang dihasilkan oleh pusat-pusat studi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pusat studi telah melakukan kegiatan publikasi hasil penelitian dengan standar sedang dan hanya sebagian kecil yang telah melakukan publikasi hasil penelitian dengan standar baik.

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2010: 6) adalah :

“penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang melakukan analisis hanya pada taraf penggambaran yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga lebih mudah dipahami (Azwar, 2009: 6). Jenis penelitian ini memungkinkan peneliti dapat mengkaji secara mendalam mengenai pengelolan jurnal.

Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, maupun lembaga (Musa & Nurfitri, 1988: 9). Pendekatan studi kasus dapat membantu peneliti untuk memperoleh data yang ia perlukan. Studi kasus menghasilkan

kesimpulan dari suatu kekhususan dan hasil dari penelitian ini bersifat khusus (Sulistyo-Basuki, 2006: 113).

Metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif serta menggunakan pendekatan studi kasus digunakan dalam penelitan ini supaya peneliti dapat mengkaji secara mendalam mengenai pengelolan Journal of Coastal Development.

3.2. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pengelolaan Journal of Coastal Development. Subjek dari penelitian ini ialah pengelola jurnal yang terdiri dari Ketua Dewan Redaksi (editor in chief) dan Penyunting Pelaksana

Obyek penelitian ini adalah pengelolaan Journal of Coastal Development. Subjek dari penelitian ini ialah pengelola jurnal yang terdiri dari Ketua Dewan Redaksi (editor in chief) dan Penyunting Pelaksana

Dokumen terkait