BAB III METODE PENELITIAN
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
3.5.2. Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian berada pada Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sampel Penelitian adalah Petani padi sawah yang menerapkan SRI (System of Rice Intensif).
3. Waktu Penelitian adalah tahun 2020.
28 BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
Desa Pematang Setrak berada pada Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri atas 8 dusun dengan luas wilayah mencapai 670,64 ha. Berdasarkan komposisi tanah tersebut, tanah di Desa Pematang Setrak cocok digunakan sebagai areal pertanian. Kondisi lahan yang tergolong datar dan tidak berbukit memudahkan dalam pembuatan sistem pengairan yang merupakan penunjang teknis dalam sektor pertanian.
Desa Pematang Setrak memiliki jarak ± 7 Km dari ibukota Kecamatan dan
± 20 Km dari ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Pengguanan lahan pada Desa Pematang Setrak didominasi pada pemanfatan sbeagai usahatani, dengan tanaman utama berupa padi. Lahan pertanian sawah pada Desa Pematang Setrak terletak pada Dusun VI, VII dan VIII. Pengoptimalan lahan dalam budidaya padi sawah telah dilakukan oleh masyarakat, dengan luas areal yang didominasi oleh persawahan. Pemanfaatan wilayah di Desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :
29
Tabel 4.1 Pemanfaatan Luas Wilayah Desa Pematang Setrak
No Keterangan Luas Wilayah
(Ha)
Persentase (%)
1 Persawahan 265,00 39,510
2 Tegal/Perladangan 103,00 15,350
3 Perkebunan 96,23 14,340
4 Perumahan/Pemukiman 202,92 30,250
5 Perkantoran/Sarana Sosial
a. Kantor/Balai Desa 0,86 0,128
b. Puskesmas/Puskesdes 0,06 0,008
c. 4 Unit Mesjid 0,16 0,023
d. 3 Unit Musholla 0,34 0,050
e. 1 Unit Sekolah 0,08 0,011
f. Jalan Umum/Jalan Dusun 0,40 0,094
g. Saluran Irigasi Tersier 0,75 0,111
h. Saluran Pembuangan 0,84 0,125
Total 670,64 100,000
Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020
Dari Tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan Desa Pematang Setrak digunakan untuk lahan persawahan dengan 265 Ha atau sekitar 39,51% dari total luas area. Tanaman primadona pada Desa Pematang Setrak berupa tanaman padi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Rasio pemanfaatan lahan terkecil didapatkan pada fasilitas kesehatan Desa berupa puskesmas atau puskesdes dengan persentase 0,008%.
4.2. Kondisi Sosio Demografis
4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari data kantor kepala desa didapatkan jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 berjumlah sebesar 4.585 jiwa dengan total KK sebesar 1.146 KK yang terdiri dari 8 dusun. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada pada Tabel 4.2.
30
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Dusun Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Total
(Jiwa) Laki-laki Laki-laki Perempuan L P
1 I 342 336 15,06 14,52 678
2 II 285 294 12,55 12,71 579
3 III 272 310 11,98 13,40 582
4 IV 173 152 7,62 6,57 325
5 V 421 468 18,54 20,22 889
6 VI 225 225 9,91 9,72 450
7 VII 204 206 8,98 8,90 410
8 VIII 349 323 15,37 13,96 672
Total 2.271 2.314 49,53 50,47 4.585
Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa bedasarkan jenis kelamin Desa Pematang Setrak didominasi oleh penduduk penduduk perempuan 2.314 jiwa atau 50,47% dan jumlah penduduk laki – laki didapatkan sebesar 2.271 jiwa atau 49,53%. Jumlah penduduk terbesar didapatkan pada dusun V dengan total 889 jiwa atau sebesar 19,39% dari total jumlah penduduk Desa Pematang Setrak.
4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu wiayah.
Tingginya jumlah penduduk menjamin ketersediaan tenaga kerja pada suatu wilayah. Berdasarkan data dari Kantor Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan usia.
Berdasarkan Tabel 4.3 penduduk desa Pematang Setrak didominasi penduduk yang berusia produktif berumur 17-59 tahun, didapatkan sebesar 2.758 jiwa dengan persentase 60,15%. Persentase penduduk terkecil berdasarkan usia didapatkan pada rentang umur 13-16 tahun dengan total 359 jiwa dengan persentase sebesar 7,83%. Berdasarkan data penduduk didapatkan desa Pematang Setrak mempunyai potensi dari sisi sumber daya manusia, dengan angka
31
penduduk usia produktif yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk usia produktif akan memudahkan proses transfer teknologi pertanian baik yang dilakukan oleh penyuluh maupun pihak lainnya, serta memudahkan dalam menemukan pekerja dalam sektor pertanian.
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur
No Dusun Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu wilayah, dimana masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan tinggi memiliki kecendrungan untuk melakukan inovasi berdasarkan latar belakang pendidikan yang didapatkan. Jenjang pendidikan dapat digunakan sebagai parameter kemajuan dan pembangunan suatu wilayah. Masyarakat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan berpikir lebih rasional dan lebih menerima teknologi yang baru. Bentuk transfer teknologi dan inovasi dalam bidang pertanian akan lebih mudah dilakukan. Berdasarkan data dari Kantor Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan sebagai berikut:.
32
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Dusun Tingkat Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
TK SD SMP SMA PT
1 I 16 170 206 200 20 613
2 II 8 151 138 215 15 529
3 III 21 420 27 28 15 514
4 IV 1 214 19 65 6 309
5 V 11 416 131 241 4 808
6 VI 13 176 112 93 7 407
7 VII 8 149 65 130 31 390
8 VIII 12 295 56 46 6 423
Total 90 1991 754 1018 104 3957
Persentase (%) 2,27 50,32 19,05 25,73 2,63 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan distribusi penduduk Desa Pematang Setrak berdasarkan jenjang pendidikan didominasi pada lulusan Sekolah Dasar sebesar 1.991 jiwa atau sebesar 50,32%. Rasio penduduk terkecil didapatkan pada jenjan pendidikan Taman Kanak sebesar 2,27%. Pada jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi didapatkan rasio sebesar 25,73% dan 2,63% dari total jumlah penduduk. Dari data tersebut dapat disimpulkan tingkat pendidikan pada Desa Pematang Setrak tergolong sedang, hal ini dapat dilihat pada jenjang pendidikan menengah yang cukup tinggi. Penduduk juga semakin sadar pentingnya pendidikan, sehingga banyak penduduk yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Pada masa depan diyakini jumlah penduduk yang memiliki jenjang Pendidikan Tinggi akan terus meningkat, hal ini dapat mendorong pembangunan dan kesejahtraan masyarakat Desa Pematang Setrak.
4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama
Berdasarkan data kantor Desa Pematang Setrak, mayoritas penduduk beragama Islam, kemudian Protestan dan Katolik. Distribusi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
33
Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama
No Dusun Agama Jumlah
Islam Protestan Katolik Hindu Budha (Jiwa)
1 I 658 20 - - - 678
2 II 579 - - - - 579
3 III 582 - - - - 582
4 IV 283 42 - - - 325
5 V 879 10 - - - 889
6 VI 447 0 3 - - 450
7 VII 388 18 4 - - 410
8 VIII 545 127 - - - 672
Total 4.361 217 7 0 0 4.585
Persentase (%)
95,11 4,73 0,15 0 0 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoitas penduduk Desa Pematang Setrak memeluk agama Islam sebesar 4.362 jiwa dengan persentase 95,11%, sedangkan paling sedikit adalah yang memeluk agama kristen katolik yaitu 7 jiwa dengan persentase 0,15%. Walaupun agama islam sebagai agama mayoritas di Desa Pematang Setrak, toleransi antar umat beragama tetap dipegang teguh oleh masyarakat Desa. Hal ini dibuktikan tidak adanya kasus gesekan antara umat beragama di Desa Pematang Setrak. Penduduk saling menghormati antar umat beragama lainnya.
4.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Berdasarkan data kantor Desa Pematang Setrak hinngga bulan November 2021, didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan etnis/suku sebagai berikut.
34
Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
No Dusun Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
Lanjutan Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
No Dusun Suku Jumlah Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui mayoritas penduduk Desa Pematang Setrak merupakan suku bangsa Jawa dengan total penduduk sebesar 3.567 jiwa atau 77,8%. Rasio suku bangsa terkecil adalah suku Aceh dengan total 8 jiwa dengan persentase sebesar 0,17%.
4.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Data distribusi penduduk Desa Pematang Setrak berdasarkan mata pencaharian sebagai berikut.
35
Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Dusun
Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
Lanjutan Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Dusun Pekerjaan/Mata Pencaharian
TANI BURUH LAINNYA TOTAL
Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Pematang Setrak berada di sektor pertanian sebagai petani sebanyak 743 jiwa dengan persentase 37,83% dari total jumlah penduduk.
Minoritas mata pencaharian masyarakat Desa Pematang Setrak adalah sebagai TNI/POLRI sebanyak 7 jiwa dengan persentase 0,35% dari total jumlah penduduk Desa Pematang Setrak.
36
Dengan mayoritas mata pencaharian penduduk desa sebagai petani menunjukkan bahwa Desa Pematang Setrak merupakan daerah pertanian. Hasil ini juga didukung dengan kondisi alam dan areal lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian. Tersedianya aeral persawahan yang belum dimanfaatkan, komposisi tanah yang sesuai dan serta prasarana teknis berupa jaringan irigasi.
Total angkatan kerja pada penduduk Desa Pematang Setrak mencapai 1964 jiwa dan 2.118 jiwa bukan angkatan kerja. Dari hasil tersebut didapatkan jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak didominasi oleh angkatan kerja dibandingkan penduduk yang tidak termasuk angkatan kerja.
4.3. Kondisi Sarana dan Prasarana 4.3.1. Sarana
Sarana dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan (bisa berupa syarat atau upaya). Kondisi sarana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8 Kondisi Sarana Desa
No Sarana Desa Keterangan
1 Jalan Desa 8,5 Km
2 Jalan Dusun 18 Km
3 Jembatan Desa 2
4 Transportasi Darat Sepeda Motor
5 Puskesmas/Puskesdes 1
6 Mesjid 4
7 Mushollah 3
8 Sekolah 1
9 Kantor Desa 1
10 PLN Ada
11 Air Bersih Ada
12 Poskamling 8
Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020
37 4.3.2. Prasarana
Prasarana adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk terselenggaranya suatu proses, terutama sebagai penunjang perubahan di Desa Pematang Setrak tersebut. Kondisi Prasarana Desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9 Kondisi Prasarana Desa
No Sarana Desa Keterangan
1 Jalan Desa Ada
2 Jalan Dusun Ada
3 Jembatan Desa Ada
4 Transportasi Darat Ada
5 Puskesmas/Puskesdes Ada
6 Mesjid 2
7 Mushollah 2
8 Sekolah 1
Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020
Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani maupun penduduk di Desa Pematang Setrak cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jalan Desa, jembatan, sekolah, fasilitas kesehatan hingga fasilitas peribadatan masyarakat.
38 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Evaluasi Program Penyuluhan Sistem SRI
Evaluasi program dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kegiatan penilaian dan pengukuran mengenai keberhargaan atau manfaat suatu program secara sistematis. Defenisi yang lebih luas adalah evaluasi program merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui wilayah-wilayah keputusan, sumber informasi yang sesuai, untuk kemudian menganalisis informasi tersebut dalam bentuk data yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dengan demikian evaluasi program SRI dapat diartikan sebagai sebuah proses penilaian keberhasilan program SRI yang telah dijalankan, berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil keputusan atas objek yang dievaluasi.
Standar objektif tersebut disajikan dalam sebuah indikator kinerja yang dibangun berdasarkan model evaluasi CIPP.
Tabel 5.1 Penilaian Program Sistem SRI di Daerah Penelitian
No Indikator Kinerja Nilai yang diharapkan
Nilai yang diperoleh
Keterca-paian (%)
1 Penyusunan program penyuluhan Sistem SRI didasarkan pada kebutuhan petani.
4 3,4 85
2
Program penyuluhan Sistem SRI dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.
4 3,2 82
3
Tujuan akhir dari program penyuluhan Sistem SRI berupa peningkatan hasil produksi dan pendapatan petani.
4 3,4 85
4 Program disusun untuk menyediakan sarana dan
4 3,6 89
39 prasarana pendukung sesuai
dengan kebutuhan petani.
Jumlah 16 13,7 85,3
1 Keterlibatan petani dalam perencanaan penyuluhan pertanian sistem SRI.
4 3,3 84
2 Komunikasi antara kelompok tani
dan penyuluh. 4 3,4 84
3 Penyuluhan dan pelatihan oleh PPL kepada petani.
4 3,4 86
4 Kesiapan petani dalam
menerapkan Sistem SRI 4 3,3 82
5 Interaksi dan komunikasi antara
petani dan penyuluh 4 3,4 86
Jumlah 20 16,9 84,5
1 Keterlaksanaan program penyuluhan Sistem SRI.
4 3,4 86
2 Frekuensi penyuluhan Sistem
SRI. 4 3,4 84
3 Frekuensi pelaksanaan
pengawasan oleh penyuluh. 4 3,2 79
4
Penyuluh dapat memenuhi keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani mengatur jadwal dan pola tanam
4 3,4 86
2
Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam pengendalian OPT pada tanaman padi
4 3,3 84
3 Pengurangan tingkat kegagalan
panen dan serangan hama 4 3,2 80
40 berusahatani
Jumlah 32 29,3 89,8
Total 84 73,48 87,48
Sumber: Pengolahan Data 2021
Berdasarkan Tabel 5.1 indikator tersebut didapatlah hasil yang kemudian ditransformasikan secara bertahap. Yang pertama melalui indikator Context (konteks) program SRI di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Context
No Indikator Kinerja (Context)
Penilaian Skor Responden
A % B % C % D %
1 Penyusunan program penyuluhan Sistem SRI didasarkan pada
kebutuhan petani.
17 58,6 12 41,4 0 0 0 0 2 Program penyuluhan
Sistem SRI dilakukan
4 Program disusun untuk menyediakan sarana
Sumber: Lampiran 2 (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada indikator Context (konteks) dalam program sistem SRI di daerah penelitian berjalan dengan baik,
41
dimana responden menjawab A sebanyak 17 dengan persentase rataan 58,6%, sebanyak 12 menjawab B dengan persentase rataan 41,4%. Tidak ada yang menjawab C (Tidak Berhasil) dan D (Sangat Tidak Berhasil). Dari rata-rata jawaban tersebut maka dari komponen konteks dapat dikatakan program SRI berhasil.
Kemudian yang kedua adalah melalui indikator Input (masukan) program SRI di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Hasil Transformasi Penelitian Program Pada Indikator Input (Masukan)
No Indikator Kinerja Input
Penilaian Skor Responden
A % B % C % D %
1 Keterlibatan petani dalam perencanaan penyuluhan
pertanian sistem SRI.
19 65,5 10 34,5 0 0 0 0
2 Komunikasi antara kelompok tani dan
4 Kesiapan petani dalam menerapkan
Sistem SRI. 21 72,4 8 27,6 0 0 0 0
5 Interaksi antara
penyuluh dan petani 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
Rataan 18 62,08 11 37,9 0 0 0 0
Sumber: Lampiran 3 (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat Input (masukan) yang terdiri atas, partisipasi petani, kesiapan kelompok tani, penyuluhan oleh penyuluh, kesiapan petani, dan komunikasi yang terjalin adalah sangat berhasil. Karena sebanyak
42
62,08% menjawab A, kemudian 37,92% menjawab B, serta tidak ada yang menjawab C dan D.
Selanjutnya yang ketiga adalah indikator Process (proses) dimana untuk melihat bagaimana proses penyampaian program kepada petani yang dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Process
No Indikator Proses (Process)
Penilaian Skor Responden
A % B % C % D %
1 Terlaksananya program
penyuluhan SRI 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
2 Frekuensi penyuluhan
SRI 18 62,1 11 37,9 0 0 0 0
3
Frekuensi pelaksanaan pengawasan oleh penyuluh
24 82,8 5 17,2 0 0 0 0
4 Proses penyampaian
informasi oleh penyuluh 12 41,4 17 58,6 0 0 0 0 Rataan 17,5 60,4 11,5 39,6 0 0 0 0 Sumber: Lampiran 3 (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proses penyampaian program oleh penyuluh berjalan dengan baik dimana persentase penilaian petani responden rata-rata adalah menjawab A sebanyak 60,4%, menjawab B sebanyak 39,6%, menjawab C dan D sebanyak 0%.
Terakhir adalah indikator Product (produk), untuk mengetahui hasil setelah program disampaikan dan ditetapkan untuk menjadi acuan dalam perbaikan program selanjutnya. Dapat dilihat pada Tabel 5.5.
43
Tabel 5.5 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Produk
No Indikator Kinerja Produk OPT pada tanaman padi
19 65,5 10 34,5 0 0 0 0 8 Peningkatan kerjasama
dalam berusahatani 16 55,2 13 44,8 0 0 0 0
Rataan 24,5 84,5 4,5 15,5 0 0 0 0
Sumber: Lampiran 3 (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hasil penyampaian dan penerapan program oleh petani terhadap usahataninya berjalan dengan baik, dimana persentase rata-rata petani responden menjawab A sebanyak 84,5%, B sebanyak 4,5%, C dan D sebanyak 0%. Kedelapan indikator penilaian yang telah diuraikan di atas, kemudian secara keseluruhan indikator tersebut dapat ditransformasikan dalam Tabel 5.6 hasil transformasi penilaian program SRI di bawah ini.
44 Tabel 5.6 Hasil Penilaian Program Sistem SRI
No Indikator Nilai yang
diharapkan
Nilai yang diperoleh
% Ketercapaian
1 Context (Konteks) 16 13,7 85,3
2 Input (Masukan) 20 16,9 84,5
3 Process (Proses) 16 13,6 84,9
4 Product (Produk) 32 29,3 89,8
Jumlah 84 73,48 87,48
Sumber: Lampiran 2, 3, 4, 5 (diolah), 2021
Berdasarkan Tabel 5.6 tersebut dapat diketahui bahwa setiap indikator nilai yang diharapkan adalah berada pada range 4-32, dan 73,48 adalah nilai yang berada pada range 71-84 yang artinya adalah Program Sangat Berhasil.
Indikator Context (konteks), sebesar 13,7 dengan persen ketercapaian 85,3%, hal ini menjelaskan pada indikator ini penyusunan program penyuluhan sistem SRI dikatakan sangat berhasil atau berjalan sangat baik karena program dibuat untuk meningkatkan hasil produksi petani, dibuat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, dan dibuat berdasarkan kebutuhan petani.
Indikator Input (masukan) nilai yang diperoleh sebesar 16,9 dengan persentase ketercapaian adalah 8,5%, hasil ini menjelaskan indikator penyusunan program sistem SRI dikatakan sangat berhasil, dan berjalan dengan baik. Dalam hal ini partisipasi petani dalam program penyuluhan SRI sangat terlibat, kesiapan kelompok tani dalam program penyuluhan SRI sangat terlibat, penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh petugas PPL kepada petani sangat berhasil, kesiapan petani dalam menerapkan SRI sangat berhasil, dan komunikasi yang terjadi antara kelompok tani dan penyuluh sangat berhasil.
45
Indikator Process (proses) nilai yang diperoleh adalah 13,6 dengan persentase ketercapaian adalah 84,9% adalah angka yang menunjukkan bahwa program sangat berhasil dan berjalan dengan baik. Karena program SRI terlaksana dengan sangat baik, frekuensi penyuluhan SRI sangat baik, frekuensi pelaksanaan pengawasan oleh penyuluh sangat baik, dan proses penyampaian informasi oleh penyuluh sangat baik.
Indikator Product (produk) nilai yang diperoleh adalah 29,3 dengan persentase ketercapaian 89,5%, hasil ini menunjukkan bahwa penyusunan program SRI adalah sangat berhasil. Dimana peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengatur jadwal dan pola tanam sangat berhasil, peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam pengendalian OPT sangat berhasil, pengurangan tingkat kegagalan panen dan serangan hama sangat berhasil, peningkatan produksi sangat berhasil, peningkatan produktivitas sangat berhasil, peningkatan penerimaan sangat berhasil, peningkatan pendapatan sangat berhasil, dan peningkatan kerjasama dalam berusaha tani sangat berhasil.
5.2. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program SRI
Evaluasi pelaksanaan program SRI bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program SRI berdasarkan panduan teknik budidaya Padi menggunakan SRI yang dikeluarkan oleh Badan Pengembangan dan Penelitian Pertanian. Dari Tabel 5.7 dapat dilihat keseuaian pelaksanaan program sesuai anjuran yang dilakukan oleh petani padi sawah di Desa Pematang Setrak.
Pada komponen pengolahan tanah didapatkan nilai 83,41%, dimana petani sudah melaksanakan program SRI sesuai anjuran yang dilakukan penyuluh
46
pertanian. Dari hasil observasi didapatkan pembajakan lahan dilakukan petani selam 3-4 minggu sebelum musim tanam. Seluruh petani pada lokasi penelitian sudah menggunakan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan dengan kedalaman rata-rata 10-30 cm. Setelah dilakukan tahapan pembajakan, tahapan berikutnya dilakukan penggenangan air sampai terbentuk perlumpuran, kemudian dibuat saluran diseliling dan ditengah sawah. Petani juga melakukan perataan pada permukaan tanah agar dapat dengan mudah mengontrol air
Tabel 5.7 Hasil Evaluasi Pelakanaan Program SRI Pada Petani
No Komponen Nilai yang
diharapkan
Nilai yang diperoleh
Persentase Ketercapaian
(%)
1 Pengolahan tanah 20 13,34 83,41
2 Pemilihan benih 8 7,55 94,40
3 Penanaman 16 13,08 81,73
4 Pemupukan* 8 - -
5 Pengendalian hama 16 12,86 80,39
6 Panen 12 11,69 97,41
7 Pasca panen 12 11,34 94,54
Jumlah 84 73,48 88,65
*Tidak dilakukan evaluasi
Pada komponen pemilihan benih didapatkan nilai 94,40%, dimana petani sudah melaksanakan program SRI sesuai anjuran yang dilakukan penyuluh pertanian. Dari hasil observasi didapatkan proses persemaian yang dilakukan meliputi proses seleksi benih dan penyemaian langsung di areal persawahan maupun pada wadah plastik. Proses seleksi dilakukan dengan cara perendaman dan yang terapung dibuang. Kemudian benih direndam selama 2x24 dan diperam selama 2x24 hingga radikula keluar. Pada penggunaann bibit unggul rata-rata
47
petani sudah menggunakan benih bersertifikat dengan jenis Impari 32, pandan wangi dan mekongga.
Pada komponen penanaman didapatkan nilai sebesar 81,73%, hal ini menunjukkan petani sudah melaksanakan proses penanaman sesuai dengan anjuran penyuluh pertanian. Dari hasil obeservasi didapatkan penamaman dilakukan pada usia bibit maksimum 15 hari. Proses penanaman dilakukan pada jarak tanam 20x20 cm dengan kedalaman rata-rata 5 cm.
Pada komponen pemupukan tidak dilakukan proses evaluasi karena seluruh petani di Desa Pematang Setrak sudah menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan. Berdasarkan hasil observasi dilapangan keseluruhan petani yang tergabung dalam kelompok tani FAJAR di lokasi penelitian sudah menggunakan pupuk organik secara keseluruhan pada proses penanaman. Pupuk organik/kompos diihasilkan dari kotoran ternak yang dimiliki oleh petani, pada gambar 5.1 dapat dilihat proses pembuatan pupuk kompos di area lokasi penelitan. Proses pembuatan pupuk dari kotoran ternak dimulai dari proses pengeringan kotoran ternak, dilanjutkan dengan proses penghalusan dengan mesin yang, kemudian proses pelapukan dengan decomposer stardec. Proses pembuatan pupuk kompos memakan waktu kurang lebih 2-3 minggu.
Gambar 5.1 Proses Pengolahan Pupuk Kompos di Desa Pematang Setrak
48
Pada komponen pengendalian hama dan penyakit didapatkan nilai sebesar 80,39%, mengindikasikan seluruh petani sudah melakukan anjuran penyuluh pertanian dalam proses pengendalian hama dan penyakit. Dari hasil observasi didapatkan pada proses penyiangan petani di desa Pem Setrak melakukan penyiangan pada umur padi ± 1minggu setelah tanam. Keselurhan petani tidak menggunakan pestisida kimia, tetapi pestisida organic yang di supply dari kelompok tani.
Pada hasil evaluasi komponen panen didapatkan nilai sebesar 97,41%, mengindikasikan seluruh petani sudah melakukan anjuran penyuluh pertanian dalam proses panen. Dari hasil observasi didapatkan pada proses panen petani menggunakan arit maupun mesin babat. Panen dilakukan petani setelah 90% daun menguning. Perontokan dilakukan dengan mesin thresser. Pada proses panen rata-rata petani menggunakan sistem borongan untuk penggunaan tenaga kerja. Rata-rata hasil panen yang didapatkan sekitar 7000-7500 kg/ha.
Pada hasil evaluasi komponen pasca panen didapatkan nilai sebesar 94,54%, hal ini mengindikasikan evaluasi komponen panen didapatkan nilai sebesar 97,41%, mengindikasikan seluruh petani sudah melakukan anjuran penyuluh pertanian dalam proses pasca panen. Berdasarkan hasil observasi didapatkan, proses pengeringan gabah dilakukan selama ±3 hari. Pada observasi kelompok tani FAJAR di desa PEMATANG SETRAK sudah memiliki mesin kilang padi sendiri dan pengemasan padi dilaukan dalam karung plastik.
Dari hasil evaluasi secara keseluruhan didapatkan nilai persentase ketercapaian sebesar 88,65%. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan petani padi
49
sawah di Desa Pematang Setrak sudah menerapkan proses penanaman padi dengan metode SRI sesuai dengan anjuran penyuluh pertanian.
5.3. Evaluasi Hasil Program SRI
Evaluasi hasil program SRI bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program SRI pada masing-masing komponen berupa peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, penurunan hama dan penyakit, peningkatan pengetahuan serta terkoordinirnya pengetahuan. Keseluruhan skor didapatkan dari hasil wawancara dengan petani. Dari tabel 5.8 dapat dilihat hasil pelaksanaan programa SRI yang dirasakan oleh petani padi sawah di Desa Pematang Setrak.
Tabel 5.8 Hasil Evaluasi Keberhasilan Program SRI
No Komponen Nilai yang
diharapkan
Nilai yang diperoleh
Persentase Keberhasilan
(%)
1 Peningkatan Produksi 4 3,31 82,76
2 Peningkatan Produksi 4 3,21 80,17
3 Penurunan Hama 4 3,17 79,31
4 Peningkatan Pengetahuan 4 3,45 86,21
5 Terkordinirnya Tanaman 4 3,24 81,03
Jumlah 20 16,38 81,90
Dari komponen peningkatan produksi dan produktivitas panen didapatkan nilai sebesar 82,76% dan 80,17%. Dimana rata-rata petani menjawab sangat berhasil dan berhasil, tidak ada petani yang menyatakan program SRI dari komponen peningkatan produksi dan produktivitas tidak berhasil dan sangat tidak
Dari komponen peningkatan produksi dan produktivitas panen didapatkan nilai sebesar 82,76% dan 80,17%. Dimana rata-rata petani menjawab sangat berhasil dan berhasil, tidak ada petani yang menyatakan program SRI dari komponen peningkatan produksi dan produktivitas tidak berhasil dan sangat tidak