• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Kerangka Pemikirian

Tantangan utama dalam proses penanaman padi adalah bagaimana teknik maupun metode yang diterapakan menghasilkan produksi padi yang tinggi dengan biaya seminimal mungkin. Untuk mewujudkan upaya tersebut terdapat kendala berupa petani yang belum sepenuhnya patuh dalam melaksanakan anjuran yang diberikan. SRI (System Of Rice Intensification) merupakan teknik dalam budidaya padi yang berfokus pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui konsolidasi masyarakat pertanian dan pengoptimalan potensi daerah pertanian.

Teknik SRI memiliki basis pada kegiatan ramah lingkungan dengan menggantikan penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Dari pengembangan teknik budidaya SRI tersebut didapatkan pemulihan pada kesehatan tanah serta kesehatan pengguna produk hasil pertanian.

Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

17

Dengan adanya metode SRI (System Of Rice Intensification) dibuthkan penataan ulang terhadap program-program penyuluhan. Melalui evaluasi program penyuluhan yang terdiri dari kegiatan analis, pengukuran, serta penialaian dampak yang ditimbulkan atau keberhasilan dari sebuah program.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menilai keberhasilan dari program sistem SRI (System Of Rice Intensification) yakni sudah sejauh mana pencapaiannya di daerah penelitian dengan menggunakan model evaluasi CIPP yakni context, input, process, dan product. Kemudian, menilai pelaksaan program tersebut, apakah petani menerapkannya pada usahataninya sesuai anjuran dari penyuluh. Setelah diterapkan bagaimana hasilnya, apakah berdampak terhadap produksi dan pendapatan petani, apakah ada perubahan sebelum dan setelah mengikuti program sistem SRItersebut. Kemudian diketahui lah apakah program tersebut berhasil atau tidak, jika iya maka disarankan untuk terus dilanjutkan, dan jika tidak maka perlu direvisi kembali. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada gambar 2.1 kerangka pemikiran yang tertera untuk penelitian ini.

18

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan:

Menyatakan Hubungan Dievaluasi Dengan

Gambar 2.1 Skema Kerangka Penelitian Analisis Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SRI Menggunakan Model CIPP

Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intencification

Petani Padi Sawah

Evaluasi Penyusunan

Sistem SRI

Evaluasi Hasil Sistem

SRI

Tidak Berhasil Evaluasi

Pelaksanaan Sistem SRI

Evaluasi Tingkat Keberhasilan

Model CIPP

Berhasil

Produksi dan Pendapatan

Setelah Menerapkan Produksi dan

Pendapatan Sebelum Menerapkan

19 2.7. Hipotesis Penelitian

1. Evaluasi program Sistem SRI pada Desa Pematang Setrak sudah berjalan dengan baik.

2. Evaluasi pelaksanaan program SRI pada Desa Pematang Setrak sudah dilaksanakan petani sesuai dengan anjuran penyuluh pertanian.

3. Petani padi sawah di Desa Pematang Setrak sudah merasakan dampak positif terhadap penerapan program SRI di lokasi penelitian.

20 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode yang digunakan dalam penentukan daerah penelitian adalah metode purposive (disengaja) yaitu di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Berdagai. Desa ini dipilih karena merupakan salah satu desa yang menjadi sentra produksi padi sawah di Kecamatan Teluk Mengkudu serta Desa Pematang Setrak merupakan Desa yang sudah menerapkan metode budidaya padi SRI. Selain itu. Desa ini sudah melakukan penyuluhan tentangan SRI dan mendapat respon baik dari petani.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pada studi ini, jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu Sampling Jenuh (Sensus) yaitu metode pengambilan

sampel yang menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel. Hal ini terjadi apabila populasinya kecil atau kurang dari 30 orang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian data terdiri atas data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pembagian kuesioner kepada petani yang telah mendapat penyuluhan tentang SRI (System of Rice Intensif) baik yang menerapkan dan tidak menerapkan sistem, juga melakukan wawancara kepada ketua kelompok tani. Pada pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencatatan dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan dan

21

Pertanian, Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan Pertanian, Kantor Kepala Desa. Serta informasi dari literatur terdahulu yang mendukung penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Data hasil penelitian kemudian dikumpulkan untuk dilakukan tabulasi, tahapa berikutnya berupa analisis dengan ketentuan yang ditetapkan. Untuk membuktikan hipotesis 1 dilakukan analisis deskriptif dengan melihat data perkembangan penerapan SRI (System of Rice Intensif) selama 5 (lima) tahun terakhir yakni 2015 - 2019.

Untuk membuktikan hipotesis 2, yakni evaluasi program, pelaksanaan program dan hasil program. Untuk evaluasi program dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan Model CIPP (Contexts, Input, Process, Product). Untuk mengetahui indikator penilaian program SRI, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2 Indikator Penilaian Program Penyuluhan SRI (System of Rice

Intensification) Berdasarkan Dimensi Konteks, Masukan, Proses,

dan Produk.

No. Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Penyusunan program penyuluhan Sistem SRI didasarkan pada kebutuhan petani.

2. Program penyuluhan Sistem SRI dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

3. Tujuan akhir dari program penyuluhan Sistem SRI berupa peningkatan hasil produksi dan pendapatan petani.

4. Program disusun untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan kebutuhan petani.

2. Input 1. Keterlibatan petani dalam perencanaan penyuluhan pertanian sistem SRI.

2. Komunikasi antara kelompok tani dan penyuluh.

22

3. Penyuluhan dan pelatihan oleh PPL kepada petani.

4. Kesiapan petani dalam menerapkan Sistem SRI.

3. Process 1. Keterlaksanaan program penyuluhan Sistem SRI.

2. Frekuensi penyuluhan Sistem SRI.

3. Frekuensi pelaksanaan pengawasan oleh penyuluh.

4. Penyuluh dapat memenuhi keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani.

4. Product 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah usahataninya.

2. Tingkat penerapan teknologi Sistem SRI.

3. Peningkatan produksi setelah menerapkan Sistem SRI.

4. Peningkatan kerjasama dalam berusahatani.

Sumber : Diolah berdasarkan teori yang dibangun

Dari Tabel 3.2 tersebut diberikan pertanyaan kepada responden yakni petani yang mengikuti program SRI di daerah penelitian. Dari jawaban yang diperoleh kemudian dikonversi dalam bentu skoring dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika menjawab A skor 3 b. Jika menjawab B skor 2 c. Jika menjawab C skor 1

Tabel 3.3 Skor Penilaian Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification)

No. Model CIPP Jumlah Parameter Skor Rentang

1 Contexts 4 1-3 4-12

2 Input 4 1-3 4-12

3 Process 4 1-3 4-12

4 Product 4 1-3 4-12

Total 16 16 - 48

23

Dari hasil penilaian akan didapatkan skor pada masing-masing variabel, kemudian dari hasil penjumlahan skor pada tiap-tiap varialbel akan ditentukan tingkat keberhasilan program SRI di daerah penelitian. Skor pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian berada pada rentang 16-48 dimana skor akhir dapat dihitung dengan range dibagi pencapaian.

Keterangan :

Skor 38-48 = Sangat Berhasil Skor 27-37 = Berhasil

Skor 16-26 = Tidak Berhasil

Untuk mengetahui pelaksanaan program dilakukan analisa secara deskriptif dengan menggunakan metode pemberian skor terhadap anjuran pelaksanaan program penyuluhan SRI (System of Rice Intensif) yang disusun secara rinci pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification)

No. Pelaksanaan Sistem SRI

Anjuran Pengukuran Skor

1. Persiapan Lahan

1. Perencanaan sistem pengairan 2. Penentuan areal

sawah yang tidak tergenangi

3. Pengolahan lahan

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan 2. Persamaian benih

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran.

3

2

24

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan 3. Pengelolaan air 4. Pengendalian

hama 5. Pemupukan

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran..

3

2

1

25

Dari Tabel 3.4 di atas didapatkan jumlah nilai pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian berada diantara 6-18 dimana skor akhir dapat dihitung dengan range dibagi jumlah pencapaian. (Subagyo, 1992 :10).

Keterangan :

Skor 14 – 18 = Berhasil

Skor 10 – 13 = Cukup Berhasil Skor 6 – 9 = Tidak Berhasil

Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan program SRI (System of Rice Intensif) dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode skoring.

Komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Dari Tabel 3.5 dapat dilihat dan diketahui hasil dari pelaksanaan program SRI melalui penilaian jumlah skor yang berada pada 5 – 20, dimana skor akhir dapat dihitung dengan range dibagi jumlah pencapaian (Subagyo, 1992 :10).

Tabel 3.5 Evaluasi Hasil Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification)

No. Komponen Parameter Skor

1. Peningkatan Pengetahuan 1. Pengetahuan meningkat signifikan .

2. Terjadi peningkatan pengetahuan.

3. Pengetahuan tidak berubah

4. Terjadi penurunan pengetahuan.

4

3 2 1 2. Peningkatan Keterampilan 1. Keterampilan meningkat

signifikan.

2. Terjadi peningkatan keterampilan.

3. Keterampilan tidak beruah

4. Terjadi penurunan Keterampilan.

4

3 2 1 3. Peningkatan Produksi 1. Produksi meningkat

signifikan

2. Terjadi peningkatan

4 3

26 Produksi.

3. Produksi tidak berubah 4. Terjadi penurunan

produksi

2 1 4. Peningkatan Pendapatan 1. Pendapatan meningkat

signifikan

2. Terjadi peningkatan pendapatan.

3. Pendapatan tidak berubah 4. Terjadi penurunan

pendapatan.

4 3 2 1 5. Peningkatan Produktivitas 1. Produktivitas menignkat

signifikan.

2. Terjadi peningkatan Produktivitas.

3. Produktivitas tidak berubah

4. Terjadi penurunan Produktivitas.

Skor >16,25 – 20 = Sangat Berhasil Skor >12,5 – <16,25 = Berhasil Skor >8,75 – <12,5 = Cukup Berhasil Skor 5 – <8,75 = Tidak Berhasil

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi Operasional

1. Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan proses kegiatan untuk menilai kegiatan program penyuluhan pertanian. Terdiri atas tahapan pengumpulan data, penentuan indikator, penilaian dan analisa serta penentuan keputusan.

2. Model evaluasi program CIPP merupakan model evaluasi yang didasari pada dimensi konteks, input, proses dan produk

3. Evaluasi pelaksanaan adalah evaluasi yang dilaksankan untuk mengetahui kemampuan petani dalam melaksanakan inovasi yang dianjurkan.

27

4. Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil pencapaian program yakni pendapatan, produksi, pengetahuan dan kemampuan petani.

5. Produksi adalah jumlah padi sawah yang dihasilkan suatu lahan petanian dalam satuan ton.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian berada pada Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel Penelitian adalah Petani padi sawah yang menerapkan SRI (System of Rice Intensif).

3. Waktu Penelitian adalah tahun 2020.

28 BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Desa Pematang Setrak berada pada Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri atas 8 dusun dengan luas wilayah mencapai 670,64 ha. Berdasarkan komposisi tanah tersebut, tanah di Desa Pematang Setrak cocok digunakan sebagai areal pertanian. Kondisi lahan yang tergolong datar dan tidak berbukit memudahkan dalam pembuatan sistem pengairan yang merupakan penunjang teknis dalam sektor pertanian.

Desa Pematang Setrak memiliki jarak ± 7 Km dari ibukota Kecamatan dan

± 20 Km dari ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Pengguanan lahan pada Desa Pematang Setrak didominasi pada pemanfatan sbeagai usahatani, dengan tanaman utama berupa padi. Lahan pertanian sawah pada Desa Pematang Setrak terletak pada Dusun VI, VII dan VIII. Pengoptimalan lahan dalam budidaya padi sawah telah dilakukan oleh masyarakat, dengan luas areal yang didominasi oleh persawahan. Pemanfaatan wilayah di Desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

29

Tabel 4.1 Pemanfaatan Luas Wilayah Desa Pematang Setrak

No Keterangan Luas Wilayah

(Ha)

Persentase (%)

1 Persawahan 265,00 39,510

2 Tegal/Perladangan 103,00 15,350

3 Perkebunan 96,23 14,340

4 Perumahan/Pemukiman 202,92 30,250

5 Perkantoran/Sarana Sosial

a. Kantor/Balai Desa 0,86 0,128

b. Puskesmas/Puskesdes 0,06 0,008

c. 4 Unit Mesjid 0,16 0,023

d. 3 Unit Musholla 0,34 0,050

e. 1 Unit Sekolah 0,08 0,011

f. Jalan Umum/Jalan Dusun 0,40 0,094

g. Saluran Irigasi Tersier 0,75 0,111

h. Saluran Pembuangan 0,84 0,125

Total 670,64 100,000

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020

Dari Tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan Desa Pematang Setrak digunakan untuk lahan persawahan dengan 265 Ha atau sekitar 39,51% dari total luas area. Tanaman primadona pada Desa Pematang Setrak berupa tanaman padi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Rasio pemanfaatan lahan terkecil didapatkan pada fasilitas kesehatan Desa berupa puskesmas atau puskesdes dengan persentase 0,008%.

4.2. Kondisi Sosio Demografis

4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari data kantor kepala desa didapatkan jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 berjumlah sebesar 4.585 jiwa dengan total KK sebesar 1.146 KK yang terdiri dari 8 dusun. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada pada Tabel 4.2.

30

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Dusun Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Total

(Jiwa) Laki-laki Laki-laki Perempuan L P

1 I 342 336 15,06 14,52 678

2 II 285 294 12,55 12,71 579

3 III 272 310 11,98 13,40 582

4 IV 173 152 7,62 6,57 325

5 V 421 468 18,54 20,22 889

6 VI 225 225 9,91 9,72 450

7 VII 204 206 8,98 8,90 410

8 VIII 349 323 15,37 13,96 672

Total 2.271 2.314 49,53 50,47 4.585

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa bedasarkan jenis kelamin Desa Pematang Setrak didominasi oleh penduduk penduduk perempuan 2.314 jiwa atau 50,47% dan jumlah penduduk laki – laki didapatkan sebesar 2.271 jiwa atau 49,53%. Jumlah penduduk terbesar didapatkan pada dusun V dengan total 889 jiwa atau sebesar 19,39% dari total jumlah penduduk Desa Pematang Setrak.

4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu wiayah.

Tingginya jumlah penduduk menjamin ketersediaan tenaga kerja pada suatu wilayah. Berdasarkan data dari Kantor Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan usia.

Berdasarkan Tabel 4.3 penduduk desa Pematang Setrak didominasi penduduk yang berusia produktif berumur 17-59 tahun, didapatkan sebesar 2.758 jiwa dengan persentase 60,15%. Persentase penduduk terkecil berdasarkan usia didapatkan pada rentang umur 13-16 tahun dengan total 359 jiwa dengan persentase sebesar 7,83%. Berdasarkan data penduduk didapatkan desa Pematang Setrak mempunyai potensi dari sisi sumber daya manusia, dengan angka

31

penduduk usia produktif yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk usia produktif akan memudahkan proses transfer teknologi pertanian baik yang dilakukan oleh penyuluh maupun pihak lainnya, serta memudahkan dalam menemukan pekerja dalam sektor pertanian.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

No Dusun Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu wilayah, dimana masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan tinggi memiliki kecendrungan untuk melakukan inovasi berdasarkan latar belakang pendidikan yang didapatkan. Jenjang pendidikan dapat digunakan sebagai parameter kemajuan dan pembangunan suatu wilayah. Masyarakat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan berpikir lebih rasional dan lebih menerima teknologi yang baru. Bentuk transfer teknologi dan inovasi dalam bidang pertanian akan lebih mudah dilakukan. Berdasarkan data dari Kantor Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan sebagai berikut:.

32

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Dusun Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

TK SD SMP SMA PT

1 I 16 170 206 200 20 613

2 II 8 151 138 215 15 529

3 III 21 420 27 28 15 514

4 IV 1 214 19 65 6 309

5 V 11 416 131 241 4 808

6 VI 13 176 112 93 7 407

7 VII 8 149 65 130 31 390

8 VIII 12 295 56 46 6 423

Total 90 1991 754 1018 104 3957

Persentase (%) 2,27 50,32 19,05 25,73 2,63 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan distribusi penduduk Desa Pematang Setrak berdasarkan jenjang pendidikan didominasi pada lulusan Sekolah Dasar sebesar 1.991 jiwa atau sebesar 50,32%. Rasio penduduk terkecil didapatkan pada jenjan pendidikan Taman Kanak sebesar 2,27%. Pada jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi didapatkan rasio sebesar 25,73% dan 2,63% dari total jumlah penduduk. Dari data tersebut dapat disimpulkan tingkat pendidikan pada Desa Pematang Setrak tergolong sedang, hal ini dapat dilihat pada jenjang pendidikan menengah yang cukup tinggi. Penduduk juga semakin sadar pentingnya pendidikan, sehingga banyak penduduk yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Pada masa depan diyakini jumlah penduduk yang memiliki jenjang Pendidikan Tinggi akan terus meningkat, hal ini dapat mendorong pembangunan dan kesejahtraan masyarakat Desa Pematang Setrak.

4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Berdasarkan data kantor Desa Pematang Setrak, mayoritas penduduk beragama Islam, kemudian Protestan dan Katolik. Distribusi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

33

Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

No Dusun Agama Jumlah

Islam Protestan Katolik Hindu Budha (Jiwa)

1 I 658 20 - - - 678

2 II 579 - - - - 579

3 III 582 - - - - 582

4 IV 283 42 - - - 325

5 V 879 10 - - - 889

6 VI 447 0 3 - - 450

7 VII 388 18 4 - - 410

8 VIII 545 127 - - - 672

Total 4.361 217 7 0 0 4.585

Persentase (%)

95,11 4,73 0,15 0 0 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoitas penduduk Desa Pematang Setrak memeluk agama Islam sebesar 4.362 jiwa dengan persentase 95,11%, sedangkan paling sedikit adalah yang memeluk agama kristen katolik yaitu 7 jiwa dengan persentase 0,15%. Walaupun agama islam sebagai agama mayoritas di Desa Pematang Setrak, toleransi antar umat beragama tetap dipegang teguh oleh masyarakat Desa. Hal ini dibuktikan tidak adanya kasus gesekan antara umat beragama di Desa Pematang Setrak. Penduduk saling menghormati antar umat beragama lainnya.

4.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Berdasarkan data kantor Desa Pematang Setrak hinngga bulan November 2021, didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan etnis/suku sebagai berikut.

34

Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Dusun Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Lanjutan Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Dusun Suku Jumlah Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui mayoritas penduduk Desa Pematang Setrak merupakan suku bangsa Jawa dengan total penduduk sebesar 3.567 jiwa atau 77,8%. Rasio suku bangsa terkecil adalah suku Aceh dengan total 8 jiwa dengan persentase sebesar 0,17%.

4.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Data distribusi penduduk Desa Pematang Setrak berdasarkan mata pencaharian sebagai berikut.

35

Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Dusun

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Lanjutan Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Dusun Pekerjaan/Mata Pencaharian

TANI BURUH LAINNYA TOTAL

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Pematang Setrak berada di sektor pertanian sebagai petani sebanyak 743 jiwa dengan persentase 37,83% dari total jumlah penduduk.

Minoritas mata pencaharian masyarakat Desa Pematang Setrak adalah sebagai TNI/POLRI sebanyak 7 jiwa dengan persentase 0,35% dari total jumlah penduduk Desa Pematang Setrak.

36

Dengan mayoritas mata pencaharian penduduk desa sebagai petani menunjukkan bahwa Desa Pematang Setrak merupakan daerah pertanian. Hasil ini juga didukung dengan kondisi alam dan areal lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian. Tersedianya aeral persawahan yang belum dimanfaatkan, komposisi tanah yang sesuai dan serta prasarana teknis berupa jaringan irigasi.

Total angkatan kerja pada penduduk Desa Pematang Setrak mencapai 1964 jiwa dan 2.118 jiwa bukan angkatan kerja. Dari hasil tersebut didapatkan jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak didominasi oleh angkatan kerja dibandingkan penduduk yang tidak termasuk angkatan kerja.

4.3. Kondisi Sarana dan Prasarana 4.3.1. Sarana

Sarana dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan (bisa berupa syarat atau upaya). Kondisi sarana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8 Kondisi Sarana Desa

No Sarana Desa Keterangan

1 Jalan Desa 8,5 Km

2 Jalan Dusun 18 Km

3 Jembatan Desa 2

4 Transportasi Darat Sepeda Motor

5 Puskesmas/Puskesdes 1

6 Mesjid 4

7 Mushollah 3

8 Sekolah 1

9 Kantor Desa 1

10 PLN Ada

11 Air Bersih Ada

12 Poskamling 8

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020

37 4.3.2. Prasarana

Prasarana adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk terselenggaranya suatu proses, terutama sebagai penunjang perubahan di Desa Pematang Setrak tersebut. Kondisi Prasarana Desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9 Kondisi Prasarana Desa

No Sarana Desa Keterangan

1 Jalan Desa Ada

2 Jalan Dusun Ada

3 Jembatan Desa Ada

4 Transportasi Darat Ada

5 Puskesmas/Puskesdes Ada

6 Mesjid 2

7 Mushollah 2

8 Sekolah 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020

Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani maupun penduduk di Desa Pematang Setrak cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jalan Desa, jembatan, sekolah, fasilitas kesehatan hingga fasilitas peribadatan masyarakat.

38 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Evaluasi Program Penyuluhan Sistem SRI

Evaluasi program dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kegiatan penilaian dan pengukuran mengenai keberhargaan atau manfaat suatu program secara sistematis. Defenisi yang lebih luas adalah evaluasi program merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui wilayah-wilayah keputusan, sumber informasi yang sesuai, untuk kemudian menganalisis informasi tersebut dalam bentuk data yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dengan demikian evaluasi program SRI dapat diartikan sebagai sebuah proses penilaian keberhasilan program SRI yang telah dijalankan, berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil keputusan atas objek yang dievaluasi.

Standar objektif tersebut disajikan dalam sebuah indikator kinerja yang dibangun berdasarkan model evaluasi CIPP.

Tabel 5.1 Penilaian Program Sistem SRI di Daerah Penelitian

No Indikator Kinerja Nilai yang diharapkan

Nilai yang diperoleh

Keterca-paian (%)

1 Penyusunan program penyuluhan Sistem SRI didasarkan pada kebutuhan petani.

4 3,4 85

2

Program penyuluhan Sistem SRI dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

4 3,2 82

3

Tujuan akhir dari program penyuluhan Sistem SRI berupa peningkatan hasil produksi dan pendapatan petani.

4 3,4 85

4 Program disusun untuk menyediakan sarana dan

4 3,6 89

39 prasarana pendukung sesuai

dengan kebutuhan petani.

Jumlah 16 13,7 85,3

1 Keterlibatan petani dalam perencanaan penyuluhan pertanian sistem SRI.

4 3,3 84

2 Komunikasi antara kelompok tani

dan penyuluh. 4 3,4 84

3 Penyuluhan dan pelatihan oleh PPL kepada petani.

4 3,4 86

4 Kesiapan petani dalam

menerapkan Sistem SRI 4 3,3 82

5 Interaksi dan komunikasi antara

petani dan penyuluh 4 3,4 86

Jumlah 20 16,9 84,5

1 Keterlaksanaan program penyuluhan Sistem SRI.

4 3,4 86

2 Frekuensi penyuluhan Sistem

SRI. 4 3,4 84

3 Frekuensi pelaksanaan

pengawasan oleh penyuluh. 4 3,2 79

4

Penyuluh dapat memenuhi keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani mengatur jadwal dan pola tanam

4 3,4 86

2

Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam pengendalian OPT pada tanaman padi

4 3,3 84

3 Pengurangan tingkat kegagalan

panen dan serangan hama 4 3,2 80

40 berusahatani

Jumlah 32 29,3 89,8

Total 84 73,48 87,48

Sumber: Pengolahan Data 2021

Berdasarkan Tabel 5.1 indikator tersebut didapatlah hasil yang kemudian ditransformasikan secara bertahap. Yang pertama melalui indikator Context (konteks) program SRI di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Context

No Indikator Kinerja (Context)

Penilaian Skor Responden

A % B % C % D %

1 Penyusunan program penyuluhan Sistem SRI didasarkan pada

kebutuhan petani.

17 58,6 12 41,4 0 0 0 0 2 Program penyuluhan

Sistem SRI dilakukan

4 Program disusun untuk menyediakan sarana

Sumber: Lampiran 2 (diolah), 2021

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada indikator Context (konteks) dalam program sistem SRI di daerah penelitian berjalan dengan baik,

41

dimana responden menjawab A sebanyak 17 dengan persentase rataan 58,6%, sebanyak 12 menjawab B dengan persentase rataan 41,4%. Tidak ada yang menjawab C (Tidak Berhasil) dan D (Sangat Tidak Berhasil). Dari rata-rata jawaban tersebut maka dari komponen konteks dapat dikatakan program SRI berhasil.

Kemudian yang kedua adalah melalui indikator Input (masukan) program

Kemudian yang kedua adalah melalui indikator Input (masukan) program

Dokumen terkait