• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN SISTEM SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) MENGGUNAKAN MODEL CIPP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN SISTEM SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) MENGGUNAKAN MODEL CIPP"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN SISTEM SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) MENGGUNAKAN

MODEL CIPP

(Kasus: Desa Pematang Setrak, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai)

SKRIPSI

M. AGUS TRI WIRA 140304146 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ii

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN SISTEM SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) MENGGUNAKAN

MODEL CIPP

(Kasus: Desa Pematang Setrak, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai)

SKRIPSI

M. AGUS TRI WIRA 140304146 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memeperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

(4)

ii

(5)

i ABSTRAK

Evaluasi Program Penyuluhan Sistem SRI (System of Rice Intensification) Menggunakan Model CIPP (Studi kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai).

Tujuan:Penelitian: ini bertujuan melakukan analisa evaluasi terhadap program penyuluhan sistem SRI menggunakan model CIPP, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program budidaya SRI yang dilakukan petani sesuai anjuran dan melakukan evaluasi keberhasilan program SRI yang dirasakan oleh petani di Desa Pematang Setrak.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan sampel berupa petani padi sawah yang menerapkan program SRI di Desa Pematang Setrak. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling dengan total sampel 29 petani. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan pembagian kuesioner, observasi lapangan serta wawancara. Peneliti menggunakan model evaluasi CIPP dalam penyusunan kuesioner evaluasi. Hasil kuesioner dianalisa secara deskriptif kualitatif untuk mendapatkan hasil evaluasi penyuluhan program SRI, pelaksanaan program SRI dan keberhasilan program SRI yang dirasakan oleh petani.

Hasil: Hasil penelitian pada program penyuluhan didapatkan skor 73,48 dengan kategori sangat berhasil. Pada persentase ketercapaian pelaksanaan program SRI yang dilakukan petani didapatkan persentase 88,65%, hal ini menggambarkan petani sudah melakukan teknik budidaya padi SRI sesuai anjuran. Pada persentase keberhasilan penerapan program SRI yang dirasakan petani didapatkan persentase keberhasilan sebesar 81,90%, hasil ini menunjukkan petani sudah merasakan dampak positif dari penerapan program SRI di Desa Pematang setrak.

Kata kunci: SRI, CIPP, petani, padi sawah

(6)

ii ABSTRACT

The Evaluation of Counselling Agriculture SRI (System of Rice Intensification) Program Using CIPP Model (Study case: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

Purpose: This study was aim to analyze the evaluation of counseling agriculture SRI program using CIPP model, to evaluated the implementation of SRI program was carried out by farmer and to evaluated the success of SRI program was felt by paddy farmer at Desa Pematang Setrak

Methods:The sample in this study was paddy farmer at Desa Pematang Setrak.

The sampling method in this study using non probability sampling with total 29 paddy farmer as a sample. The data primer was collected from using questionnaire, field observation and interview. In this study, CIPP model was used to create the evaluation questionnaire. The questionnaire results thus analyze with descriptive to determined results from the evaluation of counseling SRI program, the implementation SRI program and the success of SRI program.

Results: The result from evaluation program obtained 73,48 with category very success. From evaluation the achievement of SRI program implemantatio shown percentage results 88,65%, this result demonstrated the farmer was already implemented SRI program according with SRI technique guiding. From evaluation the success of SRI program was felt by farmer obtained 81,90%, this results indicated the farmer has felt the positive impact from implementation of SRI program in Desa Pematang Setrak

Keyword: SRI, CIPP, farmer, paddy

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi ini dengan judul “Evaluasi Program Penyuluhan Sistem SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) Terhadap Produksi Dan Pendapatan (Kasus :Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)”.

1. Terima kasih kepada kedua Orang Tuaku yang tercinta Bapak Dr. H.

Sulaiman Tanjung, SpKK, FINSDV dan Ibuku Dr. Purnamawati MARS serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat, serta mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dapat lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Kepada Bapak Dr. Rulianda P Wibowo SP., M.Ec. selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, kepada Ibu Dr. Sri Fajar Ayu SP., MM.

selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih Kepada Bapak Dr. Rulianda P Wibowo SP., M.Ec., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Sri Fajar Ayu SP., MM. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam memberikan bimbingan, masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

4. Terima kasih Kepada Ibu Emalisa SP, M.Si, selaku Komisi Pembanding I serta Bapak Muhammad Khaliqi SP, M.Si selaku Komisi Pembanding II atas masukan dan saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

5. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan serta memberikan motivasi dalam penulisan skiripsi ini.

6. Serta terima kasih kepada semuaa pihak yang telah ikut serta membantu penulis dalam proses penyelesaian skiripsi ini.

(8)

iv

Penulis berharap semoga skiripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian pembaca penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2021

Penulis

(9)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muhammad Agus Tri Wira, lahir di Medan pada tanggal 17 Agustus 1996.

Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Dr. H.

Sulaiman Tanjung, SpKK, FINSDV dan Ibu Dr. Purnamawati MARS Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2001 masuk TK Dharma Wanita Medan lulus tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk SD Dharma Wanita Medan lulus tahun 2008.

3. Tahun 2008 masuk SMP Dharma Pancasila Medan lulus tahun 2011.

4. Tahun 2011 masuk SMA Negeri 15 Medan lulus tahun 2014.

5. Tahun 2014 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama.

6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Mentaram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara dari bulan Juli 2018 - Agustus 2018.

7. Melaksanakan Penelitian di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai pada Bulan September - November 2021.

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian... 4

1.4.Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Klasifikasi Padi ... 6

2.2.Penyuluhan Pertanian ... 8

2.3.Sistem SRI (System Of Rice Intensification) ... 9

2.4.Landasan Teori ... 11

2.4.1. Model evaluasi CIPP ... 11

2.5.Penelitian Terdahulu ... 12

2.6.Kerangka Pemikirian ... 16

2.7.Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2.Metode Penentuan Sampel ... 20

3.3.Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4.Metode Analisis Data ... 21

3.5.Definisi dan Batasan Operasional ... 26

(11)

vii

3.5.1. Definisi Operasional ... 26

3.5.2. Batasan Operasional ... 27

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 28

4.1.Kondisi Geografis ... 28

4.2.Kondisi Sosio Demografis ... 29

4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... 30

4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 32

4.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 33

4.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 34

4.3.Kondisi Sarana dan Prasarana ... 36

4.3.1. Sarana ... 36

4.3.2. Prasarana ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1.Evaluasi Program Penyuluhan Sistem SRI ... 38

5.2.Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program SRI ... 45

5.3.Evaluasi Hasil Program SRI ... 49

BAB VI ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1.Kesimpulan... 51

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 13

Tabel 3.2 Indikator Penilaian Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification) Berdasarkan Dimensi Konteks, Masukan, Proses, dan Produk. ... 21

Tabel 3.3 Skor Penilaian Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification) ... 22

Tabel 3.4 Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification) ... 23

Tabel 3.5 Evaluasi Hasil Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification) ... 25

Tabel 4.1 Pemanfaatan Luas Wilayah Desa Pematang Setrak ... 29

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur ... 31

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32

Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 33

Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 34

Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 35

Tabel 4.8 Kondisi Sarana Desa ... 36

Tabel 4.9 Kondisi Prasarana Desa ... 37

Tabel 5.1 Penilaian Program Sistem SRI di Daerah Penelitian... 38

Tabel 5.2 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Context .. 40

Tabel 5.3 Hasil Transformasi Penelitian Program Pada Indikator Input .... 41

Tabel 5.4 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Process .. 42

Tabel 5.5 Hasil Transformasi Penilaian Program Pada Indikator Produk .. 43

Tabel 5.6 Hasil Penilaian Program Sistem SRI ... 44

Tabel 5.7 Hasil Evaluasi Pelakanaan Program SRI Pada Petani ... 46

Tabel 5.8 Hasil Evaluasi Keberhasilan Program SRI... 49

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Produksi Padi Sawah di Sumatera Utara Menurut Kabupaten Tahun 2020 (Dalam Ribu Ton) ... 3 Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Analisis Evaluasi Pelaksanaan Program

Penyuluhan Pertanian SRI Menggunakan Model CIPP... 18 Gambar 5.1 Proses Pengolahan Pupuk Kompos di Desa Pematang Setrak .. 47

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Bagi mayarakat Indonesia kebutuhan pangan selalu diindektikkan dengan kebutuhan beras, dimana beras merupakan bahan pangan pokok selain sagu dan umbi-umbian. Menurut data BPS tahun 2020 kebutuhan beras Indonesia mencapai 78.487 kg/kap/tahun angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 78.429 kg/kap/tahun (Kementrian Pertanian 2021). Peningkatan konsumsi beras di Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan produksi beras di Indonesia yang mengalami penurunan dari total produksi sebesar 54,604 ribu ton pada tahun 2019 menjadi sebesar 55,161 ribu ton pada tahun 2020 (Kementrian Pertanian 2021). Perlu dilakukan studi untuk menemukan sebuah metode yang tepat untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia serta meningkatkan produksi beras di Indonesia, yang bertujuan untuk mencukupi konsumsi beras dalam negeri maupun meningkatkan kesejahtraan petani.

Menurut Ihsan et al (2016) metode peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui ekstensifikasi dan intensifkasi pertanian.

Metode ekstensifikasi pertanian berfokus pada proses penambahan dan perluasan lahan baru yang dapat ditanami oleh tanaman produksi. Namun, metode ini memiliki hambatan diantaranya keterbatasan lahan, konversi lahan pertanian menjadi penggunaan lain serta kesulitan dalam menemukan areal mempunyai potensi untuk dijadikan lahan pertanian (Mulyani and Agus 2017). Metode

(15)

2

peningkatan produksi pertanian lainnya berupa intesifikasi pertanian, metode ini berfokus pada pengoptimalan lahan eksisting dan pengembangan pada teknologi pertanian melalui implemantasi dari panca usaha tani (Parasmatiwi et al, 2012).

Salah satu teknik budidaya padi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi padi adalah SRI (System Rice Intensification). Teknik budidaya padi SRI pertama sekali dikembangkan oleh Hendri de Lauine pada tahun 1983. Menurut Stoop (2002) terdapat empat komponen penting dalam penerapan metode SRI diantaranya perubahan cara tanam dengan melakukan seleksi benih serta penanaman bibit muda pada usia 7-15 hari, pengoptimalan penggunan air dengan kondisi persawahan dalam kondisi tidak tergenang, pengoptimalan tenaga kerja melalui penggunaan alat, penyiangaan gulma serta penambahan bahan organik.

Menurut (Nalwida 2018), teknik budidaya padi SRI memiliki kelebihan berupa dapat meningkatkan hasil panen hingga mencapai 50-200%, lebih hemat air, pengunaan bibit yang lebih sedikit, serta lebih ramah lingkungan disebabkan pemilihan pupuk organik dalam aplikasinya.

Perkembangan budidaya padi SRI di Indonesia di mulai pada tahun 1999 oelh Agency for Agricultural and Development (AARD) di Sukamadi, Jawa Tengah (Sato and Uphoff 2007). Saat ini teknik budidaya padi SRI telah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia diantaranya Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi serta Papua. Sato dan Uphoff (2007) melaporkan pada proses penerapan teknik budidaya SRI di Nusa Tenggara Timur berhasil meningkatkan hasil panen dengan rata-rata peningkatan mencapai 78%

pada tahun 2004-2006. Ferichani dan Prasetya (2011) juga melaporkan, penerapan teknik budidaya SRI di Kabupaten Bantul berhasil menurunkan biaya variabel

(16)

3

40 45 50 55 60 65 70

Produksi (kw/ha)

produksi hingga 40% dan meningkatan R/C rasio hingga 52%. Berdasarkan uraian di atas teknik budidaya SRI pada penerapan di beberapa daerah di Indonesia telah terbukti mampu meningkatkan hasil panen petani.

Salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang telah melakukan penerapan teknik budi daya padi adalah Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten penghasil padi tertinggi di Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata produksi per area mencapai 60,85 kw/ha pada tahun 2020.

Gambar 1.1 Produksi Padi Sawah di Sumatera Utara Menurut Kabupaten Tahun 2020 (Dalam Ribu Ton) (BPS Sumatera Utara 2020)

Berdasarkan data BPS total produksi padi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2020 mencapai 48.882 ton, hasil ini mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2019 mencapai 48.156 ton (BPS Sumatera Utara 2020). Dengan total luas areal persawahan sebesar 297.346 ha, menjadikan

(17)

4

Kabupaten Sedang Bedagai mempunyai potensi sebagai sentra ketahanan pangan Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amalya (2014), menunjukkan teknik budidaya SRI dapat meningkatkan pendapatan dan produksi petani di Desa Pematang Setrak Kabupaten Serdang Bedagai. Akan tetapi peneliti juga melaporkan terdapat kendala dalam penerapan teknik budidaya SRI di Desa Pematang Setrak berupa belum sepenuhnya petani menggunakan pupuk organik dalam penanaman, kesulitan dalam menemukan tenaga kerja yang terampil serta petani masi kesulitan dalam melakukan pengendalian hama terpadu.

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan serta hasil program System of Rice Intensification (SRI) dan SRI di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Berdagai.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana evaluasi Program System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian?

2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan Program System of Rice Intensification (SRI) yang dilakukan petani didaerah penelitian?

3. Bagaimana hasil pelaksanaan Program System of Rice Intensification (SRI) yang dirasakan petani di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Melakukan analisa evaluasi Program System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian?

(18)

5

2. Melakukan analisa evaluasi pelaksanaan dari Program System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian?

3. Melakukan analisa evaluasi hasil Program System of Rice Intensification (SRI) yang dirasakan petani di daerah penelitian ?

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi petani serta pengambilan keputusan dan kebijaksanaan dalam pengembangan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan di daerah penelitian.

2. Sebagai evaluasi dan bahan masukan bagi penyuluh untuk melakukan perubahan terhadap program System of Rice Intensification (SRI).

3. Sebagai sumber informasi dan masukan bagi peneliti selanjutnya.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Padi

Tanaman Padi atau yang bernama latin Oryza sativa L dapat diklasifikan dalam ordo Poales yang memiliki ciri batang berongga, berdaun tunggul dan memiliki pelepah. Selain itu tanaman padi juga memiliki ciri batang dengan rongga, anakan tumbuh pada buku-buku batang. Dari setiap anakan akan tumbuh bunga atau yang disebut malai. Tanaman Padi termasuk dalam golong tanaman akar serabut, dimana sangat efektif dalam menyerap kandungan hara namun peka terhadap kekeringan. Akar padi berada pada kedalaman 10−20 cm dari permukaan tanah. Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob), disebabkan adanya saluran aerenchyma pada akar padi. Saluran ini berfungsi sebagai penyedia oksigen pada bahagian akar tanaman (Tjitrosoepomo 1985).

Biji padi mengandung dua kandungan pati utama yaitu amilosa dan amilopektin yang terletak didalam endosperm. Dari rasio perbandingan kandungan kedua pati tersebeut akan mempengaruhi mutu dan rasa produk akhir yang dihasilkan (pulen, pera, atau ketan). Tanaman padi dapat tumbuh pada iklim tropis maupun subtropis. Namun tanaman padi dapat tumbu dengan subur pada daerah berhawa panas dengan kandungan uap air yang tinggi. Tanaman padi membutuhkan kondisi curah hujan berada pada rata-rata 1500 - 2000 mm dengan distribusi selama 4 bulan. Suhu yang diinginkan dalam pertumbuhan tanaman padi berada pada230C, dengan ketinggian areal tanam dari permukaan laut berkisar antara 0 - 1500 m dpl (Nalwida 2018).

(20)

7

Tanaman padi dapat tumbuh pada tanah dengan komposisi fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu. Tanaman padi dapat utmbuh pada kondisi pH tanah berkisar antara 4-7. Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup, dengan ketebalan lapisan atasnya berkisar antara 18-22 cm (Loebenstein dan Thottappilly 2007). Catatan sejarah mengenai tanaman padi menyebutkan, budidaya tanaman padi tertua ditemukan pada 3.000 SM (Purwono 2007).

Pada penelitian ini akan dipelajari mengenai teknik budidaya padi menggunakan metode SRI, menurut (Nalwida 2018) terdapat beberapa keunggulan metode SRI antara lain:

1. Penggunaan air selama proses penanaman lebih efisien, dimana selama masa pertumbuhan hingga proses panen penggunaan air maksimum pada ketebalan 2 cm. Tebal lapisan air paling efisien berada sekitar 5 mm atau dalam kondisi macak-macak, proses ini diikuti dengan pengeringan hingga tanah retak (irigasi terputus).

2. Lebih efisein dalam biaya tanam, kebutuhan benih hanya berkisar 5 kg/ha tidak dibutuhkan biaya pencabutan bibit dan biaya pindah bibit.

Penggunaan bibit dan frekuensi tenaga tanam yang lebih sedikit akan menghemat biaya pada proses penanaman.

3. Efisien dalam waktu tanam, pada proses SRI bibit muda ditanam pada waktu 5-12 hari setelah proses semai. Proses tanam dengan bibit muda akan mempersingkat waktu tanam dan lebih cepat panen.

4. Peningkatan produktivitas hingga mencapai 11 ton/ha.

(21)

8

5. Lebih ramah lingkungan, peralihan dalam penggunaan pupuk kimia (urea, SP36, KCI) dengan focus pada penggunaan pupuk organik (kompos, kandang dan MOL). Hal yang sama dilakukan pada pestisida yang menekankan pada penggunaan pestisida organik dan pencegahan (Nalwida 2018).

2.2. Penyuluhan Pertanian

Menurut (Ashari et al, 2016), penyuluhan pertanian dapat didefenisikan sebagai sebuah kegiatan pemberdayaan petani, keluarga serta masyarakat yang terlibat dalam kegiatan agribisnis melalui sistem pendidikan non formal di bidang pertanian. Kegiatan ini bertujuan untk meningkatkan pengetahuan petani, keluarga maupun pelaku agribisnis, sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat pertanian. Pada proses penyuluhan petani harus ikut serta dalam proses pembelajaran mengenai pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi yang ada di lokasi pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan.

Dalam arti yang lebih luas program penyuluhan pertanian dapat didefenisikan sebagai sebuah rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang didasari oleh aspirasi petani, nelayan serta masyarakat pertanian. Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi wilayah pertanian yang selaras pada program pembangunan pertanian pada daerah tersebut. Program ini harus dapat menggambarkan keadaan yang terjadi pada masa sekarang, tujuan yang akan dicapai, masalah-masalah beserta solusi, serta cara untuk mencapai tujuan.

(22)

9

Program ini harus disusun secara sistematis, partisipatif, dan tertulis dilakukan pada tiap tahunnya (Purwono 2007).

Menurut Bahua, (2016), evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis dan terencana yang berutjuan untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya mengenai ketercapaian tujuan program penyuluhan pertanian pada suatu wilayah. Tujuan akhir dari evaluasi berupa pengambilan suatu kesimpulan dari hasil akhir yang kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

2.3. Sistem SRI (System Of Rice Intensification)

SRI (System Of Rice Intensification) merupakan salah satu teknik budidaya padi yang berfokus pada pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui konsolidasi petani serta pemanfaatan potensi daerah lokasi yang didasarkan pada kegiatan ramah lingkungan. Program SRI sangat mendukung terhadap pengmbalian unsur hara tanah serta kesehatan pada pengguna produk akhir (Nalwida 2018).

SRI pertama sekali dikembangkan di Madagaskar awal tahun 1980 oleh Henri de Lauline.Terdapat 6 tahapan utama dalam metode SRI, yaitu :

(23)

10 1. Seleksi Benih

a) Proses seleksi benih dengan perendaman dalam air dengan waktu 24 jam

b) Proses penyemaian dapat dilakuka dalam media tanah maupun terpal menggunakan pupuk organik

2. Pengolahan Tanah

a) Pengolahan lahan dilakukan 2 minggu sebelum proses tanam, pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan traktor maupun traktor tangan.

b) Perataan pada permukaan tanah yang bertujuan untuk memudahkan dalam kontrol sistem pengairan.

3. Penanaman

a) Dilakukan proses penanaman pada benih muda yang sudah disemai berumur 7-14 hari.

b) Pada proses tanam harus diberi jarak tanam 30 cm x 30 cm antar tanaman.

4. Pemupukan

a) Pada proses pemupukan difokuskan pada penggunaan pupuk organik, kebutuhan pupuk rata-rata berkisar 5-7 ton/Ha

b) Proses pemupukan dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua, hal ini bertujuan agar pupuk bisa meresap dengan tanah

5. Pemeliharaan

Dalam pencegahan hama dan penyakit, proses SRI tidak menggunakan bahan atau pestisida kimia. Proses pemeliharaan dengan berfokus pada proses

(24)

11

pencegahan dengan melakukan proses penyiangan secara lebih awal. Pada proses penanggulangan hama/penyakit dilakukan dengan pestisida nabati maupun pengendalian secara fisik dan mekanik.

6. Panen

Proses pemanenan dilakukan apabila bulir padi sudah rata menguning semua atau 80% bulir padi sudah menguning. (Sato dan Uphoff, 2007)

2.4. Landasan Teori 2.4.1. Model evaluasi CIPP

Model CIPP pertama sekali dikembangkan oleh Stuffleabem, dkk (1967) di Ohio State University. Kelebihan pada model evaluasi CIPP yaitu menekankan pada suatu pengambilan keputusan yang didapatkan dari hasil evaluasi (Mahmudi 2011).

Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam (Widoyoko dan Qudsy 2009) mengungkapkan bahwa, konsep pendekatan model CIPP memiliki pandangan dimana tujuan penting dalam suatu kegiatan evaluasi bukan untuk membuktikan, akan tetapi dilakukan untuk memperbaiki. Dalam model evaluasi CIPP terdapat dimensi-dimensi yang digunakan sebagai indikator ukur pada kegiata evaluasi, adapun dimensi dalam model evaluasi CIPP yakni :

1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid (2001) evaluasi konteks bertujuan utuk mengetahui kekuatan serta kelemahan yang dimilki evaluan. Pengetahuan akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki akan memudahkan dalam menentukan arah perbaikan maupun keputusan yang akan diambil.

(25)

12 2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Menurut Widoyoko dan Qudsy, (2009) evaluasi masukan bertujuan dalam penentuan keputusan, potensi yang dimiliki, alternatif solusi, rencana dan strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan, serta sistem kerja. Komponen evaluasi masukan meliputi : SDM, sarana dan prasarana, kekuatan finansial, serta regulasi dan aturan yang dibutuhkan.

3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Widoyoko dan Qudsy (2009) menjelaskan bahwa, pada evaluasi proses memiliki tiga tujuan utama : Evaluasi proses diguanakan sebagai prediktor dalam rancangan prosedur maupun rancangan implementasi, sebagai penyedia informasi dalam pengambilan keputusan dan sebagai pencatat dan penyimpan prosedur yang telah dilakukan.

4. Evaluasi Produk/Hasil (Product Evaluation)

Sax (1980 : 598) dalam Widoyoko dan Qudsy (2009) memberikan pengertian evaluasi produk/hasil sebagai guiding atau pembantu pimpinan dalam pembuatan keputusan yang berhubungan dengan jalannya kegiatan yang sedang berjalan, tujuan akhir, maupun modifikasi program. Evaluasi produk merupakan kegiatan penilaian yang bertujuan melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program. Ketercapaian program akan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan teori-teori di atas :

(26)

13 Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Identifikasi Masalah

Metode Analisis

Kesimpulan

1. Mhd Riswan Hanaf

Analisis Perbandinga n Usahatani Padi Sawah Sistem SRI) Dengan Sistem Konvension al,

Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

1. Apakah terdapat

perbedaan input produksi pada SRI dan konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan dalam hasil produksi?

3. Faktor input apa yang mempengaruhi hasil produksi?

4. Apakah terdapat perbedaan pada biaya produksi?

5. Apakah terdapat

perbedaan pada variabel

pendapatan?

Kualitatif dan

Kuantitatif

1. Input produksi yang digunakan pada sistem

Konvensional lebih tinggi dibandingkan metodeSRI

2. Hasil produksi padi metodeSRI

didapatkan lebih besar dibandingkan sistem

Konvensional 3. Benih dan pupuk

Kompos

merupakan faktor

input yang

mempengaruhi produksi pada metode SRI, faktor input benih dan tenaga kera yang mempengaruhi hasil produksi pada sistem sistem Konvensional 4. Biaya produksi

metode SRI lebih besar dibandingka dengan sistem Konvensional 5. Hasil pendapatan

yang diterima petani

menggunakan metodeSRI lebih tinggi dibandingkan metode tanam Konvensional

3. Sri Rizky Amalya

Evaluasi Pelaksanan Sistem

1. Bagaimana pelaksanaan sistem tanam

Analisisis deskriptif

1. Pelaksanaan sistem tanam SRI (System

of Rice

(27)

14 M

(2016)

Tanam Sri (System of Rice Intensificati

on) pada Petani Padi Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Tanjung Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai)

SRI (System of Rice

Intensification) pada petani?

2. Apakah terdapat pengaruh pada variabel karakteristik (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, luas lahan,dan jumlah

tanggungan) terhadap pendapatan usahatani sistem tanam SRI di daerah penelitian?

3. Apakah terdapat pengaruh biaya (bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja, dan

Penyusutan) secara simultan terhadap pendapatan usahatani sistem tanam SRI di daerah penelitian?

4. Bagaimana masalaha yang dihadapi petani dalam

pelaksanaan budidaya padi dengan SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian?

5. Usaha yang telah dilakukan

Intensification) sudah

diimplementasikan sesuai anjuran 2. Variabel

karakteristik umur, tingkat pendidikan, lama berusaha tani, luas lahan, jumlah tanggungan secara simultan

berpengaruh

signifikan terhadap variabel pendapatan usaha tani

3. Variabel biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga

kerja, dan

penyusutan secara simultan

berpengaruh

signifikan terhadap variabel pendapatan 4. Masalah yang dijumpai pada penerapan sistem SRI yaitu kesulitan dalam penanaman bibit muda, tenaga kerja yang handal, konsisten dalam jarak tanam, serta petani yang masih percaya dengan penggunaan pupuk

kimia, dan

pemberantasan hama dan penyakit tanaman

5. Usaha yang telah dilakukan dalam penanganan

masalah penerapan metode SRI berupa pemberdayaan kelompoktani dengan bantuan Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

(28)

15

untuk mengatasi permasalahan dalam

penerapan sistem tanam SRI (System of Rice

Intensification) di daerah penelitian?

penyuluh

4. Fanani Rizki Pohan (2014)

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensificati

on) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai).

1. Apakah terdapat pengaruh pada faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI terhadap pendapatan petani di daerah penelitian?

2. Apakah terdapat pengaruh pada faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo terhadap pendapatan petani di daerah penelitian?

3. Bagaimana komparasi produksi sistem tanam SRI dan sistem tanam Legowo di daerah penelitian?

4. Bagaimana komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem tanam

Kuantitatif 1. Variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variabel pendapatan 2. Variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah secara simultan

berpengaruh

signifikan terhadap variabel pendapatan 3. Hasil produksi usahatani padi sawah

menggunakan sistem tanam SRI lebih tinggi apabila dibandingkan Sistem Legowo 4. Dari hasil

didapatkan hasil pendapatan

usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan Sistem Legowo.

Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

(29)

16 Legowo di daerah penelitian 5. Saidul

Khudri (2016)

Analisis Dampak Adopsi Metode System Of Rice

Intensificati on (SRI) Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

Bagaiamana

tingkat penerapan pada sistem SRI (System of Rice Intensification) di Kecamatan

Beringin, dan bagaimana dampak dari penerapan sistem tanam SRI terhadap

pendapatan petani.

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan tingkat penerapan metode SRI di Kecamatan Beringin berada pada skor tinggi, dan dampak penerapan metode SRI terhadap pendapatan petani menyatakan terdapat perbedaan pendapatan pada petani sebelum dengan sesudah menerapkan metode SRI.

2.6. Kerangka Pemikirian

Tantangan utama dalam proses penanaman padi adalah bagaimana teknik maupun metode yang diterapakan menghasilkan produksi padi yang tinggi dengan biaya seminimal mungkin. Untuk mewujudkan upaya tersebut terdapat kendala berupa petani yang belum sepenuhnya patuh dalam melaksanakan anjuran yang diberikan. SRI (System Of Rice Intensification) merupakan teknik dalam budidaya padi yang berfokus pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui konsolidasi masyarakat pertanian dan pengoptimalan potensi daerah pertanian.

Teknik SRI memiliki basis pada kegiatan ramah lingkungan dengan menggantikan penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Dari pengembangan teknik budidaya SRI tersebut didapatkan pemulihan pada kesehatan tanah serta kesehatan pengguna produk hasil pertanian.

Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

(30)

17

Dengan adanya metode SRI (System Of Rice Intensification) dibuthkan penataan ulang terhadap program-program penyuluhan. Melalui evaluasi program penyuluhan yang terdiri dari kegiatan analis, pengukuran, serta penialaian dampak yang ditimbulkan atau keberhasilan dari sebuah program.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menilai keberhasilan dari program sistem SRI (System Of Rice Intensification) yakni sudah sejauh mana pencapaiannya di daerah penelitian dengan menggunakan model evaluasi CIPP yakni context, input, process, dan product. Kemudian, menilai pelaksaan program tersebut, apakah petani menerapkannya pada usahataninya sesuai anjuran dari penyuluh. Setelah diterapkan bagaimana hasilnya, apakah berdampak terhadap produksi dan pendapatan petani, apakah ada perubahan sebelum dan setelah mengikuti program sistem SRItersebut. Kemudian diketahui lah apakah program tersebut berhasil atau tidak, jika iya maka disarankan untuk terus dilanjutkan, dan jika tidak maka perlu direvisi kembali. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada gambar 2.1 kerangka pemikiran yang tertera untuk penelitian ini.

(31)

18

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan:

Menyatakan Hubungan Dievaluasi Dengan

Gambar 2.1 Skema Kerangka Penelitian Analisis Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SRI Menggunakan Model CIPP

Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intencification

Petani Padi Sawah

Evaluasi Penyusunan

Sistem SRI

Evaluasi Hasil Sistem

SRI

Tidak Berhasil Evaluasi

Pelaksanaan Sistem SRI

Evaluasi Tingkat Keberhasilan

Model CIPP

Berhasil

Produksi dan Pendapatan

Setelah Menerapkan Produksi dan

Pendapatan Sebelum Menerapkan

(32)

19 2.7. Hipotesis Penelitian

1. Evaluasi program Sistem SRI pada Desa Pematang Setrak sudah berjalan dengan baik.

2. Evaluasi pelaksanaan program SRI pada Desa Pematang Setrak sudah dilaksanakan petani sesuai dengan anjuran penyuluh pertanian.

3. Petani padi sawah di Desa Pematang Setrak sudah merasakan dampak positif terhadap penerapan program SRI di lokasi penelitian.

(33)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode yang digunakan dalam penentukan daerah penelitian adalah metode purposive (disengaja) yaitu di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Berdagai. Desa ini dipilih karena merupakan salah satu desa yang menjadi sentra produksi padi sawah di Kecamatan Teluk Mengkudu serta Desa Pematang Setrak merupakan Desa yang sudah menerapkan metode budidaya padi SRI. Selain itu. Desa ini sudah melakukan penyuluhan tentangan SRI dan mendapat respon baik dari petani.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pada studi ini, jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu Sampling Jenuh (Sensus) yaitu metode pengambilan

sampel yang menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel. Hal ini terjadi apabila populasinya kecil atau kurang dari 30 orang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian data terdiri atas data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pembagian kuesioner kepada petani yang telah mendapat penyuluhan tentang SRI (System of Rice Intensif) baik yang menerapkan dan tidak menerapkan sistem, juga melakukan wawancara kepada ketua kelompok tani. Pada pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencatatan dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan dan

(34)

21

Pertanian, Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan Pertanian, Kantor Kepala Desa. Serta informasi dari literatur terdahulu yang mendukung penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Data hasil penelitian kemudian dikumpulkan untuk dilakukan tabulasi, tahapa berikutnya berupa analisis dengan ketentuan yang ditetapkan. Untuk membuktikan hipotesis 1 dilakukan analisis deskriptif dengan melihat data perkembangan penerapan SRI (System of Rice Intensif) selama 5 (lima) tahun terakhir yakni 2015 - 2019.

Untuk membuktikan hipotesis 2, yakni evaluasi program, pelaksanaan program dan hasil program. Untuk evaluasi program dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan Model CIPP (Contexts, Input, Process, Product). Untuk mengetahui indikator penilaian program SRI, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2 Indikator Penilaian Program Penyuluhan SRI (System of Rice

Intensification) Berdasarkan Dimensi Konteks, Masukan, Proses,

dan Produk.

No. Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Penyusunan program penyuluhan Sistem SRI didasarkan pada kebutuhan petani.

2. Program penyuluhan Sistem SRI dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

3. Tujuan akhir dari program penyuluhan Sistem SRI berupa peningkatan hasil produksi dan pendapatan petani.

4. Program disusun untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan kebutuhan petani.

2. Input 1. Keterlibatan petani dalam perencanaan penyuluhan pertanian sistem SRI.

2. Komunikasi antara kelompok tani dan penyuluh.

(35)

22

3. Penyuluhan dan pelatihan oleh PPL kepada petani.

4. Kesiapan petani dalam menerapkan Sistem SRI.

3. Process 1. Keterlaksanaan program penyuluhan Sistem SRI.

2. Frekuensi penyuluhan Sistem SRI.

3. Frekuensi pelaksanaan pengawasan oleh penyuluh.

4. Penyuluh dapat memenuhi keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani.

4. Product 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah usahataninya.

2. Tingkat penerapan teknologi Sistem SRI.

3. Peningkatan produksi setelah menerapkan Sistem SRI.

4. Peningkatan kerjasama dalam berusahatani.

Sumber : Diolah berdasarkan teori yang dibangun

Dari Tabel 3.2 tersebut diberikan pertanyaan kepada responden yakni petani yang mengikuti program SRI di daerah penelitian. Dari jawaban yang diperoleh kemudian dikonversi dalam bentu skoring dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika menjawab A skor 3 b. Jika menjawab B skor 2 c. Jika menjawab C skor 1

Tabel 3.3 Skor Penilaian Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification)

No. Model CIPP Jumlah Parameter Skor Rentang

1 Contexts 4 1-3 4-12

2 Input 4 1-3 4-12

3 Process 4 1-3 4-12

4 Product 4 1-3 4-12

Total 16 16 - 48

(36)

23

Dari hasil penilaian akan didapatkan skor pada masing-masing variabel, kemudian dari hasil penjumlahan skor pada tiap-tiap varialbel akan ditentukan tingkat keberhasilan program SRI di daerah penelitian. Skor pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian berada pada rentang 16-48 dimana skor akhir dapat dihitung dengan range dibagi pencapaian.

Keterangan :

Skor 38-48 = Sangat Berhasil Skor 27-37 = Berhasil

Skor 16-26 = Tidak Berhasil

Untuk mengetahui pelaksanaan program dilakukan analisa secara deskriptif dengan menggunakan metode pemberian skor terhadap anjuran pelaksanaan program penyuluhan SRI (System of Rice Intensif) yang disusun secara rinci pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Evaluasi Pelaksanaan Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification)

No. Pelaksanaan Sistem SRI

Anjuran Pengukuran Skor

1. Persiapan Lahan

1. Perencanaan sistem pengairan 2. Penentuan areal

sawah yang tidak tergenangi

3. Pengolahan lahan

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran.

3

2

1 2. Persiapan

Benih

1. Seleksi benih 2. Persamaian benih

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran.

3

2

(37)

24

1 3. Penanaman 1. Tanam bibit

tunggal

2. Tanam dangkal 3. Letak akar

horizontal 4. Jarak tanam

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran.

3

2

1 4. Pemeliharaan

Tanaman

1. Penyulaman 2. Penyiangan 3. Pengelolaan air 4. Pengendalian

hama 5. Pemupukan

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran.

3

2

1

5. Panen 1. Panen dilakukan setelah mulai berumur 30-35 hari setelah bunga tumbuh merata 2. 90-95% gabah

dari malai sudah tampak

menguning.

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran.

3

2

1

6. Pasca Panen 1. Pemupukan dan pengumpulan 2. Kerontokan 3. Penjemuran 4. Penyimpanan 5. Penggilingan

1. Dilakuakan dengan semua teknologi dan anjuran.

2. Dilakukan dengan 2-3 teknologi dan anjuran.

3. Menggunakan hanya 1 teknologi dan anjuran..

3

2

1

(38)

25

Dari Tabel 3.4 di atas didapatkan jumlah nilai pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian berada diantara 6-18 dimana skor akhir dapat dihitung dengan range dibagi jumlah pencapaian. (Subagyo, 1992 :10).

Keterangan :

Skor 14 – 18 = Berhasil

Skor 10 – 13 = Cukup Berhasil Skor 6 – 9 = Tidak Berhasil

Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan program SRI (System of Rice Intensif) dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode skoring.

Komponen penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Dari Tabel 3.5 dapat dilihat dan diketahui hasil dari pelaksanaan program SRI melalui penilaian jumlah skor yang berada pada 5 – 20, dimana skor akhir dapat dihitung dengan range dibagi jumlah pencapaian (Subagyo, 1992 :10).

Tabel 3.5 Evaluasi Hasil Program Penyuluhan SRI (System of Rice Intensification)

No. Komponen Parameter Skor

1. Peningkatan Pengetahuan 1. Pengetahuan meningkat signifikan .

2. Terjadi peningkatan pengetahuan.

3. Pengetahuan tidak berubah

4. Terjadi penurunan pengetahuan.

4

3 2 1 2. Peningkatan Keterampilan 1. Keterampilan meningkat

signifikan.

2. Terjadi peningkatan keterampilan.

3. Keterampilan tidak beruah

4. Terjadi penurunan Keterampilan.

4

3 2 1 3. Peningkatan Produksi 1. Produksi meningkat

signifikan

2. Terjadi peningkatan

4 3

(39)

26 Produksi.

3. Produksi tidak berubah 4. Terjadi penurunan

produksi

2 1 4. Peningkatan Pendapatan 1. Pendapatan meningkat

signifikan

2. Terjadi peningkatan pendapatan.

3. Pendapatan tidak berubah 4. Terjadi penurunan

pendapatan.

4 3 2 1 5. Peningkatan Produktivitas 1. Produktivitas menignkat

signifikan.

2. Terjadi peningkatan Produktivitas.

3. Produktivitas tidak berubah

4. Terjadi penurunan Produktivitas.

4

3 2 1

Keterangan :

Skor >16,25 – 20 = Sangat Berhasil Skor >12,5 – <16,25 = Berhasil Skor >8,75 – <12,5 = Cukup Berhasil Skor 5 – <8,75 = Tidak Berhasil

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi Operasional

1. Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan proses kegiatan untuk menilai kegiatan program penyuluhan pertanian. Terdiri atas tahapan pengumpulan data, penentuan indikator, penilaian dan analisa serta penentuan keputusan.

2. Model evaluasi program CIPP merupakan model evaluasi yang didasari pada dimensi konteks, input, proses dan produk

3. Evaluasi pelaksanaan adalah evaluasi yang dilaksankan untuk mengetahui kemampuan petani dalam melaksanakan inovasi yang dianjurkan.

(40)

27

4. Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil pencapaian program yakni pendapatan, produksi, pengetahuan dan kemampuan petani.

5. Produksi adalah jumlah padi sawah yang dihasilkan suatu lahan petanian dalam satuan ton.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian berada pada Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel Penelitian adalah Petani padi sawah yang menerapkan SRI (System of Rice Intensif).

3. Waktu Penelitian adalah tahun 2020.

(41)

28 BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Desa Pematang Setrak berada pada Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri atas 8 dusun dengan luas wilayah mencapai 670,64 ha. Berdasarkan komposisi tanah tersebut, tanah di Desa Pematang Setrak cocok digunakan sebagai areal pertanian. Kondisi lahan yang tergolong datar dan tidak berbukit memudahkan dalam pembuatan sistem pengairan yang merupakan penunjang teknis dalam sektor pertanian.

Desa Pematang Setrak memiliki jarak ± 7 Km dari ibukota Kecamatan dan

± 20 Km dari ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Pengguanan lahan pada Desa Pematang Setrak didominasi pada pemanfatan sbeagai usahatani, dengan tanaman utama berupa padi. Lahan pertanian sawah pada Desa Pematang Setrak terletak pada Dusun VI, VII dan VIII. Pengoptimalan lahan dalam budidaya padi sawah telah dilakukan oleh masyarakat, dengan luas areal yang didominasi oleh persawahan. Pemanfaatan wilayah di Desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

(42)

29

Tabel 4.1 Pemanfaatan Luas Wilayah Desa Pematang Setrak

No Keterangan Luas Wilayah

(Ha)

Persentase (%)

1 Persawahan 265,00 39,510

2 Tegal/Perladangan 103,00 15,350

3 Perkebunan 96,23 14,340

4 Perumahan/Pemukiman 202,92 30,250

5 Perkantoran/Sarana Sosial

a. Kantor/Balai Desa 0,86 0,128

b. Puskesmas/Puskesdes 0,06 0,008

c. 4 Unit Mesjid 0,16 0,023

d. 3 Unit Musholla 0,34 0,050

e. 1 Unit Sekolah 0,08 0,011

f. Jalan Umum/Jalan Dusun 0,40 0,094

g. Saluran Irigasi Tersier 0,75 0,111

h. Saluran Pembuangan 0,84 0,125

Total 670,64 100,000

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020

Dari Tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan Desa Pematang Setrak digunakan untuk lahan persawahan dengan 265 Ha atau sekitar 39,51% dari total luas area. Tanaman primadona pada Desa Pematang Setrak berupa tanaman padi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Rasio pemanfaatan lahan terkecil didapatkan pada fasilitas kesehatan Desa berupa puskesmas atau puskesdes dengan persentase 0,008%.

4.2. Kondisi Sosio Demografis

4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari data kantor kepala desa didapatkan jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 berjumlah sebesar 4.585 jiwa dengan total KK sebesar 1.146 KK yang terdiri dari 8 dusun. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada pada Tabel 4.2.

(43)

30

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Dusun Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Total

(Jiwa) Laki-laki Laki-laki Perempuan L P

1 I 342 336 15,06 14,52 678

2 II 285 294 12,55 12,71 579

3 III 272 310 11,98 13,40 582

4 IV 173 152 7,62 6,57 325

5 V 421 468 18,54 20,22 889

6 VI 225 225 9,91 9,72 450

7 VII 204 206 8,98 8,90 410

8 VIII 349 323 15,37 13,96 672

Total 2.271 2.314 49,53 50,47 4.585

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa bedasarkan jenis kelamin Desa Pematang Setrak didominasi oleh penduduk penduduk perempuan 2.314 jiwa atau 50,47% dan jumlah penduduk laki – laki didapatkan sebesar 2.271 jiwa atau 49,53%. Jumlah penduduk terbesar didapatkan pada dusun V dengan total 889 jiwa atau sebesar 19,39% dari total jumlah penduduk Desa Pematang Setrak.

4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu wiayah.

Tingginya jumlah penduduk menjamin ketersediaan tenaga kerja pada suatu wilayah. Berdasarkan data dari Kantor Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan usia.

Berdasarkan Tabel 4.3 penduduk desa Pematang Setrak didominasi penduduk yang berusia produktif berumur 17-59 tahun, didapatkan sebesar 2.758 jiwa dengan persentase 60,15%. Persentase penduduk terkecil berdasarkan usia didapatkan pada rentang umur 13-16 tahun dengan total 359 jiwa dengan persentase sebesar 7,83%. Berdasarkan data penduduk didapatkan desa Pematang Setrak mempunyai potensi dari sisi sumber daya manusia, dengan angka

(44)

31

penduduk usia produktif yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk usia produktif akan memudahkan proses transfer teknologi pertanian baik yang dilakukan oleh penyuluh maupun pihak lainnya, serta memudahkan dalam menemukan pekerja dalam sektor pertanian.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

No Dusun

Umur Jumlah

0-5 Tahun

6-12 Tahun

13-16 Tahun

17-59 Tahun

>60

Tahun (Jiwa)

1 I 67 71 49 406 85 678

2 II 51 59 36 391 42 579

3 III 73 76 60 341 32 582

4 IV 24 45 28 222 6 325

5 V 87 80 58 541 123 889

6 VI 59 43 38 266 44 450

7 VII 31 77 32 248 22 410

8 VIII 122 112 58 343 37 672

Total 514 563 359 2.758 391 4.585

Persentase (%) 11,21 12,28 7,83 60,15 8,53 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu wilayah, dimana masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan tinggi memiliki kecendrungan untuk melakukan inovasi berdasarkan latar belakang pendidikan yang didapatkan. Jenjang pendidikan dapat digunakan sebagai parameter kemajuan dan pembangunan suatu wilayah. Masyarakat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan berpikir lebih rasional dan lebih menerima teknologi yang baru. Bentuk transfer teknologi dan inovasi dalam bidang pertanian akan lebih mudah dilakukan. Berdasarkan data dari Kantor Desa Pematang Setrak hingga bulan November 2021 didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan sebagai berikut:.

(45)

32

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Dusun Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

TK SD SMP SMA PT

1 I 16 170 206 200 20 613

2 II 8 151 138 215 15 529

3 III 21 420 27 28 15 514

4 IV 1 214 19 65 6 309

5 V 11 416 131 241 4 808

6 VI 13 176 112 93 7 407

7 VII 8 149 65 130 31 390

8 VIII 12 295 56 46 6 423

Total 90 1991 754 1018 104 3957

Persentase (%) 2,27 50,32 19,05 25,73 2,63 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan distribusi penduduk Desa Pematang Setrak berdasarkan jenjang pendidikan didominasi pada lulusan Sekolah Dasar sebesar 1.991 jiwa atau sebesar 50,32%. Rasio penduduk terkecil didapatkan pada jenjan pendidikan Taman Kanak sebesar 2,27%. Pada jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi didapatkan rasio sebesar 25,73% dan 2,63% dari total jumlah penduduk. Dari data tersebut dapat disimpulkan tingkat pendidikan pada Desa Pematang Setrak tergolong sedang, hal ini dapat dilihat pada jenjang pendidikan menengah yang cukup tinggi. Penduduk juga semakin sadar pentingnya pendidikan, sehingga banyak penduduk yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Pada masa depan diyakini jumlah penduduk yang memiliki jenjang Pendidikan Tinggi akan terus meningkat, hal ini dapat mendorong pembangunan dan kesejahtraan masyarakat Desa Pematang Setrak.

4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Berdasarkan data kantor Desa Pematang Setrak, mayoritas penduduk beragama Islam, kemudian Protestan dan Katolik. Distribusi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(46)

33

Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

No Dusun Agama Jumlah

Islam Protestan Katolik Hindu Budha (Jiwa)

1 I 658 20 - - - 678

2 II 579 - - - - 579

3 III 582 - - - - 582

4 IV 283 42 - - - 325

5 V 879 10 - - - 889

6 VI 447 0 3 - - 450

7 VII 388 18 4 - - 410

8 VIII 545 127 - - - 672

Total 4.361 217 7 0 0 4.585

Persentase (%)

95,11 4,73 0,15 0 0 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoitas penduduk Desa Pematang Setrak memeluk agama Islam sebesar 4.362 jiwa dengan persentase 95,11%, sedangkan paling sedikit adalah yang memeluk agama kristen katolik yaitu 7 jiwa dengan persentase 0,15%. Walaupun agama islam sebagai agama mayoritas di Desa Pematang Setrak, toleransi antar umat beragama tetap dipegang teguh oleh masyarakat Desa. Hal ini dibuktikan tidak adanya kasus gesekan antara umat beragama di Desa Pematang Setrak. Penduduk saling menghormati antar umat beragama lainnya.

4.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Berdasarkan data kantor Desa Pematang Setrak hinngga bulan November 2021, didapatkan data distribusi penduduk berdasarkan etnis/suku sebagai berikut.

(47)

34

Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Dusun

Suku

Melayu Batak Karo Mandailing Sima- lungun

Banten

1 I 0 20 8 67 0 0

2 II 14 11 2 89 0 6

3 III 0 0 0 115 0 0

4 IV 2 42 0 5 0 0

5 V 0 23 0 24 0 3

6 VI 3 0 4 3 0 0

7 VII 1 29 0 0 0 0

8 VIII 38 52 3 12 84 18

Total 58 177 17 315 84 27

Persentase (%) 1,26 3,86 0,37 6,87 1,83 0,59, Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Lanjutan Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Dusun Suku Jumlah

Banjar Aceh Jawa Minang lainnya

1 I 4 0 573 6 0 678

2 II 14 1 402 5 35 579

3 III 4 4 452 1 6 582

4 IV 5 1 261 9 0 325

5 V 3 1 835 0 0 889

6 VI 5 0 417 1 17 450

7 VII 152 1 227 0 0 410

8 VIII 62 0 400 3 0 672

Total 249 8 3567 25 58 4585

Persentase (%) 5,43 0,17 77,80 0,55 1,26 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui mayoritas penduduk Desa Pematang Setrak merupakan suku bangsa Jawa dengan total penduduk sebesar 3.567 jiwa atau 77,8%. Rasio suku bangsa terkecil adalah suku Aceh dengan total 8 jiwa dengan persentase sebesar 0,17%.

4.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Data distribusi penduduk Desa Pematang Setrak berdasarkan mata pencaharian sebagai berikut.

(48)

35

Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Dusun

Pekerjaan/Mata Pencaharian PNS TNI/

POLRI

KARYA- WAN

WIRA-

SWASTA JASA

1 I 13 0 10 135 0

2 II 14 0 8 63 0

3 III 2 1 6 85 0

4 IV 1 1 3 225 0

5 V 3 1 8 15 0

6 VI 6 1 32 89 16

7 VII 3 5 8 270 0

8 VIII 13 0 10 135 0

Total 49 12 105 906 16

Persentase (%) 1,14 0,28 2,44 21,01 0,37

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Lanjutan Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Dusun Pekerjaan/Mata Pencaharian

TANI BURUH LAINNYA TOTAL

1 I 31 30 156 359

2 II 22 6 117 288

3 III 63 11 7 140

4 IV 6 12 52 177

5 V 66 32 25 279

6 VI 97 8 4 150

7 VII 213 - 22 257

8 VIII 245 45 10 314

Total 743 144 393 1.964

Persentase (%) 37,83 7,33 20,01 99,97

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak November 2021

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Pematang Setrak berada di sektor pertanian sebagai petani sebanyak 743 jiwa dengan persentase 37,83% dari total jumlah penduduk.

Minoritas mata pencaharian masyarakat Desa Pematang Setrak adalah sebagai TNI/POLRI sebanyak 7 jiwa dengan persentase 0,35% dari total jumlah penduduk Desa Pematang Setrak.

(49)

36

Dengan mayoritas mata pencaharian penduduk desa sebagai petani menunjukkan bahwa Desa Pematang Setrak merupakan daerah pertanian. Hasil ini juga didukung dengan kondisi alam dan areal lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian. Tersedianya aeral persawahan yang belum dimanfaatkan, komposisi tanah yang sesuai dan serta prasarana teknis berupa jaringan irigasi.

Total angkatan kerja pada penduduk Desa Pematang Setrak mencapai 1964 jiwa dan 2.118 jiwa bukan angkatan kerja. Dari hasil tersebut didapatkan jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak didominasi oleh angkatan kerja dibandingkan penduduk yang tidak termasuk angkatan kerja.

4.3. Kondisi Sarana dan Prasarana 4.3.1. Sarana

Sarana dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan (bisa berupa syarat atau upaya). Kondisi sarana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8 Kondisi Sarana Desa

No Sarana Desa Keterangan

1 Jalan Desa 8,5 Km

2 Jalan Dusun 18 Km

3 Jembatan Desa 2

4 Transportasi Darat Sepeda Motor

5 Puskesmas/Puskesdes 1

6 Mesjid 4

7 Mushollah 3

8 Sekolah 1

9 Kantor Desa 1

10 PLN Ada

11 Air Bersih Ada

12 Poskamling 8

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020

(50)

37 4.3.2. Prasarana

Prasarana adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk terselenggaranya suatu proses, terutama sebagai penunjang perubahan di Desa Pematang Setrak tersebut. Kondisi Prasarana Desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9 Kondisi Prasarana Desa

No Sarana Desa Keterangan

1 Jalan Desa Ada

2 Jalan Dusun Ada

3 Jembatan Desa Ada

4 Transportasi Darat Ada

5 Puskesmas/Puskesdes Ada

6 Mesjid 2

7 Mushollah 2

8 Sekolah 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Pematang Setrak Tahun 2020

Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani maupun penduduk di Desa Pematang Setrak cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jalan Desa, jembatan, sekolah, fasilitas kesehatan hingga fasilitas peribadatan masyarakat.

(51)

38 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Evaluasi Program Penyuluhan Sistem SRI

Evaluasi program dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kegiatan penilaian dan pengukuran mengenai keberhargaan atau manfaat suatu program secara sistematis. Defenisi yang lebih luas adalah evaluasi program merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui wilayah-wilayah keputusan, sumber informasi yang sesuai, untuk kemudian menganalisis informasi tersebut dalam bentuk data yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dengan demikian evaluasi program SRI dapat diartikan sebagai sebuah proses penilaian keberhasilan program SRI yang telah dijalankan, berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil keputusan atas objek yang dievaluasi.

Standar objektif tersebut disajikan dalam sebuah indikator kinerja yang dibangun berdasarkan model evaluasi CIPP.

Tabel 5.1 Penilaian Program Sistem SRI di Daerah Penelitian

No Indikator Kinerja Nilai yang diharapkan

Nilai yang diperoleh

Keterca- paian (%)

1 Penyusunan program penyuluhan Sistem SRI didasarkan pada kebutuhan petani.

4 3,4 85

2

Program penyuluhan Sistem SRI dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

4 3,2 82

3

Tujuan akhir dari program penyuluhan Sistem SRI berupa peningkatan hasil produksi dan pendapatan petani.

4 3,4 85

4 Program disusun untuk menyediakan sarana dan

4 3,6 89

(52)

39 prasarana pendukung sesuai

dengan kebutuhan petani.

Jumlah 16 13,7 85,3

1 Keterlibatan petani dalam perencanaan penyuluhan pertanian sistem SRI.

4 3,3 84

2 Komunikasi antara kelompok tani

dan penyuluh. 4 3,4 84

3 Penyuluhan dan pelatihan oleh PPL kepada petani.

4 3,4 86

4 Kesiapan petani dalam

menerapkan Sistem SRI 4 3,3 82

5 Interaksi dan komunikasi antara

petani dan penyuluh 4 3,4 86

Jumlah 20 16,9 84,5

1 Keterlaksanaan program penyuluhan Sistem SRI.

4 3,4 86

2 Frekuensi penyuluhan Sistem

SRI. 4 3,4 84

3 Frekuensi pelaksanaan

pengawasan oleh penyuluh. 4 3,2 79

4

Penyuluh dapat memenuhi keinginan yang sesuai dengan kebutuhan petani

4 3,6 90

Jumlah 16 13,6 84,9

1

Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengatur jadwal dan pola tanam

4 3,4 86

2

Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam pengendalian OPT pada tanaman padi

4 3,3 84

3 Pengurangan tingkat kegagalan

panen dan serangan hama 4 3,2 80

4 Peningkatan produksi 4 4,0 99

5 Peningkatan produktivitas 4 4,0 100

6 Peningkatan penerimaan 4 3,9 98

7 Peningkatan pendapatan 4 3,9 97

8 Peningkatan kerjasama dalam 4 3,6 89

Gambar

Gambar 1.1 Produksi Padi Sawah di Sumatera Utara Menurut Kabupaten  Tahun 2020 (Dalam Ribu Ton) (BPS Sumatera Utara 2020)
Gambar 2.1 Skema Kerangka Penelitian Analisis Evaluasi Pelaksanaan  Program Penyuluhan Pertanian SRI Menggunakan Model CIPP
Gambar 5.1 Proses Pengolahan Pupuk Kompos di Desa Pematang Setrak

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pembelajaran membaca permulaan yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Jangkrikan ditinjau dari model evaluasi CIPP

Hasil Penelitian Evaluasi Program Tahfidz Alquran dengan Menggunakan Model CIPP Pada Pondok Pesantren Raudhatul Amin Kandangan .... Hasil Penelitian Aspek Konteks ( Context

Tujuan penelitian untuk (1) mengetahui pelaksanaan sistem tanam SRI (System of Rice Intensification) pada Petani Padi Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani, (2) Untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pelaksanaan Teaching Factory menggunakan model evaluasi, yaitu mengungkap pelaksanaan program tersebut ditinjau dari; (1)

Evaluasi program pendidikan untuk mengetahui tingkat pencapaian program sekaligus memberikan tanggung jawab (accountability) program yang telah berjalan dan

Untuk mengendalikan pelaksanaan Pengembangan SRI di tingkat Propinsi, Kepala Dinas Pertanian Propinsi melakukan pengendalian kegiatan melalui pembinaan reguler dan

Model evaluasi CIPP Context, Input, Process and Product dipilih dengan pertimbangan beberapa aspek: 1 Program pembelajaran tahfidzul Qur’an harus dilihat sebagai sebuah sistem

Hasil penelitian menunjukkan: 1 Evaluasi program kampus mengajar dengan model CIPP secara keseluruhan berada pada kriteria sangat baik, yang berarti kegiatan kampus mengajar sudah