• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran 1.Produksi Lele Dumbo (Y) 1.Produksi Lele Dumbo (Y)

5. Pengaturan dan Pemeliharaan Air

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.5. Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran 1.Produksi Lele Dumbo (Y) 1.Produksi Lele Dumbo (Y)

Produksi lele dumbo adalah total pembesaran pada sejumlah kolam dengan luasan tertentu dalam satu periode pembesaran. Produksi lele dumbo dinyatakan dalam kilogram. Harga jual adalah harga yang diterima pembudidaya pada saat panen dan berlaku di daerah penelitian. Harga dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

52 2. Padat Penebaran (X1)

Padat penebaran yang dimaksud adalah hasil dari jumlah benih lele dumbo yang digunakan dalam pembesaran dibagi dengan luas kolam tempat pembudidaya melakukan pembesaran lele dumbo dalam satu periode pembesaran diukur dalam satuan ekor per m2. Biaya korbanan marjinalnya

adalah harga benih dalam rupiah per ekor selama periode pembesaran. Mahyuddin (2008) mengatakan bahwa padat penebaran tidak boleh terlalu tinggi untuk mengurangi tingkat kematian lele. Padat penebaran benih lele di kolam berkisar 200-400 ekor/m2 dengan ukuran benih 5-7 cm/ekor.

3. Pakan Pelet (X2)

Input pakan pelet adalah jumlah pakan yang digunakan selama proses pembesaran dalam satu periode pembesaran. Pakan pelet yang digunakan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pakan pelet per kilogram dalam rupiah. Menurut Mahyuddin (2008) penentuan jumlah pakan pelet per hari untuk lele dumbo dapat dihitung berdasarkan bobot total benih dan umur tebar. Persentase pakan per hari adalah 5 persen dari total bobot benih. Namun menjelang panen (2 minggu sebelum panen), persentase pakan diturunkan menjadi 2-3 persen.

4. Pakan Tambahan (X3)

Input pakan tambahan adalah jumlah pakan yang digunakan selama proses pembesaran dalam satu periode pembesaran. Pakan tambahan yang digunakan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pakan tambahan per kilogram dalam rupiah. Penggunaan pakan tambahan tergantung dari telah efisien atau belum penggunaan pakan pelet.

53 5. Pupuk (X4)

Input pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan selama proses pembesaran dalam satu periode pembesaran. Pupuk yang digunakan diukur dalam satuan liter. Biaya korbanan marjinalnya adalah pupuk per liter dalam rupiah. Menurut Darseno (2010) penggunaan pupuk pabrikan (urea dan TSP) tidak boleh berlebihan, sebab kandungan utama yang dimiliki oleh pupuk urea adalah nitrogen. Sedangkan air kolam yang kotor sudah mengandung nitrogen. Kadar nitrogen yang berlebihan justru akan menambah tingkat keasaman air. 6. Probiotik (X5)

Input probiotik adalah jumlah probiotik yang digunakan selama proses pembesaran dalam satu periode pembesaran. Probiotik yang digunakan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga probiotik per kilogram dalam rupiah.

7. Kapur (X6)

Input kapur adalah jumlah kapur yang digunakan selama proses pembesaran dalam satu periode pembesaran. Kapur yang digunakan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga kapur per kilogram dalam rupiah. Menurut Darseno (2010), penggunaan kapur sebaiknya adalah 0,006 kg/m2 atau disesuaikan dengan kadar keasaman (pH) tanah.

8. Panen pembesaran lele dumbo adalah jumlah lele dumbo yang dibesarkan selama periode pembesaran dalam satuan kilogram.

9. Periode pembesaran adalah suatu tahapan pembesaran benih lele dumbo sampai mencapai ukuran konsumsi.

54 10. Lama pembesaran adalah lama waktu berlangsung dimulai sejak benih lele dumbo dengan ukuran tertentu dibesarkan sampai mencapai ukuran konsumsi. 11.Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan pembudidaya untuk

kegiatan usaha pembesaran. Dalam penelitian ini digunakan perhitungan biaya berdasarkan atas biaya keseluruhan tunai dan tidak tunai.

12.Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara tetap oleh

pembudidaya yang tidak berdasarkan pada berapapun output yang dipanen. 13.Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh

pembudidaya yang mempengaruhi pada jumlah output yang dipanen.

14.Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Perhitungan ini dilakukan pada faktor produksi tetap yang berumur lebih dari satu tahun, misalnya kolam, gudang, kantor dan lainnya. Perhitungan dilakukan dengan cara metode garis lurus menggunakan dasar pikiran bahwa benda yang dipergunakan dalam pembesaran menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Dengan rumus sebagai berikut: Penyusutan = Nilai Baru−Nilai Sisa

Masa Pemakaian

15.Rasio penerimaaan dan pengeluaran (R/C ratio) ini menunjukkan pendapatan

kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membesarkan. 16.Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara faktor

produksi dan hasil produksi (panen lele dumbo) pada tingkat tertentu.

17.Faktor produksi adalah faktor yang mempengaruhi pembesaran lele dumbo, antara lain : luas kolam, padat tebar, pakan pelet, pakan tambahan, pupuk, probiotik, dan kapur.

55 18.Elastisitas produksi adalah perubahan produksi karena adanya perubahan

harga produksi.

19.Efisiensi produksi adalah upaya penggunaan input yang minimum untuk mendapatkan output tertentu.

V. GAMBARAN UMUM CV JUMBO BINTANG LESTARI 5.1. Lokasi Perusahaan dan Sejarah Perkembangan

Perusahaan CV Jumbo Bintang Lestari merupakan suatu perusahaan perikanan yang bergerak dalam bidang budidaya khususnya pembesaran lele dumbo. Perusahaan CV Jumbo Bintang Lestari terletak di Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Bapak Aken Hafian sebagai pemilik CV Jumbo Bintang Lestari memilih lokasi tersebut awalnya karena dekat dengan rumah serta didasarkan pada harga lahan yang relatif masih murah, sehingga modal yang digunakan untuk investasi cukup rendah. Lokasi CV Jumbo Bintang Lestari yang dekat dengan jalan raya memudahkan perusahaan untuk mendistribusikan lele dumbo ke pasar. Selain itu, CV Jumbo Bintang Lestari terletak di daerah sekitar Jabodetabek sehingga jarak antara CV Jumbo Bintang Lestari dan pasar Jabodetabek tidak terlalu jauh. Jabodetabek diketahui merupakan daerah-daerah dengan tingkat permintaan lele yang tinggi.

CV Jumbo Bintang Lestari sengaja memilih lokasi pada daerah dataran rendah, karena lokasi tersebut memiliki suhu yang optimal dalam pembesaran lele dumbo yaitu 280C. Lokasi kolam dipilih pada daerah yang dekat dengan sungai

atau sumber mata air serta dengan kontur wilayah yang tidak berombak, sehingga memudahkan dalam hal pengairan dan tata ruang kolam. Jenis tanah yang dipilih untuk pembuatan kolam adalah tanah yang memiliki tingkat porositas rendah (tingkat kepadatan tanah tinggi) agar kolam tidak boros air.

Usaha pembesaran lele dumbo yang dirintis oleh Bapak Aken Hafian berawal dari kesenangannya memelihara binatang. Usaha dimulai dari dua kolam

57 di halaman rumahnya yang dilakukan sejak tahun 1997. Dua kolam pembesaran lele dumbo tersebut dikelola secara profesional sehingga usahanya terus berkembang. Benih lele dumbo diperoleh dari Indramayu, Losarang, dan Cirebon serta sebagian dari CV Jumbo Bintang Lestari sendiri. Namun perusahaan lebih berkonsentrasi pada usaha pembesaran lele dumbo. CV Jumbo Bintang Lestari lebih memilih jenis lele dumbo dibandingkan lele jenis yang lain disebabkan karena lokasi saat ini dirasa lebih cocok untuk pembesaran lele dumbo. CV Jumbo Bintang Lestari saat ini memasok lele dumbo ukuran konsumsi hingga 6-7 ton/hari untuk pasar Jabodetabek, meskipun pernah memasok hingga 12-13 ton per hari pada tahun 2007. Jumlah produksi sengaja diturunkan untuk menjaga agar semua kegiatan usaha dapat terkontrol dengan baik oleh seluruh staf.

Pemilik memiliki visi dan misi yang ingin dicapai dalam menjalankan usahanya. Visi CV Jumbo Bintang Lestari dalam menjalankan usaha pembesaran lele adalah mensosialisasikan manfaat mengkonsumsi ikan khususnya lele dumbo serta mengubah citra lele dumbo yang dimasa lalu terkesan jorok dan tidak higienis sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi lele dumbo maupun berbudidaya lele dumbo. Misi yang dilakukan agar visi tersebut dapat terwujud adalah dengan melakukan sosialisasi manfaat lele dumbo. Saat ini misi tersebut telah berjalan dengan baik karena pemilik sering mengikuti

talk show festival lele di berbagai tempat sebagai pembicara. Terbukti bahwa saat

ini peminat lele khususnya lele dumbo semakin meningkat. Visi dan misi CV Jumbo Bintang Lestari dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh keahlian tenaga kerjanya.

58 5.2. Tata Laksana Usaha Pembesaran Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang

Lestari

Usaha pembesaran lele dumbo yang dilakukan CV Jumbo Bintang Lestari ini bersifat komersil yaitu salah satu tujuannya adalah memperoleh keuntungan. Luas lahan awalnya adalah 10 Ha di Desa Cibinong Kecamatan Gunung Sindur. Seiring dengan berjalannya waktu dan permintaan lele yang semakin meningkat, pemilik merasa bahwa perluasan kolam sudah tidak mungkin lagi dilakukan di wilayah tersebut. Pada tahun 2007 pemilik mulai menambah lokasi kolam yaitu di Desa Padurenan Kecamatan Parung seluas 4 Ha. Lokasi pengembangan tersebut dipilih karena wilayah tersebut masih memiliki sumber air bersih yang merupakan media utama budidaya ikan serta harga lahan yang relatif masih murah. Lahan dibeli secara bertahap dari masyarakat sekitar yang awalnya disewa terlebih dahulu. Total lahan yang dimiliki CV Jumbo Bintang Lestari adalah 14 Ha dengan jumlah kolam sekitar 500 unit. Usaha perluasan kolam ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan dan kekuatan pasokan sehingga CV Jumbo Bintang Lestari dapat mengontrol harga.

Usaha pembesaran lele dumbo ini telah dirintis pemilik selama 13 tahun. Namun pada tahun 2007 CV Jumbo Bintang Lestari baru menjadi sebuah CV dengan memiliki manajemen yang lebih tersistem. Sistem manajemen yang diterapkan dalam CV Jumbo Bintang Lestari bersifat kekeluargaan dan saling percaya. Namun tetap terdapat suatu struktur organisasi agar dapat diketahui tugas dan wewenang masing-masing karyawan. Secara garis besar struktur organisasi yang ada pada CV Jumbo Bintang Lestari adalah pemilik sebagai general manajer, yang membawahi manajer budidaya, manajer pemasaran, manajer produksi pakan, dan kepala kantor. Setiap manajer tersebut membawahi karyawan yang

59 bekerja pada bidang masing-masing. Tenaga kerja tetap berjumlah 50 orang dan tenaga kerja borongan berjumlah 16 orang. Tenaga kerja borongan hanya bekerja pada saat pemanenan dilakukan.

Selain sebagai pembudidaya, pemilik juga merintis usaha sebagai pemasar atau supplier lele ke pedagang besar di pasar Jabodetabek. Hal ini dilakukan agar

menjamin hasil budidayanya dapat terjual seluruhnya. Selain sebagai pembudidaya dan pemasar, CV Jumbo Bintang Lestari juga menjadi produsen pakan lele berupa pelet yang dijual dengan label yang sama. Tambahan bisnis ini diperoleh pemilik karena berhasil menemukan formula pakan pelet yang tepat setelah melalui serangkaian penelitian. CV Jumbo Bintang Lestari bekerjasama dengan pabrik pakan untuk memproduksi pelet sesuai dengan formula yang ditemukan, namun hak distribusi tetap oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Pakan yang diproduksi mempunyai keunggulan yaitu cepat menambah bobot ikan dengan tingkat efisiensi yang sangat tinggi.

Teknik pembesaran lele dumbo yang diterapkan oleh CV Jumbo Bintang Lestari adalah sebagai berikut: