• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEATO CARLO ACUTIS, ORANG KUDUS MILENIAL

Dalam dokumen JUBILEUM NOVEMBER 2020 (Halaman 55-60)

Carlo Acutis lahir di London, Inggris pada 3 Mei 1991. Orang tuanya, Andrea dan Antonia adalah seorang pebisnis. Meskipun lahir di Inggris, Carlo tumbuh besar di Milan, Italia. Seperti anak muda pada umumnya, ia harus berjuang untuk mendapat nilai yang baik di sekolah, bergaul dengan teman-temannya, bermain sepak bola, serta tertarik dengan video games dan komputer. Ia dikenal sebagai anak muda yang “jenius” di bidang komputer. Hal ini terbukti dengan website yang ia ciptakan, film yang ia edit hingga mengarahkan berbagai macam tulisan di internet.

Carlo kecil sangat ramah kepada semua orang dengan berbagai latar belakang. Hal ini membuat dia memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Karena keramahannya, banyak teman Carlo yang merasa damai berada di dekatnya. Meskipun terlahir dalam keluarga berkecukupan, ia tetap tampil sederhana dan sering menggunakan uang yang ia miliki untuk membantu orang miskin yang ia temui di jalan.

Kehidupan Rohani

“Ibu, anakmu begitu luar biasa!” Begitulah kata-kata orang yang mengenal Carlo kepada ibunya. Ibu Carlo bercerita bahwa ia dan suaminya sebenarnya bukanlah seorang Katolik yang taat, namun puteranya, sejak menerima komuni pertama, selalu mengajaknya untuk menghadiri perayaan Ekaristi setiap hari. Rasa-rasanya sulit untuk menemukan Carlo tidak menghadiri perayaan Ekaristi setiap hari. Carlo tumbuh dengan memiliki persahabatan yang luar biasa bersama Kristus. Tak heran kalau ia mengatakan bahwa, “Ekaristi adalah jalan tol-ku ke surga.”

Ibunda Carlo, Antonia, mengingat kembali dalam sebuah wawancara, tentang bagaimana Carlo kecil tidak pernah melewati Gereja tanpa meminta kepadanya untuk masuk dan berdoa sejenak. Antonia terkejut melihat anaknya rajin membaca Kitab Suci dan kisah para kudus, dan lebih terkejut lagi ketika puteranya memulai pertanyaan yang amat mendalam tentang iman pada kelas katekese, dan meluangkan waktu bersama anak-anak lainnya di oratorium (ruang doa) Gereja. Carlo sangat senang ketika mendapatkan berbagai kesempatan untuk mendalami iman yang ia miliki.

Kesucian adalah tujuan yang sejati, tetapi bukan menjadi miliknya sendiri. Ia membagikan beberapa cara yang ia anggap sebagai langkah sederhana dalam mencapai kekudusan :

1. Engkau harus mengingini kekudusan dengan sepenuh hatimu dan bila keinginan tersebut tidak muncul dari hatimu, engkau harus memintanya dengan teguh kepada Tuhan.

2. Hadirilah Misa Kudus dan terimalah Komuni Kudus setiap hari. 3. Ingatlah untuk berdoa Rosario setiap hari.

4. Bacalah setiap hari satu perikop dari Kitab Suci.

5. Bila engkau dapat, luangkanlah waktu untuk Adorasi Ekaristi di depan altar dimana Yesus sungguh hadir. Engkau akan melihat betapa mengagumkannya kekudusanmu tumbuh.

6. Pergilah untuk mengaku dosa setiap minggu, bahkan untuk dosa-dosa yang remeh.

7. Mintalah kepada Yesus dan Bunda Maria, kemampuan untuk menolong orang lain dan persembahkanlah karyamu itu kepada Yesus dan Bunda Maria.

8. Mintalah malaikat pelindungmu untuk membantumu terus-menerus, maka ia akan menjadi teman terbaikmu.

Carlo juga berdoa bagi Paus, yang waktu itu adalah St. Yohanes Paulus II, dan juga menghormati dan mendoakan para imam. Mereka adalah orang-orang yang membawa manusia untuk menyadari kehadiran Yesus di dunia, dan membantu manusia untuk semakin memurnikan hidupnya.

Nampaknya tidak mungkin bercerita tentang Carlo tanpa membahas devosinya yang kuat pada Bunda Maria. Ia sangat terpesona dengan penampakan Maria di Lourdes dan Fatima, dan ia kerap kali bercerita tentang Santa Bernadette Soubirous dan tiga gembala kecil dari Fatima. Pesan Maria tentang pertobatan, penitensi, dan doa, diwujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia yang mengeras melawan iman, Carlo mengajak kita semua untuk melihat ke surga. Dalam keluarga, di sekolah, di berbagai komunitas, Carlo menjadi saksi mengenai kehidupan kekal. Kata Carlo: “Tujuan kita adalah keabadian surga dan bukan

kefanaan dunia. Surga adalah tanah air kita. Kita selalu mengharapkan diri kita berada di Surga.”

Membawa Kristus dalam Dunia Virtual

Pada tahun 2002, Carlo menemani orang tuanya untuk mendengarkan pengajaran seorang imam tentang kehadiran Kristus dalam Ekaristi. Ia sangat mengagumi apa yang ia pelajari saat itu. Carlo memiliki sebuah ide. Carlo ingin membuat sebuah pameran tentang mukjizat Ekaristi di seluruh dunia. Ia berkata, “Mereka semua harus melihat ini.” Carlo ingin mengajak banyak orang untuk memahami bahwa Kristus benar-benar hadir dalam Ekaristi dengan menunjukkan banyak peristiwa sepanjang sejarah dimana roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Ini adalah salah satu bentuk total cinta Carlo: Ia ingin orang-orang berjumpa Yesus dalam Ekaristi dan berekonsiliasi kepada Allah dengan memperbarui diri di hadapan Sakramen Maha Kudus. Setelah dua setengah tahun, akhirnya pameran itu siap. Dia membuat katalog mengenai mukjizat Ekaristi di seluruh dunia. Perlahan-lahan, berbagai keuskupan di seluruh dunia meminta pameran ini diadakan di tempat mereka. Pameran itu dapat dilihat di www.miracolieucaristici.org.

Carlo telah mengumpulkan sebanyak lebih dari 130 Mukjizat Ekaristi yang terjadi selama berabad-abad di berbagai negara di dunia, dan telah diakui oleh Gereja baik di tingkat keuskupan maupun kepausan. Ia juga mengumpulkan semua itu dalam sebuah museum virtual. Ia membuat tidak hanya sebuah website sebagai sebuah rumah virtual, tetapi juga panel-panel presentasi, yang dibawa keliling ke berbagai negara. Hingga saat ini pameran ini telah mencapai berbagai belahan dunia, bahkan ke daerah-daerah yang mungkin belum pernah Carlo kunjungi sebelumnya.

Patung Beato Carlo Alcutis sedang memegang Hosti di tangan kanannya. Sumber gambar: www.askara.co

Kematian yang Cepat

Pada awal Oktober 2006, Carlo merasakan sakit. Beberapa hari kemudian, ia berada di kursi roda dan dibawa ke rumah sakit. Ketika melewati ambang pintu rumah sakit, Carlo berkata pada ibunya: “Aku tidak akan keluar lagi dari sini!” Diagnosis penyakitnya cukup akut, yaitu leukemia. Ketika seorang dokter bertanya

padanya apakah ia menderita, Carlo menjawab, “Banyak orang yang lebih menderita

daripada yang aku alami.” Beberapa hari kemudian ia berkata pada orang tuanya: “Aku mempersembahkan seluruh penderitaanku kepada Tuhan untuk Bapa Suci dan untuk Gereja, untuk melewati api penyucian dan pergi ke Surga”.

Setelah mengalami sakit yang cukup parah, Carlo wafat pada 12 Oktober 2006. Ia wafat dengan senyuman yang indah di wajahnya, dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Bapa Suci dan Gereja. Ia dimakamkan di Asisi, kota Santo Fransiskus. Di hari pemakamannya, seluruh gereja dipenuhi oleh banyak orang.

Sebuah Teladan Sederhana

Dia mencintai Yesus lebih dari seorang sahabat, kehidupannya memiliki dampak hingga saat ini, memiliki kecerdasan yang luar biasa di di bidang komputer,

editing film, pembuatan website, dan membuat komik walaupun masih berumur 15

tahun. Meskipun dekat dengan teknologi yang memikat banyak orang muda, nilai-nilai injili tumbuh dan berkembang dalam dirinya lalu ia wartakan kepada orang lain.

Carlo memberikan inspirasi, terlebih untuk kaum muda yang berjuang untuk menghidupi kesucian dan kehidupan yang “normal” secara bersamaan, sebagai seorang pribadi yang unik. Carlo berani untuk memilih jalan kekudusan di usianya yang masih muda. Santo Yohanes Paulus II berkata, “Jangan takut menjadi kudus.” Menjadi kudus tidak perlu menunggu waktu yang tepat, sejak kita dibaptis, kita telah dipanggil untuk menuju kekudusan. Kekudusan juga bukan milik kaum religius saja, tetapi milik semua umat beriman. “Satu-satunya yang harus kita minta

pada Allah dalam setiap doa adalah keinginan untuk menjadi kudus,” demikian kata

Carlo.

Serba

Serbi

Frater Stefanus Eka Tommy Maryono

Formandi Seminari Tinggi Providentia Dei Keuskupan Surabaya

Dalam dokumen JUBILEUM NOVEMBER 2020 (Halaman 55-60)