• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Hukum Lingkungan dalam Perspektif Pengelolaan Kawasan Pemukiman dan Fasilitas Umum

2. Bekerjanya Hukum Ruang Terbuka Hijau Dalam Konteks Teori Chamblis dan Seidman

Hukum akan dipengaruhi oleh faktor-faktor atau kekuatan sosial mulai dari tahap pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan sosial akan berusaha masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien.

Basis bekerjanya hukum adalah masyarakat, maka hukum akan dipengaruhi oleh faktor-faktor atau kekuatan sosial mulai dari tahap pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan sosial akan berusaha masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien. Peraturan dikeluarkandiharapkan sesuai dengan keinginan, tetapi efek dari perturan tersebut tergantung dari kekuatan sosial seperti budaya hukumnya baik, maka hukum akan bekerja dengan baik pula, tetapi sebaliknya apabila kekuatannya berkurang atau tidak ada maka hukum tidak akan bisa berjalan. Karena masyarakat sebagai basis bekerjanya hukum.

Di dalam hubungan dengan masyarakat dimana pembuatan hukum itu dilakukan, orang membedakan adanya beberapa model sedangkan pembuatan hukumnya merupakan pencerminan model-model masyarakatnya.

Chamblis dan Seidman membuat perbedaan antara dua model masyarakat :

34

a. Model masyarakat berdasarkan pada basis kesepakatan akan nilai-nilai, dimana berdirinya masyarakat bertumpu pada kesepakatan warganya.

b. Model masyarakat berdasarkan dengan konflik, masyarakat dilihat sebagai suatu perhubungan dimana sebagian warganya mengalami tekanan-tekanan oleh warga lainnya.

Sebagai kelanjutannya, maka dalam pembentukan hukum masalah pilihan nilai-nilai tidak dapat dihindarkan. Menurut Chambliss ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada pembentukan hukum yang di identikkan itu, yaitu :

a. Pembentukan hukum akan dilihat sebagai suatu proses adu kekuatan, dimana Negara merupakan senjata di tangan lapisan yang berkuasa.

b. Sekalipun terdapat pertentangan nilai-nilai didalam masyarakat, namun Negara dapat berdiri sebagai badan yang tidak memihak (value-neutral).

Di dalam pembentukan hukum, dimana dijumpai pertentangan nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan, maka Schuyt menunjukkan, bahwa ada dua kemungkinan yang dapat timbul, masing-masing adalah:

a. Sebagai sarana untuk mencairkan pertentangan.

b. Sebagai tindakan yang memperkuat terjadinya pertentangan lebih lanjut. Kedua-duanya menunjukkan, bahwa di dalam suatu

35

masyarakat yang tidak berlandaskan kesepakatan nilai-nilai itu, pembuatan hukum selalu akan merupakan semacam endapan pertentangan-pertentangan yang terdapat dalam masyarakat.

Chambliss menyusun suatu Teori Bekerjanya Hukum didalam Masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan suatu peraturan perundang-undangan sangat tergantung banyak faktor. Secara garis besar bekerjanya hukum dalam masyarakat akan ditentukan oleh beberapa faktor utama. Faktor-faktor tersebut dapat:

1) Bersifat yuridis normatif (menyangkut pembuatan peraturan perundang-undangannya);

2) Penegakannya (para pihak dan peranan pemerintah);

3) Serta faktor yang bersifat yuridis sosiologis (menyangkut pertimbangan ekonomis serta kultur hukum pelaku bisnis);

4) Konsistensi dan harmonisasi antara politik hukum dalam konstitusi dengan produk hukum di bawahnya.

Berdasarkan Teori Bekerjanya Hukum Chambliss dan Seidman, maka kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi bekerjanya hukum sebagai realisasi kebijakan pengendalian lingkungan hidup penataan ruang terbuka hijau terhadap kriteria vegetasi, kawasan pemukiman dan fasilitas umum di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang dapat diilustrasikan dalam bagan sebagai berikut :

36 Bagan 2.

Bekerjanya Hukum di Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup khususnya Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Bekerjanya hukum yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup meliputi beberapa peraturan perundang-undangan yang telah dihasilkan oleh Lembaga Pembuat Peraturan terkait dengan Pengelolaan Lingkungan hidup terkait dengan Penataan Ruang Terbuka Hijau, antara lain, yaitu :

a. Undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya.

UU - Perda Polri, Jaksa, Hakim,Satpol PP Tuntutan Umpan balik Umpan balik Umpan Balik Norma Norma Kultur Sosial Politik Kultur Sosial Politik Kultur Sosial Politik Dinas Pertamanan dan kebersihan, DTKP ,Warga Masyarakat

37

b. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

d. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 1992 tentang

Penataan Ruang menyebutkan “Kewajiban dalam memelihara

kualitas ruang merupakan pencerminan rasa tanggung jawab sosial setiap ruang terhadap pemanfaatan ruang

e. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau

f. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133) g. Peraturan Daerah Kota Semarang No. 7 Tahun 2010 Tentang

Penataan Ruang Terbuka HIjau

Berdasar uraian di atas dapat dikemukakan beberapa faktor tersebut yang dapat mempengaruhi bekerjanya hukum dalam masyarakat khususnya di bidang Pengendalian lingkungan hidup di bidang Penataan Ruang Terbuka Hijau. Faktor-faktor tersebut yaitu: a. Bersifat yuridis normatif (menyangkut pembuatan peraturan

38

b. Serta faktor yang bersifat yuridis sosiologis (menyangkut pertimbangan ekonomis serta kultur sosial politik hukum pelaku peranan dari role occupant).

c. Konsistensi dan harmonisasi antara politik hukum dalam konstitusi dengan produk hukum di bawahnya.

C. KERANGKA BERFIKIR

Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal.

Alur berfikir dalam penulisan skripsi ini adalah implementasi perda tentang ruang terbuka hijau yang bedasarkan teori implementasi kebijakan. Dalam skripsi ini akan diteliti bagaimana sebuah peraturan telah dilaksanakan dengan dilandaskan bukti di lapanhgan. Alur dari penulisan skripsi ini akan penulis jabarkan dalam bentuk skema sebagai berikut.

39 Bagan 3. Kerangka Berfikir Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau (RTH)

Kriteria vegetasi dan pemanfaatan ruang terbuka hijau kawasan pemukiman,

dan fasilitas umum

Peraturan Kebijakan

Sistem Pengendalian

Sistem Pengawasan Bentuk Pelaksanaan Perda

di Wilayah Kecamatan

Landasan Teoritis :

1. Teori Hukum Lingkungan 2. Teori Ruang Terbuka Hijau 3. Teori bekerjanya hukum

Efektifitas urgensi implementasi penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Kecamatan

pedurungan

Responden dan Informan : 1. Pemerintah Kota Semarang 2. Dinas Tata Kota dan Perumahan

Kota Semarang 3. Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Semarang 4. Kecamatan Pedurungan 5. Masyarakat

Hasil dari implementasi :

1. Solusi dalam setiap permasalahan yang timbul akibat dari hasil implementasi urgensi peraturan daerah Kota Semarang tentang Ruang Terbuka Hijau,

2. Masukan kepada Pemerintah Kota Semarang dalam hal sosialisasi tentang pelaksanaan Perda Kota Semarang tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau .

40

Peraturan Daerah Kota Semarang No. 7 Tahun 2010 tentang penataan Ruang Terbuka Hijau diimplementasikan dengan harapan dapat memberikan solusi dari pertambahan penduduk yang semakin pesat dan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dengan tidak memperhatikan lahan ruang terbuka hijau di sekitarnya.

Ruang Terbuka Hijau yang harus diperhatikan penataannya agar tetap terjaga kelestariannya diantara lain adalah kriteria vegetasi yaitu jenis tanaman yang tumbuh di tepi jalan raya, kawasan pemukiman, dan fasilitas umum yang dimana telah ditentukan oleh pemerintah dengan memperhatikan efektifitas fungsi dari tanaman tersebut yang ditanam di tepi jalan raya, kawasan pemukiman, dan fasilitas umum. Lalu pemanfaatan ruang terbuka hijau kawasan pemukiman dan fasilitas umum dimana ruang terbuka hijau dirawat ataukah tidak. Dalam penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Kecamatan Pedurungan pemerintah perlu memberikan sistem pengendalian, sistem pengawasan, peraturan kebijakan, dan bentuk pelaksanaan perda di wilayah Kecamatan Pedurungan agar pelaksanaan peraturan tersebut tidak mengalami disfungsi kebijakan dengan memperhatikan teori lingkungan hidup, teori Ruang Terbuka Hijau, teori bekerjanya hukum. Dengan memberikan sistem pengendalian, sistem pengawasan, dan peraturan kebijakan maka efektifitas urgensi implementasi penataan Ruang Terbuka Hijau akan terlihat kekurangan dan kelebihannya.

41

Keterlibatan Pemerintah Kota Semarang, Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Semarang, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang dan kecamatan Pedurungan serta masyarakat sekitar dapat membantu memberikan solusi dalam setiap permasalahan yang timbul akibat implementasi urgensi peraturan daerah tentang Ruang Terbuka Hijau serta memberikan masukan terhadap Pemerintah Kota Semarang dalam hal sosialisasi pelaksanaan Perda Kota Semarang tentang Penataan Ruang TerbukaHijau

42 A.

Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah suatu penyelidikan yang bersifat sistematik, terkontrol, empiris dan kritis, dalam mengungkap suatu fenomena atau hubungan fenomena tertentu dengan maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat diverifikasi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaki, presepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.