• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Bagan 5. Analisis Data Kualitatif

4.2 Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

4.2.1 Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Implementasi merujuk pada tiga hal yakni sudut pandang (point of view), rangkaian tindakan (series of actions) dan peraturan (regulations). Ketiga hal tersebut menjadi pedoman bagi para pengambil keputusan untuk menjalankan sebuah kebijakan (diambil dari Tesis Evaluasi Implementasi Kebijakan sunset policy, Martin Ali, FISIP UI, 2010 hal 18 ). Dengan demikian penulis pun mengambik ketiga hal tersebut sebagi bentuk interpretasi Pemerintah Kecamatan Pedurungan terhadap Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH). a. Sudut pandang (point of view)

Merupakan cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Sebelum melaksanakan sebuah kebijakan yang diberikan dari pemerintah tingkat atas, pemerintah daerah terlebih dahulu harus menyesuaikan sudut pandang terhadap Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH). dengan sudut pandang yang dimiliki oleh Pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan penafsirkan isi kebijakan yang akan dilaksanakan. Pemerintah daerah membuat Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang

83

Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH). dengan maksud untuk mengatur tata ruang kota khususnya ruang terbuka hijau.

Pemerintah Kota Semarang sebagai salah satu pemerintah daerah yang telah menerima peraturan ini memandang Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai peraturan pemerintah yang bertujuan untuk mengatur Ruang Terbuka Hijau yang merupakan area memanjang dan mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam sehingga terjadi keseimbangan di wilayah Kota Semarang yang harus dituangkan dalam suatu peraturan yang berkesinambungan antara pemerintah daerah sampai dengan daerah dengan pemerintahan di wilayah Kecamatan Pedurungan. Peraturan agar bisa dijabarkan sampai dengan tingkat bawah butuh suatu sosialisasi agar berkesinambungan kesamaan persepsi Pemerintah Kota Semarang dengan didalam memandang dan perlunya sosialisasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 ini dapat kita lihat dari pernyataan Kepala Subbag Jaringan dan Dokumentasi hukum bagian Hukum Setda Kota Semarang. Bp. Sutanto S.H.,M.H

“Model sosialisasi produk hukum tentang peraturan RTH. Sosialisasi produk hukum dibagi menjadi 2 (dua) cara yaitu sosialisasi produk hukum ke instansi, dan sosialisasi produk hukum langsung ke masyarakat. Sosialisasi produk hukum

84

langsung ke instansi melalui beberapa proses yaitu setelah produk hukum disahkan kemudian setiap SKPD dan dinas terkait diberikan salinan dari produk hukum tersebut. Untuk melaksanakan sebuah peraturan. Sedangkan langsung ke masyarakat adalah sosialisasi dengan cara pensosialisasian langsung produk hukum yang dilakukan bagian hukum sekda kota semarang dengan 177 kelurahan yang dijadikan agenda tahunan selama produk hukum tersebut masih berlaku. Sosialisasi tidak hanya melalui sebuah seminar pensosialisasian produk hukum tetapi memalui spanduk, baliho, serta web yang dimiliki oleh Bagian Hukum Sekda Kota Semarang.”

Sosialisasi produk hukum adalah hal yang paling penting dalam menerapkan sebuah implementasi dari peratutan tertentu. Sosialisasi Peraturan Daerah Kota Semarang No. 7 Tahun 2010 Tentang Penataan RTH dilakukan dengan cara sosialisasi langsung dengan instansi dinas, dan Satuan Kerja Pemeritah Daerah (SKPD), dibawah ini adalah alur dari pensosialisasian Bagian Hukum Sekda Kota Semarang.

85 Bagan 4.1

Alur Sosialisasi Produk Hukum

Sumber: Bagian Hukum Sekda Kota Semarang 2012.

Berdasarkan Bagan 4.1 pensosialisasian Perda Kota Semarang No. 7 Tahun 2010 tentang Penataan RTH dilakukan setelah Perda disahkan oleh walikota pada tanggal 6 Juli 2010 dan ditetapkan pada Lembaran Daerah pada tanggal 7 Juli 2010. Kemudian melakukan klarifikasi ke Biro Hukum Propinsi Jawa Tengah, setelah itu pensosialisasian dilakukan dengan berbagai cara. Yang pertama adalah dengan cara pensosialisasian langsung dengan memberikan salinan Perda kepada semua SKPD dengan cara seminar sosialisasi tahunan yang masuk agenda tahunan.

Pensosialisasian dengan cara langsung kepada masyarakat adalah dimana pemerintah langsung berkoordinasi dengan 177

Produk Hukum

Salinan Produk Hukum SKPD dan Dinas

Kecamatan Kelurahan langsung kepada SKPD terkait Masyarakat Langsung ke masyarakat

86

kelurahan yang ada di Kota Semarang. Pensosialisasian langsung kepada masyarakat dilakukan selama produk hukum belum dicabut, dan dilakukan setiap tahunnya.

Gambar 4.19

Foto Pensosialisasian Produk Hukum Tahun 2010. Sumber : Bagian Hukum Setda Kota Semarang 2013

Gambar 4.19 adalah dokumentasi foto pensosialisasian produk hukum secara langsung dengan masyarakat di Kelurahan yang dimiliki oleh Bagian Hukum Sekda Kota Semarang yang dilakukan pada tahun 2010 yang masuk agenda tahunan.

Selain melalui berhubungan langsung dengan masyarakat pensosialisasian dilakukan juga melalui web yaitu

87 Gambar 4.20

Website JDIH Setda Kota Semarang Sumber : www.jdihukum.semarang.go.id

JDIH adalah Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum yang mengelola semua produk-produk hukum yang ada di Kota Semarang. Pensosialisasian melalui media elektronik yaitu media internet dianggap efektif dan efisien sebagai pendukung pensosialisasian secara langsung. Dengan menggunakan

88

pensosialisasian melalui media internet semua produk hukum yang dihasilkan oleh Pemerintah Kota Semarang dapat dilihat dan diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

Rencana mengubah sistem pensosialisasian sekarang ini di Kota Semarang, Bagian Hukum Sekda Kota Semarang mempunyai rencana untuk merubah sistem pensosialisasian yang terlihat kaku dan dengan kesan terpaksa.

b. Rangkaian Tindakan (series of action)

Merupakan pilihan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh implementor. Dalam hal ini, pemerintah memiliki kewenangan dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan setelah menerima sebuah kebijakan. Dalam Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap kriteria vegetasi dan pemanfaatan ruang terbuka hijau kawasan pemukiman, dan fasilitas umum di wilayah Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. ini, Pemerintah Kecamatan Pedurungan terlebih dahulu melakukan analisis dan kemudian menjabarkannya dalam kebijakan yang lebih spesifik/ teknis lagi. Implementasi ini juga dapat berarti tindakan untuk mencari secara terus-menerus upaya perbaikan dalam struktur organisasi. Sesuai dengan pernyataan Sekretaris Camat Pedurungan Bp Drs. Nugroho,M.BA. Bahwa:

89

“Setelah menerima draf peraturan daerah kami selalu melakukan kajian, serta memerintahkan jajaran saya untuk Penataan RTH di Kecamatan pedurungan dengan melalakukan penataan taman, Kerja Bakti lingkungan dan lebih intensif lagi menjelang pelaksanaan ADIPURA. Selain itu kami memperketat pemberian rekomendasi perijinan perumahan apabila tidak memenuhi penataan RTH.

Tindakan yang dilakukan oleh Kecamatan Pedurungan adalah berhubungan langsung dengan para pengembang perumahan untuk selalu memperhatikan lahan RTH sebagai standar pengembangan dan pembangunan wilayah Kecamatan Pedurungan. Selain itu Kecamatan Pedurungan mengadakan koordinasi dengan semua kelurahan Kecamatan Pedurungan untuk bersama melaksanakan pemanfaatan lahan RTH dengan cara merawat, mengadakan sebuah agenda untuk melakukan perawatan RTH dengan melakukan bersih-bersih.

c. Peraturan (Regulation)

Jika sebuah kebijakan tersebut dipandang sebagai peraturan maka secara otomatis, pemerintah penerima akan melaksanakannya. Karena jika sebuah kebijakan dipandang peraturan maka yang diharapkan dilakukan oleh pemerintah daerah adalah kepatuhan terhadap kebijakan khususnya yang terkait

90

dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kecamatan Pedurungan. Kecamatan berhak mengeluarkan sebuah surat edaran yang ditujukan untuk semua kelurahan sebagai kebijakan lanjutan dari pengimplementasian Perda No 7 Tahun 2010 tentang RTH. Setelah perda RTH didapatkan kemudian kecamatan mengkoordinir kelurahan untuk melaksanakan isi dari perda RTH tersebut.

Rencana jangka panjang Kecamatan Pedurungan akan melakukan pengeluaran kebijakan bahwa setiap kelurahan diwajibkan melakukan perawatan lahan RTH sebagai agenda wajib. 4.2.2 Standar Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan apa yang terjadi sesudah suatu perundang-undangan ditetapkan. Implementasi ini dilakukan oleh unit-unit eksekutor (birokrasi pemerintahan) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber daya lainnya (teknologi dan manajemen).

Dalam melaksanakan implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap kriteria vegetasi dan pemanfaatan ruang terbuka hijau kawasan pemukiman, dan fasilitas umum di wilayah Kecamatan Pedurungan Kota Semarang jika disesuaikan dengan model Meter dan Horn ada beberapa hal yang dapat dilihat yaitu:

a. Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

91

Adapun yang menjadi pedoman kecamatan Pedurungan dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Peraturan ini dimaksudkan untuk memberi arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan pengelolaan pengendalian Lingkungan Hidup. Hal tersebut diimplementasikan oleh pihak kecamatan pedurungan sesuai dengan pernyataan bapak Drs. Nugroho M.Ba.

“Penataan RTH di Kecamatan Pedurungan adalah dengan menggalakkan kebersihan lingkungan melalui kerja bakti dengan tenggang waktu setiap minggu dan menjelang pelaksanaan Adipura. Adapun untuk penetaan ruang terbuka hijau yang terkait dengan perijinan. Kecamatan Pedurungan memberikan perijinan rekomendasi untuk perumahan sesuai dengan perda yang berlaku. Selama ini penataan RTH di Kecamatan pedurungan sudah terpenuhi untuk fasilitas umum dan fasilitas social apabila tidak terpenuhi maka kecamatan akan melakukan koordinasi dengan kelurahan yang dilakukan setiap minggu sekali”

Dalam melaksanakan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sudah dijelaskan apa yang Didalam peraturan tersebut disebutkan bahwa ada faktor lain atau pihak terkait yang bisa

92

digunakan dalam mempertimbangkan penataan ruang terbuka hijau di Kota Semarang Khususnya di Kecamatan Pedurungan. Pihak tersebut antara lain Bappeda sesuai dengan pernyataan bapak Lutfi S.H.

“Pemenuhan untuk RTH Kota semarang menurut perda nomor 7 tahun 2010 tentang penataan RTH adalah 30% dengan dibentuknya perda nomor 7 tahun 2010 yaitu permen no. 11 tahun 2007 dan Permen PU nomor 5 tahun 2008, untuk permen PU nomor 5 tahun 2008 merupakan permen untuk wilayah perkotaan saja. Untuk pembentukan peraturan walikota tentang peraturan masih dalam tahap pemrosesan master plan untuk 30% nya dibagi atas kawasan Ruang Terbuka Hijau publik 20% untuk privat 10%”

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Dinas Tata kota dan Perumahan (DTKP) sebagai salah satu intansi pemerintah yang mengurus permasalahan perkotaan yang disampaikan oleh bapak Ferry S.H

“Ruang Terbuka HIjau di Kota semarang secara teori masih terpenuhi di dalam perda 30% untuk pelaksanaan penataan RTH DTKP mengeluarkan perijinan pembangunan yaitu KRK,, IMB dan HO.”

b. Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi. Dalam melaksanakan implementasi, pemerintah kota menyediakan dana pendukung implementasi. Dana ini diberikan kepada mereka yang mendesain konsep Ruang Terbuka Hijau.

93

Mulai dari tahap analisis dan interpretasi terhadap Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010, pembuatan peraturan daerah sebagai kebijakan yang lebih teknis dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut sampai pada pelaksanaan peraturan tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan Kasubbag jaringan dan dokumentasi hukum bagian Hukum Setda Kota Semarang :

“Perda yang telah disahkan kami selaku biro hukum setda selalu melakukan sosialisasi demikian juga tentang perda Ruang Terbuka Hijau kami melakukan model sosialisasi ke bawah ke masing-masing SKPD dan dinas terkait. Sehingga dinas terkait yang masuk ke dalam ranah ruang terbuka hijau diharapkan bisa membuat desain konsep Ruang Terbuka Hijau yang sesuai dengan peraturan yang telah disosialisasikan.”

c. Komunikasi antara SKPD untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

Komunikasi antar organisasi dilakukan oleh pemerintah Kota Semarang dalam melakukan implementasi ini. Komunikasi antara Bagian SKPD terkait dengan bagian hukum Sekretaris Daerah dalam merumuskan perda tentang RTH dan apa yang menjadi kewenangan dari pemerintah Kota Semarang dan juga kebutuhan SKPD terkait dengan perda tersebut di Kota Semarang. Hal ini didukung pernyataan Bapak Sutanto S.H., M.H yaitu:

94

“Dalam penyelenggaraan implementasi terhadap Perda ini, Bagian Hukum Sekda Kota semarang mengkoordinir SKPD terkait untuk memberikan laporan atau SPJ/LPJ dalam menimplementasikan peraturan tersebut setiap akhir tahunnya sebagai evaluasi”.

Struktur Tata Ruang Kota merupakan sinergi dari berbagai perpaduan fungsi dan aktivitas perkotaan yang dipergunakan untuk mewadahi aktivitas masyarakat dan membentuk suatu pola ruang. Aspek Ruang Terbuka Hijau sangat didominasi oleh kegiatan yang bersifat kekotaan, yaitu : fungsi kegiatan Permukiman, Perdagangan dan Jasa Komersial, Industri, Pendidikan, Perkantoran dan Pelayanan Umum serta Sosial. Dengan unsur Sarana Perhubungan dan Prasarana Jalan sebagai faktor utama pendukung sebuah kebijakan, sehingga fungsi dan aktivitas tersebut mampu membentuk suatu pola Keruangan Penghijauan khususnya di wilayah kecamatan Pedurungan. Harapan tersebut juga muncul dari berbagai stakeholder atau yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan dan masyarakat.

95

4.3 Faktor Mempengaruhi Implementasi Peraturan Daerah Kota