• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Slameto (2010:2) mengemukakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya. Sedangkan Usman (2002:5) mengemukakan bahwa belajar sebagai proses perubahan tingkah laku pada individu karena interaksi antar individu dengan individu, maupun antar individu dengan lingkungan. Belajar menurut Djamarah (2011:13) adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Siregar (2011:5) berpendapat bahwa belajar adalah suatu

aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersigat relatif konstan

Slameto (2010), Usman (2002), Siregar (2011), dan Djamarah (2011) memiliki persamaan pendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada individu karena adanya interaksi dengan lingkungannya. Namun Usman (2002) dan Djamarah (2011) juga berpendapat bahwa belajar merupakan interaksi antar individu dengan individu. Djamarah (2011) menekankan bahwa perubahan tingkah laku dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah kognitif saja, melainkan juga menyangkut aspek afektif dan psikomotor.

Belajar menurut Suyono (2011:9) adalah aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Sedangkan belajar menurut Hamalik (2007:27-28) adalah sebuah proses kegiatan yang mementingkan sebuah proses daripada suatu hasil. Belajar bukan hanya mengingat melainkan juga mengalami.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

2.1.1.2 Ciri – Ciri Belajar

Terdapat enam ciri – ciri belajar menurut Djamarah (2011:15), ciri belajar yang pertama adalah perubahan yang terjadi secara sadar. Individu yang belajar

akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang – kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misal: seorang anak menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya juga bertambah.

Ciri belajar yang kedua adalah perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Perubahan ini berlangsung terus menerus dan akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya: jika anak sudah bisa membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca.

Ciri belajar yang ketiga adalah perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam belajar, perubahan – perubahan yang terjadi akan memperoleh sesuatu yang lebih baik dari yang sebelumnya. Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan semakin banyak perubahan yang diperoleh. Misalnya: perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya.

Ciri belajar yang keempat adalah perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang terjadi bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah setelah belajar akan bersifat menetap. Misal: kecakapan anak dalam bermain biola, ketika anak sudah menguasai, kecakapannya untuk bermain biola tidak akan hilang, melainkan akan terus dimilikinya bahkan akan terus berkembang.

Ciri belajar yang kelima adalah perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku akan terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar – benar

disadari. Misal: seorang yang sedang belajar mengetik, sebelum belajar ia telah menetapkan tujuannya untuk apa ia belajar mengetik.

Ciri belajar yang keenam adalah perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan seluruh tingkah lakunya. Misal : ketika anak belajar naik sepeda, perubahan yang paling ampak adalah ketika anak bisa menaiki sepeda tersebut.

Winataputra (2008:1.8-1.9) mengemukakan terdapat tiga ciri – ciri belajar. Ciri belajar yang pertama adalah belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek kognitifnya saja melainkan pada aspek afektif serta aspek psikomotor.

Ciri belajar yang kedua adalah perubahan harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan yang terjadi setiap harinya. Interaksi yang terjadi berupa interaksi fisik dan interaksi psikis. Interaksi fisik merupakan hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat, sedangkan interaksi psikis merupakan hubungan batin yang terjadi dalam masyarakat.

Ciri belajar yang ketiga adalah perubahan tersebut relatif menetap. Dalam hal ini belajar menghasilkan beberapa perubahan pada diri seseorang dalam waktu yang cukup lama dan cukup permanen. Sehingga perubahan yang terjadi tidak mudah hilang darinya.

Djamarah (2011) dan Winataputra (2008) memiliki beberapa kesamaan dalam ciri – ciri belajar. Kedua ahli diatas mengemukakan bahwa ciri – ciri belajar adalah perubahan relatif menetap dan tidak untuk sementara. Djamarah (2011)

berpendapat bahwa perubahan yang terjadi bersifat menetap atau permanen, ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah setelah belajar akan bersifat menetap sedangkan Winataputra (2008) menambahkan bahwa perubahan yang terjadi tidak akan dengan mudah hilang dari dalam diri. Selain itu Djamarah (2011) dan Winataputra (2008) juga berpendapat bahwa dalam belajar terjadilah perubahan tingkah laku, dari yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Djamarah (2011) berpendapat bahwa perubahan tingkah laku terjadi melalui proses pembelajaran, dan menambahkan bahwa perubahan yang terjadi tidak hanya pada aspek kognitif saja, melainkan aspek afektif dan juga aspek psikomotor.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang secara sadar, bersifat fungsional, positif, bukan bersifat sementara, bertujuan, mencakup seluruh aspek tingkah laku, dan buah dari pengalaman.

2.1.1.3 Prinsip – Prinsip Belajar

Terdapat tiga prinsip belajar menurut Suprijono (2011:4-5), prinsip yang pertama adalah perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki beberapa ciri – ciri, yaitu: sebagai hasil tindakan rasional instrumental, berkesinambungan dengan perilaku, bermanfaat sebagai bekal hidup, positif, aktif, permanen, bertujuan, dan mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Prinsip belajar yang kedua adalah belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Prinsip belajar yang ketiga merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Slameto (2010:27-28) mengemukakan empat prinsip belajar. Prinsip yang pertama adalah berdasarkan prasayarat yang diperlukan untuk belajar. Siswa harus diusahakan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar agar menimbulkan minat dan motivasi siswa yang kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam belajar siswa perlu berinteraksi dengan lingkungannya agar siswa dapat tertantang dengan lingkungan dimana ia belajar sehingga dapat mengembangkan kemampuannya.

Prinsip belajar yang kedua adalah sesuai hakikat belajar. Proses belajar bersifat berhubungan antara proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery, maka proses belajar harus berjalan tahap demi tahap sehingga menimbulkan respon yang diharapkan menurut perkembangannya.

Prinsip belajar yang ketiga adalah sesuai materi / bahan yang harus dipelajari. Materi yang digunakan oleh siswa dalam belajar haruslah memiliki struktur dan penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah untuk menangkap pengertiannya dan dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya.

Prinsip belajar yang keempat adalah syarat keberhasilan belajar. Terdapat beberapa syarat dalam keberhasilan belajar, syarat yang pertaman adalah sarana belajar yang cukup. Jika sarana belajar cukup, maka siswa dapat belajar dengan tenang. Syarat yang kedua adalah repitisi. Repetisi merupakan pengulangan berkali – berkali agar keterampilan siswa semakin mendalam.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh Suprijono (2011) dan Slameto (2010) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa prinsip dalam belajar, yaitu perubahan tingkah laku, belajar merupakan proses, belajar

merupakan bentuk pengalaman, belajar berdasarkan prasayarat, belajar sesuai hakikat belajar, materi / bahan belajar yang harus dipelajari harus sesuai.

2.1.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2010:54-72) menggolongkan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Sedangkan menurut Syah (2002:132-139) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor – faktor tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal ( faktor dari dalam diri siswa ), faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ) serta faktor pendekatan belajar.

Terdapat beberapa faktor dalam faktor intern menurut Slameto (2010:54-72), yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan Syah (2002:132-139) mengemukakan bahawa terdapat dua aspek yang terdapat dalam faktor intern yaitu fisiologis aspek dan aspek psikologis.

Terdapat dua faktor yang tergolong dalam faktor jasmaniah yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. Faktor yang termasuk dalam faktor kelelahan ialah kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. (Slameto,2010:54-72)

Syah (2002:132-139) mengemukakan bahwa aspek fisiologis merupakan kondisi umun jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran otot – otot tubuh dan sendi – sendinya, sehingga dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan faktor psikologis merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan

pembelajaran. Faktor – faktor rohaniah yang dipandang esensial dalam mempengaruhi pembelajaran adalah tingkat keccerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, serta motivasi siswa.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010:54-72) dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, sekola, serta masyarakat. Sedangkan Syah (2002:132-139) berpendapat bahawa faktor ekternal yang berpengaruh dalam belajar ialah faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa sendiri. Sedangkan faktor lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah, rumah tempat tinggal siswa, alat – alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor yang ketiga menurut Syah (2002:132-139), yaitu faktor pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

2.1.1.5 Prestasi Belajar

2.1.1.5.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:390) adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dan dikerjakan. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan di mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Sedangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1101) prestasi belajar yaitu penguasaan pengetahuan maupun keterampilan

yang berkembang melalui mata pelajaran tertentu, yang ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.

Sutratinah Tirtonegoro dalam Rika Nanda (2009:34) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Sedangkan Nasution dalam Rika Nanda (2009:34) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Arikunto (2001:35) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa ataupun hasil yang dicapai siswa setelah siswa tersebut mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa berupa nilai berupa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti aktivitas belajar tertentu. Arikunto (2001:35) juga mengemukakan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar itu dilihat dari hasil evaluasi yang didapat atau bisa juga dikatakan dari nilai yang di dapat. Jika nilai yang diperoleh tinggi maka prestasi belajarnya tinggi begitu juga sebaliknya jika nilainya rendah berarti prestasi belajarnya juga rendah.

Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa nilai dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu.

2.1.1.5.2 Indikator Prestasi Belajar

Syah (2012:216-218) mengungkapkan bahwa prestasi belajar yang ideal meliputi tiga ranah dalam prestasi belajar, yaitu ranah kognitif (cipta), afektif (rasa), serta ranah psikomotor (karsa). Namun pengungkapan ketiga ranah tersebut sangat sulit, sebab perubahan hasil belajar tak dapat diraba baik yang

berdimensi cipta, rasa, maupun karsa. Terdapat enam kemampuan dalam ranah kognitif yaitu pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis. Setiap jenis terdiri dari bebrapa indikator yang berbeda – beda sesuai dengan tingkatannya. Tingkatan dimulai dari jenis yang paling rendah yaitu dari pengamatan menuju tingkatan brikutnya dan yang paling tinggi yaitu tingkatan sintesis dimana siswa membuat panduan baru dan utuh. Terdapat beberapa cara mengevaluasi dalam ranah kognitif yaitu tes lisan, tes tertulis, observasi serta pemberian tugas.

Ranah afektif mencakup lima hal, yaitu penerimaan,sambutan, apresiasi, internalisasi, karakterisasi. Sama halnya dengan ranah kognitif, dalam ranah afektif setiap jenis memiliki indikator yang berbeda – beda sesuai dengan apa yang akan diukur. Terdapat beberapa cara mengevaluasi dalam ranah afektik yaitu tes skala sikap, pemberian tugas, observasi, serta tes tertulis.

Ranah psikomotor mencakup dua hal, yaitu keterampilan bergerak dan bertindak serta kecakapan ekspresi verbal dan non- verbal. Dalam ranag psikomotor juga terdapat indikator dalam setiap jenisnya tergantung dengan apa yang akan diukur. Cara mengevaluasi dalam ranah psikomotor dengan menggunakan observasi, tes tindakan, serta tes lisan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Syah dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga indikator dalam prestasi belajar, yaitu ranah kognitif, afekif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan, ranah afektif berkaitan dengan sikap serta ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Setiap ranah memiliki indikator masing – masing pula sesuai dengan apa yang

akan dinilai. Cara mengevaluasi dalam setiap ranah juga berbeda – beda sesuai dengan indikator yang ada.

Dokumen terkait