• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Jam Belajar Masyarakat

1. Konsep Jam Belajar Masyarakat (JBM)

Jam Belajar Masyarakat (JBM) merupakan Program Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan masyarakat yang nyaman, aman, dan tertib untuk kegiatan belajar mengajar. Kondisi tersebut tercipta demi meningkatkan mutu pendidikan dan naiknya tingkat kelulusan UN.

JBM adalah upaya untuk menumbuhkembangkan budaya belajar dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan yang ideal yang dapat mendorong proses belajar mengajar anak sebagai warga masyarakat

desa/kota dan dapat berlangsung dalam suasana aman, nyaman, tertib dan menyenangkan (Dinas P&K DIY, 2004:8).

2. Maksud dan tujuan JBM

Maksud JBM adalah untuk menerobos dan mencari model serta metode kemampuan yang pada saatnya nanti masyarakat sendiri peduli dengan lingkungan menjadi tertib, teratur, aman dan nyaman dalam belajar, serta meningkatkan kepedulian setiap warga masyarakat terhadap kegiatan belajar anak di rumahnya masing-masing. Sedangkan tujuan JBM memotivasi warga masyarakat atau peserta didik agar terbiasa secara tertib dan teratur memanfaatkan waktunya sehari-hari untuk belajar sehingga timbul suatu kebiasaan bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Penetapan waktu JBM di DIY minimal 2 jam setiap hari. Penetapan waktu di masing-masing daerah kabupaten/kota agar diatur lebih lanjut oleh Bupati/Walikota dengan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing kabupaten/kota.

3. Pelaksanaan JBM

Pelaksanaan program JBM di tingkat propinsi dikoordinir oleh Gubernur DIY, sedangkan pelaksana teknis dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran Propinsi DIY, pada Sub Dinas Pendidikan Kurikulum Luar Sekolah (PKLS), dan untuk di Tingkat Kabupaten/Kota susunan personilnya adalah :

a. Penasehat Bupati/Walikota,

c. Wakil Ketua Kabag Sosial/Kepala Dinas/Cabang Dinas P&K, d. Sekretaris Dinas/Cabang Dinas P&K serta

e. Anggota Bapeda, PKK, Kandepdiknas/Kanin, Kandepag dan Kabag Humas.

4. Peraturan JBM

Produk hukum peraturan perundang undangan yang memuat tentang JBM di Kota Yogyakarta belum di tuangkan dalam peraturan daerah maupun perturan walikota. Namun di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur telah menerbitkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 93 Tahun 1999 Tentang Jam Belajar Masyarakat.

Dalam keputusan Gubernur tersebut ditetapkan bahwa JBM merupakan Program Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan masyarakat yang nyaman, aman dan tertib untuk kegiatan belajar. Selain itu pada Pemerintah Propinsi, Kabupaten Kota dapat dibentuk Tim Belajar Masyarakat Propinsi dan Kabupaten Kota, dengan melibatkan Instansi terkait. JBM ditetapkan minimal 2 jam setiap hari.

Selain itu dalam Keputusan Gubernur tersebut juga memuat penetapan waktu JBM yang kemudian diatur lebih lanjut oleh Bupati/Walikota dengan memperhatikan situasi dan kondisi baik sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik masing-masing

Penyebarluasan Program JBM didukung dari dana APBD masing-masing Kabupaten/Kota dan swadaya masyarakat. Pembinaan Jam Belajar masyarakat di Tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di koordinasikan oleh Dinas Pndidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Petunjuk teknis akan diatur lebih lanjut oleh Dinas Pendidikan Pengajaran Propinsi DIY (Biro Hukum Prop DIY, 2003).

JBM merupakan Program Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan masyarakat yang nyaman, aman dan tertib untuk kegiatan belajar.

Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam Diktum PERTAMA dapat dibentuk Tim Jam Belajar Masyarakat Propinsi dan Kabupaten/Kota, dengan melibatkan Instansi terkait.

a. Jam Belajar Masyarakat ditetapkan minimal 2 jam setiap hari.

b. Penetapan waktu sebagaimana tersebut dalam Diktum KETIGA diatur lebih lanjut oleh Bupati/Walikota dengan memperhatikan situasi dan kondisi baik sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial politik masing-masing Kabupaten/Kota.

c. Penyebarluasan Program Jam Belajar Masyarakat didukung dari dana APBD masing-masing Kabupaten/Kota dan swadaya masyarakat.

d. Pembinaan Jam Belajar masyarakat di Tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di koordinasikan oleh Dinas pendidikan dan Pengajaran propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Instansi terkait.

e. Petunjuk teknis akan diatur lebih lanjut oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran Propinsi Daerah Istimewa Yogyakrta.

f. Dengan ditetapkannya keputusan ini maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 307/KPTS/1995 dinyatakan tidak berlaku.

g. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan (Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta NO 93 Tahun 1999).

5. Indikator Keberhasilan JBM

Indikator keberhasilan JBM adalah sebagai berikut: a. Keamanan, ketertiban dan kenyamanan

Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan waktu untuk kegiatan belajar secara efektif, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berkumpul dalam keluarga, meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi dan melaksanakan kesepakatan warga tentang JBM, berkurangnya kesempatan untuk berbuat yang tidak bermanfaat, berkurangnya pelanggaran kesepakatan warga masyarakat, dan adanya kenyamanan warga dalam kegiatan belajar.

b. Kepedulian orang tua terhadap kebutuhan belajar anak

Mengingatkan peserta didik agar belajar, tidak memberikan pekerjaan selama belajar, menunggu peserta didik selama belajar, tersedianya sarana dan prasarana belajar dan tersedianya biaya bagi pendidikan peserta didik.

c. Kedisiplinan belajar

Meningkatkan kegiatan belajar peserta didik setiap hari, telah dipatuhinya waktu JBM untuk kegiatan belajar setiap hari, penggunaan waktu telah diatur secara efektif dan efisien.

d. Prestasi belajar

Meningkatnya prestasi belajar sekolah peserta didik secara umum, dilihat dari hasil evaluasi setiap tahun, meningkatnya pengetahuan warga masyarakat di segala bidang ilmu pengetahuan khususnya menghadapi era globallisasi, meningkatnya kualitas sumber daya manusia segala bidang (KepGub NO : 93 Tahun 1999).

6. Sejarah Terwujudnya Jam Belajar Masyarakat (JBM)

Sejarah terwujudnya JBM di Yogyakarta tidak lepas dari ide Wasis Siswanto, pada tahun 1975 seorang Kepala Sekolah SD Budya Wacana Yogyakarta. Tahun 1976 sebuah peristiwa penting menyadarkannya. Salah seorang peserta didik tidak naik kelas. Berawal dari kejadian itu ia mulai Flash back dan introspeksi apa sebabnya. Hasil penelusurannya didapatkan sebuah penyebabnya. Mulai saat itu dibuatlah kesepakatan dalam keluarganya. Mulai jam 19.00-21.00 WIB anak-anak harus belajar. Untuk memastikan diperlukan pengawasan dengan cara ditunggui dan itu ditugaskan pada sosok istrinya. Ternyata semua mulai menunjukkan hasilnya.

Pada perkembangannya nilai anaknya naik dan terus membaik. Pada tanggal 28 Maret 1980 lahir kesepakatan JBM. Oleh karena itu ada

kesepakatan maka dibuatlah sistem komando yaitu pakai kentongan yang dipukul pada jam enam (6) sore. Sebuah kesepakatan warga yang sungguh mengharukan. Saat itu ketua RT bertindak langsung sebagai pengawas.

Sejak dilaksanakan tahun 1980 sebenarnya gaungnya dimulai tahun 1983 setelah seorang wartawan KOMPAS Julius P menulisnya dan memuatnya di halaman pertama. "Sejak diberitakan oleh KOMPAS tanggal 13 Agustus 1983 tersebut wartawan lokal mulai berdatangan dan mencari tahu apa itu jam belajar. Setelah berkembang di daerahnya tanggal 16 Maret 1991 programnya diseminarkan di BAPPEDA DIY. Dalam seminar itu disepakati Jam Wajib Belajar diganti menjadi Jam Belajar Masyarakat (JBM) yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan menjadikan kota Yogya sebagai pilot project pelaksanaan program ini.

Antara tahun 1992 hingga 1995 program ini dilaksanakan di beberapa RW di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta. Dari Karangwaru Lor akhirnya program itu menyebar ke seluruh DIY. Lewat SK Gubernur DIY Nomor 93 Tahun 2003 terbentuklah regulasi jam belajar masyarakat di wilayah Yogyakarta.

7. Dampak Positif pemberlakuan Jam Belajar Masyarakat (JBM)

Pelaksanaan JBM jika dilakukan secara kontinu dan konsisten akan sangat berdampak positif bagi pembiasaan belajar peserta didik. Namun hal tersebut mengisyaratkan adanya partisipasi serius dari seluruh lapisan

kondisi belajar pada jam-jam terentu, serta memberikan fasilitas dan suasana belajar yang kondusif. Beberapa dampak positif dari pemberlakuan jam belajar masyarakat antara lain:

a. Pembiasaan belajar di kalangan peserta didik secara teratur dan terkontrol, sehingga akan terbentuk budaya sikap belajar di kalangan peserta didik usia sekolah.

b. Melalui bantuan dan fasilitasi orangtua, maka akan terjalin komunikasi yang intensif antara anak dengan orangtua, sehingga muncul harmonisasi hubungan yang terjalin secara akrab serta berkesinambungan.

c. Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar berpikir dan bertanggung jawab atas semua tugas yang diberikan pihak sekolah kepadanya.

d. Masyarakat dan orangtua akan terbiasa dengan tanggung jawab penyediaan suasana dan fasilitas belajar yang menyenangkan dan kondusif, sehingga meningkatkan peran dan fungsi sebagai orangtua untuk ikut serta mendorong keberhasilan belajar anaknya.

8. Kendala pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat (JBM).

Secara teoritik empirik, beberapa kendala pelaksanaan JBM antara lain: a. Pemahaman tentang begitu banyaknya variabel yang mempengaruhi

prestasi belajar peserta didik, sehingga pelaksanaan jam belajar masyarakat dianggapnya tidak berpengaruh terhadap peningkatan

prestasi peserta didik. Artinya penyediaan JBM tidak cukup kuat untuk meningkatkan prestasi peserta didik.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat dan orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya. Banyak orangtua yang acuh dan tidak peduli terhadap anaknya apakah mau belajar atau tidak, karena mereka lebih asyik dengan pekerjaannya sendiri, atau merasa tidak memahami pendidikan sehingga tidak tahu harus berbuat bagaimana terhadap anaknya.

c. Sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa televisi akan dampak positif yang mungkin diperoleh dari menonton televisi. Fungsi informatif televisi terbukti memperluas cakrawala dan menambah wawasan intelektual pemirsanya, dan mendukung proses integrasi budaya dunia. Akan tetapi jika terlalu banyak menonton televisi akan berdampak negatif karena waktu peserta didik untuk belajar akan berkurang.

d. Lingkungan sosial pemukiman masyakarat yang tidak sepenuhnya mendukung terwujudnya JBM, seperti terjadi di lingkungan pemukiman dekat kompleks pertokoan, super market, pusat hiburan dan lain-lainnya, yang tidak memungkinkan orang tua memberikan ruang waktu yang cukup untuk kesempatan belajar anak-anaknya. e. Tidak adanya sanksi yang tegas dan mengikat menyebabkan

masyarakat dengan seenaknya melanggar kesepakatan penerapan JBM. Apabila ada masyarakat yang melanggar pelaksanaan JBM

maka ditingkat Kelurahan/Desa/RW/RT dilingkungan masing-masing akan memberikan tegoran dan mengingatkan kepada masyarakatnya.

Dokumen terkait