• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah minat, kemauan diri dan lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Strategi pelaksanaannya adalah dengan melibatkan unsur-unsur dari keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Pada jalur keluarga diharapkan para orang tua peduli terhadap peserta didik, membuat lingkungan rumah menjadi suasana yang nyaman dan kondusif untuk mendukung belajar peserta didik, selalu mengingatkan kepada anak-anak untuk belajar dan selalu melakukan pendampingan di dalam anak belajar dan mewujudkan perpustakaan mini di rumah-rumah.

Efektifitas JBM bagi masyarakat Yogyakarta secara keseluruhan, penulis juga merasa agak ragu. Sebab, merujuk pada penerapannya beberapa waktu lalu, penerapan JBM terlihat timbul tenggelam, sehingga tidak efektif. Untuk mengatasi hal ini, memang harus ada agenda aksi yang

keluarga hingga perangkat desa. Hal ini harus wujudkan dalam bentuk agenda aksi. Pengalaman beberapa waktu yang lalu menunjukkan penerapan JBM ini muncul, kemudian hilang lagi.

"Peran orang tua jelas sangat dibutuhkan, yakni untuk mengawasi kegiatan anak-anaknya, apalagi di malam hari. Jangan sampai anak-anak melakukan kegiatan yang negative.Sebetulnya keberadaan jam belajar masyarakat cukup efektif untuk memotivasi pembelajaran di luar sekolah. Konsekuensinya keluarga harus terlibat aktif dalam sosialisasi dan pengawasan. Sebab kalau pengawasan jam belajar ini hanya diserahkan pada pemerintah atau aparat setempat saya khawatir targetnya tidak bisa terpenuhi." (Sumber: Wawancara dengan Bapak. WE, tanggal 8 Desember 2013).

Efektifitas JBM di Kampung Kepuh terlihat dari hasil belajar prestasi peserta didik cukup stabil. Yakni sebelum dengan adanya pemberlakuan Kebijakan JBM nilai yang didapat sangat rendah, dan sering mengalami program remidial disekolah. Tetapi setelah adanya Kebijakan JBM dan mengikuti Kebijakan tersebut sesuai dengan anjuran aturan pemerintah, maka hasil prestasi belajar peserta didik mulai meningkat. Disamping itu kebiasaan dan budaya belajar anak sudah mulai tertanam otomatis di dalam keseharian anak dirumah

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat (JBM) Di Kampung Kepuh

a. Faktor Pendukung JBM

Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan dalam program JBM perlu kerjasama dari semua pihak dan lapisan masyarakat

diantaranya jangan menaruh televisi di kamar anak yang belum berusia 12 tahun, jangan biasakan waktu makan dengan menonton televisi, dan jangan biasakan anak menonton televisi sebelum dan sesudah tidur. Membuat jadwal agar bisa memanfaatkan waktu dimana keluarga sepakat untuk tidak menonton televisi.

Dengan demikian, anjuran agar masyarakat mematikan televisi pada pukul 19.00-21.00 WIB tidak saja tak efektif tetapi juga akan sulit dilaksanakan.

Ketergantungan masyarakat pada perangkat elektronik baik handphone maupun televisi selama ini sangatlah tinggi. Dalam keseharian perangkat elektronik tersebut dalam keseharian sangat susah dipisahkan. Kapanpun kita melaksanakan kegiatan seharihari di temani oleh handphone dan televisi, ini merupakan alat yang ampuh untuk menemani dalam situasi-situasi tertentu.

Dalam hal ini televisilah yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa televisi sehari saja ada yang kurang dalam aktivitas hari-hari. Terkait dengan kebaradaan anak-anak, bisa jadi anak-anak menurut saja keinginan orang tua untuk tidak menonton televisi. Ini disebabkan karena mereka umumnya takut. Coba seandainya anak-anak tidak begitu takut sama mereka atau orang tua tidak ada di rumah, tak ada yang bisa menjamin mereka tidak menonton televisi.

Meskipun berbagai kesulitan dan hambatan dihadapi dalam upaya penerapan JBM ini, tetapi diharapkan semua pihak tidak hanya aparat daerah namun juga masyarakat pada umumnya mampu ikut serta dalam praktek secara nyata dalam lingkungan masyarakat agar dapat terselenggara JBM yang sukses dan bermanfaat.

Hadirnya Televisi Pendidikan Indonesia di tahun 90-an semula merupakan sebuah harapan baru untuk menjadikan tekevisi sebagai ruang belajar alternatif yang membuat siswa betah belajar di depan televisi. Namun upaya ini tak menemukan hasil yang signifikan. Kehadiraannya hanya menambah beban produksi dan terkalahkan oleh tayangan hiburan yang banyak menyedot penonton dan banyak menyedot iklan. Sehingga secara komersial program tersebut kurang menguntungkan. Lambat laun program itu hilang dna bahkan sekarang perusahaan tersebut sudah berpindah tangan.

Persaingan antar stasiun televisi, semua stasiun ingin menyajikan tayangan yang mampu menyedot penonton dan iklan. Stasiun televisi adalah sebuah ruang bisnis yang berorientasi pada keuntungan, karena di dalamnya ditanam modal dan menghajati hidup orang banyak. Kondisi yang kian melengkapi dunia pertelevisian sebagai dunia hiburan yang memanjakan pemirsanya. Pendidikan didalam televisi adalah tayangan audio visual yang meminta pemirsa untuk berfikir dan bersikap kritis dalam menyerap nilai yang ada di dalamnya. Sehingga penonton bukan sesuatu yang pasif, tetapi sebagai pemirsa yang

bersikap aktif dan kritis untuk menentukan pilihannya. Pemirsa tidak berdaya ketika tayangan-tayangan sinetron yang menjadi unggulan program televisi berada pada jam prime time antara jam 18.00-21.00. Waktu yang seharusnya menjadi jam belajar anak, namun telah tersita oleh sinetron yang mampu mempermainkan emosi dan ketergantungan pemirsa.

Selanjutnya melalui jalur sekolah diharapkan kepada kepala sekolah dan guru selalu menumbuhkan iklim dan suasana yang nyaman dan kondusif agar anak-anak dapat mengikuti belajar dengan aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Juga selalu menciptakan suasana yang kompetitif dan mengenalkan kepada hal-hal baru dan mewujudkan ”One School One Library (OSOL)” di setiap sekolah/madrasah. Pada jalur masyarakat diharapkan lebih banyak memasang papan-papan peringatan mengenai JBM, melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada kelompok-kelompok pengajian, RT, RW, dasawisma, PKK, Karang Taruna, dan lain-lain juga melakukan sosialisasi untuk meningkatkan gemar membaca.

b. Faktor Penghambat JBM

Faktor penghambat dari terwujudnya program Jam Belajar Masyarakat yaitu:

1) Faktor Ekonomi

mereka tidak memperhatikan pendidikan anak mereka bagaimana sekolahnya maupun anaknya belajar atau tidak, pemahaman soal anak dimana orang tua kurang memahami apa yang dibutuhkan anak mereka, pendidikan orang tua, kenakalan remaja.

Bagi orang tua yang mampu dengan adanya teknologi yang diharapkan untuk membantu dan mendukung dalam belajar misalnya untuk mencari materi dan informasi yang positif lewat internet, namun banyak yang menyalahgunkan manfaat dari teknologi tersebut.

Sedangkan untuk orang tua yang kurang mampu dalam memberikan sarana pendukung belajar anaknya kurang diperhatikan. Khususnya jaman sekarang ini teknologi merupakan salah satu faktor pendukung belajar untuk menambah informasi dari dunia luar. 2) Menurunnya Minat Baca Anak

Membaca itu penting, membaca juga merupakan tiang ilmu karena dengan membaca kita jadi tahu banyak hal mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pengetahuan positif lainnya. Membaca membuka kesadaran kita betapa pentingnya ilmu pengetahuan sebagai modal masa depan.

Membaca juga dapat membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berfikir, membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan memori dan pemahaman. Membaca penting karena membuat menjadi seorang yang mandiri dalam

belajar ilmu pengetahuan. Sehingga tak akan tergantung pada sekolah, les, kursus, atau seminar. Membaca akan menumbuhkan kemampuan untuk berpikir kreatif, kritis, analitis dan imajinatif. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa dengan membaca dapat memberikan dan meningkatkan nilai-nilai positif bagi aspek kehidupan manusia dan bisa mendapatkan ilmu pengetahuan secara mandiri.

Hilangnya program JBM juga menjadi bukti bahwa kurangnya minat membaca pelajar untuk mensukseskan program yang diadakan oleh pemerintahan. Karena dalam program JBM ini ada kegiatan membaca, dengan hilangnya program JBM ditengah-tengah masyarakat sama dengan hilangnya aktivitas membaca ini. Penerapan JBM perlu dimodifikasi baik dari segi regulasi maupun pelaksanaan. Dapat dikatakan bahwa program JBM ini telah hilang dari kehidupan masyarakat Yogyakarta dan akan ada rencana untuk menghidupkannya kembali dengan lebih mengkondisikan waktunya. Berdasarkan data empiris melalui kuesioner, teknik yang digunakan dengan cara membagikan kepada 35 pelajar tingkat SD-SMA, dengan hasil jawaban hanya 15 orang yang suka membaca sedangkan 20 pelajar lainnya lebih senang menggunakan waktu luang dengan memilih nonton televisi, nongkrong bareng teman, lebih memilih datang ke pameran dan tempat-tempat lainnya yang

hiburan tidak diimbangi oleh aktivitas membaca, hal inilah yang mengkhawatirkan terhadap minat membaca pelajar yang apabila tidak dilakukan tindakan menyadarkan para pelajar akan berdampak lebih buruk lagi.

Pada hasil observasi peneliti di Kampung Kepuh berdasarkan data dokumen dan dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa minat membaca pelajar tingkat SD-SMA di Kota Yogyakarta masih relatif rendah, mereka cenderung mengkonsumsi hal-hal yang bersifat hiburan tanpa mengimbangi dengan aktivitas membaca

3) Berkembangnya Teknologi Informasi

Pengendalian jam belajar masyarakat bagi siswa adalah hal yang menjadi persoalan ketika jam belajar banyak disita oleh berbagai media hiburan semacam televisi atau media yang terkoneksi lewat internet dan handphone. Media televisi adalah salah satu media hiburan yang hadir di tengah-tengah keluarga sepanjang 24 jam. Kapan pun membuka chanel televisi pasti akan ditemukan stasiun yang tengah melek menawarkan siaran program yang sangat variatif. Semacam ancaman dan tantangan bagi para peserta didik, orang tua dan lembaga atau institusi pendidikan untuk mengatasinya.

Upaya untuk melawan dan menumbuhkan jam belajar mulai dilakukan di daerah Yogyakarta pada tahun 90-an. Hal ini juga dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Seperti tidak terlaksananya mematikan pesawat televisi pukul 18.00-21.00.

Dokumen terkait