• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Diperlukan suatu sikap ketegasan dari orang tua untuk mendorong anaknya ke sekolah. Orang tua yang memiliki sikap acuh tak acuh terhadap pendidikan anak dapat membawa pada suatu kegagalan studi. Selain dalam hal pembagian waktu belajar, perhatian orang tua akan tugas-tugas sekolah anak juga sangat diperlukan.

2. Mengingat pentingnya peranan keluarga dalam kemajuan pendidikan anak, untuk itulah sekolah harus lebih meningkatkan kerjasama kemitraan dengan para orang tua siswa.

3. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah dan kurangnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan pada anak, maka diharapkan tokoh masyarakat dapat berperan menjadi fasiltitator antara pihak sekolah dan orang tua, dalam upaya meningkatkan kesadaran orang tua dalam

memotivasi dan mendorong anak untuk bersekolah dan belajar di rumah.

4. Kebijakan pendidikan mengenai Kebijakan Jam Belajar Masyarkat (JBM) perlu di lanjutkan dan dihidupkan kembali. Program tersebut sangat baik dengan membudayakan belajar dari pada diisi waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat. Dengan pengawasan dan sosialisasi di tingkat kecamatan, kelurahan, RT, RW maka dapat berjalan dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab. (1997). Analis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Sinar Grafika.

Aburahmat Fatoni. (2003). Organisasi dan manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

AG Subarsono. (2000). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad Nazili Shaleh. (2011). Pendidikndan Masyarakat. Yogyakarta: Sabda Media.

Burhan Bungin. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwi Siswoyo dkk. (2008). Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.

Friedrich, Carl Joachim. (2000). Filsafat Hukum: Perspektif Historis. Bandung: Nuansa dan Nusamedia.

Gibson, Ivancevich & Donnelly. (1996). Organisasi Perilaku Struktur Proses. (Alih Bahasa : Agus Darma). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Grindle, Merilee S. 1994. Politics and Policy Implementation in The Third World. New Jersey: Princnton University Press.

Haris Mujiman. (2006). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Nuansa Aulia.

Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 93 Tahun 1999 Tentang Jam Belajar Masyarakat.

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Patton. (1999). Qualitative Research Second Edition diterjemahkan oleh Sulistyani. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo.

Roulette, James. (1999). Public Policy Making. An Introduction. Belmont: Wadsworth.

Saifuddin Azwar. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Salamah. (2008). Jam Belajar Masyarakat dan Prestasi Belajar Anak (Studi

Korelasional Di Desa Panjangrejo, Bantul, Yogyakarta), Jurnal Wades Vol. 5. Oktober 2008.

Samodra Wibawa. (1994). Kebijakan Publik. Jakarta: Intermedia.

Setiawan Dimas. (2012). Pengertian dan Definisi Pendidikan. Diakses dari http://www.arimurti-indo.blogspot.com/2012/11/

Slameto. (2010). Belajardan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soerjono Soekanto. (1989). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sofyan Effendi dan Masri Singarimbun. (1987). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sondang P Siagian. (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Steers, Richard M. (1985). Efektivitas Organisasi : Kaidah Perilaku. Cet. Kedua. Jakarta: Erlangga.

Suwatno. (2008) Mengatasi Kesulitan BelajarMelalui Klinik Pembelajaran. Makalah. Disampaikan pada Workshop Evaluasi dan Pengembangan Teaching Klinik bagi Dosen FakultasEkonomi Universitas Negeri Padang Tanggal 21 – 26 Januari 2008: FE UNP Padang.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovati Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Van Mater, Donald S, Van Horn Carl E. (1994). The Policy Implementation Process a Conseptual Frame Work, Administration & Society Vol. 6 No.4, Sage Publication Inc.

Lampiran 1. Transkrip Wawancara

Sumber : EW (Ketua RT 50 Kampung Kepuh) Tanggal : 8 Desember 2013

Tempat : Rumah Bapak EW Pekerjaan : Wiraswasta Loundry

Tanya : Menurut bapak bagaimana mengenai kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM)?

Jawab : Banyak yang mengetahui dan banyak juga yang belum mengetahui, banyak yang Tanya masih berlaku ataupun sudah tidak dijalankan. Karena programnya juga sudah lama dan lama tidak digiatkan lagi Tanya : Apakah kesadaran orang tua/masyarakat tentang JBM?

Jawab : Belum sesuai, kesadaran sendiri tergantung individu masing-masing. Tanya : Apakah ada petugas atau aparat kampung ada yang keliling?

Jawab : Tidak ada, menurut saya itu keberatan karena kalau belajar di paksa-paksa malah nanti sianak malah malas untuk belajar, dan juga orang tua juga sudah ada jadwal sendiri keliling untuk ronda malam.

Tanya : Kepedulaian pengawasan orang tua untuk anak belajar dalam kebijakan JBM?

Jawab : Saya terapkan, berhubung anak saya atlet sepatu roda, kalau pas latihan sudah selesai dan seumpama ada PR jam 18.00 sudah siap untuk belajar, tidak usah dikejar-kejar udah langsung belajar maksudnya tanpa disuruh sudah belajar, entah itu mengerjakan PR ataupun hanya sekedar membaca buku.

Tanya : Sedangkan untuk pengawasan belajar dalam pelaksanaan kebijakan JBM?

Jawab : Tetap saya awasi mas.

Tanya : Apakah ada ruangan khusus untuk belajar dalam pelaksanaan kebijakan JBM?

Jawab : Tidak ada, masih gabung dengan ruang keluarga. Tanya : Terus pada saat anak belajar apakah televise dimatikan?

Tanya : Ketersediaan sarana prasaranasudah terpenuhi untuk mendukung palaksanaan JBM?

Jawab : Ada semua, rak buku, meja belajar, lampu belajar semua kita fasilitasi.

Tanya : Prestasi anak bapak bagaimana?

Jawab : Prestasi anak saya lumayan,terakhir anak saya rangking 6 dikelasnya, pernah juara I lomba sepatu roda untuk katagori 300 M dalam kejuaraan kota mendapatkan emas, 500 M juara II mendapatkan perak. Pernah juga mengikuti club sepatu roda di malang Jawa Timur.

Tanya : Faktor dari pendukung pelaksanaan kebijakan JBM?

Jawab : Mungkin tempelan-tempelan info himbuan JBM, tetapi harusnya tanpa ada aturan JBM harus sudah mengetahui bahwa waktu tersebut digunakan untuk belajar.

Tanya : Faktor penghambat dari pelaksanaan kebijakan JBM?

Jawab : Mungkin ga ada. tetapi dari pribadi sendiri seperti tablet karena kemajuan zaman, terus game juga sebagai penghambat. Tetapi sekarang SD di wajibkan menggunakan tablet atau laptop dari alat tersebut malah bias membantu mengerjakan PR dengan cara membuka “Google” internet.

Sumber : S(warga Kampung Kepuh) Tanggal : 8 Desember 2013

Tempat : Rumah Bapak S Pekerjaan : Buruh

Tanya : Pengawasan belajar terhadap anak bagaiman?

Jawab : pengawasan dan memantau dirumah dan di tungguin terkadang belajar pukul 20.00-22.00 habis Isya.

Tanya : Ada ruangan khusus anak untuk belajar?

Jawab : Tidak ada, terkadang belajar diruang keluarga terkadang juga belajar dikamar sendiri.

Jawab : Iya kita matikan televisi, biar berkonsentrasi untuk belajar.

Tanya : Ketersediaan sarana prasarana belajar dalam mendukung pelaksanaan kebijakan JBM?

Jawab : Meja belajar dan lampu belajar ada, tetapi dilain itu kita sebagai orang tua dengan kemampuan yang dimiliki seandanya anak belajar dan mendapatkan prestasi kita membelikan semacam hadiah.

Tanya : Prestasi anak bapak bagaimana?

Jawab : Terakhir anak saya rangking 6. Berhubung anak saya hobi menggambar dan pernah mengikuti lomba mewakili sekolah dan organisasi masjid. Kalau mewakili masjid itu lomba kaligrafi.

Tanya : Menurut bapak ibu memahami JBM itu sendiri bagaimana?

Jawab : Belajar terfokus pada anaknya, JBM juga penting untukanak saya dan perlu dihidupkan kembali untuk pendidikan anak supaya bisa menambah prestasi dan lebih giat belajar.

Tanya : Penghambat dari pelaksanaan kebijakan JBM? Jawab : Televisi, HP. Tetapi pengawasan tetap kita tigkatkan.

Sumber : RD (warga Kampung Kepuh) Tanggal : 8 Desember 2013

Tempat : Rumah Bapak RD Pekerjaan : Swasta (Security)

Tanya : Menurut bapak JBM itu seperti apa?

Jawab : Menurut saya membudayakan anak saya supaya belajar tanpa ada suruhan paksaan, belajar jangan sampai hanya sekedar formalitas. Pemahaman belajar anak itu sekarang masih kurang.Saya ini berasal dari Lampung dulu mendengar bahwa di Yogya terdapat kebijakan JBM saya senang sekali mungkin karena Yogya itu banyak kampus dan mahasiswanya jadi ada Kebijakan JBM.

Tanya : JBM di lingkungan Kampung Kepuh bagaimana?

Jawab : Sebenarnya saya setuju dengan kebijakan JBM, sebenarnya masih jalan tetapi sosialisasi dari pihak Kelurahan dan Kecematab masih

belajar sedangkan kebanyakan anak-anak pada jam tersebut masih kebanyakan asyik tongkrong diluar.

Tanya : Ada petugas yang keliling kerumah-rumah?

Jawab : dulu pada saat masih hangat-hangatnya kebijakan JBM masih ada petugas yang mengecek kedalam rumah apakah menyalakan televisi atau tidak. Tapi sekarang tidak ada petugas mungkin itu ada koordinasi kembali antara Kelurahan dan Kecamatan.

Tanya : Prestasi anak bapak bagaiman?

Jawab : lumayan sudah bisa bahasa mandarin dan inggris karena notabene sokolahnya latar belakangnya sekolah bahasa. Anak saya joga mempunyai hobi menggambar, melukis mungkin bisa kita kembangkan lagi.

Tanya : Fasilitas yang disediakan untuk mendukung JBM?

Jawab : Komputer, laptop, meja belajar dan bimbingan belajar diluar. Tanya : Apakah ada ruang belajar khusus untuk belajar?

Jawab : Behubung rumah sempit ruang belajar masih menyatu dengan ruang keluarga yang ada televisinya.

Tanya : Apakah pada saat belajar televisi bapak dimatikan?

Jawab : Iya saya matikan minimal !jam dimatikan hanya untuk meluangkan anak belajar.

Tanya : Bagaimana tingkat kepedulian JBM ke anak bapak?

Jawab : Saya peduli, karena belajar itu penting terkadang anak mempunyai bekal yang lebih tetapi tidak harus ditempuh di sekolah saja. Sedangkan kebanyakan waktu dihabiskan dirumah menurut saya pendidikan prioritas pendidikan lebih pokok.Yang paling pokok pendidikan diajarkan dirumah belajar juga terdapat pembelajaran etika.

Tanya : Prestasi anak bapak bagaimana?

Jawab : Anak saya yang di Lampung rangking 2 sedangkan prestasi anak saya terakhir malah menurun, dari 18 siswa anak saya rangking 12. Tanya : Kesadaran orang tua terhadap belajar anak untuk mendukung

kebijakan JBM?

Jawab : menurut saya pendidikan lebih utama, kami sebagai orang tua terus membimbing dan mengawasi anak pada saat beljar, karena jangan

sampai anak saya saperti saya. Minimal anak saya harus sukses jangan seperti bapaknya.

Sumber : NP (warga Kampung Kepuh) Tanggal : 8 Desember 2013

Tempat : Rumah Ibu NP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanya : Menurut Ibu JBM itu seperti apa?

Jawab : JBM itu bagus karena supaya agar anak-anak tidak berkeliaran bermain diluar rumah, kalau sudah terbiasa belajar tanpa ada aturan JBM otomatis belajar dengan sendirinya.

Tanya : Pendampingan orang tua pada saat anak belajar guna mendukung kebijakan JBM?

Jawab : Dulu pada waktu anak saya duduk di bangku SD saya damping, tapi karna sekarang SMP saya cukup mendampingi di sampingnya dan mati tetep saya matikan. Pada waktu itu seperti ada acara bola, bapaknya menonton bola terus saya menyuruh anak saya pindah diruangan lain.

Tanya : Apakah ada ruangan khusus untuk belajar anak? Jawab : Ada dikamar kita sediakan meja belajar.

Tanya : Sarana prasarana yang ibu kasih guna mendukung pelaksanaan kebijakan JBM?

Jawab : Laptop, HP Blackbarry digunakan untuk mencari tugas-tugas sekolah. Buku saya beli seperti ringkasan dan kumpulan soal-soal.Berangkat sekolah saya antar jemput.

Tanya : Prestasi anak ibu bagaimana?

Jawab : Anak saya tergolong aktif di sekolah, anak saya juga ikut dewan pembina pramuka dan OSIS. Di kelas nya rangking pertama.Sedangkan untuk non akademik mengikuti seperti tekwondo dan aktif di gereja.

Tanya : Bagaimana kesadaran ibu untuk anak belajar?

Sumber : SH(Ketua RW 13 Kampung Kepuh) Tanggal : 8 Desember 2013

Tempat : Kantor RW Pekerjaan : Wiraswasta

Tanya : Menurut bapak bagaimana mengenai kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM)?

Jawab : Program Kebijakan JBM itu sangat bagus dan baik dimana pada waktu tertentu pukul 19.00-21.00 semua anak harus wajib belajar dan sebagai orang tua juga harus terus memantau dan mengawasinya. Sehingga yang biasanya pada saat malam hari anak bermain ataupun nongkrong jadi tidak punya waktu untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat.

Tanya : Apakah kesadaran orang tua/masyarakat tentang JBM?

Jawab : Kesadaran belum sesuai karena pada waktu anak belajar, orang tua dalam mendampingi disambi dengan menonton televisi. .

Tanya : Apakah ada petugas atau aparat kampung ada yang keliling?

Jawab : Tidak ada, karena pada malam hari petugas masih kekurangan karena jadwal berbenturan dengan jadwal ronda dan warga tidak ingin ada semacam sidak karena identik dengan pemaksaan anak untuk belajar.

Tanya : Kepedulaian pengawasan orang tua untuk anak belajar dalam kebijakan JBM?

Jawab : Saya terapkan pada saat anak saya dulu sekolah dan masih satu rumah, berhubung anak saya sudah tidak ada yang usia sekolah saya berusaha memberi pesan agar anak saya memberikan pengawasan yang ketat dalam hal belajar anak.

Tanya : Apakah warga merasakan kenyamanan dengan dilaksanakannya JBM?

Jawab : iya merasa nyaman, karena mengurangi kegiatan anak yang kurang bermanfaat.

Tanya : Tindakan apa yang seharusnya untuk meningkatkan pelaksanaan JBM?

Jawab : Dengan cara memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan orang tua betapa pentingnya JBM dan belajar. Perlu di bangun koordinasi antara RT, RW, Kelurahan sampai dengan tingkat Kecamatan.

Tanya : Apakah tindakan tersebut sudah dilakukan?

Jawab : Sudah kita lakukan, tinggal kita mengintensifkan sosialisasi dan pengawasan dilapangan.

Lampiran 5. Surat Izin dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kecamatan Gondokusuman

   

Lampiran 6. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No : 93 Tahun 1999 Tentang Jam Belajar Masyarakat dan Keputusan Kepala Dinas P dan K Prop. DIY Nomor : 079/KPTS/PP/1999 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Keputusan Gubernur No : 93 Tahun 1999

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

   

Lampiran 7. Foto Observasi di Kampung Kepuh RT 50 RW 13

Gambar 2. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman Bapak RD

   

   

Gambar 6. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman Bapak S

   

Dokumen terkait