• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAM BELAJAR MASYARAKAT (JBM) DI KAMPUNG KEPUH RT 50 RW 13 KLITREN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAM BELAJAR MASYARAKAT (JBM) DI KAMPUNG KEPUH RT 50 RW 13 KLITREN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. (Lessing)

Pendidikan adalah adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia. (Nelson Mandela)

(6)

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini ku persembahkan untuk

1. Bapak dan Ibu yang tercinta yang telah memberikan dukungan dan selalu mendoakanku untuk kebaikan dan keberhasilanku.

2. Kedua kakak yang tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

3. Agama, Nusa dan Bangsa.

(7)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAM BELAJAR MASYARAKAT (JBM) DI KAMPUNG KEPUH RT 50 RW 13 KLITREN

GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA

Oleh

Irfan Pangesdiansyah NIM 09110244003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas implementasi jam belajar masyarakat (JBM) di Kampung Kepuh Klitren Gondokusuman Kota Yogyakarta pada Tahun 2013 dan mendeskripsikan dengan merumuskan indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan JBM di Kampung Kepuh Klitren Gondokusuman Kota Yogyakarta.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan subyek pelajar dan orang tua yang terdiri dari Ketua RT, Ketua RW dan warga yang berdomisili di lingkungan Kampung Kepuh. Metode penelitian ini mengadopsi pendapat dari Miles, dan Huberman. Tahapan pegolahan data meliputi: (1) Pengumpulan data, dengan menggunakan studi dokumentasi dan wawancara; (2) Reduksi data, menyisihkan data yang tidak relevan dan membuat ringkasan; (3) Display data, mendeskripsikan data dalam bentuk naratif; (4) Verifikasi dan penegasan kesimpulan, pengambilan kesimpulan yang didapat dari data dokumentasi dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, orang tua yang ada di Kampung Kepuh tidak terlalu memperhatikan belajar anak; 2) Hubungan perhatian orang tua untuk belajar di Kampung Kepuh terlihat dari sikap anak untuk bersemangat bersekolah, efektivitas pelaksanaan JBM tergantung tinggi rendahnya perhatian orang tua; 3) Kendala JBM, yaitu orang tua tidak memberikan perhatian pada pendidikan anak, di antaranya keadaan ekonomi keluarga yang rendah menyebabkan orang tua lebih fokus pada kegiatan mencari nafkah.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal dengan judul : “Efektivitas Implementasi Kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kampung Kepuh RT 50 RW 13 Klitren Gondokusuman Kota Yogyakarta”.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajaran Wakil Rektor I, II, III dan IV yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta Staffnya yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi. 3. Ibu Dr. Mami Hajaroh, M. Pd. selaku Ketua Jurusan FSP beserta jajarannya

yang telah memberikan persetujuan dan arahan dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Dr. Arif Rohman, M. Si. selaku pembimbing I skripsi yang telah

banyak memberikan masukan dan arahan berarti kepada penulis.

5. Bapak Petrus Priyoyuwono, M. Pd. selaku pembimbing II skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan arahan berarti kepada penulis.

6. Bapak Joko Sri Sukardi, M. Si. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengertian dan membimbing dari awal sampai akhir perkuliahan. 7. Bapak dan Ibu Dosen pada jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas ... 9

1. Pengertian Efektivitas ... 9

2. Ukuran Efektivitas ... 10

B. Implementasi Kebijakan ... 13

C. Konsep Belajar ... 16

(11)

2. Jenis-Jenis Belajar ... 18

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 20

D. Jam Belajar Masyarakat ... 20

1. Konsep Jam Belajar Masyarakat (JBM) ... 20

2. Maksud dan Tujuan JBM ... 21

3. Pelaksanaan JBM ... 21

4. Peraturan JBM ... 22

5. Indikator Keberhasilan JBM ... 24

6. Sejarah Terwujudnya JBM ... 25

7. Dampak Positif Pemberlakuan JBM ... 26

8. Kendala Pelaksanaan JBM ... 27

E. Penelitian yang Relevan ... 29

F. Kerangka Berfikir ... 31

G. Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Jenis Penelitian ... 33

C. Sumber Data ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen Pengambilan Data ... 36

F. Keabsahan Data ... 37

G. Teknik Pengolahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitiaan ... 42

1. Profil Kampung dan Anak Usia Sekolah di Kepuh ... 42

2. Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kampung Kepuh Kota Yogyakarta ... 45

3. Kepedulian Orang Tua ... 52

4. Kedisplinan Belajar ... 56

(12)

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pelaksanaan Jam

Belajar Masyarakat (JBM) Di Kampung Kepuh ... 59

B. Pembahasan ... 66

1. Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) ... 66

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat (JBM)... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 76

B.Implikasi ... 77

C.Saran ... 78

DAFTAR PUTAKA ... 80

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi panduan studi dokumentasi ... 36

Tabel 2. Kisi-kisi panduan wawancara ... 36

Tabel 3. Daftar subyek wawancara ... 69

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Skema Efektivitas Implementasi Kebijakan Jam Belajar

Masyarakat ... 31 Gambar 2. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman

Bapak RD ... 116 Gambar 3. Piala kejuaraan yang di raih peserta didik putri dari

Bapak RD ... 116 Gambar 4. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman

Ibu NP ... 117 Gambar 5. Piala kejuaraan yang di raih peserta didik putra dari Ibu NP ... 117 Gambar 6. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman

Bapak S ... 118 Gambar 7. Piala kejuaraan yang di raih peserta didik putra dari Bapak S ... 118 Gambar 8. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman

Bapak SH ... 119 Gambar 9. Piala kejuaraan yang di raih peserta didik putri dari

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Transkrip Wawancara ... 84

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Observasi dari Fakultas ... 91

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas ... 92

Lampiran 4. Surat Ijin dari Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta ... 93

Lampiran 5. Surat Izin dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kecamatan Gondokusuman ... 94

Lampiran 6. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No : 93 Tahun 1999 Tentang Jam Belajar Masyarakat dan Keputusan Kepala Dinas P dan K Prop. DIY Nomor : 079/KPTS/PP/1999 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Keputusan Gubernur No : 93 Tahun 1999 ... 95

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu modal utama untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan suatu pembeda antara manusia dengan makhluk yang lainya seperti hewan dan tumbuhan. Dengan adanya pendidikan diharapkan manusia menjadi makhluk yang sempurna, dengan kata lain manusia menjadi makhluk yang berilmu dan berakal. Menempuh pendidikan tidak hanya diperoleh di lingkungan sekolah, melainkan dapat diperoleh dari lingkungan lainnya seperti lingkungan keluarga dan masyarakat.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 adalah:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(17)

efektif. Dalam hal ini kegiatan kecil yang dapat dilakukan dan dibiasakan pada peserta didik seperti kegiatan gemar membaca.

Tidak lepas dari dunia pendidikan, maka prioritas utama pendidikan adalah belajar. Saat ini kesadaran untuk belajar dan membaca khususnya kalangan peserta didik sulit untuk diterapkan kembali. Oleh karena itu perlu bimbingan dan pengawasaan dari berbagai pihak baik pihak keluarga maupun masyarakat, sehingga akan terbentuk suatu kebiasaan dan kedisiplinan yang baik oleh peserta didik untuk menerapkan pola belajar yang efektif. Salah satunya adalah melalui program yang ada di masyarakat yang dikenal dengan istilah ”Jam Belajar Masyarakat”.

Jam belajar masyarakat (JBM) merupakan waktu untuk masyarakat belajar pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan antara jam 19.00 sampai 21.00 WIB, maka dianjurkan untuk tidak menyalakan televisi, radio dan aktivitas lainnya. JBM merupakan ikhtiar atau usaha untuk mewujudkan masyarakat pembelajar (learning society). Dengan JBM diharapkan akan terbentuk situasi yang kondusif di lingkungan masyarakat, sehingga para peserta didik, mahasiswa, dan masyarakat dapat belajar dengan baik.

(18)

nonton televisi bersama anak-anaknya. Pengawasan orang tua harus lebih ditekankan dan dominan dalam melakukan pengawasan anak-anaknya untuk belajar. Akhirnya, papan dan himbauan tulisan “Jam Belajar Masyarakat” yang terpampang di papan-papan sekitar lingkungan masyarakat hanya sekedar hiasan atau pajangan saja. JBM merupakan suatu terobosan ataupun solusi dari kebijakan yang berkaitan untuk memecahkan masalah pendidikan dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di daerah Kota Yogyakarta.

Perlu adanya tindakan serius dari berbagai pihak yang seharusnya ikut mensukseskan pelaksanaan dan pengawasan program JBM tersebut. Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat merupakan dua lingkungan yang bisa mendorong anak-anak untuk mengasuh dan membimbing sehingga peserta didik dapat menggunakan JBM tersebut dengan maksimal.

Adapun pengertian masyarakat yaitu sekumpulan orang yang saling tolong menolong dalam kehidupannya sesuai dengan sistem yang menentukan berbagai hubungan mereka dengan bagian lainnya dalam rangka merealisasi tujuan-tujuan tertentu dan menghubungkan mereka dengan beberapa ikatan spiritual maupun material. (Ahmad Nazili Shaleh 2011:54-55).

(19)

(http://nurudin-umm.blogspot.com/2008/11/menghentikan-teror-tv-pada-anak.html, diunduh 10 Oktober 2013).

Kehadiran televisi membuat banyak orang lebih memilih untuk menghabiskan sebagian besar waktunya hanya sekedar untuk menonton televisi dibandingkan untuk sekedar membaca buku ataupun belajar. Jika hal ini dibiarkan terus menerus dan tidak ada pencegahan dan pengawasan, maka tatanan pemanfaatan waktu khususnya bagi anak-anak sekolah akan sangat kacau dan berantakan. Namun pada penerapannya masih perlu dikaji efektivitasnya. Selama ini, JBM yang dimulai pukul 19.00-21.00 WIB dinilai kurang efektif. Pasalnya pada jam-jam tersebut di mana banyak program televisi yang menarik dan disukai oleh anak-anak.

Berdasarkan observasi di Kampung Kepuh, terletak sangat strategis tepatnya di tengah kota Yogyakarta, dan dekat dengan lingkungan kampus UNY. Di lingkungan tersebut juga terpampang banyak himbauan-himbauan papan bertuliskan JBM terletak di depan gang-gang kampung. Sedangkan situasi keamanan, ketertiban dan kenyamanan untuk anak belajar masih kurang kondusif.

(20)

membuktikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menggunakan waktu balajar secara efektif masih kurang. Sehingga akan berdampak pada prestasi belajar anak yang tidak mendapatkan nilai yang maksimal di sekolahnya.

Disebutkan dalam Peraturan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No 93 Tahun 1999 tentang JBM yang penetapan waktu JBM minimal 2 jam setiap hari, namun dalam penerapan di lapangan belum sepenuhnya dilaksanakan dengan efektif. Indikator memudarnya pelaksanaan JBM di wilayah Yogyakarta ini menarik perhatian peneliti untuk melaksanakan kajian dan penelitian mengenai “Efektivitas Implementasi Kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kampung Kepuh RT 50 RW 13 Klitren Gondokusuman Kota Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:.

1. Kurangnya keamanan, ketertiban dan kenyamanan dalam melaksanakan Jam Belajar Masyarakat (JBM)

2. Kurangnya ketaatan masyarakat dalam melaksanakan Jam Belajar Masrarakat (JBM).

3. Rendahnya kepedulian orang tua terhadap kebutuhan belajar anak terkait dengan pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat (JBM).

(21)

5. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mau melaksanakan ketentuan Jam Belajar Masyarakat (JBM).

6. Belum adanya penelitian tentang efektivitas pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat (JBM).

C. Batasan Masalah

Masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, penelitian hanya memfokuskan pembahasan mangenai efektivitas pelaksanaan kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kampung Kepuh RT 50 RW 13 Klitren Gondokusuman Kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : Bagaimana efektivitas pelaksanaan kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kampung Kepuh Klitren Gondokusuman Kota Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

(22)

F. Manfaat

1. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah

Sebagai masukan kepada pemerintah tentang efektivitas jam belajar masyarakat khususnya di Kampung Kepuh Kota Yogyakarta, agar pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat meningkatkan pendidikan.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai kontribusi masyarakat dalam mengawasi dan melaksanakan program JBM untuk meningkatkan pendidikan.

c. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan agar memberikan pengawasan yang lebih kepada anak-anaknya untuk lebih mementingkan belajar dari pada hal lainya.

d. Bagi Peserta Didik

Dapat memberikan pengertian untuk lebih mementingkan belajar kepada anak pada jam 19.00-21.00 WIB dibandingkan untuk menonton televisi dan bermain.

2. Manfaat Teoritis

(23)
(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Sugiono, dkk, 2008: 375) “efek” adalah akibat; pengaruh; pesan yang timbul pada pikiran penonton, pendengar, pembaca, dan sebagainya (sesudah mendengar atau melihat sesuatu). Sedangkan pengertian “efektif” adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan); hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan). Oleh karena itu, definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan yang telah dicanangkan.

(25)

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terkait dengan suatu kompetensi; (b) perlakuan program dapat mengubah behavior traines pada masa pasca pemograman, ke arah peningkatan performa; (c)

produktivitas diukur melalui post program evaluation.

Menurut Siagian (2001:24), berpendapat “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya”. Roulette (1999:1), berpendapat “Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi tersebut dan pelanggan”. Dari rangkuman beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan keberhasilan suatu program yang telah direncanakan sehingga menjadi tepat guna sesuai dengan harpan yang diinginkan.

2. Ukuran Efektivitas.

Gibson Ivancevich Donnelly dalam bukunya Perilaku, Struktur, Proses menyebutkan bahwa ukuran efektivitas organisasi, sebagai berikut : a. Produksi merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi

jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

b. Efesiensi adalah merupakan perbandingan (ratio) antara output dengan input.

(26)

d. Keunggulan adalah tingkat dimana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.

e. Pengembangan merupakan pengukuran kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat (Gibson terjemahan Zuhad Ichyaudin, 1996:34)

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas organisasi adalah terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat Richard M. Steers dalam bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran efektivitas, yaitu:

a. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi; b. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

c. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik; d. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap

biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;

e. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi;

(27)

g. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu;

h. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian waktu;

i. Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki;

j. Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk mencapai tujuan;

k. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan;

l. Keluwesan adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan(Steers, 1985:46-48).

Ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukkan pada tingkat sejauhmana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi fungsinya secara optimal.

(28)

B. Implementasi Kebijakan

Agar dapat memahami secara jelas apa yang dimaksud dengan implementasi kebijakan publik, terlebih dahulu perlu mengetahui maksud yang terkandung didalamnya. Ada dua konsep utama yang harus dimengerti secara benar. Pertama, adalah konsep tentang implementasi dan kedua, adalah konsep tentang kebijakan publik. Namun, untuk memudahkan dalam memahami dua konsep besar itu (implementasi dan kebijakan publik) maka pembahasan konseptual tersebut akan dimulai dengan kebijakan publik, implementasi kebijakan dan kemudian baru kedua konsep itu dipahami secara utuh.

Kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah adalah untuk dilaksanakan agar tujuan tersebut dapat dicapai. Implementasi kebijakan menurut Kamus Webster berarti suatu proses melaksanakan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, dan dekrit presiden). Implementasi kebijakan itu sendiri harus menyediakan sarana untuk melaksanakanya sehingga dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

(29)

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat.

Adapun teori implementasi dari Van Meter dan Van Horn (1994) menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya teori ini juga menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan prestasi kerja (performance).

Menurut Grindle (dalam Wibawa, 1994: 22) implementasi kebijakan pada dasarnya ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan atau dalam studi implementasi akan melihat adanya dimensi atas suatu organisasi, yaitu tujuan, pelaksanaan tugas dan kaitan organisasi tersebut dengan lingkungan. Adapun yang menjadi ide dasar dari pemikiran tersebut adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi maupun proyek individual dan biaya telah disediakan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Akan tetapi, hal ini tidak lah selalu berjalan mulus, tergantung implementability dari program itu yang dapat dilihat pada isi dan konteks kebijakannya.

(30)

Suatu program yang bertujuan mengubah sikap dan prilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan daripada sekedar program yang memberikan bantuan kredit atau bantuan beras kepada kelompok masyarakat miskin; (4) apakah letak sebuah program sudah tepat; (5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; dan (6) apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup: (1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; (2) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Mengatakan Paula A. Sabatier dan Daniel Mazmanian (dalam Wahab, 1997:81) bahwa analisis implementasi kebijakan negara adalah melakukan identifikasi variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan dari seluruh proses implementasi. Variabel yang dimaksud telah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Kemudahan implementasi akan ditentukan oleh mudah tidaknya masalah yang akan digarap dan dikendalikan.

b. Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi. c. Variabel di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi.

(31)

implementation). Sedangkan konteks kebijakan yang mempengaruhi adalah

kekuasaan, kepentingan aktor, karakter lembaga dan kepatuhan dan responsivitas kelompok. Konten kebijakan dipengaruhi oleh kepentingan yang mempengaruhi, tipe masyarakat, derajat yang diharapkan, letak pengambilan kebijakan, pelaksanaan program dan sumber daya yang dilibatkan.

C. Konsep Belajar 1. Pengertian Belajar

Membahas mengenai belajar sangatlah krusial, banyak masalah-masalah pendidikan yang berhubungan dengan belajar. Oleh karena itu dalam uraian di bawah ini peneliti akan mencoba untuk menuliskan beberapa teori yang diungkapkan oleh beberapa tokoh ahli.

(32)

   

dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik”.

Kajian dari segi agama juga menekankan pentingnya untuk belajar dalam hal ini dilihat dari segi agama islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriaman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11

اذإ

اﻮ ﺁ

ﺬ ا

ﺎﻬ أ

Yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan”.

(33)

dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, belajar dapat memperoleh bekal atau persiapan untuk bekerja yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2. Jenis-Jenis Belajar

Jenis-jenis belajar dapat dipaparkan sebagai berikut (Slemeto, 2010 :5-8): a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Umumnya belajar dilakukan olh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini idividu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lainya berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.

b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Konsep ini diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh Psikologi Gestalt pada tahun 1971, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi dan proses berfikir.

c. Belajar diskriminatif (dicriminatif learning)

(34)

d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang-ulang sampai peserta didik menguasainya, lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering disebut juga metode Gestalt.

e. Belajar insidental

Konsep ini bertentengan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar.

f. Belajar instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang peserta didik yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah peserta didik tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil, atau gagal. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. Disini individu diberi hadiah bila bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendakinya, sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.

g. Belajar intensional (intensional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan belajar untuk mencapai suatu tujuan dari kegiatan belajar.

(35)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat di bedakan menjadi tiga macam, yakni :

a. Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran (Muhibbin syah (2003:144).

D. Jam Belajar Masyarakat (JBM)

1. Konsep Jam Belajar Masyarakat (JBM)

Jam Belajar Masyarakat (JBM) merupakan Program Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan masyarakat yang nyaman, aman, dan tertib untuk kegiatan belajar mengajar. Kondisi tersebut tercipta demi meningkatkan mutu pendidikan dan naiknya tingkat kelulusan UN.

(36)

desa/kota dan dapat berlangsung dalam suasana aman, nyaman, tertib dan menyenangkan (Dinas P&K DIY, 2004:8).

2. Maksud dan tujuan JBM

Maksud JBM adalah untuk menerobos dan mencari model serta metode kemampuan yang pada saatnya nanti masyarakat sendiri peduli dengan lingkungan menjadi tertib, teratur, aman dan nyaman dalam belajar, serta meningkatkan kepedulian setiap warga masyarakat terhadap kegiatan belajar anak di rumahnya masing-masing. Sedangkan tujuan JBM memotivasi warga masyarakat atau peserta didik agar terbiasa secara tertib dan teratur memanfaatkan waktunya sehari-hari untuk belajar sehingga timbul suatu kebiasaan bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Penetapan waktu JBM di DIY minimal 2 jam setiap hari. Penetapan waktu di masing-masing daerah kabupaten/kota agar diatur lebih lanjut oleh Bupati/Walikota dengan memperhatikan situasi dan kondisi masing-masing kabupaten/kota.

3. Pelaksanaan JBM

Pelaksanaan program JBM di tingkat propinsi dikoordinir oleh Gubernur DIY, sedangkan pelaksana teknis dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran Propinsi DIY, pada Sub Dinas Pendidikan Kurikulum Luar Sekolah (PKLS), dan untuk di Tingkat Kabupaten/Kota susunan personilnya adalah :

a. Penasehat Bupati/Walikota,

(37)

c. Wakil Ketua Kabag Sosial/Kepala Dinas/Cabang Dinas P&K, d. Sekretaris Dinas/Cabang Dinas P&K serta

e. Anggota Bapeda, PKK, Kandepdiknas/Kanin, Kandepag dan Kabag Humas.

4. Peraturan JBM

Produk hukum peraturan perundang undangan yang memuat tentang JBM di Kota Yogyakarta belum di tuangkan dalam peraturan daerah maupun perturan walikota. Namun di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur telah menerbitkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 93 Tahun 1999 Tentang Jam Belajar Masyarakat.

Dalam keputusan Gubernur tersebut ditetapkan bahwa JBM merupakan Program Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan masyarakat yang nyaman, aman dan tertib untuk kegiatan belajar. Selain itu pada Pemerintah Propinsi, Kabupaten Kota dapat dibentuk Tim Belajar Masyarakat Propinsi dan Kabupaten Kota, dengan melibatkan Instansi terkait. JBM ditetapkan minimal 2 jam setiap hari.

(38)

Penyebarluasan Program JBM didukung dari dana APBD masing-masing Kabupaten/Kota dan swadaya masyarakat. Pembinaan Jam Belajar masyarakat di Tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di koordinasikan oleh Dinas Pndidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Petunjuk teknis akan diatur lebih lanjut oleh Dinas Pendidikan Pengajaran Propinsi DIY (Biro Hukum Prop DIY, 2003).

JBM merupakan Program Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan masyarakat yang nyaman, aman dan tertib untuk kegiatan belajar.

Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam Diktum PERTAMA dapat dibentuk Tim Jam Belajar Masyarakat Propinsi dan Kabupaten/Kota, dengan melibatkan Instansi terkait.

a. Jam Belajar Masyarakat ditetapkan minimal 2 jam setiap hari.

b. Penetapan waktu sebagaimana tersebut dalam Diktum KETIGA diatur lebih lanjut oleh Bupati/Walikota dengan memperhatikan situasi dan kondisi baik sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial politik masing-masing Kabupaten/Kota.

c. Penyebarluasan Program Jam Belajar Masyarakat didukung dari dana APBD masing-masing Kabupaten/Kota dan swadaya masyarakat.

(39)

e. Petunjuk teknis akan diatur lebih lanjut oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran Propinsi Daerah Istimewa Yogyakrta.

f. Dengan ditetapkannya keputusan ini maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 307/KPTS/1995 dinyatakan tidak berlaku.

g. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan (Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta NO 93 Tahun 1999).

5. Indikator Keberhasilan JBM

Indikator keberhasilan JBM adalah sebagai berikut: a. Keamanan, ketertiban dan kenyamanan

Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan waktu untuk kegiatan belajar secara efektif, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berkumpul dalam keluarga, meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi dan melaksanakan kesepakatan warga tentang JBM, berkurangnya kesempatan untuk berbuat yang tidak bermanfaat, berkurangnya pelanggaran kesepakatan warga masyarakat, dan adanya kenyamanan warga dalam kegiatan belajar.

b. Kepedulian orang tua terhadap kebutuhan belajar anak

(40)

c. Kedisiplinan belajar

Meningkatkan kegiatan belajar peserta didik setiap hari, telah dipatuhinya waktu JBM untuk kegiatan belajar setiap hari, penggunaan waktu telah diatur secara efektif dan efisien.

d. Prestasi belajar

Meningkatnya prestasi belajar sekolah peserta didik secara umum, dilihat dari hasil evaluasi setiap tahun, meningkatnya pengetahuan warga masyarakat di segala bidang ilmu pengetahuan khususnya menghadapi era globallisasi, meningkatnya kualitas sumber daya manusia segala bidang (KepGub NO : 93 Tahun 1999).

6. Sejarah Terwujudnya Jam Belajar Masyarakat (JBM)

Sejarah terwujudnya JBM di Yogyakarta tidak lepas dari ide Wasis Siswanto, pada tahun 1975 seorang Kepala Sekolah SD Budya Wacana Yogyakarta. Tahun 1976 sebuah peristiwa penting menyadarkannya. Salah seorang peserta didik tidak naik kelas. Berawal dari kejadian itu ia mulai Flash back dan introspeksi apa sebabnya. Hasil penelusurannya

didapatkan sebuah penyebabnya. Mulai saat itu dibuatlah kesepakatan dalam keluarganya. Mulai jam 19.00-21.00 WIB anak-anak harus belajar. Untuk memastikan diperlukan pengawasan dengan cara ditunggui dan itu ditugaskan pada sosok istrinya. Ternyata semua mulai menunjukkan hasilnya.

(41)

kesepakatan maka dibuatlah sistem komando yaitu pakai kentongan yang dipukul pada jam enam (6) sore. Sebuah kesepakatan warga yang sungguh mengharukan. Saat itu ketua RT bertindak langsung sebagai pengawas.

Sejak dilaksanakan tahun 1980 sebenarnya gaungnya dimulai tahun 1983 setelah seorang wartawan KOMPAS Julius P menulisnya dan memuatnya di halaman pertama. "Sejak diberitakan oleh KOMPAS tanggal 13 Agustus 1983 tersebut wartawan lokal mulai berdatangan dan mencari tahu apa itu jam belajar. Setelah berkembang di daerahnya tanggal 16 Maret 1991 programnya diseminarkan di BAPPEDA DIY. Dalam seminar itu disepakati Jam Wajib Belajar diganti menjadi Jam Belajar Masyarakat (JBM) yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan menjadikan kota Yogya sebagai pilot project pelaksanaan program ini.

Antara tahun 1992 hingga 1995 program ini dilaksanakan di beberapa RW di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta. Dari Karangwaru Lor akhirnya program itu menyebar ke seluruh DIY. Lewat SK Gubernur DIY Nomor 93 Tahun 2003 terbentuklah regulasi jam belajar masyarakat di wilayah Yogyakarta.

7. Dampak Positif pemberlakuan Jam Belajar Masyarakat (JBM)

(42)

kondisi belajar pada jam-jam terentu, serta memberikan fasilitas dan suasana belajar yang kondusif. Beberapa dampak positif dari pemberlakuan jam belajar masyarakat antara lain:

a. Pembiasaan belajar di kalangan peserta didik secara teratur dan terkontrol, sehingga akan terbentuk budaya sikap belajar di kalangan peserta didik usia sekolah.

b. Melalui bantuan dan fasilitasi orangtua, maka akan terjalin komunikasi yang intensif antara anak dengan orangtua, sehingga muncul harmonisasi hubungan yang terjalin secara akrab serta berkesinambungan.

c. Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar berpikir dan bertanggung jawab atas semua tugas yang diberikan pihak sekolah kepadanya.

d. Masyarakat dan orangtua akan terbiasa dengan tanggung jawab penyediaan suasana dan fasilitas belajar yang menyenangkan dan kondusif, sehingga meningkatkan peran dan fungsi sebagai orangtua untuk ikut serta mendorong keberhasilan belajar anaknya.

8. Kendala pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat (JBM).

Secara teoritik empirik, beberapa kendala pelaksanaan JBM antara lain: a. Pemahaman tentang begitu banyaknya variabel yang mempengaruhi

(43)

prestasi peserta didik. Artinya penyediaan JBM tidak cukup kuat untuk meningkatkan prestasi peserta didik.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat dan orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya. Banyak orangtua yang acuh dan tidak peduli terhadap anaknya apakah mau belajar atau tidak, karena mereka lebih asyik dengan pekerjaannya sendiri, atau merasa tidak memahami pendidikan sehingga tidak tahu harus berbuat bagaimana terhadap anaknya.

c. Sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa televisi akan dampak positif yang mungkin diperoleh dari menonton televisi. Fungsi informatif televisi terbukti memperluas cakrawala dan menambah wawasan intelektual pemirsanya, dan mendukung proses integrasi budaya dunia. Akan tetapi jika terlalu banyak menonton televisi akan berdampak negatif karena waktu peserta didik untuk belajar akan berkurang.

d. Lingkungan sosial pemukiman masyakarat yang tidak sepenuhnya mendukung terwujudnya JBM, seperti terjadi di lingkungan pemukiman dekat kompleks pertokoan, super market, pusat hiburan dan lain-lainnya, yang tidak memungkinkan orang tua memberikan ruang waktu yang cukup untuk kesempatan belajar anak-anaknya. e. Tidak adanya sanksi yang tegas dan mengikat menyebabkan

(44)

maka ditingkat Kelurahan/Desa/RW/RT dilingkungan masing-masing akan memberikan tegoran dan mengingatkan kepada masyarakatnya.

E. Penelitian yang Relevan

Terkait dengan pelaksanaan jam belajar masyarakat (JBM) ada beberapa penelitian terdahulu antara lain dilakukan oleh Salamah, dengan judul Jam Belajar Masyarakat dan Prestasi Belajar Anak (Studi Korelasional di Desa Panjangrejo, Bantul, Yogyakarta) pada tahun 2008 dengan hasil (1) ada peranan yang positif antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar (rxiy = 0,616 p < 0,05), berarti semakin baik perhatian orang tua semakin tinggi prestasi belajar anak; (2) ada peranan positif antara jam belajar masyarakat dengan prestasi belajar anak (rxy = 0,349 p < 0,05), berarti semakin baik pelaksanaan program jam belajar masyarakat semakin tinggi prestasi belajar anak; (3) ada peranan positif antara perhatian orang tua dan jam belajar masyarakat terhadap prestasi belajar siswa (R = 0,635 . f = 3,06 P = <0,05).

(45)

yang telah ditentukan itu merupakan waktu yang tidak efektif dalam melaksanakan program Jam Belajar Masyarakat (JBM). Sedangkan sebanyak 15 responden atau 44% termasuk dalam kategori kurang efektif karena masyarakat cukup berpartisipasi dalam menjalankan program Jam Belajar Masyarakat (JBM) pada pukul 18.30-21.00 WIB, dan sebanyak 10 responden atau 29% tergolong dalam kategori efektif karena pada dasarnya masyarakat sudah mengetahui adanya program Jam Belajar Masyarakat (JBM) yang diberlakukan di Kelurahan Yosodadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator dalam Jam Belajar Masyarakat (JBM) dilaksanakan pukul 18.30-21.00 WIB tergolong pada kategori kurang efektif dalam pelaksanaannya.

(46)

Penelitian yang dilakukan oleh Salamah yaitu menekankan JBM dengan prestasi belajar anak sedangkan penelitian yang dilakukan Noken Oktyara mengenai efektivitas program JBM. Sedangkan peneliti akan mengangkat judul efektivitas implementasi kebijakan JBM, pembahasan topik tersebut yang di jadikan pembeda antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

F. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Skema Efektivitas Implementasi Kebijakan Jam Belajar Masyarakat.

Pergub No. 93 Tahun 1999 Keputusan Kepala Dinas Prop.

(47)

Dari kerangka berfikir di atas dapat dijelaskan bahwa Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 93 Tahun 1999 dan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi DI Yogyakarta No. 079 Tahun 1999 dijadikan dasar hukum pelaksanaan JBM. Pelaksanaan di tingkat kota dilaksanakan oleh Walikota dengan melimpahkan wewenangnya kepada Dikpora Kota Yogyakarta. Implementasi JBM kemudian dilaksanakan dan dievaluasi hasil pelaksanaanya dari berdasarkan tujuan, sasaran dan target serta program di dalamnya yang terdiri atas kesadaran masyarakat, kepedulian orangtua, kedisiplinan belajar dan prestasi. Pelaksanaan dan evaluasi juga harus dilihat efektifitas pelaksanaannya melalui kinerja SDM, pendanaan dan sarana prasarana yang mendukungnya.

G. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka pelaksanaan JBM?

2. Bagaimana kepedulian orangtua terhadap kebutuhan belajar peserta didik dalam pelaksanaan JBM?

3. Bagaimana kedisiplinan belajar peserta didik dalam pelaksanaan JBM? 4. Bagaimana prestasi belajar peserta didik setelah melaksanakan

program JBM?

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di Kampung Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman kota Yogyakarta. Kampung ini terdiri dari tiga Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk sekitar 93 kepala Keluarga (KK). Pemilihan lokasi atau tempat penelitian di Kampung Kepuh, Klitren, Gondokusuman didasarkan pada kampung ini telah melaksanakan JBM hampir sekitar 8 tahun. Warga sebagian besar telah melaksanan JBM sesuai anjuran Pemerintah Kota Yogyakarta. Kampung Kepuh selain tidak terlalu jauh dari pusat kota, kampung ini juga banyak terdapat pondokan/kost bagi pelajar dan mahasiswa. Peneliti menganggap lokasi penelitian cukup baik untuk dijadikan tempat penelitian.

Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember 2013. Dengan pemilihan bulan tersebut diharapkan JBM pada bulan tersebut akan berjalan dengan efektif untuk meningkatkan hasil evaluasi bagi peserta didikn yang berada di Kampung Kepuh, Kliteren, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.

B. Jenis Penelitian

(49)

program jam belajar masyarakat di Kampung Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman kota Yogyakarta, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu Penelitian kualitatif berguna untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Alasan dipilihnya adalah karena metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Penelitian kualitatif berupaya menghasilkan temuan yang benar-benar bermanfaat memerlukan perhatian yang serius terhadap berbagai hal yang dipandang perlu.

C. Sumber Data

Data yang akan ditelusuri dalam penelitian ini adalah data yang bersumber tokoh masyarakat, orangtua, dan peserta didik di Kampung Kepuh, Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Kriteria subyek:

1. Mengetahui kebijakan program JBM. 2. Terlibat langsung dalam pelaksanaan JBM.

3. Ikut terlibat berkoordinasi dalam kaitannya dengan kegiatan JBM.

(50)

D. Teknik Pengumpulan Data. 1. Studi Dokumen

Studi dokumentasi yaitu penelusuran dokumen tentang pelaksanaan jam belajar masyarakat, regulasi yang ada yang terkait dengan pelaksanaan JBM. Adapun dokumen yang bisa dipaparkan yaitu dukumen Keputusan Gubernur No.23 Tahun 1999 yang didapat dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Yogyakarta, Petunjuk Teknis Kepala Dinas Pendidikan Propinsi, sedangkan dokomen yang diperoleh dari pihak RT yaitu berupa 29 foto copy KK penduduk Kampung Kepuh RT 50 RW 13 Yogyakarta. 2. Wawancara

Wawancara dilakukan secara acak kepada orangtua, peserta didik usia sekolah, dan tokoh masyarakat untuk mengetahui tentang respon (tanggapan) mereka terhadap pelaksanaan program JBM. Hasil wawancara ini untuk melengkapi data.

3. Observasi

(51)

E. Instrumen Pengambilan Data

1. Untuk mendapatkan data dalam rangka studi dokumen dilakukan dengan pedoman studi dokumen. Adapun tabel kisi-kisi panduan studi dokumentasi sebagai berikut:

Tabel. 1 Kisi-kisi Panduan Studi Dokumentasi

No Aspek Deskripsi

1 Dokumen Kebijakan  SK Gubernur tentang JBM  Petunjuk Teknis JBM dari Dinas

Pendidikan

2 Data Kependudukan  Jumlah Penduduk Kampung Kepuh Kelurahan Klitren

 Jumlah Penduduk RT

 Jumlah Penduduk KK per RT  Jumlah anak usia sekolah

 Jumlah Anak usia sekolah perjenjang (SD,SMP,SMA)

3 Data Prestasi Anak  Nilai Raport

 Prestasi perlombaan

2. Untuk mendapatkan data dalam melakukan wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Adapun tabel kisi-kisi panduan wawancara sebagai berikut:

Tabel. 2 Kisi-kisi Panduan Wawancara

No Aspek Deskripsi

1 Kesadaran masyarakat a. Tingkat kesadaran masyarakat pada program JBM

b. Kesadaran masyarakat terhadap waktu JBM

c. Tingkat kepatuhan masyarakat d. Kesepakatan Masyarakat

e. Kenyamanan warga dalam kegiatan belajar

2 Kepedulian orang tua a. Tingkat kepedulian orang tua pada peserta didik untuk belajar

(52)

belajar

3 Kedisiplinan belajar a. Meningkatkan kegiatan belajar anak b. Kepatuhan akan jam belajar

c. Penggunaan waktu belajar

4 Prestasi belajar a. Meningkatnya prestasi belajar (ulangan harian, ujian akhir dsb)

b. Meningkatnya pengetahuan

masyarakat di segala bidang ilmu c. Prestasi di bidang lain

5 Faktor-faktor yang mempengaruhi

a. Faktor yang mendukung JBM

b. Faktor yang menghambat program JBM

F. Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data, peneliti melakukan teknik keabsahan data. Melalui keabsahan data penelitian kualitatif ini diharapkan dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330).

(53)

Beberapa jenis trianggulasi adalah (a) trianggulasi data yaitu menggunakan sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara dan observasi; (b) trianggulasi pengamat yaitu adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa keabsahan data; (c) trianggulasi teori yaitu penggunaan berbagai teori yang bertalian untuk memastikan data yang digunakan sudah memenuhi syarat dan; (d) trianggulasi metode, yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti seperti metode wawancara, metode observasi dan sebagainya (Patton dalam Sulistyani, 1999:42). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi data, yaitu mengupayakan data yang diperoleh melalui beberapa sumber seperti wawancara, dokumentasi dan observasi.

Dalam hal meningkatkan ketekunan, maka peneliti akan melakukan pengamatan (observasi) secara cermat dan berkesinambungan. Disamping itu hasil data yang diperoleh nantinya akan dilakukan pengecekan ulang sehingga meningkatkan keyakinan bahwa data yang diperolehnya adalah benar. Hal ini juga diperkuat dengan studi dokumentasi maupun hasil kajian referensi yang mendukung penelitian tersebut.

G. Teknik Pengolahan Data

(54)

melaksanakan penelitian kualitatif, maka hal tersebut menjadi modal awal dan sekaligus semangat untuk melaksanakannya.

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik pengolahan data kualitatif. Data-data yang diperoleh dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara yang dilakukan, catatan lapangan, dokumen pribadi, gambar, dan lain-lain. Selanjutnya diambil sesuai relevansi atau kebutuhan penelitian ini. Menurut Miles, dan Huberman sebagaimana di kutip dan di terjemahkan oleh Moleong (2007: 15-20) menjelaskan bahwa langkah pengolahan data dari penelitian-penelitan deskripsi terdiri dari:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

(55)

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

(56)
(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Komitmen meningkatkan mutu pendidikan tak hanya terpatri di hati pelaksana kebijakan di tingkat pemerintah pusat atau para praktisi pendidikan. Komitmen pada dunia pendidikan juga dicanangkan hingga ke tingkat pedukuhan. Salah satunya adalah Kampung Kepuh, Klitren Gondokusuman, Yogyakarta.

Pada bab ini peneliti akan menyampaikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan mengambil beberapa sampel dan responden untuk memperkuat hasil penelitian yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan JBM.

1. Profil Kampung dan Anak Usia Sekolah di Kepuh

(58)

Lokasi Kampung Kepuh berada di bagian utara Kota Yogyakarta yang hampir berbatasan dengan Kabupaten Sleman. Adapun batas-batas kampung Kepuh adalah :

Sebelah Utara : Jalan Colombo (Kabupaten Sleman) Sebelah Barat : Kampung Iromejan

Sebelah Selatan : Jalan Urip Soemoharjo Sebelah Barat : Jalan Demangan

Penduduk Kampung Kepuh sebagaian besar berprofesi sebagai pegawai wiraswasta maupun karyawan yang bekerja di sektor swasta. Beberapa warga juga berprofesi sebagai wiraswasta/pedagang karena memang lokasi kampung ini dekat denga pusat pertokaan dan beberapa Perguruan Tinggi hingga penduduk banyak yang membuka warung makan, laundry maupun toko kelontong.

Berdasarkan survey di Kampung Kepuh terlihat suasana yang ramai pada jam malam pukul 19.00-20.00, masih banyak himbau-himbauan papan JBM terlihat disudut-sudut gang. Namun himbauan tersebut tidak ada pengaruh yang positif. Sebagian warga mengabiskan waktu di luar rumah bercengkrama diluar rumah. Sedangkan untuk ank-anak pada pukul 17.00-18.00 mengisi waktu di masjid untuk mengikuti TPQ, tetapi setelah selesai mengaji anak-anak tidak langsung pulang kerumah melainkan bermain dengan teman sebayanya.

(59)

warga kampung kepuh. Menurut data yang didapat jumlah anak usia sekolah (SD hingga SMA/SMK) di Kampung Kepuh sebanyak 391 orang. Siswa yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sebanyak 179 orang, SMP/MI sebanyak orang 124 orang dan siswa SMA/SMK sebanyak 88 orang yang terdiri dari 183 pelajar berjenis kelamin laki-laki dan 208 pelajar berjenis kelamin perempuan. Adapun penelitian yang dilakukan di RT 50 terdapat 36 Kepala Keluarga dengan Jumlah Anak Usia sekolah sebanyak 40 orang> SD sebanyak 19 orang, Siswa SMP 5 orang dan siswa SMA/SMK sebanyak 6 orang, sisanya belem bersekolah atau sudah duduk dibangku kuliah (Sumber: Wawancara dengan Ketua RT 50, Bapak WE, 8 Desember 2013).

(60)

2. Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kampung Kepuh Kota Yogyakarta

Pemberlakuan Jam Belajar Masyarakat (JBM) merupakan salah satu indikator bagi Yogyakarta sebagai kota pelajar. Indikator yang satu ini mulai memudar seiring dengan perkembangan yang terjadi pada masyarakat Yogyakarta. Di banyak tempat di Yogyakarta, pernyataan tertulis seruan JBM bagi masyarakat saat ini tinggal tulisan saja. Saat ini, susah didapati sekelompok warga yang masih konsisten menerapkan aturan yang memiliki nilai sangat berarti ini. Fenomena ini membuat prihatin banyak kalangan, terutama tokoh Yogyakarta yang banyak bergelut membudayakan JBM pada masa-masa awal beberapa puluh tahun yang lalu.

Berawal dari SK Gubernur DIY, bahwa pada JBM yang ditentukan dalam SK tersebut, antara pukul 18.00-21.00, bukan berarti seluruh masyarakat dalam suatu Rukun Tetangga harus belajar pada jam yang telah disepakati tersebut. JBM dalam hal ini merupakan penegasan bahwa masyarakat pada jam tersebut harus menciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik dapat belajar dengan tenang dan menjauhkan kegiatan yang kurang mendukungnya.

(61)

ditentukan dalam SK itu. Semua dapat diatur sesuai dengan pertimbangan waktu yang tepat dan disepakati anggota keluarga.

a. Kesadaran Masyarakat

Jam Belajar Masyarakat (JBM) adalah suatu upaya untuk menumbuh kembangkan budaya belajar dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan yang ideal yang dapat mendorong proses belajar mengajar peserta didik untuk belajar, dan dapat berlangsung dalam suasana aman, nyaman, tertib dan menyenangkan.

1) Tingkat kesadaran masyarakat pada program JBM

Salah satu bentuk kegiatan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anak yaitu kegiatan Jam Belajar Masyarakat (JBM). Kegiatan ini dapat tercermin dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam mensukseskan program JBM seperti measang papan atau tulisan jam wajib belajar masyarakat di sudut-sudut kampung atau di pos siskamling.

(62)

“Kesadaran masyarakat terhadap program JBM ini cukup baik, mas. Masyarakat sadar bahwa pada waktu menjelang maghrib hingga pukul 21.00 anak-anak harus berada di rumah. Masyarakat yang tidak penting pada jam itu akan berusaha menjaga agar tidak menyalakan televisi. Mematikan kendaraannya agar suasana belajar anak-anak tidak terganggu. Selain itu para orang tua umumnya mereka mengawasi putra-putrinya dirumah untu belajar”. (Wawancara dengan bapak WE, tanggal 8 Desember 2013).

Tingkat kesadaran masyarakat yang kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap pentingnya pendidikan pada JBM diharapkan juga oleh tokoh masyarakat seperti diungkapkan oleh bapak SH selaku Ketua RW 13:

“Tokoh masyarakat dapat berperan menjadi fasiltitator antara pihak orang tua dan pemerintah, dalam upaya meningkatkan kesadaran orang tua dalam memotivasi dan mendorong anak untuk belajar di rumah. Peran tersebut misalnya menjembatani bila ada orang tua yang merasa kesulitan untuk belajar, maka kami akan menghubungi UPT Dinas pendidikan untuk melakukan konseling masalah belajar anak”. (Wawancara dengan bapak SH, Ketua RW 13 Kapung Kepuh, 8 Desember 2013)

(63)

2) Kesadaran masyarakat terhadap waktu JBM

Masyarakat dalam hal ini orang tua yang memiliki anak usia sekolah dianjurkan, bahkan diwajibkan untuk belajar. Meskipun orang tua yang tidak mengindahkan program ini tidak mendapatkan sangsi namun, diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab moral untuk menyukseskan program JBM. Kesadaran masyarakat ini dapat terungkap dalam wawancara peneliti dengan salah satu warga Kampung Kepuh.

“Kesadaran masyarakat dan orangtua boleh dikatakan baik. Mereka sudah mengerti jika pada jam 18.00-21.00 adalah waktunya untuk belajar masyarakat. Namun kesadaran ini menurut saya jauh lebih baik dahulu sekitar tahun 1990an dimana warga begitu antusias menanggapi program JBM. Dulu warga diingatkan dengan sirene atau kentongan untuk mengingatkan JBM tetapi sekarang dengan kesadaran tidak dingatkan lagi mereka sudah melaksanakannya”. (Wawancara dengan S, tanggal 8 Desember 2013).

Masyarakat yang aktif yaitu dalam melaksanakan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama, yang dapat diwujudkan dengan strategi penyadaran. Untuk keberhasilan program dimaksud, maka warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak hanya dalam aspek kognitif dan praktis, tetapi juga keterlibatan emosional pada program tersebut.

(64)

untuk melanjutkan program-program pemerintah yang berhubungan dengan kualitas pendidikan.

a) Tingkat kepatuhan masyarakat

Orang tua harus dengan sadar mematikan alat komunikasi dan lainnya setiap hari selama belajar yaitu pukul 18.00-20.00 WIB dalam keperluan memberikan kesempatan peserta didik untuk lebih mngoptimalkan waktunya untuk belajar. Sebagai orang tua sebaiknya turut memantau jam malam anak. Orang tua diminta pula untuk tidak menyalakan televisi, radio dan alat hiburan semacamnya. Pasalnya jika hal tersebut dilakukan oleh orang tua dan masyarakat akan mengganggu konsentrasi peserta didik dalam belajar, hal ini demi meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Selain itu untuk membudayakan pula kepada orang tua dan peserta didik bahwa belajar itu bukan harus dipaksa namun timbul dari kesadaran sendiri. Hal ini terungkap dari ungkapan yang sampaikan warga yang memiliki anak masih duduk dibangku kelas 3 SD kepada peneliti :

(65)

Masyarakat selaku orangtua tetap perlu memberi batasan kepada anak karena tanpa arahan dan batasan, anak tidak akan belajar tentang arti disiplin dan rasa tanggung jawab.

b) Kesepakatan Masyarakat

Dalam kegiatan JBM warga kampung Kepuh telah bersepakat waktu jam belajar adalah pukul 18.00 hingga pukul 21.00. Dan dari waktu tersebut umumnya warga menggunakan waktu tersebut untuk aktivitas belajar anak-anaknya. Dengan demikian apabila sesungguhnya waktu untuk belajar di rumah masih cukup banyak tergantung masing-masing individu.

“Masyarakat sebenarnya secara formil tidak ada kesepakatan terhadap JBM. Pernah ada suatu rapat RT dimanan ketua RT menggagas bila jam 18.00-21.00 merupakan jam untuk belajar anak di rumah. Tidak ada aturan khusus dari RT, RW maupun kelurahan. Masyarakatpun tidak merasa keberatan dengan kesepakatan non formal tesebut” (Wawancara dengan Ibu NP, tanggal 8 Desember 2013).

(66)

c) Kenyamanan warga dalam kegiatan belajar

Pengurus lingkungan juga berperan dalam memantau lingkungan agar para siswa sekolah dapat belajar dengan tenang dan nyaman. Artinya, lanjut dia, para pengurus RT dan RW dihimbau efektif membuat terobosan guna menyukseskan program ini. Misalnya dengan membentuk kelompok belajar. Bisa juga membentuk bimbingan belajar dengan mendatangkan guru. Materi belajarnya bisa materi pelajaran sekolah. Bisa juga mengerjakan PR dan belajar jelang ulangan umum.

“Tidak ada yang salah dengan keinginan tersebut. Namun orang tua juga sebaiknya menciptakan situasi dan kondisi yang cukup kondusif agar anak merasa nyaman untuk belajar. Cara yang praktis untuk menciptakan kenyamanan belajar adalah dengan mendampingi anak saat belajar. Kenapa sebaiknya didampingi? Pelajaran dapat membuat anak merasa tertekan, takut, atau mungkin enggan untuk belajar. Ketika didampingi, anak akan merasa bahwa ia tidak sendirian dalam menghadapi pelajaran dan ia dapat merasa orang tuanya tahu apa yang dihadapinya. (Wawancara dengan bapak WE, tanggal 8 Desember 2013).

(67)

di rumah agar tukar pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan. Jangan membebankan dan memberi tugas pada waktu anak sedang belajar.

3. Kepedulian Orang Tua

Kepedulian orang tua terhadap prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan siswa dalam belajar berguna untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga faktor dari siswa sendiri untuk belajar dan faktor pendukung lainnya sangat menentukan keberhasilan prestasi belajar siswa. Dengan demikian bertolak dari pernyataan di atas perlu diteliti peranan perhatian orang tua dan jam belajar masyarakat terhadap prestasi belajar anak.

(68)

a. Tingkat kepedulian orang tua pada anak untuk belajar

Kepedulian orang tua dalam rumah tangga terhadap efektifitas JBM menekankan urgensi peran kepala keluarga dalam mengendalikan dan membuat kesepakatan dengan anggota keluarga terkait efektifitas belajar, khususnya bagi anak. Sebagai gambaran, tentang aturan main yang diterapkannya di keluarga. Hal ini tergambar wawancara peneliti dengan seorang warga :

“Anggota keluarga seharusnya harus peduli dan harus terbiasa dengan aturan main jam belajar masyarakat. Jika dihitung, keluarga bahkan tidak hanya dua jam waktu yang dimanfaatkan untuk belajar, melainkan lebih. Ini karena mereka telah terbiasa. Oleh karena terbiasa, anggota keluarga bahkan dapat menyesuaikan diri dengan kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan. Sehingga, jika diprediksi malam hari akan ada acara lain, maka mereka mengganti jam belajarnya pada sore hari sebelum berangkat ke acara tersebut” (Wawancara dengan Ketua RW 13, Bapak SH, 8 Desember 2013).

Rendahnya kepedulian orang tua terhadap belajar anak penyebabnya ádalah kurangnya dorongan atau motivasi dari orang tua, seakan-akan orang tua menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah, sehingga anak mau belajar atau tidak orangtua tidak terlalu peduli, sehingga banyak anak tidak terlalu peduli dengan prestasi anak, namun hanya sekedar belajar.

(69)

prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar dan kepedulian orang tua, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran (Sukmadinata: 2005: 240).

b. Tidak memberikan pekerjaan pada anak selama belajar

Sebagai orang tua hendaknya harus benar-benar memberikan kesempatan penuh kepada anaknya untuk belajar. Pada saat anak belajar membutuhkan konsentrasi tinggi, sehingga jangan memberikan pekerjaan di luar materi belajar sehingga dapat memecah konsentrasi belajar anak.

c. Menunggu anak selama belajar

Belajar dapat dilakukan satu atau dua jam dalam per hari, dengan salah satu atau kedua orang tua, berinteraksi dalam belajar juga dapat menciptakan situasi yang harmonis dalam hubungan antara orang tua dan anak. Ketika mendampingi anak saat belajar, orang tua juga sebaiknya menyediakan waktu yang tetap. Dalam hal ini, sesuaikan dengan waktu yang dimiliki orang tua. Jika kedua orang tua bekerja, bagilah waktu agar anak ada yang mendampingi dalam belajar.

(70)

Mungkin orang tua tidak perlu harus terus-menerus mengetes mereka atau menguji mereka tetapi cukup orang tua mendampingi disamping anaknya dengan cara orang tua membaca buku. Ini hanya salah satu contoh yang bisa kita lakukan dan penerapannya nanti bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing keluarga.

d. Tersedianya sarana dan prasarana belajar

Sarana dan prasarana belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam merah prestasi. Dengan adanya keterbatasan sarana dan prasarana ruang belajar dalam, maka proses belajar tidak dapat berlangsung secara efektif. Ketersediaan buku yang berkualitas merupakan salah satu prasarana pendidikan yang sangat penting dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan proses belajar siswa.

Standar Sarana dan Prasarana belajar tidak harus mahal namun disesuaikan dengan kebutuhan, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, akan diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur.

(71)

Sarana prasarana belajar yang ada dapat menunjang kegiatan belajar atau bahkan justru membuat anak semakin asik dengan dunianya sendiri. Pesatnya perkembangan teknologi seperi Handphone dan Internet dapat membuat siswa justru mengurangi konsentrasi siswa dalam belajar dan cenderung menggunakan alat-alat teknologi untuk kegiatan di luar materi belajarnya.

4. Kedisiplinan Belajar

a. Meningkatkan kegiatan belajar anak

Begitu banyak hal yang harus dipelajari, terlalu banyak hal yang berharga yang tidak ingin terlewati, namun begitu sedikit waktu kita miliki, belum lagi kemampuan, entah itu kemampuan keuangan atau kemampuan berpikir. Apalagi dijaman serba cepat begini, dunia seakan berputar terlalu cepat. Menuntut kita untuk memanfaatkan waktu dengan cermat, jika tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.

(72)

“Mengingat pentingnya peranan keluarga dalam kemajuan belajar anak, untuk itulah saya harus lebih meningkatkan menjalin kerjasama dengan para orang tua siswa lainnya maupun konsultasi dengan guru kelasnya, saya harus tahu bagaimana model belajar yang baik untuk meningkatkan kemampuan belajar anak saya” (Wawancara dengan ibu RD, tanggal 8 Desember 2013)

Ada anak yang mengalami tekanan berat dari teman-teman maupun dari sekolahnya. Di dalam hal ini orangtua perlu tahu terlebih dahulu dan kemudian mendampingi dia untuk menghadapinya. Mendampingi, tidak harus ke mana-mana mengikuti anak, tetapi bisa dengan perkataan yang lembut dan nasehat.

b. Kepatuhan akan jam belajar

Kepatuhan, itu adalah satu karakter yang harus dipelajari anak. Melalui kepatuhan, anak akan terhindar dari bahaya dan dari cap negatif dalam masyarakat. Namun, mengajarkan kepatuhan itu bukanlah hal yang instant, tidak cukup hanya dengan memberi nasehat atau teguran sesekali. Tak cukup juga dengan memberi contoh perilaku patuh sesekali.

(73)

Kepatuhan (Sarbaini, 2012:10) sebagai nilai,moral dan karakter adalah suatu landasan yang digunakan untuk mengembangankan kontrol diri dan kepercayaan terhadap diri. Bahwa dari 9 pilar nilai, moral dan karakter yang perlu diajarkan kepada anak-anak salah satunya adalah kepatuhan, Hormat (respect), Santun (courtesy) dan Patuh (obedience).

5. Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah minat, kemauan diri dan lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Strategi pelaksanaannya adalah dengan melibatkan unsur-unsur dari keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Pada jalur keluarga diharapkan para orang tua peduli terhadap peserta didik, membuat lingkungan rumah menjadi suasana yang nyaman dan kondusif untuk mendukung belajar peserta didik, selalu mengingatkan kepada anak-anak untuk belajar dan selalu melakukan pendampingan di dalam anak belajar dan mewujudkan perpustakaan mini di rumah-rumah.

(74)

keluarga hingga perangkat desa. Hal ini harus wujudkan dalam bentuk agenda aksi. Pengalaman beberapa waktu yang lalu menunjukkan penerapan JBM ini muncul, kemudian hilang lagi.

"Peran orang tua jelas sangat dibutuhkan, yakni untuk mengawasi kegiatan anak-anaknya, apalagi di malam hari. Jangan sampai anak-anak melakukan kegiatan yang negative.Sebetulnya keberadaan jam belajar masyarakat cukup efektif untuk memotivasi pembelajaran di luar sekolah. Konsekuensinya keluarga harus terlibat aktif dalam sosialisasi dan pengawasan. Sebab kalau pengawasan jam belajar ini hanya diserahkan pada pemerintah atau aparat setempat saya khawatir targetnya tidak bisa terpenuhi." (Sumber: Wawancara dengan Bapak. WE, tanggal 8 Desember 2013).

Efektifitas JBM di Kampung Kepuh terlihat dari hasil belajar prestasi peserta didik cukup stabil. Yakni sebelum dengan adanya pemberlakuan Kebijakan JBM nilai yang didapat sangat rendah, dan sering mengalami program remidial disekolah. Tetapi setelah adanya Kebijakan JBM dan mengikuti Kebijakan tersebut sesuai dengan anjuran aturan pemerintah, maka hasil prestasi belajar peserta didik mulai meningkat. Disamping itu kebiasaan dan budaya belajar anak sudah mulai tertanam otomatis di dalam keseharian anak dirumah

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat (JBM) Di Kampung Kepuh

a. Faktor Pendukung JBM

(75)

diantaranya jangan menaruh televisi di kamar anak yang belum berusia 12 tahun, jangan biasakan waktu makan dengan menonton televisi, dan jangan biasakan anak menonton televisi sebelum dan sesudah tidur. Membuat jadwal agar bisa memanfaatkan waktu dimana keluarga sepakat untuk tidak menonton televisi.

Dengan demikian, anjuran agar masyarakat mematikan televisi pada pukul 19.00-21.00 WIB tidak saja tak efektif tetapi juga akan sulit dilaksanakan.

Ketergantungan masyarakat pada perangkat elektronik baik handphone maupun televisi selama ini sangatlah tinggi. Dalam keseharian perangkat elektronik tersebut dalam keseharian sangat susah dipisahkan. Kapanpun kita melaksanakan kegiatan seharihari di temani oleh handphone dan televisi, ini merupakan alat yang ampuh untuk menemani dalam situasi-situasi tertentu.

(76)

Meskipun berbagai kesulitan dan hambatan dihadapi dalam upaya penerapan JBM ini, tetapi diharapkan semua pihak tidak hanya aparat daerah namun juga masyarakat pada umumnya mampu ikut serta dalam praktek secara nyata dalam lingkungan masyarakat agar dapat terselenggara JBM yang sukses dan bermanfaat.

Hadirnya Televisi Pendidikan Indonesia di tahun 90-an semula merupakan sebuah harapan baru untuk menjadikan tekevisi sebagai ruang belajar alternatif yang membuat siswa betah belajar di depan televisi. Namun upaya ini tak menemukan hasil yang signifikan. Kehadiraannya hanya menambah beban produksi dan terkalahkan oleh tayangan hiburan yang banyak menyedot penonton dan banyak menyedot iklan. Sehingga secara komersial program tersebut kurang menguntungkan. Lambat laun program itu hilang dna bahkan sekarang perusahaan tersebut sudah berpindah tangan.

Gambar

Gambar 1. Skema Efektivitas Implementasi Kebijakan Jam Belajar Masyarakat.
Tabel. 1  Kisi-kisi Panduan Studi Dokumentasi No Aspek
Gambar 2. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman Bapak RD
Gambar 4. Situasi dan pendampingan belajar peserta didik di kediaman Ibu NP
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :1) tidak terjadi interaksi antara level penggunaan dedak padi dan enzim Phylazim dalam ransum terhadap performan produksi

Berapa kali ibu memberi ikan kepada anda dalam satu minggu aa. Bagaimana reaksi anda ketika ibu

Penelitian dilakukan di Bagian Poliklinik Mata RS. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi target adalah seluruh

Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptip kualitatif yang merupakan sebuah tingkah laku manusia dan juga berupa kata-kata lisan yang dapat diamati manusia

MCU ( Multipoint Control Unit ) merupakan perangkat yang digunakan untuk menjembatani koneksi video conference agar 3 atau lebih client dapat berpartisipasi dalam

Untuk mempermudah perancangan aplikasi antarmuka, maka dibuat diagram alir perancangan aplikasi antarmuka (website) seperti pada Gambar 4 yang menggambarkan bahwa

Akan tetapi mohon maaf, untuk saat ini baru bisa memberikan tutorial dengan media teks ( textual ) dan gambar, belum bisa memberikan tutorial dengan media berbentuk video

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Pengaruh