• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia a.Komponen Proses Belajar Mengajar a.Komponen Proses Belajar Mengajar

Dalam dokumen Analisis Buku Pelajaran Bahasa Indonesia (Halaman 64-85)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

3. Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia a.Komponen Proses Belajar Mengajar a.Komponen Proses Belajar Mengajar

Dalam proses pembelajaran ada beberapa komponen, diantaranya adalah peserta didik, pendidik/ guru, materi pelajaran, serta metode, media, sarana prasarana pendidikan alat dan penunjang pembelajaran.

Peserta didik adalah anak muda yang belum dewasa (dalam arti ilmunya, bukan usianya), berstatus sebagai obyek dan subyek dalam pendidikan, yang ingin mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang otonom, mandiri, mampu memecahkan segala masalah, dan mencapai tujuan hidupnya.

41

Pendidik (guru) adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan/ pembelajaran di sekolah.

Materi pendidikan adalah kaitannya dengan pendidikan formal di sekolah tertera dalam kurikulum yang terjabar dalam silabus dan buku pelajaran.

Metode kaitannya dengan cara yang digunakan oleh pendidik/ guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.

Media kaitannya dengan alat yang digunakan oleh pendidik/ guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.

Saranan prasarana pendidikan alat dan penunjang pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran.

Menurut Kusdaryani dan Trimo (2009: 29), proses pembelajaran merupakan komunikasi timbal balik antara pendidik dan peserta didik yang terarah pada tercapainya tujuan pendidikan. Komunikasi tersebut terjadi dengan memanipulasi (mengolah, menangani) materi, metode, media, dan sarana prasarana pendidikan secara optimal.

Sehingga buku jika dimanipulasi secara optimal akan mampu menunjang keberhasilan belajar mengajar antara guru dengan siswa. dengan tercapainya keberhasilan pembelajaran maka diharapkan akan tercapainya pula tujuan pendidikan nasional yang berkualitas.

42

Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional yang berkualitas maka diperlukan sebuah buku teks pelajaran yang mempunyai kualitas yang baik. Baik dari segi kelayakan isi/ penyajian, kelayakan bahasa, serta kelayakan grafika. Kelayakan-kelayakan tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan psikologis siswa. sehingga buku menjadi sumber ilmu yang sesuai untuk siswa.

b. Pembelajaran Tematik

Kelas 1 Sekolah Dasar merupakan masa peralihan dari taman kanak-kanan ke jenjang Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembelajarannya harus bersifat holistik (menyeluruh). Pembelajar juga tidak boleh memisah-misahkan antar mata pelajaran. Pembelajaran yang cocok dan pas untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasr adalah dengan pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004) (dalam Sungkono, 2012: 1) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan

43

tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/ keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.

Sungkono (2012: 1) menyebutkan ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu, 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Berikut penjelasan dari prinsip pembelajaran tematik:

1) Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang

44

nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.

2) Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya.

Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.

3) Efisiensi

Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

Sungkono (2012: 3) juga menyebutkan Ciri-ciri Pembelajaran Tematik yang meliputi, 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

45 1) Berpusat pada siswa.

Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.

2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

5) Bersifat fleksibel.

Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.

6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

46

Pembelajaran tematik menurut Akhmad Sudrajat (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com) lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan yang holistik.

47

Untuk mendukung kelancaran pembelajaran tematik, maka diperlukan pula sarana dan prasarana yang mampu di integraskan kedalam pembelajaran tematik. Salah satu sarana pembelajaran yang mampu memperlancar pembelajaran tematik misalnya dengan adanya buku-buku pelajaran yang memang di organisasikan dalam bentuk tematik. Seperti buku Bahasa Indonesia untuk kelas I Sekolah Dasar karangan Bambang Trimansyah yang sudah mengintegrasikan beberapa materi ke dalam bebagai macam tema.

B. Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. (http://bidpsnpkabkatingan.wordpress.com)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum

48

2013 dikembangkan dengan mengacu delapan standar pendidikan, yaitu Standar Isi, Standar Proses Pembelajaran, Standar Proses Penilaian, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pembiayaan, Standar Penfelolaan, dan juga Standar Sarana dan Prasarana. Khususnya untuk Standar Sarana dan Prasarana dapat berwujud rehab gedung sekolah, penyediaan lab dan perpustaan, serta penyediaan buku pelajaran baik bagi guru ataupun bagi siswa. (Nuh, 2013: 12)

Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 antara lain:

a. Perubahan proses pembelajaran.

dari siswa yang dulunya diberi tahu oleh guru sekarang menjadi siswa mencari tahu sendiri dan proses penilaian dari berbasis output yang hanya berorientasi pada hasil belajar siswa saja kini menjadi berbasis proses dan output/ hasil belajarnya.

b. Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran. Kecenderungan negara-negara lain yang menambah jam pelajaran bagi para siswanya juga berdampak pada keinginan pemerintah Indonesia menambah jam belajar siswa dengan harapan untuk mencapai keberhasilan pendidikan.

c. Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat.

Seperti halnya pada poin b maka perlunya menambah jam belajar siswa yang dikarenakan jam belajar sekarang ini masih tergolong singkat.

49

d. Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial.

(http://bidpsnpkabkatingan.wordpress.com)

Selain faktor diatas, ada tiga faktor lainnya yang juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013, yaitu pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.

Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.

Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).

Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

50

Selain faktor-faktor diatas, hal yang mendasari digantinya Kurikulum 2006/ KTSP dengan kurikulum 2013 karena Kurikulum 2006/ KTSP dianggap memuat sejumlah permasalahan diantaranya:

a. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional;

KTSP merupakan kurikulum yang sudah berbasis kompetensi, namun dalam pelaksanaannya belum maksimal. Oleh sebab itu untuk memaksimalkan pembelajaran yang berbasis kompetensi diterapkanlah kurikulum 2013. Dengan diterapkannya kurikulum 2013, diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai lebih baik lagi.

b. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan;

Untuk menyempurnakan pembelajaran dalam KTSP yang sudah berbasis kompetensi namun belum terintegrasi secara holistik yang mencakup aspek sikap, aspek keterampilan, dan juga aspek pengetahuan maka diterapkan kurikulum 2013. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).

c. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum;

51

Meskipun dalam KTSP sudah memuat pembelajaran yang berbasis karakter dan juga pembelajaran yang aktif, namun dengan adanya perubahan Kurikulum 2006/ KTSP menjadi kurikulum 2013 diharapkan adanya peningkatan yang lebih baik dalam muatan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan jaman seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, dan kewirausahaan.

d. Kurikulum KTSP kurang peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global;

KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, sehingga KTSP bersifat lokal pada daerah satuan pensdidikan tersebut. Supaya kurikulum lebih berwawasan nasional dan global, serta tanggap dengan perubahan-perubahan sosial yang ada, maka KTSP diganti dengan kurikulum 2013, yang harapannya akan lebih tanggap dengan perubahan-perubahan sosial baik pada tingkat lokal, nasional, ataupun global.

e. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru;

Pembelajaran dalam KTSP dikembangkan oleh satuan pendidikan, sehingga satuan pendidikan mempunyai wewenang untuk menentukan arah pembelajarannya. namun terkadang ada salah penafsiran dari

52

masing-masing satuan pendidikan yang berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Untuk mengurangi salah penafsiran kurikulum yang sering terjadi, maka dipilihlah kurikulum 2013 yang standar proses pembelajarannya sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan begitu standar proses pembelajaran tidak akan mengalami banyak kesalahan tafsir baik oleh guru ataupun oleh satuan pendidikan.

f. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala;

KTSP merupakan pembelajaran yang berbasis kompetensi, namun dalam penerapannya masih kurang maksimal dan kurang seimbang dalam menilai proses dan hasil balajar siswa. Masih banyak guru yang menganggap hasil belajar siswalah yang lebih utama. Oleh sebab itu diterapakannya kurikulum 2013 dengan tujuan akan maksimalnya guru dalam menilai siswa. Serta adanya pembelajaran remidial yang dapat dilakukan secara berkala.

g. KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

Dalam KTSP adanya wewenang pada masing-masing satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri. Masing-masing satuan pendidikan mempunyai dokumen yang dikembangkan sendiri oleh satuan pendidikannya, maka banyak kemungkinan adanya salah penafsiran kurikulum oleh masing-masing satuan pendidikan. Dengan diterapkannya

53

kurikulum 2013 diharapkan akan mengurangi salah penafsiran oleh guru ataupun oleh satuan pendidikan tentang kurikulum.

Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dari kurikulum 2004 ( KBK), kurikulum 2006 (KTSP) sampai pada kurikulum 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2

Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum

Sumber: Nuh (2013: 19)

Dalam Standar Kompetensi lulusan kurikulum 2004 ( KBK), kurikulum 2006 (KTSP) diturunkan dari Standar Isi, sedangkan pada kurikulum 2013 Standar Kompetensi lulusan diturunkan berdasarkan

54

kebutuhan. Sehingga dalam pengembangannya kurikulum 2013 menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, kebutuhan/ tuntutan jaman.

Dalam kurikulum 2004 ( KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) Standar Isi dirumuskan berdasarkan tujuan pelajaran (SKL Mata Pelajaran) yang selanjutnya dirinci lagi kedalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. Sedangkan dalam kurikulum 2013 Standar Isi diturunkan berdasarkan SKL melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran.

Dalm pola pikir kurikulum 2004 ( KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) masih adanya pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan dan juga pembentuk pengetahuan. Sedangkan dalam kurikulum 2013 untuk masing-masing mata pelajaran harus memuat tentang domain sikap, keterampilan serta domain pengetahuan yang saling terintegrasi. Dengan adanya pengintegrasian antara domain sikap, domain keterampilan serta domain pengetahuan diharapakan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa tidak akan terpisah-pisah satu sama lainnya dan pengetshuan yang pipelajari siswa tetap terkait/ berkesinambungan satu sanma lainnya.

Dalam kurikulum 2004 ( KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) Kompetensi yang ada justru diturunkan dari mata pelajaran, sedangkan untuk kurikulum 2013 kebalikannya dari kurikulum 2004 ( KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP), yaitu mata pelajaran yang ada justru diturunkan dari kompetensi yang hendak dicapai.

55

Dalam kurikulum 2004 ( KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) masing-masing mata pelajaran berdiri sendiri dan tidak saling terkait satu sama lainnya. Sedangkan dalam kurikulum 2013 semua mata pelajaran untuk masing-masing kelas terikat oleh kompetensi inti, sehingga mata pelajaran yang ada tidak saling berdiri sendiri-sendiri. Dengan terikatnya kompetensi inti, maka mata pelajaran yang dulunya berbeda konsep sekarang bisa bisa saling terkait (Nuh, 2013: 19)

Dalam penyusunan Kompetensi Dasar untuk kurikulum 2013 dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bagan 1

Penyusunan Kompetensi Dasar untuk kurikulum 2013 Sumber: Nuh (2013: 60)

56

Berdasarkan bagan diatas tampak bahwa Kompetensi Dasar yang baru untuk kurikulum 2013 diperoleh dari evaluasi SK dan KD lama mata pelajaran (SK, KD dalam KTSP) . SK dan KD lama yang masih sesuai dengan SKL yang baru tetap dipertahankan kemudian SK dan KD lama yang tidak/ kurang sesuai dengan SKL baru direvisi lagi sehingga sesuai dengan SKL yang baru. Setelah didapatkan SK dan KD baru yang sesuai dengan SKL baru maka didapatkan Sumber Kompetensi yang kemudian diturunkan menjadi Kompetensi Inti sehingga di dapat KD (Kompetensi Dasar baru) (Nuh, 2013: 60).

Sedangkan untuk tata kelola kurikulum 2004 ( KBK), kurikulum 2006 (KTSP) dan juga kurikulum 2013 tampak pada tabel dibawah ini:

Tabel 3

57 Sumber: Nuh (2013: 26-27)

Khususnya menyoroti tentang buku maka dalam kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) untuk variasi materi dan juga prosesnya masih sangat tinngi, sehingga materi yang dipelajari oleh siswa terlalu luas. Sedangkan untuk kurikulum 2013 variasi materi dan juga prosesnya relatif rendah, sehingga materi yang dipelajari oleh siswa tidak terlalu meluas dan lebih fokus. Selain itu untuk variasi harga buku dalam kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) relatif lebih tinggi dibandingkan pada kurikulum 2013. Sebab dalam kurikulum 2013 rencananya buku yang akan

58

digunakan oleh siswa ataupun guru justru sudah disediakan oleh pemerintah. (Nuh, 2013: 26-27)

Perbedaan esensial antara kurikulum Sdpada kurikulum 2006 (KTSP) dengan kurikulum 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4

Perbedaan Esensial Kurikulum SD

59

Khususnya untuk mapel Bahasa Indonesia pada kurikulum 2006 (KTSP) mempunyai kedudukan yang sejajar dengan mapel-mapel lain. Sedangkan pada kurikulum 2013 mapel Bahasa Indonesia menjadi dasar dan penghubung untuk mempelajari mapel lain.

Selanjutnya untuk isi materi dalam buku KTSP juga masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu mendapat perhatian agar materi yang diperoleh oleh peserta didik tidak terlalu sulit dan sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis peserta didik.

Dibawah ini ada beberapa contoh kesalahan isi materi / beban materi khususnya untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar:

Gambar 1 Contoh Kesalahan 1 Materi dalam Buku Teks untuk Kelas 1 SD (Nuh, 2013: 51)

60

Untuk isi materi buku diatas jelas diasumsikan bahwa anak kelas 1 Sekolah Dasar sudah lancar dalam membaca sebab bacaan tersebut berada pada pelajaran 1 di awal buku. Padahal dalam perkembangan psikologis siswa kelas 1 Sekolah Dasar masih peralihan dari taman kanak-kanak yang seharusnya baru mengenal membaca, menulis, dan berhitung. Jadi sangat jelas bahwa perintah dalam buku tersebut salah besar. Seharusnya perintah dalam buku tersebut dapat diganti dengan “Dengarlah Gurumu membaca” atau “Perhatikan cerita yang dibaca oleh guru”, dll.

Gambar 2 Contoh kesalahan 2 materi dalam buku teks untuk kelas 1 SD (Nuh, 2013: 52)

61

Pada contoh kedua juga terdapat kesalahan perintah untuk siswa. kesalahan tersebut adalah siswa aawal kelas 1 Sekolah Dasar diasumsikan juga sudah mampu menulis dengan lancar. Seperti sebelumnya seharusnya beban untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar yang baru mulai belajar membaca, menulis, dan berhitung perintah seperti itu juga salah.

C. Buku Sebagai Bahan Ajar

Dalam dokumen Analisis Buku Pelajaran Bahasa Indonesia (Halaman 64-85)