• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian dunia saat ini mendorong setiap penganut perekonomian terbuka didalamnya untuk merasakan dampak dari adanya dinamika ekonomi internasional yang dipandang sebagai suatu upaya untuk menjaga eksistensi dan meningkatkan daya saing ekonomi. Perekonomian dunia sedang memasuki era sejarah baru, dimana ekonomi dan budaya nasional serta batas-batas geografis kenegaraan sudah kehilangan makna oleh sebuah proses globalisasi yang berjalan cepat. Hal ini diindikasikan oleh timbulnya liberalisasi perdagangan. Konsekuensianya, pasar domestik di setiap negara tidak akan terlepas dari gejolak pasar dunia yang semakin liberal karena kebijakan unilateral dan ratifikasi kerjasama yang harus mereka lakukan. Manifestasi dari liberalisasi perdagangan tersebut adalah terjadinya perdagangan internasional yang lebih kompetitif dan transparan.

Perdagangan internasional berdampak positif terhadap kepentingan tatanan ekonomi, sosial dan politik dengan mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional sejak beberapa abad lalu. Dengan demikian, semua teori perdagangan menyatakan bahwa perdagangan internasional memberikan manfaat bagi dunia. Manfaat perdagangan internasional antara lain memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan serta transfer teknologi modern1.

Umumnya perdagangan internasional diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara dan regulasi tersebut diselesaikan melalui World trade Organization (WTO) pada level global, juga melalui beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Adapun kesepakatan regional lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.

1

Sadono S. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Ed ke-2. Jakarta: PT Raja Grafindo

2

Tabel 1. Kesepakatan Regional (Partner Region) Negara-negara yang Melakukan Perdagangan Internasional

EFTA

Iceland, Liechtenstein, Norway, Switzerland; Candidates: Croatia, FYR of Macedonia, Turkey; Andean Community: Bolivia, Colombia, Ecuador, Peru

CIS

Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Moldova Republic of, Russian Federation, Tajikistan,

Turkmenistan, Ukraine, Uzbekistan;

CACM

Honduras, El Salvador, Nicaragua, Costa Rica, Guatemala, Panama; Mercosur: Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay; NAFTA: Canada, Mexico, United States;

Latin America Countries

CACM, Mercosur, ANCOM, Chile, Cuba, Dominican Republic, Haiti, Mexico, Panama, Venezuela; BRIC: Brazil, Russia, India, China;

ASEAN

Brunei Darussalam, Indonesia, Cambodia, Lao People's Democratic Republic, Myanmar, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Vietnam;

CAFTA ASEAN, China

ACP:79 countries; MEDA (excl EU & Turkey)

Algeria, Egypt, Israel, Jordan, Lebanon, Morocco, Occupied Palestinian Territory, Syrian Arab Republic, Tunisia.

Sumber : IMF, 2009 (diolah)

Sebagai salah satu sektor yang ambil bagian dalam kesepakatan regional, sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tengah berada pada posisi yang strategis. Sejak disahkannya Persetujuan Bidang Pertanian (Agreement on Agriculture) oleh WTO dengan instrumen kebijakan antara lain mengurangi, subsidi domestik, subsidi ekspor, dan memperluas akses pasar, juga instrumen yang meliputi isu-isu lainnya seperti ketahanan pangan, perlindungan lingkungan, perlakuan khusus dan berbeda (special and differential treatment) bagi negara- negara berkembang, sektor pertanian menjadi salah satu sektor riil yang menunjukkan kinerja positif. Adapun penilaian kinerja perdagangan komoditas

3 pertanian dapat dilihat dari neraca perdagangan luar negeri periode tahun 2004- 2008 pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan Volume Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Tahun 2004-2008

Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009 (diolah)

Berdasarkan Gambar 1, trend volume neraca perdagangan sektor pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan volume neraca perdagangan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 9.921.738 ton. Sementara dilihat dari persentase pertumbuhan volume dari tahun 2004-2008, volume ekspor tumbuh sebesar 3,58 persen sedangkan volume impor turun sebesar 4,99 persen (Tabel 2). Peningkatan volume neraca perdagangan sektor pertanian tersebut secara signifikan dipengaruhi oleh performa surplus yang ditunjukkan oleh sub sektor perkebunan yang dapat menutupi defisit sub sektor lainnya dengan persentase pertumbuhan volume ekspor sebesar 3,74 persen dan penurunan volume impor sebesar 7,5 persen (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan menjadi satu-satunya andalan sektor pertanian dalam peningkatan perekonomian yang secara rinci ditunjukkan pada Tabel 2.

2004 2005 2006 2007 2008 Tanaman Pangan -8,500,357 -7,813,005 -10,595,290 -8,399,060 -6,601,965 Hortikultura -501,843 -472,077 -466,977 -899,548 -898,069 Perkebunan 14,203,288 16,488,155 19,602,015 17,821,046 17,851,703 Peternakan -651,955 -664,443 -682,023 -491,618 -429,931 Pertanian 4,549,133 7,538,630 7,857,725 8,030,820 9,921,738 -15,000,000 -10,000,000 -5,000,000 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 V o lu m e (T o n )

4

Tabel 2. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian dan Perkembangan Persentase Neraca Perdagangan Sub Sektor Pertanian terhadap Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 2004 - 2008

Uraian Tahun (Ribu Ton) Pertumbuhan

(%) 2004 2005 2006 2007 2008 Volume Ekspor a. T. Pangan 1.170,25 1.123,43 861,22 999,46 812,33 -4,79 b. Hortikultura 296,48 384,32 456,89 393,86 523,46 8,57 c. Perkebunan 15.556,89 18.579,81 21.378,19 22.089,29 20.533,16 3,74 d. Peternakan 221,66 246,49 198,41 458,90 635,30 10,84 Pertanian 17.245,28 20.334,04 22.894,71 23.941,51 22.504,25 3,58 Volume Impor a. T. Pangan 9.670,60 8.936,44 11.456,51 9.398,52 7.414,30 -5,25 b. Hortikultura 798,32 856,39 923,87 1.293,41 1.421,52 3,03 c. Perkebunan 1.353,60 2.091,65 1.776,17 4.268,24 2.681,46 -7,5 d. Peternakan 873,62 910.93 880,43 950,52 1.065,24 3,11 Pertanian 12.696,15 12.795,41 15.036,98 15.910,69 12.582,51 -4,99

Volume Ekspor (%) terhadap Pertanian Rata-rata

a. T. Pangan 6,79 5,52 3,76 4,17 3,61 4,77 b. Hortikultura 1,72 1,89 2,00 1,65 2,33 1,92 c. Perkebunan 90,21 91,37 93,38 92,26 91,24 91,69 d. Peternakan 1,29 1,21 0,87 1,92 2,82 1,62 Volume Impor a. T. Pangan 76,17 69,84 76,19 59,07 58,93 68,04 b. Hortikultura 6,29 6,69 6,14 8,13 11,30 7,71 c. Perkebunan 10,66 16,35 11,81 26,83 21,31 17,39 d. Peternakan 6,88 7,12 5,86 5,97 8,47 6,86

Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009 (diolah)

Berdasarkan informasi pada Tabel 2, sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap total volume ekspor pertanian dengan rata-rata yaitu 91,69 persen volume ekspor komoditas pertanian berasal dari komoditas perkebunan dan rata-rata volume impor hanya sebesar 17,39 persen dalam total volume impor komoditas pertanian. Sementara untuk sub sektor lainnya, persentase impor lebih tinggi dibandingkan ekspornya dengan rata- rata persentase volume impor yang terbesar terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 68,04 persen.

Sebagai salah satu komoditas perkebunan, CPO (Crude Palm Oil) dijadikan sebagai komoditas unggulan ekspor bagi perdagangan komoditas

5 perkebunan di Indonesia karena kontribusi CPO dalam kinerja perdagangan komoditas perkebunan sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada komparasi enam komoditas ekspor perkebunan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Perbandingan Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Indonesia Tahun 2004-2009

Sumber : Direktorat Jendral perkebunan, 2010 (Diolah)

Gambar 2 menunjukkan komparasi keenam komoditas subsektor perkebunan dilihat dari volume ekspor antara tahun 2004-2009. Secara signifikan volume ekspor komoditas CPO memiliki trend positif dan jauh di atas komoditas- komoditas sub sektor perkebunan lainnya dengan volume ekspor tertinggi pada tahun 2009 sebesar 21.151.127 ton. Hal ikhwal tersebut membawa pemahaman akan begitu besarnya kontribusi CPO bagi perekonomian Indonesia sebagai komoditas andalan dalam perdagangan internasional.

Dokumen terkait