• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Penelitian Terdahulu

Yuniarti (2007) meneliti tentang determinan perdagangan bilateral Indonesia dengan pendekatan Gravity Model. Penelitian tersebut bertujuan untuk melakukan estimasi terhadap determinan perdagangan Billateral Indonesia. Adapun determinan yang dimasukan kedalam model meliputi pendapatan nasional

21 (GDP), jarak, populasi, kesamaan ukuran perekonomian, perbedaan relatif faktor endowment, dan keanggotaan dalam area perdagangan bebas.

Berdasarkan hasil estimasi penelitian tersebut diperoleh uji signifikansi model yang menyatakan bahwa konstanta tidak sama untuk semua unit tetapi slopenya sama. Hal tersebut dibuktikan melalui F-Test dengan hasil perhitungan F hitung sebesar 12,03325 lebih besar dari F-tabel (19.119) dengan α = 5% sebesar 1,69 yang berarti model metode Fixed Effect Model (FEM) lebih tepat dibandingkan metode common effect model (CEM) dan lebih tepat dari metode Random Effect Model (REM) karena jumlah data croos section (10) lebih besar dari data time series (7) dengan pengambilan sampel yang tidak acak.

Berkaitan dengan tanda koefisien, semua hasil estimasi konsisten dengan teori mengaenai Gravity Model. GDP dari negara eksportir (Yi) dan importir (Yj) mempunyai hubungan positif dengan perdagangan bilateral, variabel jarak sebagai proksi bagi biaya produksi berpengaruh negatif terhadap perdagangan bilateral, variabel kesamaan ukuran perekonomian berpengaruh positif didukung oleh fakta bahwa sebagian besar perdagangan dunia terutama negara-negara industri merupakan pertukaran produk yang meliputi perdagangan intraindustri, variabel kesamaan ukuran ekonomi (endowment) tidak berpengaruh terhadap perdagangan bilateral dengan keinkonsistenan teori H-O dengan fenomena perdagangan intra industri, variabel populasi mitra dagang mempunyai koefisien positif terhadap perdagangan bilateral dan keanggotaan dalam area perdagangan bebas tidak berpengaruh terhadap perdagangan bilateral.

Yuniarti (2008) dalam penelitiannya mengenai potensi perdagangan global Indonesia dengan pendekataan Gravity Model mengemukakan bahwa hasil estimasi Gravity Model dapat digunakan untuk memprediksi potensi perdagangan bilateral yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan ekspansi negara- negara tujuan ekspor. Pengukuran potensi perdagangan bilateral dilakukan dengan membagi nilai prediksi perdagangan dari estimasi Gravity Model dengan nilai aktual perdagangan dari estimasi Gravity Model. Pada hasil estimasi, secara bersama-sama variabel inpenden menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel pada derajat keyakinan 99 persen yang ditunjukkan oleh nilai F hitung (21,424) lebih besar dari F tabel (6,103) pada α 5% = 2,18.

22 Adapaun pada signifikansi variabel independen, penelitian ini menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap perdagangan bilateral antara lain, pendapatan, variabel kesamaan ukuran perekonomian, kesamaan keanggotaan dalam APEC, dan koloni wilayah jajahan berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif terhadap perdagangan bilateral antara lain, variabel total populasi, kesamaan keanggotaan dalam AFTA dan variabel batas wilayah. Dalam pengukuran potensi perdagangan berdasarkan rasio dari hasil estimasi Gravity Model terdapat temuan pada 10 negara mitra dagang utama Indonesia yang menunjukkan kondisi over trade (melebihi potensi) dan under trade (berpotensi). Kondisi over trade dicapai pada hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara antara lain, Australia, Amerika, Korea, Malaysia, Singapura, Jerman, Belanda dan India. Sedangkan kondisi under trade dicapai pada negara Jepang dan China.

Penelitian oleh Sitorus (2010) dengan topik Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao Dibawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) menyimpulkan bahwa model panel data yang digunakan dalam estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kakao dan CPO adalah model pooled Least Square atau PLS tanpa uji Chow. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaksesuaian Fixed Effect Model dengan data yang digunakan sehingga terjadi near singular matrix.

Adapun variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kakao dari negara importir ke negara tujuan ekspor adalah variabel populasi negara pengimpor (POPi), populasi negara pengekspor (POPj) sedangkan variabel GDP negara pengimpor (GDPi) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan, dan GDP negara pengekspor (GDPj), nilai tukar (ER) juga jarak memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan variabel yang signifikan pada ekspor CPO adalah variabel GDP negara pengekspor dan pengimpor, populasi negara pengekspor dan pengimpor serta jarak. Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata.

Hadi (2010) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan pisang dan mangga Indonesia ke negara tujuan dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif menjelaskan potensi ekonomi negara

23 tujuan pada masa yang akan datang dari perdagangan pisang dan mangga sedangkan metode kuantitatif menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kedua komoditas tersebut menggunakan Gravity Model dengan variabel-variabel penariknya antara lain pendapatan per kapita negara tujuan, populasi, jarak antar negara, nilai tukar, harga ekspor komoditi di negara tujuan ekspor, dan ekspor komoditi ke negara tujuan satu tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil perhitungan Chow Test, maka metode yang sesuai dalam Gravity Model aliran perdagangan pisang Indonesia ke negara tujuan ini adalah Metode Pooled Least Square. Secara keseluruhan metode tersebut telah memenuhi pengujian asumsi model, yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Berdasarkan hasil analisis aliran perdagangan pisang Indonesia, diperoleh R2 sebesar 93,73 persen. Berdasarkan uji t, diperoleh variabel yang nyata pada taraf lima persen, yaitu harga pisang Indonesia di negara tujuan (Pj) dan volume ekspor pisang dari Indonesia ke negara tujuan satu tahun sebelumnya (Xij-1). Variabel yang nyata pada taraf sepuluh persen yaitu pendapatan per kapita negara tujuan (Yj). Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu populasi negara tujuan (Nj), jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan (Dij) dan nilai tukar mata negara tujuan terhadap Dollar Amerika (ERj).

Berdasarkan sintesis dari penelitian-penelitian terdahulu diatas, dapat disimpulkan bahwa metode Pooled Least Square dan Fixed Effect Model adalah metode yang paling sering digunakan baik berdasarkan kriteria uji maupun dari penarikan kesimpulan berbasiskan jenis data. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata dari penelitian-penelitian tersebut meliputi GDP, kesamaan ukuran perekonomian, nilai tukar, populasi, harga dan pendapatan per kapita juga variabel non ekonomi seperti keanggotaan dalam AFTA dan jarak. Sehingga dalam penelitian ini akan dititik beratkan pada analisis variabel-variabel yang berpengaruh nyata diatas. Adapun ringkasan secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 8.

24

Tabel 8. Ringkasan Penelitian Terdahulu

Judul (Penulis, Tahun)

'( ) &

# * +,,-$

Ringkasan :

a. Model yang digunakan adalah Fixed Effect model. b. Tanda koefisien dan signifikansinya :

- GDP dari negara eksportir (Yi) dan importir (Yj) mempunyai hubungan positif. - variabel jarak berpengaruh negatif terhadap perdagangan bilateral.

- variabel kesamaan ukuran perekonomian berpengaruh positif. - variabel populasi mitra dagang mempunyai koefisien positif. - keanggotaan dalam area perdagangan bebas tidak berpengaruh.

+( ) &

# * +,,.$

Ringkasan :

a. Model yang digunakan adalah Fixed Effect model. b. Tanda koefisien dan signifikansinya :

- Pendapatan, Kesamaan ukuran perekonomian, Kesamaan keanggotaan APEC, dan koloni wilayah jajahan berpengaruh positif dan signifikan.

- variabel total populasi, kesamaan keanggotaan dalam AFTA dan variabel batas wilayah berpengaruh negatif dan signifikan.

c. Kondisi over trade antara lain, Australia, Amerika, Korea, Malaysia, Singapura, Jerman, belanda dan India.

d. Kondisi under trade dicapai pada negara Jepang dan China.

/( & & % & ) 0 1 1 )

#2 & $( #2 * +,,3$

Ringkasan :

a. Model yang digunakan adalah Pooled Least Square. b. Tanda koefisien dan signifikansinya :

- ekspor kakao : populasi negara pengimpor (POPi), populasi negara pengekspor (POPj) berkorelasi positif dan signifikan.

- ekspor kakao : GDP negara pengekspor (GDPj), nilai tukar (ER) juga jarak memiliki pengaruh negatif dan signifikan.

- ekspor CPO : variabel GDP negara pengekspor dan pengimpor, populasi negara pengekspor dan pengimpor serta jarak berpengaruh signifikan.

4( 5 & 67 & 1

& 8 9 #: * +,,3$

a. Model yang digunakan adalah Pooled Least Square.

b. Tanda koefisien dan signifikansinya :

- harga pisang Indonesia di negara tujuan (Pj) dan volume ekspor pisang dari Indonesia ke negara tujuan satu tahun sebelumnya (Xij-1) berpengaruh signifikan (5%) dan pendapatan per kapita negara tujuan (Yj) (10%).

25

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Arti Perdagangan Internasinal

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Menurut Tambunan (2005), perdagangan internasional adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan transaksi jual beli barang dan jasa antara satu negara dengan negara yang lainnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

Adapun penyebab timbulnya perdagangan internasional antara lain perbedaan barang yang diproduksi, perbedaan kepemilikan faktor produksi, kelebihan dan kekurangan hasil produksi, perbedaan harga hasil produksi, dan perbedaan selera. Perdagangan internasional berbeda dengan perdagangan dalam negeri karena :

1. Perdagangan internasional membutuhkan jenis mata uang yang berbeda-beda. 2. Tata cara transaksi jual beli dalam perdagangan internasional memakan waktu

lama.

3. Cara pembayaran dalam perdagangan internasional relatif rumit dan berisiko tinggi.

4. Perbedaan kebijakan yang diterapkan dalam pelaksanaan perdagangan internasional.

3.1.2. Teori Keunggulan Absolut

Teori keunggulan absolut yang diperkenalkan pertama kali oleh Adam Smith sering disebut juga sebagai teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut (absolute advantage) dan tidak memproduksi atau melakukan impor jenis barang lain dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan

26 absolut (absolute disadventage) terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis. Teori ini menyatakan bahwa tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tambunan 2005).

3.1.3. Teori Keunggulan Komparatif

Kemunculan teori keunggulan komparatif dari J.S Mill dan David Ricardo dianggap sebagai kritik dan penyempurna teori keunggulan absolut dari Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan internasional antar dua negara akan terjadi jika kedua negara itu memperoleh gains from trade dari masing-masing keunggulan absolut yang mereka miliki. Menurut Tambunan (2005), J.S Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) terbesar dan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage). Sedangkan David Ricardo mengemukakan bahwa perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar pemikiran kedua tokoh ini pada prinsipnya tidak berbeda satu sama lain.

3.1.4. 7 (ToT)

ToT adalah harga relatif ekspor terhadap harga impor, atau rasio antara indeks harga X terhadap indeks harga M. Adapun secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

……… (3.1) dimana :

harga relatif ekspor harga impor

ToT terbentuk pada saat terjadi keseimbangan didalam perdagangan antara kedua negara, atau pasar internasional dalam kondisi ekuilibrium. Adapun ilustrasi ToT dapat dilihat pada Gambar 7.

27 Keterangan : 1 (Pasar Y di Indonesia), 2 (Pasar Y di AS), 3 (Pasar Y dunia)

Gambar 7. Harga Relatif Ekulibrium Y di Pasar Internasional (Analisis Ekuilibrium Parsial)

Sumber : Salvatore (1997)

Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 7, misalnya untuk barang Y, pada saat pasar domestik di Indonesia seimbang (internal equilibrium), yaitu pada titik Ey,RI dimana kurva permintaan(D) berpotongan dengan kurva penawaran (S) sebelum ada impor Y. Pada saat harga Y di pasar dunia lebih rendah dibandingkan harga Y di pasar Indonesia, (Py)Indonesia < (Py)dunia, permintaan Y dipasar domestik meningkat, sedangkan suplainya berkurang. Garis lurus A adalah excess demand di pasar Indonesia = jumlah impor Indonesia = excess supply di pasar AS = jumlah ekspor AS.

3.1.5. Teori H-O

Teori (H-O) yang dikembangkan oleh Heckser dan Ohlin (1997) disebut juga teori proporsi faktor (faktor proportion) atau teori ketersediaan faktor (faktor endowment). Dasar pemikiran dari munculnya teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena opportunity costs yang berbeda diantara kedua negara. Menurut teori H-O, suatu negara akan mengkhususkan dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input utamanya relatif sangat banyak di negara tersebut, dan impor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut. Dalam kasus perdagangan Indonesia, artinya negara tersebut akan melakukan ekspor produk-produk yang padat karya atau padat bahan-bahan baku yang berlimpah didalam negeri, seperti minyak, batu bara, dan komoditas- komoditas pertanian (Tambunan 2005).

Ey dunia (Py)A (Py)duni (Py)IN Ey AS Ey RI impor Indonesia ekspor AS S D P To P A A 1 2 3

28

3.1.6. Perekonomian Terbuka

Sebagian besar perekonomian dunia adalah perekonomian terbuka yaitu mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri, serta meminjam dan member pinjaman pada pasar modal dunia. Pemahaman akan sistem perekonomian terbuka dimulai dengan memahami variabel-variabel penting makroekonomi yang mengukur interaksi antar negara serta membahas harga dimana sebuah negara melakukan pertukaran di pasar dunia.

a. Arus Barang Internasional (Peran Ekspor Neto)

Perbedaan makroekonomi yang terpenting antara perekonomian terbuka dan perekonomian tertutup adalah bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yang mereka hasilkan dari memproduksi barang dan jasa. Suatu negara dapat melakukan pengeluaran lebih banyak daripada produksinya dengan meminjam dari luar negeri, atau dapat melakukan pengeluaran lebih kecil daripada produksinya dan memberi pinjaman pada negara lain. Perhitungan pendapatan nasional untuk memudahkan memahani pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :

Menurut Mankiw (2000), dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual untuk domestik dan sebagian diekspor ke luar negeri sehingga dapat dipilah pengeluaran atas output pada perekonomian terbuka (Y) seperti yang ditunjukkan dalam identitas berikut ini :

……… (3.2) dimana :

= konsumsi barang dan jasa domestik, = investasi dalam barang dan jasa domestik,

= pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik, = ekspor barang dan jasa domestik.

Jumlah dari tiga komponen pertama, Cd + Id + Gd, adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa domestik. Komponen keempat, EX, adalah pengeluaran luar negeri atas barang dan jasa domestik.

29 Pengeluaran domestik atas seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik untuk barang dan jasa domestik serta barang dan jasa mancanegara. Sehingga konsumsi total C sama dengan konsumsi barang dan jasa domestik Cd ditambah konsumsi barang dan jasa mancanegara Cf, investasi total I sama dengan investasi investasi dalam barang dan jasa domestik Id ditambah investasi dalam barang dan jasa mancanegara If, dan belanja pemerintah total G sama dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa domestik Gd ditambah belanja pemerintah atas barang dan jasa mancanegara Gf. Dengan demikian diperoleh :

………... (3.3) ……….. (3.4) ……….. (3.5) Substitusi tiga persamaan tersebut kedalam identitas pengeluaran total diatas adalah sebagai berikut :

……….. (3.6) Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + If + Gf) adalah pengeluaran untuk impor (IM). Sehingga dapat dituliskan identitas perhitungan pendapatan nasional diatas menjadi :

……….. (3.7) Persamaan tersebut menyatakan bahwa pengeluaran atas output domestik adalah jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto. Identitas perhitungan pendapatan nasional menunjukkan hubungan antara output domestik, pengeluaran domestik, dan ekspor neto.

b. Kurs

Pengkajian dengan mempertimbangkan harga-harga yang berlaku dalam transaksi internasional merupakan hal penting lainnya dalam pembahasan

30 perekonomian terbuka. Kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan kurs menjadi yaitu kurs nominal dan kurs riil.

Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain sehingga sering disebut terms of trade. Adapun secara umum perhitungan kurs riil dapat dilihat dibawah ini (Mankiw 2000) :

! ………... (3.8)

dimana : = kurs riil,

= kurs nominal,

= tingkat harga di negara A,

! = tingkat harga di negara B.

Pengaruh kurs riil terhadap kondisi makroekonomi diidentifikasi dari persamaan antara kurs riil dengan harga relatif barang domestik dan barang luar negeri yang akan mempengaruhi permintaan terhadap barang tersebut. Jika kurs riil rendah dalam hal ini karena barang-barang domestik relatif lebih murah, maka penduduk domestik hanya akan membeli sedikit barang impor. Sehingga untuk alasan yang sama, orang-orang asing akan membeli beraneka macam produk domestik. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan ekspor netto. Sebaliknya jika terjadi kurs riil tinggi karena barang-barang domestik relatif lebih mahal terhadap barang-barang luar negeri, maka penduduk domestik berkeinginan membeli banyak barang impor, dan orang-orang asing akan membeli sedikit barang domestik. Dengan demikian jumlah ekspor netto menjadi rendah.

3.1.7. Model Gravitasi ( )

Menurut Lineman (Lapipi 2005) dalam Yanuari (2007), Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis efek integrasi ekonomi

31 terhadap perdagangan dan merupakan satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Penamaan Gravity Model didasarkan pada penggunaan suatu perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton, dimana interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing- masing. Dalam konteks perdagangan model ini menyatakan bahwa intensitas perdagangan antara negara-negara akan berhubungan secara positif dengan pendapatan nasional masing-masing negara dan berhubungan terbalik dengan jarak diantara keduanya. Sehingga dengan kata lain Gravity Model dapat menjelaskan aliran perdagangan internasional dengan baik yang mana aliran perdagangan bilateral merupakan fungsi loglinear dari pendapatan dan jarak8.

Gravity Model banyak digunakan untuk menganalisis isu-isu dalam ekonomi regional dan lokasi dengan kesuksesan secara empiris karena menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan dibandingkan model-model yang lebih teoritis yang hanya memprediksi secara penuh spesialisasi suatu negara dalam memproduksi suatu komoditas-komoditas dan secara langsung tidak memasukan faktor-faktor pendukungnya seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara. Secara ekonometri Gravity Model terbukti menjadi kuat secara empiris dengan memasukan faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan dalam versi lebih besar dari model ini.

Gravity Model pertama kali digunakan untuk aliran perdagangan internasional oleh Tinbergen (1962) yang selanjutnya diikuti oleh banyak peneliti. Model ini kemudian diestimasi untuk banyak negara, periode waktu dan tingkat disagregasi. Leamer dan levinson (1995) dalam Yuniarti (2007) menemukan beberapa penemuan empiris yang jelas dan kuat dalam ilmu ekonomi. Sebaliknya ada pula yang menyatakan bahwa kesuksesan secara empiris pada Gravity Model tidak membuatnya populer dan diterima secara umum karena model tersebut dinyatakan sama sekali ad hoc atau tidak ada teori yang melandasinya. Namun beberapa tahun terakhir telah dilakukan pembaharuan yang menarik kedalam teori dari Gravity Model.

8

Feenstra, R.C., J.A. Markusen, A.K Rose. 1998. Understanding The Home Market Effect and

32 Pada Gravity Model, aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh tiga kelompok variabel yaitu (Tarigan, 2005) :

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor. 2. Variebel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar

negara pengekspor dan negara pengimpor.

Konsep gravitasi dalam bentuk persamaan yang paling umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

"# $%&

'% ()

&(* ……….. (3.9)

dimana :

Iij = taksiran tingkat interaksi antara wilayah I dengan j Ai, Aj = besarnya daya tarik wilayah i dan j

dij = ukuran jarak antar wilayah i dan j k = konstanta

a, b, c = parameter dugaan

Interaksi antara i dan j (Iij) menginterpretasikan nilai dari aliran perdagangan suatu komoditas dari wilayah i ke wilayah j yang meliputi arus perdagangan keseluruhan wilayah dalam satu negara tersebut juga penerapannya pada perdagangan antar negara seperti dalam WTO, ASEAN, APEC, EU. Pada umumnya variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur daya tarik wilayah (A) meliputi, jumlah penduduk, Produk Domestik Bruto, nilai tukar, harga komoditas yang diperdagangkan dan variabel jarak (dij) yang diukur melalui pendekatan biaya transportasi.

1. GDP ( & ; )

Gross Domestik Product (GDP) adalah ukuran kapasitas untuk memproduksi komoditi ekspor negara tersebut. GDP merupakan pendapatan total nasional pada output barang dan jasa. Lipsey (1995) menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa suatu negra yang dinyatakan sebagai produksi nasioanal dan nilai total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan atau dengan kata lain produk nasional

33 sama dengan pendapatan nasional. Produk atau pendapatan nasional ini juga dapat diukur dalam bentuk pendapatan nasional bruto PNB atau PDB. GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi dan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian (Mankiw, 2000).

GDP menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana semakin besar GDP yang dihasilkan oleh suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut atau sering disebut absortive capacity. Sedangkan bagi negara eksportir, GDP akan menentukan jumlah produksi komoditi ekspor (product capacity).

2. Populasi

Pertambahan populasi dapat mempengaruhi ekspor melalui dua sisi yaitu, penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi dapat diartikan penambahan tenaga kerja untuk melakukan produksi komoditi ekpor. Pertumbuhan dari sisi permintaan, akan menyebabkan bertambah besarnya permintaan domestik (Salvatore, 1997).

3. Jarak

Variabel jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor (Salvatore, 1997). Jarak tersebut mengurangi aliran perdagangan yang diwakilkan oleh biaya transportasi. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi, dan semakin rendah aliran perdagangan dari suatu produk tertentu.

4. Kurs ( <=1 )

Kurs diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Kurs terbagi menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Jika mengacu pada kurs di antara dua negara, maka biasanya menggunakan kurs nominal (Mankiw 2000).

Menurut Mankiw (2000), jika kurs riil rendah atau terjadi depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing yang mengakibatkan barang-barang

Dokumen terkait