• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

7. Hubungan Auditor Switching, Audit Report Lag, Reputasi Auditor, Opini Auditor, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Publik

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 merupakan realisasi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara. Tujuan dibentuknya MEA adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN.Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut yakni berupa aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dan mampu meningkatkan aspek pengelolaan yang baik dengan mengedepankan etika dalam setiap kegiatan bisnis dan usaha yang dijalankan, terutama melalui implementasi prinsip akuntabilitas dan transparansi. Dengan demikian tercipta suatu kepercayaan dan rasa aman bagi para pemodal dalam mengeluarkan dana atau investasinya terhadap perusahaan dalam negeri.

Laporan keuangan adalah salah satu informasi yang berperan penting dalam bisnis investasi di pasar modal. Laporan Keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen atas sumber daya terhadap pihak internal dan eksternal perusahaan. Harahap (2011) menjelaskan bahwa“laporan keuangan adalah pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan

suatu perusahaan mencapai tujuannya”. Laporan keuangan menjadi sumber informasi bisnis yang sangat diperlukan untuk mengambil berbagai keputusan bisnis oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.Objektif dari laporan keuangan yaitu memberikan informasi mengenai posisi, kinerja keuangan dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi setiap lapisan pengguna dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi (Ankarath, dkk, 2012:16). Acuan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan adalah jika laporan keuangan memiliki informasi yang berkualitas. Kualitas utama yang harus dimiliki suatu informasi adalah relevansi dan reliabilitas.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2, untuk menjadi relevan, informasi harus memiliki nilai prediksi dan umpan balik, dan pada saat yang sama harus disampaikan dengan tepat waktu.Tepat waktu berarti informasi keuangan tersebut dapat digunakan pemakainya dalam mempengaruhi suatu keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya (Ahmed Riahi dan Belkaoui, 2000: 147). Pelaporan yang tepat waktu akan meningkatkan pengambilan keputusandanmengurangiasimetri informasi di pasar-pasar (Owusuh Ansah dan Leventis,2006).

Owusu Ansah (2006) menjelaskan bahwa,

Ketepatan waktu informasi akuntansi telah menjadi isu penting sekarang daripada sebelumnya sebagai akibat dari perubahan fenomenal dalam teknologi modern dan praktek bisnis di seluruh dunia.Akibatnya, sebagian besar badan-badan profesional dan peraturan pasar modal telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi keterlambatan dalam rilis laporan keuangan.

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 tahun 1995

tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996 bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib melaporkan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan mengumumkan kepada masyarakat untuk memenuhi prinsip pelaporan dan keterbukaan informasi.

Pembaharuan peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan telah dilakukan oleh Bapepam guna menyempurnakan peraturan tersebut. Perubahan tersebut terjadi pada tahun 2003 dengan dikeluarkannya keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, kemudian pada tahun 2006 diperbaharui melalui Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik, di tahun 2007 dikeluarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-40/BL/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di Negara Lain ; dan penyempurnaan peraturan yang terbaru dilakukan pada tanggal 5 Juli 2011 dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan berkala emiten atau perusahaan publik. Peraturan ini menyatakan bahwa laporan keuangan berkala harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam

LK paling lama 3 bulan setelah tahun buku berakhir atau 90 hari setelah tutup buku.

Perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa

Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), dan bila keterlambatan lebih dari 500 hari akan dihapus dari bursa.

Bursa Efek Indonesia menyatakan ada 52 emiten yang hingga 1 April 2013 belum menyampaikan laporan keuangan auditan yang berakhir 31 Desember 2012. BEI juga menginformasikan ada sebanyak 408 emiten dan reksa dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menyampaikan laporan keuangan tepat

wakt

Desember 2013, BEI telah mengenakan peringatan tertulis I kepada 49 emiten

yang dinyatakan terlambat menyampaikannya

Tahun 2014, Bursa Efek Indonesia melaporkan ada 52 emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan audit per Desember 2014 dari total perusahaan

tercatat sebanyak 547 emiten (

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa peraturan dan sanksinya tidak dapat menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu disetiap periodenya.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perlu diperhatikan seperti faktor yang berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan yakni auditor switching,audit report lag, reputasi auditor, opini auditor, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik.

Isu independensi sering digunakan sebagai alasan untuk melakukan penggantian auditor. Pergantian auditor ini dapat terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang membatasi pemberian jasa audit atau akibat adanya ketidaksepakatan/ketidakpuasan klien terhadap auditor yang menangani hasil laporan keuangan perusahaan terkait. Pergantian auditor ini tentunya akan berpengaruh dalam hal ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan karena banyaknya prosedur yang akan ditempuh oleh auditor baru, maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan audit. Hal ini sesuai dengan penelitian Kosasih (2015), Schwartz dan Soo (1996) yang menyatakan bahwa terjadinya pergantian auditor menyebabkan pelaporan keuangan lebih lama. Namun dalam penelitian Marla (2013) dan Mareta (2015) ditemukan bahwa auditor switching tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Opini audit memberikan gambaran tentang kondisi suatu perusahaan dari pihak yang independen sehingga laporan auditor menjadi laporan yang dinantikan para investor. Perusahaan yang mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dari auditor untuk laporan keuangannya cenderung akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan berita baik dari auditor. Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian Astuti (2007) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ/BEI, Daoud, dkk (2014) pada perusahaan di Yordania dan penelitian Mareta (2015) pada perusahaan yang terdaftar di BEI, bahwa opini audit berpengaruh secara signfikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian Marla (2013) dan Dinita (2011) yang menyimpulkan bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan.

Kepemilikan publik merupakan kepemilikan masyarakat umum (bukan institusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik. Kepemilikan saham publik diukur dengan jumlah rasio saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham perusahaan. Adanya pihak luar dalam hal ini adalah masyarakat publik yang memiliki saham di dalam perusahaan mengharuskan pihak manajemen perusahaan mengungkapkan informasi keuangan dengan segera karena pihak luar membutuhkan informasi finansial berupa laporan keuangan untuk pengambilan keputusan investasi mereka. Dengan demikian, perusahaan dengan proporsi kepemilikan publik yang besar cenderung tepat waktu dalam pelaporan keuangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Sembiring (2011) dan Sulistyo (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan publik berpengaruh secara signifikan terhadap pelaporan keuangan. Akan tetapi, dalam penelitian Suriyati (2013) kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu menjadi motivasi bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mereplikasi

beberapa penelitian terdahulu. Variabel independen yang peneliti gunakan yakni Auditor Switching, Audit Report Lag, Reputasi Auditor, Opini Auditor, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Publik dengan masa penelitian dan objek penelitian yang berbeda.

Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011, 2012, 2013 dan 2014. Alasan peneliti menggunakan perusahaan publik kategori manufaktur berdasarkan pada pertimbangan homogenitas aktivitas produksi perusahaan manufaktur dan kelompok industri ini yang relatif besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain yang juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga mendominasi bursa dan mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan bursa saham.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan tahun penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, apakah setiap variabel yang disimpulkan berpengaruh atau tidak berpengaruh. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ Pengaruh Auditor Switching, Audit Report Lag, Reputasi Auditor, Opini Auditor, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Publik terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI periode 2011-2014 ”

Dokumen terkait