• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Ketepatan waktu (timeliness) Penyampaian Laporan Keuangan

Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang akan mempengaruhi pemakai informasi dan membuat prediksi dan keputusan. Selanjutnya ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajemen dalam merespon setiap kejadian dan permasalahan. Apabila informasi itu tidak

disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan.

Ketepatan waktu tidak menjamin relevansinya, tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan. Akumulasi, peringkasan dan penyajian selanjutnya atas informasi akuntansi harus dilakukan secepat mungkin untuk menjamin tersedianya informasi sekarang di tangan pemakai. Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan harus disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang pada gilirannya mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.

Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan.

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin butuh menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi yang andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, pelaporan dilakukan sebelum seluruh transaksi atau peristiwa lainnya diketahui sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, apabila pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal, tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Jadi, supaya tercipta

keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (Harahap, 2008).

Pelaporan yang tepat waktu memberikan kontribusi untuk kinerja yang efisien dan cepat pada pasar modal dalam fungsi penetapan harga dan evaluasinya. Ketepatan waktu penyampaian informasi terkini bagi penggunanya dan menyiratkan bahwa laporan keuangan harus di sampaikan sesering mungkin, sehingga akan mengungkap perubahan situasi dalam perusahaan yang mungkin berdampak pada prediksi dan keputusan informasi.

Ketepatan waktu pelaporan keuangan dilandasi oleh teori kepatuhan dan teori agensi. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor : KEP-346/BL/2011 bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib melaporkan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan mengumumkan kepada masyarakat untuk memenuhi prinsip pelaporan dan keterbukaan informasi. Peraturan ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam paling lama 3 bulan setelah tahun buku berakhir atau 90 hari.

Keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa

“Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), dan bila keterlambatan lebih dari 500 hari akan dihapus dari bursa”.

Menurut Tyler (Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Dalam hal penyampaian laporan keuangan ke publik, perspektif instrumental menggambarkan bahwa insentif yang diperoleh perusahaan bila menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu yaitu respon baik publik terhadap perusahaan itu sendiri, dan sebaliknya. Sedangkan untuk perspektif yang kedua, seorang individu cenderung untuk mematuhi ketentuan dalam hal ini ketepatan waktu pelaporan keuangan karena dianggap sebagai suatu keharusan (normative commitment through morality) dan karena otoritas penyusun ketentuan tersebut (dalam hal ini adalah Bapepam) mendikte perilaku untuk melaporkan keuangannya tepat pada waktu yang telah ditentukan (normative commitment through legitimacy).

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak kerja sama (nexus of contract) yang mana satu atau lebih principal menggunakan orang lain atau agent untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Di dalam teori ini, principal adalah pemegang saham/pemilik/investor, sedangkan

agent adalah manajer atau manajemen yang mengelola perusahaan. Menurut Dinita (2011), principal disebut sebagai pihak yang mengevaluasi informasi yang disajikan oleh agen yang bertanggung jawab sebagai pihak yang mengambil keputusan. Teori agensi menjelaskan berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara pemegang saham dengan manajer, kreditur dengan manajer, atau antara pemegang saham, kreditur dan manajer yang disebabkan adanya hubungan keagenan.

Pihak manajemen perusahaan sebagai pengelola perusahaan mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang lebih banyak dibandingkan pemilik/pemegang saham. Oleh karena itu, pihak manajemen berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi dalam laporan keuangan secara tepat waktu. Laporan keuangan digunakan oleh pihak yang berkepentingan yaitu terutama pengguna eksternal yang tingkat ketergantungan terhadap informasi akuntansi sangat besar sebagai dasar mengambil keputusan. Situasi ini akan memicu timbulnya asimetri informasi, yaitu suatu kondisi dimana pihak manajemen perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding dengan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Sulistyo (2010) menyatakan bahwa laporan keuangan yang disampaikan dengan tepat waktu akan dapat mengurangi asimetri informasi tersebut.

2.4Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Dokumen terkait