• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

2.4.1 Pergantian Auditor (Auditor Switching)

Auditor Switchingmerupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Auditor switching dapat dikategorikan bersifat wajib (mandatory) maupun sukarela (voluntary). Pergantian auditor secara mandatory terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang membatasi pemberian jasa audit yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang Jasa Akuntan Publik , dimana pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Hal ini didasarkan pada toeri kepatuhan. Menurut Baron dan Donn dalam Marla (2013) menyatakan bahwa ketaatan atau kepatuhan adalah suatu bentuk pengaruh sosial di mana satu atau lebih orang yang diperintahkan untuk melakukan sesuatu , dan mereka melakukannya. Perusahaan harus mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait pergantian auditor.Regulasi terkait dengan jasa akuntan publik di Indonesia diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997, kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.017/1999. Regulasi ini kemudian diubah kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002, di mana salah satu hal yang diatur dalam KMK ini adalah bahwa pemberian jasa audit umum atas

laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun. Regulasi ini kemudian disempurnakan kembali dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, di mana pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Isu independensi sering digunakan sebagai alasan untuk melakukan penggantian auditor. Di satu sisi, wajar jika independensi auditor diragukan jika ia memiliki tenure yang makin panjang pada satu klien. Walaupun ia bertugas atas nama pemegang saham, auditor bagaimanapun juga dipilih dan digaji oleh manajemen klien. Ketika hubungan tersebut makin panjang, maka dependensi finansial auditor terhadap klien akan makin besar juga. Semakin tinggi dependensi finansial ini, maka dikhawatirkan independensi auditor akan makin turun. Logika ini yang mendorong regulator untuk melarang auditor memiliki hubungan yang panjang dengan klien (Marla, 2012).

Auditor switching yang bersifat voluntary terjadi karena KAP yang tidak lagi sejalan dengan kepentingan manajemen perusahaan. Menurut Boynton, dkk (2002 : 271) , terdapat beberapa alasan pergantian auditor dalam penugasan baru, yaitu:

1. Perusahaan klien merupakan merger antara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda. 2. Kebutuhan akan adanya jasa profesional yang lebih luas.

3. Tidak puas terhadap Kantor Akuntan Publik lama. 4. Keinginan untuk mengurangi pendapatan audit. 5. Merger antara beberapa Kantor Akuntan Publik.

Pergantian auditor ini tentunya akan berpengaruh dalam hal ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Dengan banyaknya prosedur yang akan ditempuh oleh auditor baru, maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan audit, hal ini disebabkan karena auditor baru harus berkomunikasi mengenai kondisi perusahaan dengan auditor lama. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penundaan publikasi laporan keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

2.4.2 Audit Report Lag

Audit report lag didefenisikan sebagai periode waktu antara tanggal akhir tahun fiskal perusahaan dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit. Givoly dan Palmon (1982) menyatakan bahwa audit report lag berkaitan dengan isi dan relevansi informasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengumuman laba yang tidak terlepas dari upaya dalam menurunkan keterlambatan pelaporan.

Givoly dan Palmon (1982) menyatakan bahwa audit report lag berhubungan langsung dengan ketepatan waktu pengumuman laba perusahaan, dimana semakin panjang durasi audit report lag berakibat pada penundaan atas pengumuman informasi laba perusahaan kepada investor dan

penurunan efisiensi informasional pasar modal.Ini berarti bahwa semakin sedikit hari audit report lag maka semakin cepat perusahaan melakukan pelaporan keuangannya dan sebaliknya, jika semakin banyak hari audit report lag maka perusahaan cenderung terlambat dalam melaporkan keuangan mereka.

2.4.3 Reputasi Auditor

Akuntan publik dalam perannya sebagai auditor eksternal atau auditor independen bertugas untuk memeriksa laporan keuangan dan bertanggung jawab atas opini yang diberikannya atas kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor eksternal berperan penting untuk memastikan kualitas dan keandalan laporan keuangan. Auditor mengkomunikasikan hasil pekerjaan auditnya dalam laporan audit. Laporan audit tersebut digabungkan dengan laporan keuangan dalam laporan tahunan dan dipublikasikan.

Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan, perusahaan menggunakan jasa auditor melalui KAP yang mempunyai reputasi atau nama yang baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Anggota the Big Four sesuai urutan berdasarkan jumlah penghasilan dan sumber daya adalah:

1. Price Water House Cooper 2. Deloitte

3. Ernst & Young 4. KPMG

Adapun KAP di Indonesia yang telah berafiliasi dengan KAP Big Four:

1. KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (Ernst & Young) 2. KAP Osman Bing Satrio (Deloitte & Touche Tohmatsu) 3. KAP Siddarta Siddharta Widjaja (KPMG Peat Marwick)

4. KAP Drs Haryanto Sahari dan KAP Tanudiredja, Wibisana (Price Waterhouse Coopers)

Menurut Afify (2009) dalam Shukeri dan Islam (2012) KAP besar memiliki motivasi yang lebih besar untuk menyelesaikan pekerjaan audit mereka tepat waktu untuk mempertahankan reputasi dan nama KAP.KAP besar biasanya memiliki tim audit yang lebih efisien karena mereka memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk melakukan pelatihan bagi staf mereka, dan menggunakan teknologi audit yang lebih baik sehingga semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit (Owunsu Ansah and Leventis, 2006).

Dengan demikian perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

2.4.4 Opini Audit

Tanggung jawab auditor adalah mengaudit laporan keuangan klien serta mengumpulkan bukti yang kompeten dan mencukupi untuk memberikan opini tentang laporan keuangan klien. Guy, dkk (2002) menyatakan bahwa akhir dari audit laporan keuangan adalah pada saat auditor mengkomunikasikan hasil temuannya kepada pengguna melalui laporan auditor yang menyatakan opini auditor atas laporan keuangan klien.

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508) ada lima jenis opini audit, yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion)

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified opinion with explanatory language)

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion) 4. Pendapat tidak wajar (Adverse opinion)

5. Pernyataan tidak memberukan pendapat (Disclaimer opinion)

Awaluddin (2012) menyimpulkan bahwa dalam perspektif informasi, opini audit memberikan gambaran tentang kondisi suatu perusahaan dari pihak yang independen sehingga laporan auditor menjadi laporan yang dinantikan para investor. Perusahaan yang menerima pendapat wajar tanpa pengecualian dikatakan memiliki system pengendalian internal dan manajemen yang tepat, dengan demikian mengurangi waktu dari proses dan prosedur audit (Soltani, 2002 dalam Shukeri et.al,2012). Perusahaan yang mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dari auditor untuk laporan keuangannya cenderung akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan berita baik dari auditor.

Shukeri et al. (2012) berpendapat bahwa pendapat wajar dengan pengecualian tidak mungkin dikeluarkan sampai auditor telah menghabiskan cukup waktu dan usaha dalam melakukan tambahan proses audit sehingga meningkatkan keterlambatan audit.Perusahaan cenderung tidak akan tepat

waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya apabila menerima opini selain wajar tanpa pengecualian karena hal tersebut dianggap berita buruk.

2.4.5 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham dan pemilik perusahaan yang berasal dari pihak manajemen yang secara aktif ikut di dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Jensen dan Meckling (1976) menyimpulkan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan memotivasi manajer meningkatkan usaha-usaha untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal. Kesempatan manajer sebagai pemilik dapat mencegah kemungkinan munculnya masalah agency. Hal ini disebabkan karena manajer akan berusaha menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemilik lainnya serta leluasa menciptakan proses yang konsisten dengan kepentingan pemilik (Respati,2001). Usaha yang dilakukan manajer salah satunya adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta memperbaiki system pengendalian internal yang ada demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Manajemen dengan kinerja yang baik tidak akan menunda pelaporan keuangan perusahaan dan mampu menyampaikan pelaporan keuangannya secara tepat waktu untuk meningkatkan nilai positif perusahaan. 2.4.6 Kepemilikan Publik

Kepemilikan publik merupakan kepemilikan masyarakat umum (bukan institusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik. Kepemilikan saham publik diukur dengan jumlah rasio saham yang dimiliki masyarakat dengan total saham perusahaan.

Kepemilikan saham oleh pihak luar mempunyai kekuatan untuk menuntut dan mewajibkan informasi keuangan dengan segera karena pihak luar membutuhkan informasi finansial berupa laporan keuangan untuk pengambilan keputusan investasi mereka (Astuti, 2007). Pemegang saham berhak atas informasi tentang tingkat pengembaliaan atas investasi mereka sehingga mereka dapat memutuskan tindakan, apakah membeli atau menjual saham. Melalui laporan keuangan, pemegang saham juga dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Laporan keuangan juga mencerminkan perkembangan dan kondisi perusahaan.

Proporsi kepemilikan saham oleh publik yang besar dalam suatu perusahaan akan memberikan pengungkapan informasi yang lebih baik dan cenderung tepat waktu dalam pelaporannya. Dengan adanya pengawasan dari pihak luar, manajemen dituntut untuk menunjukkan performa yang baik dalam mengelola perusahaan. Salah satunya adalah dengan memberikan informasi perkembangan dan kondisi perusahaan secara tepat waktu dan relevan. Dengan demikian, perusahaan dengan proporsi kepemilikan publik yang besar cenderung tepat waktu dalam pelaporan keuangannya.

Dokumen terkait