• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TUJUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.6. Good Corporate Governance

2.1.6.1. Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan

lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kempentingan tertentu.

Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemenAdanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan (Arif, 2006)..

Komisaris (dalam jumlah jamak disebut dewan komisaris) adalah sekelompok orang yang dipilih atau ditunjuk untuk mengawasi kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Di negara-negara Barat, dewan ini disebut board of directors atau board of managers, board of regents, dan board of trustees.

Di negara-negara Eropa dan Asia, biasanya ada dua dewan; dewan eksekutif, yang bertugas menjalankan kegiatan bisnis sehari-hari, dan dewan pengawasyang bertugas mengawasi dewan eksekutif. Dewan pengawas biasanya dipilih oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan. Di Indonesia, istilah dewan direksi memiliki makna yang berbeda dari board of directors tergantung dari istilah yang digunakan. Umumnya, di Indonesia dewan direksi adalah dewan eksekutif, sedangkan di negara barat, board of directors adalah dewan pengawas. Sebagai contoh, di Bank OCBC NISP, dewan pengawas dinamakan dewan komisaris, sedangkan dewan eksekutif dinamakan dewan direksi. Namun, Pertamina menggunakan istilah board of

commissioners (sebagai pengawas) dan board of directors (sebagai eksekutif). Untuk keperluan artikel ini, istilah yang akan digunakan adalah dewan pengawas (biasanya disebut dewan komisaris) dan dewan eksekutif (biasanya disebut dewan direksi) untuk menghindari kekeliruan karena penggunaan istilah dewan direksi di Indonesia bisa mengacu ke salah satu fungsi dari kedua dewan tersebut. Di beberapa perusahaan di Amerika Serikat yang memiliki satu dewan saja, biasanya tugas dan tanggung jawab kedua dewan tersebut dijadikan satu dalam dewan direksi, yang beranggotakan direksi dalam (di Indonesia dinamakan komisaris) dan direksi luar (di Indonesia dinamakan komisaris independen).

Kegiatan dewan pengawas ditentukan oleh kekuasaan, tugas-tugas, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya oleh suatu otoritas yang berada diluarnya. Biasanya, hal-hal ini dijelaskan dalam anggaran dasar (AD) organisasi tersebut. Anggaran dasar biasanya juga menyebutkan jumlah anggota dewan, bagaimana mereka dipilih, dan kapan mereka mengadakan pertemuan.

Dalam organisasi yang anggotanya memiliki hak pilih (voting rights), dewan pengawas bergerak atas nama, dan tunduk kepada, quorum.

Quorumlah yang biasanya memilih anggota dewan pengawas. Dalam perusahaan terbuka (dengan saham), dewan dipilih oleh pemegang saham, dan dewan merupakan otoritas tertinggi dalam manajemen perusahaan.

Dalam sebuah perusahaan tanpa saham, tanpa anggota yang memiliki hak pilih, misalnya universitas di Amerika Serikat, dewan biasanya merupakan

kekuasaan tertinggi institusi tersebut; yang mana anggotanya terkadang dipilih oleh dewan itu sendiri.

Pada umumnya dewan pengawas memiliki tugas antara lain:

• Memerintah (to govern) organisasi dengan menetapkan kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan luas dari perusahaan tersebut

• Memilih, mengangkat, mendukung, dan menilai kinerja dewan eksekutif

• Memastikan keberadaan dan kecukupan sumber keuangan

• Mengesahkan anggaran tahunan

• Bertanggung jawab atas kinerja perusahaan kepada para anggota pemegang saham

• Menentukan gaji dan kompensasi mereka sendiri.

Komisaris sebuah organisasi adalah anggota dewan pengawasnya. Beberapa istilah spesifik digunakan untuk menjelaskan keberadaan atau ketiadaan hubungannya terhadap organisasi tersebut

Komisaris (atau komisaris dalam, inside director) adalah seorang komisaris yang juga merupakan seorang pegawai, petugas, pemegang saham utama, atau seseorang yang berhubungan dengan organisasi (perusahaan) tersebut. Komisaris dalam mewakili kepentingan dari para pemegang saham, dan terkadang memiliki pengetahuan yang dalam atas kinerja, keuangan, penguasaan pangsa pasar dari organisasi tersebut.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Komi-saris).

Komisaris luar (komisaris independen) adalah anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham. Sebagai contoh adalah seorang komisaris yang diangkat yang sedang atau pernah menjabat posisi presiden sebuah perusahaan dari sektor industri yang berbeda. Komisaris luar diangkat karena pengalamannya dianggap berguna bagi organisasi tersebut.

Mereka bisa mengawasi komisaris dalam dan mengawasi bagaimana organisasi tersebut dijalankan. Komisaris luar biasanya berguna dalam melerai sengketa antara komisaris dalam, atau antara pemegang saham dan dewan komisaris.

Komisaris luar dianggap berguna karena mereka bisa bersikap objektif dan memiliki resiko kecil dalam conflict of interest. Di sisi lain, komisaris luar mungkin kekurangan pengalaman dalam menangani masalah spesifik yang dihadapi oleh organisasi tersebut. (https://id.wikipedia.org/wiki/Komisaris)

2.1.6.1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain).

Investor institusional dapat meminta manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial dalam laporan tahunannya untuk transparansi kepada stakeholders untuk memperoleh legitimasi dan menaikkan nilai perusahaan melalui mekanisme pasar modal sehingga mempengaruhi harga saham perusahaan (Sumarto,2009)

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi internal. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan seperti memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi, serta memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et. al 2006). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah kepemilikan institusional. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan.

Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Pengaruh investor institusional terhadap manajemen

menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Sabrina, 2010). Hal ini disebabkan karena jika tingkat kepemilikan manajeral tinggi, dapat berdampak buruk terhadap perusahaan karena menimbulkan masalah pertahanan, yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, para manajer memiliki posisi yang kuat untuk melakukan suatu kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan para manajer tersebut.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Berdasarkan judul penelitian diatas yaitu pengaruh manajemen laba dan related party terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdapat pada BEI dengan komisaris independen dan kepemilikan institusional sebagai variabel moderating, sebelumnya pernah juga dilakukan beberapa peneliti lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) menunjukkan bahwa Earnings management berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dan koefesien earnings berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dalam model regresi yang mempertimbangkan variabel praktek Corporate Governance.

Penelitian Sinamo (2012) menunjukkan bahwa secara simultan kinerja keuangan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan begitu juga proporsi independen sebagai pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian oleh Sriwedari (2009) menunjukkan mekanisme Good Corporate Governance dalam hal kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, namun mekanisme komite audit

memberikan pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Manajemen laba berpengaruh negatif tetapi tidak siginifikan terhadap kinerja keuangan.

Penilitan Hasibuan (2011) menunjukkan bahwa Secara parsial transaksi pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan Manajemen laba juga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan untuk variabel moderasi yaitu Good Corporate Governance (Dewan komsiaris independen dan Komite Audit) signifikan merupakan variabel pemoderasi tetapi tidak sepenuhnya mampu memoderasi hubungan antara transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan manajemen laba terhadap kinerja keuangan.

Penelitian Derek dan Zhien (2010) menunjukkan bahwa Related Party Transaction dalam hal piutang dan hutang berpengaruh secara siginifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins Q, Return of Equity, Return on Assets, Market Value Added, Economic Value Added). Selain itu, Related party transaction dalam hal penjualan dan pembelian barang berpengaruh tidak sigifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins Q, Return of Equity, Return on Assets, Market Value Added, Economic Value Added).

Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu

NAMA PENELITI

JUDUL PENELITIAN

VARIABEL HASIL PENELITIAN

Vinola berpe-ngaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Dan koefisien earnings berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dalam model regresi yang memper-timbangkan variabel praktek

- Nilai Perusahaan Variabel Independen:

- Kinerja Keuangan - Good Corporate

Gorvernance

(ROE) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan Proporsi Komisaris Independen sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap nilai

- KInerja keuangan Variabel Independen:

- Kepemilikan Institu-sional - Kepemilikan Mana-jerial - Proporsi dewan Komisaris - Komite Audit

Mekanisme GCG, tidak

berpengaruh pada manajemen laba. Manajemen laba berpe-ngaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap kinerja - Hubungan Istimewa Dan

Manajemen Laba Variabel Moderating:

- GCG

Secara parsial manajemen laba berpengaruh signikan terhadap kinerja keuangan namun hubungan istimewa tidak siginikan mempengaruhi kinerja kuangan,

Secara simultan manajemen laba dan hubungan istimewa secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan.

Good Corporate Governance dapat memoderasi manajemen laba dan hubungan istimewa terhadap kinerja keuangan.

RPTs indicates a significantly impact on performance in the high-tech industries of Taiwan and China

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teoritis, maka variabel independen dalam penelitian ini adalah Manajemen laba, related party transaction, komisaris independen, kepentingan institusi, dan dependennya adalah nilai perusahaan. Dibawah ini saya gambarkan kerangka konsep dari variabel diatas:

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep menunjukan hubungan antara variable Independen dengan variable dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja Nilai perusahaan (Y) sedangkan variable independen terdiri dari Manajemen laba (X1) dan Related party transaction (X2), sedangkan variabel moderating dalam penelitian ini adalah komisaris independen (Z1) dan kepemilikan institusional

Manajemen laba (X1)

Related party transaction

(X2)

Nilai Perusahaan (Y)

Komisaris Independen (Z1)

Kepemilikan Institusional (Z2)

(Z2). Hubungan antara variabel independen terhadap dependen dan pemoderasi sebagai variabel penghubung adalah sebagai berikut:

a. Hubungan manajemen laba dengan Nilai perusahaan

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya (Ali, 2002)

Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan manajemen laba untuk meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya. Sloan (1996) menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen aliran kas apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai aktifitas manajemen laba memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini. Dengan nilai perusahaan yang baik meningkatkan kepercayan dari pemilik dan investor. Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu,

kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para investor, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan investor (Scott, 2006).

b. Hubungan Related Party Transaction dengan Nilai perusahaan

Related Party Transaction (RPT) merupakan transaksi sebuah perusahaan dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan khusus atau istimewa dengan perusahaan lainnya, seperti anak perusahaan atau perusahaan yang dimiliki oleh anggota dewan perusahaan. Jian dan Wong (2003) menyatakan, “pihak yang memiliki RPT menunjukkan kecenderungan opportunis. Dibuktikan dengan ditemukan tingginya tingkat penjualan dengan RPT, terutama antara pemilik dan anggota lain perusahaan dalam grup, ketika perusahaan memiliki insentif untuk memanipulasi data”. Dengan kata lain, transaksi penjualan dengan RPT digunakan untuk mempengaruhi nilai perusahaan. Disamping itu, pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal dalam perniagaan dan usaha. Misalnya, perusahaan seringkali melaksanakan kegiatannya secara terpisah-pisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi, memperoleh kepentingan dalam perusahaan lain - untuk tujuan investasi atau untuk alasan perniagaan - dalam proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi (investee). Dengan kata lain, transaksi RPT yang terkendali memberikan manfaat positif bagi kedua belah pihak dalam mengembangkan nilai perusahaannya. (PSAK 07, 2010).

c. Hubungan Komisaris Independen dengan Nilai perusahaan

Menurut Johnson et al (2000), semakin besar jumlah komisaris independen pada dewan komisaris, maka semakin baik mereka bisa memenuhi peran mereka didalam mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan para direktur eksekutif. Premis dari teori keagenan adalah bahwa komisaris independen dibutuhkan pada dewan komisaris untuk mengawasi dan mengontrol tindakan tindakan direksi, sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka. Komisaris independen memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengontrol dan menghadapi jaring insentif yang kompleks, yang berasal secara langsung dari tanggung jawab mereka sebagai direktur dan diperbesar oleh posisi equity mereka. Oleh karena itu, komisaris independen dianggap sebagai mekanisme pemeriksa dan penyeimbang didalam meningkatkan efektivitas dewan komisaris. Dengan semakin berfungsinya komisaris independen dalam mengawasi manajer, maka kepercayaan investor akan semakin besar akan kinerja yang akan diperoleh perusahaan.Dalam penelitian ini peneliti memasukkan variable moderasi yakni good corporate governance yang diproksikan dengan komisaris independen, dimana variabel ini dapat memperlemah atau memperlemah hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Suliyanto, 2011:205). Hubungan antara Variabel independen, variabel dependen, dan variabel moderasi adalah hubungan satu arah atau hubungan positif.

d. Hubungan Kepemilikan institusional dengan Nilai perusahaan

Selain komisaris independen yang di percaya untuk mengawasi perusahaan, Good Coorporate governance dimana kepemilikan institusional juga dapat digunakan dalam memonitor perusahaan.Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (Sukamulja, 2004).

Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Selain itu kepemilikan perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional dan kepemilikan individual atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Investor institusional diduga lebih mampuuntuk mencegah terjadinya manajemen laba dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih profesional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi. Semakin besar persentase saham yang dimiliki investor institusional akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost.

Nilai perusahaan dalam studi ini dibatasi pada nilai yang diberikan oleh pelaku pasar saham terhadap kinerja perusahaan. Nilai tersebut

merupakan apresiasi pasar saham jika harga saham di atas nilai buku per lembar saham. Sebaliknya nilai tersebut merupakan depresiasi pasar saham jika harga saham di bawah nilai buku per lembar saham. Dalam studi ini ukuran nilai perusahaan menggunakan nilai pasar dalam bentuk harga saham terhadap nilai buku saham. Harga saham perusahaan merupakan reaksi pasar terhadap keseluruhan kondisi perusahaan sebagai cerminan nilai perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk harga saham perusahaan.

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005).

Wardhani (2006) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan lebih tinggi apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh lembaga keuangan yang disponsori oleh bank. Hal ini menjelaskan bahwa bank, sebagai pemilik perusahaan, akan menjalankan fungsi monitoringnya dengan lebih baik dan investor percaya bahwa bank tidak akan melakukan ekspropriasi atas aset perusahaan. Selain itu, apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh perbankan maka apabila perusahaan tersebut menghadapi masalah keuangan maka perusahaan akan lebih mudah mendapatkan suntikan dana daribank tersebut.

Kepemilikan oleh bank akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangrutan. Namun, apabila struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisaris maka dewan tersebut justru

akan cenderung melakukan tindakan-tindakan ekspropriasi yang menguntungkannya secara pribadi. Oleh karena itu dengan kepemilikan perusahaaan dimiliki oleh direksi semakin meningkat maka keputusan yang diambil oleh direksi akan lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhanakan merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung mengalami penurunan.

Pizarro et al. (2006) dan Bjuggren et al. (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan dan kinerja perusahaan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga mampu memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerja.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang diuraikan maka hipotesis yang diajukan penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh negatif antara manajemen laba dan related party transaction terhadap nilai perusahaan baik secara parsial maupun simultan.

2. Terdapat pengaruh moderasi komisaris independen terhadap hubungan antara manajemen laba dan related party transaction dengan nilai perusahaan.

3. Terdapat pengaruh moderasi keputusan institusi terhadap hubungan antara manajemen laba dan related party transaction dengan nilai perusahaan.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian asosiatif causal dan menggunakan data kuantitatif. Penelitian asosiatif causal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder, dengan variabel independen yaitu manajemen laba dan related party transaction. Variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Sedangkan variabel moderating yaitu komisaris independen dan kepemilikan institusional.

4.2. Lokasi Penelitian dan jadwal penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data diambil dari website www.idx.co.id. Penelitian ini dilakukan terhadap laporan keuangan dengan kurun waktu mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan peneliti

adalah perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014 yang berjumlah 142 perusahaan dengan metode penentuan sampel yaitu metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014.

2. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan (annual report) secara berturut-turut.

3. Perusahaan memiliki catatan atas laporan keuangan related party dalam bentuk hutang dan piutang.

4. Perusahaan memiliki data mengenai komisaris independen, kepentingan institusional.

Dengan kriteria diatas, maka dari 142 jumlah perusahaan, peneliti mendapatkan 52 sampel perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah :

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria

NO Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan manfaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014

142 2 Sampel dikeluarkan karena tidak menerbitkan laporan

tahunan secara berturut-turut

(59) 3 Sampel dikeluarkan tidak memiliki catatan atas

laporan keuangan related party dalam bentuk hutang dan piutang

(28)

4 Sampel dikeluarkan karena tidak menampilkan data lengkap mengenai komisaris independen dan kepentingan institusional

(3)

Jumlah populasi yang masuk kriteria sampel 52 Jumlah observasi (52 Perusahaan x 3 Tahun) 156

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui penggunaan metode dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder diperoleh dengan mengunduh melalui situs website www.idx.co.id.

Data yang diambil berupa data laporan keuangan yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian.

4.5. Defenisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari variabel independen, dependen dan moderating.

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas, sedangkan variabel moderating merupakan variabel yang memberikan dampak memperkuat atau memperlemah dalam pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas, sedangkan variabel moderating merupakan variabel yang memberikan dampak memperkuat atau memperlemah dalam pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini

Dokumen terkait