• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial merupakan usaha yang terencana dan melembaga meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan Manusia, mencegah dan mengatasi permasalahan sosial, serta memperkuat Institusi-Institusi sosial, Pembangunan dalam Negara berkembang terutama di Indonesia yang pada umumnya masih memiliki permasalahan yang banyak dalam kegiatan pembangunannya, hal ini mendasari dengan keterbatasan infrastruktur yang dimiliki, dengan melihat potensi sumber daya modal dan sumber daya manusia yang masih rendah.

Pembangunan dalam suatu Negara akan mudah tercapai apabila infrastruktur yang diberikan oleh Pemerintah sudah memadai dan Masyarakat sudah dianggap mampu dari aspek kualitas sumber daya manusia untuk berpartisipasi dalam proses Pembangunan sehingga Pemerintah dan Masyarakat saling bersinergi dalam melakukan Pembangunan, akan tetapi hal tersebut faktanya di Indonesia tidak mendapat dukungan dari sumber daya manusia itu sendiri hal ini dapat dibuktikan dimana data Indeks Pembangunan Manusia masih rendah, hal ini dapat dilihat dari tabel seperti berikut :

Tabel 1.1

Komponen Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia Kota Serang Komponen Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Angka Harapan Hidup Tahun 67,22 67,23 67,23 67,23 67,33 Harapan Lama Sekolah Tahun 11,27 11,82 11,92 12,34 12,36 Rentang Lama Sekolah Tahun 8,39 8,48 8,56 8,58 8,59 Pengeluaran Per-Kapita Ribu Rupiah 11.834 11.880 11.950 12.091 12.289 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 68,69 69,43 69,69 70,26 70,51

(sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016)

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh data indeks pembangunan manusia tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Kota Serang mengalami peningkatan yang signifikan dalam setiap tahunnya dimana pada tahun 2011 Indeks Pembangunan Manusia Kota Serang diperoleh sebesar 68,69 dan pada tahun 2015 mencapai 70,51, Indeks Pembangunan Manusia peningkatan Indeks Pembangunan Manusia tidak luput dari berbagai macam cara yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat Kota Serang dengan kebijakan ataupun Program-program yang telah diluncurkan untuk bidang kesejahteraan seperti Pendidikan dan Kesehatan, berdasarkan pada Tabel 1.1 tersebut masih dapat dikatakan bahwa posisi kualitas sumber daya manusia Kota Serang masih belum baik hal ini dikarenakan pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1% dalam setiap tahunnya adapun faktor-faktor yang

menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia mengalami peningkatan adalah kesehatan masyarakat yang membaik, Partisipasi Pendidikan Masyarakat yang meningkat, dan Kesejahteraan Masyarakat yang mengalami Peningkatan dalam setiap tahunnya yang didorong oleh beberapa komponen seperti Angka Harapan Hidup Masyarakat Kota Serang dimana secara umum mengalami peningkatan, komponen Harapan Sekolah dimana Pemerintah Kota Serang mengharapkan masyarakat Kota Serang bersekolah hingga jenjang Sekolah Menengah Atas atau Sederajat namun realisasi dilapangan rata-rata masyarakat Kota Serang berpendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama dan selain itu juga dapat dilihat dari Pengeluaran Perkapita Masyarakat Kota Serang yang mengalami Peningkatan signifikan hingga jumlahnya mencapai 12 Juta pertahun, Akan tetapi dalam fakta di lapangan Kesehatan di Kota Serang masih dapat dikatakan dalam posisi dibawah rata-rata Provinsi Banten, hal tersebut diperoleh dengan data Indeks Angka Harapan Hidup sebagai berikut :

Tabel 1.2

Data Indeks Angka Harapan Hidup

Kabupaten/Kota

Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota (Tahun) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Kab Pandeglang 62.26 62.46 62.66 62.83 62.91 63.51 Kab Lebak 65.49 65.63 65.74 65.83 65.88 66.28 Kab Tangerang 68.79 68.86 68.92 68.96 68.98 69.28 Kab Serang 62.56 62.75 62.90 63.03 63.09 63.59 Kota Tangerang 71.07 71.08 71.09 71.09 71.09 71.29 Kota Cilegon 65.72 65.78 65.84 65.84 65.85 66.15 Kota Serang 67.20 67.22 67.23 67.23 67.23 67.33 Kota Tangerang Selatan 72.04 72.07 72.09 72.10 72.11 72.12 Provinsi Banten 68.50 68.68 68.86 69.04 69.13 69.43 (Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016)

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa kondisi Kesehatan Masyarakat Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten mengalami sedikit peningkatan dengan kualitas kesehatan Sumber Daya Manusia yang dimiliki pada tahun 2010 sampai 2013, dan tidak mengalami kenaikan pada tahun 2013 sampai 2015, rendahnya indeks angka harapan hidup masyarakat Kota Serang hal ini disebabkan oleh kesehatan lingkungan masyarakat yang belum bersih, dan pemenuhan kebutuhan Gizi dan Kalori yang belum tercukupi, tabel tersebut juga menjelaskan bahwa terselenggaranya Program Jaminan Kesehatan Nasional masih belum mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Serang.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program jaminan kesehatan nasional yang dirancang pada tahun 2004 dan diimplementasikan pada tahun 2014 dengan landasan hukum Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional yang diperuntukan bagi seluruh rakyat Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan sebagai upaya memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dasar dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke 5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan, dimana hal tersebut termaktud dalam pasal 28 H ayat 1 dan 3yang berbunyi “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 ayat 2 dan 3 yang berbunyi “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan” dan “negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”, dimana dalam hal ini juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Kesadaran akan pentingnya Jaminan perlindungan sosial terus bekembang sesuai amanat pada perubahan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 134 ayat 2 yang menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat indonesia, dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraaan sosial bagi seluruh rakyatnya dimana pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat pada perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal l34 ayat 2, yaitu menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusiWorld Health Association(WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan

jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi-bagi sehingga biaya Kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 inis mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Program Jaminan Kesehatan melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pengaturan teknis pelaksanaan lebih lanjut program Jaminan Kesehatan Nasional dituangkan dalam berbagai peraturan sebagai turunan dari kedua Undang-Undang tersebut diatas, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes), Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan (Manlak), Petunjuk Teknis (Juknis), Panduan Praktis dan lain-lain. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini

memuat berbagai ketentuan pokok yang selanjutnya dijabarkan dalam berbagai petunjuk teknis sehingga diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional. Tujuan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah program Jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau dibayarkan iurannya oleh pemerintah dalam setiap bulannya, program ini pada tujuannya merupakan program yang diselenggarakan untuk memperoleh kesehatan yang layak dengan biaya berobat yang cukup relatif murah dan diwajibkan untuk seluruh warga negara Indonesia dan warga negara asing yang berkerja dan menetap di Indonesia selama lebih dari enam bulan untuk berpartisipasi dengan membayar iuran setiap bulannya sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan peserta, pada dasarnya Peserta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi kepesertaan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah.

Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2 kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan, Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (non-PBI) Jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya. Dalam mekanisme pembayaran yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional peserta kategori Pekerja Penerima Upah (PPU) iurannya dibayarkan oleh pemberi kerja dan pekerja yang bersangkutan, Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) iurannya dibayarkan oleh peserta yang bersangkutan, dan Peserta Bukan Pekerja iurannya dibayarkan oleh peserta yang bersangkutan, adapun khusus Bukan Pekerja dimana penerima pensiunan pemerintah iurannya dibayarkan oleh pemerintah dan penerima pensiun, sedangkan veteran dan perintis kemerdekaan dibayarkan oleh pemerintah. Dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, Kepesertaan paling lambat pada tanggal 1 januari 2019 seluruh penduduk indonesia terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional, untuk lebih jelas peneliti menjabarkan aturan iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional untuk Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) sebagai berikut :

Tabel 1.3

Data Iuran Peserta PBI dan Non-PBI

Sasaran Peserta Non-PBI

Pekerja Penerima Upah PBPU Bukan Pekerja

TNI/Polri/Pejabat Negara/PNS/Pegawai Pemerintah Non-Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pekerja Mandiri Pensiunan Pemerintah Pensiunan Swasta Veteran/Perintis Kemerdekaan Presentase Upah 5% 4% Nilai Nominal 5% Nilai Nominal 5% dari 45% Gaji Pokok Kontribusi 3% Pemerintah 4% Pemberi Kerja Rp.25.500 Rp.51.000 Rp.80.000 3% Pemerintah Rp.25.500 Rp.51.000 Rp.80.000 5% dari 45% Gaji Pokok 2% Pekerja 1% Pekerja 2% Penerima Pensiun

Keterangan Gaji Pokok dan Tunjangan Keluarga Gaji Pokok dan Tunjangan Tetap Kelas 3 Kelas 2 Kelas 1 Gaji Pokok dan Tunjangan Keluarga Kelas 3 Kelas 2 Kelas 1 Gaji Pokok

(Sumber : BPJS Kesehatan Kota Serang, Tahun 2016)

Berdasarkan tabel tersesbut dapat dilihat dimana terdapat perbedaan dalam penetapan presentase konstribusi yang diberikan dalam penetapan besaran iuran kepada masing-masing kategori Peserta dari Program Jaminan Kesehatan Nasional dimana presentase dari pembayaran peserta PPU pegawai pemerintahan adalah sebesar 5% dimana 3% ditanggung oleh pemerintah dan 2% nya ditanggung oleh pekerja, selain itu presentase pembayaran pada PPU pegawai swasta ditetapkan sebesar 5% dimana 4% ditanggung oleh perusahaan selaku pemberi kerja dan 1% ditanggung oleh pekerja, sedangkan untuk Peserta kategori PBPU mereka menanggung seluruh iuran pembayaran dengan menetapkan kelas atau kategori yang diinginkan oleh peserta, adapun jumlah Kepesertaan dari program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah Sebagai Berikut :

Tabel 1.3

Data Jumlah Peserta BPJS Kesehatan di Kota Serang Per-September 2016

No Kategori Jumlah

Peserta

1 Bukan Pekerja 13.400

2 Peserta Bantuan Iuran APBD 37.472 3 Peserta Bantuan Iuran APBN 124.517 4 Pekerja Bukan Penerima Upah 24.180

5 Pekerja Penerima Upah 150.223

Jumlah Peserta Keseluruhan 349.792 jumlah Peserta PBI 161.989 Jumlah Peserta Non-PBI 187.803 (Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Tahun 2016)

Program ini merupakan program yang dirancang sebagai asuransi kesehatan nasional yang dikelola oleh pemerintah pusat dengan asas gotong royong yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, kehadiran program ini merupakan angin segar untuk seluruh masyarakat Indonesia mengingat dengan mahalnya jumlah uang biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat. untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS kesehatan) yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan atau yang disebut Jaminan Kesehatan Nasional, untuk menyukseskan program Jaminan Kesehatan Nasional pemerintah berkerjasama dengan berbagai pihak seperti rumah sakit, klinik, puskesmas dan apotik untuk menyelenggarakan program tersebut di seluruh Indonesia, dengan adanya program tersebut merupakan langkah kebijakan yang dimana masyarakat dapat terbantu dengan adanya program tersebut untuk berobat tanpa mengeluarkan biaya cukup dengan membayar iuran bulanan sehingga program ini diharapkan masyarakat agar lebih

berpartisipasi untuk berobat ke fasilitas kesehatan yang berkerja sama dengan program Jaminan Kesehatan Nasiona Nasional.

Dengan diterapkannya program Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan kesenjangan sosial masyarakat dalam hal memperoleh hak kesehatan yang layak dapat diatasi terutama permasalahan untuk memperoleh berobat bagi masyarakat kurang mampu, namun dalam pelaksanaan program tersebut tidak luput dari permasalahan yang dihadapi mengingat program tersebut dijalankan secara serentak dan berjalan sudah 3 tahun, sehingga hal ini merupakan tugas berat pemerintah dalam menjalankan program tersebut agar lebih efektif dan efesien. adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah sebagai berikut :

Pertama, Kurangnya sosialisasi langsung kepada masyarakat tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional. kurangnya sosialisasi yang dilakukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kepada masyarakat, hal ini penulis amati dimana sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kepada masyarakat hanya melalui media massa sehingga publik merasa kurang paham sepenuhnya secara mendetail mengenai program Jaminan Kesehatan Nasional, hal ini dikuatkan juga oleh pak yuanda selaku Humas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kota Serang dimana beliau menjelaskan mengenai keterkendalaan dalam meningkatkan jumlah kepesertaan adalah kompetensi dan kualitas dari pemasarannya yang belum dilakukan secara efektif, mengingat yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam sosialisasi hanya melewat media massa (Sumber

: wawancara dengan Pak yuanda selaku Humas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kota Serang).

Kedua, Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional Ketidak Pahaman masyarakat mengenai pentingnya keikutsertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional untuk memperoleh manfaat dari Program Jaminan Kesehatan Nasional. hal ini dapat dilihat dalam tabel jumlah penduduk sebagai berikut :

Tabel 1.4

Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Serang 112.544 107.879 220.423 Kasemen 48.908 45.437 94.345 Walantaka 44.097 41.921 86..018 Curug 27.558 25.711 53.269 Cipocok Jaya 44.163 41.795 85.958 Taktakan 46.016 42.405 88.421 Jumlah 323.286 305.148 628.434

(Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Tahun 2016)

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh bahwa terdapat 628.434 penduduk Kota Serang dari seluruh Kecamatan, sedangkan peserta program Jaminan Kesehatan Nasional tidak mencapai angka keseluruhan dari Jumlah Penduduk Kota Serang hal ini dapat dilihat dalam Tabel Penunjang sebagai berikut :

Tabel 1.5

Data Jumlah Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Serang Per-Desember 2016

No Kategori Jumlah

Peserta

1 Bukan Pekerja 13.400

2 Peserta Bantuan Iuran APBD 37.472 3 Peserta Bantuan Iuran APBN 124.517 4 Pekerja Bukan Penerima Upah 24.180

5 Pekerja Penerima Upah 150.223

Jumlah Peserta Keseluruhan 349.792 jumlah Peserta PBI 161.989 Jumlah Peserta Non-PBI 187.803 (Sumber : BPJS Kota Serang, Tahun 2016)

Ketiga, Diskriminatif dalam pemberian pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit, berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti masih terdapatnya Diskriminasi dalam pemberian pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan dimana dalam hal tersebut mengatakan ruang kamar rawat inap sudah penuh kepada pasien pengguna kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kategori I dan II, selain itu terjadinya penelantaran peserta dari Program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Dradjat Prawiranegara (sumber :www.radarbanten.com/pasien-BPJS-ditolak dikutip desember 2017).

Keempat, Kurang Kompetensinya sumber daya manusia didalam organisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kota Serang dalam mensosialisasikan program Jaminan Kesehatan Nasional hal ini didasari kepada kemampuan dan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kota Serang.

Kelima, Tidak ada indikator yang menetapkan peserta yang layak untuk memperoleh bantuan dari pemerintah ataupun pemerintah daerah dalam menetapkan Peserta Bukan Penerima Upah, hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional bagian Kepesertaan dimana tidak adanya penetapan kriteria peserta yang berhak dibantu iurannya atau tidak.

Keenam, Tidak adanya sanksi hukum yang kuat terhadap masyarakat yang tidak mengikuti Program Jaminan Kesehatan Nasional, hal ini dapat dilihat dilapangan dimana masyarakat yang tidak mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional tidak memperoleh sanksi mengingat keikutsertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan kewajiban bagi seluruh Masyarakat Indonesia.

Dokumen terkait