Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian Pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Disusun oleh :
AKUN TANJUNG PRAYOGO
6661131316
PRORAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Pembimbing 2 : Maulana Yusuf S.IP, M.Si
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kategori Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri atau pekerja diluar hubungan kerja yang iuran kepesertaannya ditanggung sendiri. Untuk mengukur efektivitas peneliti menggunakan teori Efektivitas menurut Makmur. Metode Penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian kuantitatif dengan teknik Deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah Peserta Bukan Penerima Upah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling yang terdiri dari 100 sampel penelitian. Dari Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat Efektivitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam Perluasan Peserta Bukan Penerima Upah di Kota Serang adalah sebesar 63,31%. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi Faktor Pendorong antara lain : (1) Adanya keterlibatan RT/RW (2) Dibutuhkan oleh beberapa masyarakat (3) Pelayanan medis yang diberikan terdapat keunggulan yang dimiliki (4) Masyarakat dibebaskan memilih tempat fasilitas pelayanan kesehatan dan (5) Memiliki manfaat yang cukup banyak bagi masyarakat. Faktor Penghambat antara lain : (1) Penetapan komposisi premi dengan tiga kategori pembayaran (2) Ketidak patuhan masyarakat (3) Tidak adanya sanksi yang tegas (4) terjadinya penolakan terhadap kelas terendah. Rekomendasi yang diberikan (1) Menghapus sistem denda (2) Menetapkan standar indikator bantuan iuran (3) Melakukan pengawasan bersama Ombudsman (4) Memberikan sanksi pencabutan hak-hak sipil
M.SI. Supervisor 2 : Maulana Yusuf S.IP, M.Si
Participant of National Health Insurance (JKN) Category Not Receiver Wage Workers (PBPU) is any person who works or undertaking at own risk or workers outside working relationship borne membership dues. To measure the effectiveness of researchers using the theory of Effectiveness according to Makmur. The research method used is Quantitative Research Method with Descriptive approach. The sample in this study is Non-Beneficiary. The sampling technique used is random sampling consisting of 100 research samples. From the results of the study note that the level of Effectiveness of Health Insurance Administering Body in the Expansion of Non-Beneficial Participants in Serang City is 63.31%. There are 2 factors that affect the Effectiveness of Strategy of Health Insurance Administering Body in Expansion of Non Wage Member in Serang City. Drivers are: (1) The involvement of RT / RW (2) Needed by some communities (3) Medical services provided there are advantages possessed (4) Communities are free to choose health facility facilities and (5) For the community. Inhibiting factors include: (1) Determination of the composition of premiums with three categories of payments (2) Disobedience of the community (3) Absence of strict sanctions (4) the occurrence of rejection of the lowest class. Recommendations (1) Deleting the system of fines (2) Establishing standards of contribution assistance indicators (3) Conducting joint oversight of the Ombudsman (4) Providing sanctions for the revocation of civil rights
Berusaha dan Ikhtiar” –Akun Tanjung Prayogo
Skripsi ini Saya Persembahkan Kepada Pemerintah Pusat selaku pembuat
kebijakan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa selaku lembaga pendidikan dimana penulis menimba ilmu untuk
Assalamu alaikum wr. wb
Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw beserta kepada keluarga, dan sahabatnya.
Alhamdulillah puji syukur dengan izin Allah swt pembuatan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan Judul “EFEKTIVITAS STRATEGI BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM
PERLUASAN PESERTA BUKAN PENERIMA UPAH DI KOTA SERANG”
Pembuatan skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari banyak pihak yang turut
membantu dan mendukung penulis secara moril dan materil dalam pembuatannya,
Maka dengan segala hormat dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada :
1. Prof. Dr. Shaleh Hidayat, M.Pd selaku rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sebagai Dosen
Pembimbing Akademik Penulis selama masa aktif perkuliahan.
3. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakuktas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sebagai Dosen
Pembimbing I dalam penyusunan Skripsi dan pemberian arahan
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Maulana Yusuf, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dalam
penyusunan skripsi dan pemberian arahan kepada penulis.
8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa selaku pemberi pembekalan ilmu pengetahuan kepada
penulis dan pemberi pelayanan selama masa aktif perkuliahan.
9. Yuanda S.H selaku humas BPJS Kesehatan Kantor Cabang Kota
Serang yang telah Bersedia untuk Memberikan Data dan Informasi
Penelitian.
10. Kepala UPTD Puskesmas yang telah Bersedia untuk Mengizinkan
Melakukan Penelitian.
11. Amir Syarifudin dan Siti Rahmawati selaku kedua orang tua
penulis yang telah membesarkan penulis hingga saat ini dan turut
memberikan motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi.
12. Adi irfan, Jaka Permana, dan Agung Sudradjat selaku sahabat yang
selama masa aktif perkuliahan.
Peneliti Menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena hal tersebut peneliti
berharap kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi. Dalam
kesempatan ini penulis meminta maaf sebesar besarnya kepada semua pihak
bilama terdapat hal hal yang tidak berkenan dalam penyusunan penelitian ini.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambahkan
wawasan dan pengetahuan kepada pembaca. Demikian hal yang dapat penulis
sampaikan, Terima Kasih.
Wassalamu alaikum wr. wb
Serang,
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 15
1.3 Batasan Masalah ... 16
1.4 Rumusan Masalah ... 17
1.5 Tujuan Penelitian ... 17
1.6 Manfaat Penelitian ... 17
1.6.1 Manfaat Praktis ... 17
1.6.2 Manfaat Teoritis ... 18
1.7 Sistematika Penulisan ... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 20
2.1 Konsep Teori ... 20
2.1.1 Konsep Efektivitas ... 20
2.1.2 Konsep Manajemen Strategi ... 24
2.1.3 Konsep Pembangunan ... 30
2.1.4 Konsep Program ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
3.1 Metode Penelitian ... 55
3.2 Fokus Penelitian ... 55
3.3 Lokasi Penelitian ... 56
3.4 Instrumen Penelitian ... 56
3.4.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 59
3.5 Populasi dan Sampel ... 61
3.5.1 Populasi ... 61
3.5.2 Sampel ... 62
3.6 Variabel Penelitian ... 63
3.6.1 Definisi Konsep ... 64
3.6.2 Definisi Operasional ... 64
3.7 Teknik Pengelolaan Data ... 66
3.8 Teknik Analisis Data ... 66
3.7.1 Uji Validitas Data ... 66
3.7.2 Uji Reliabilitas Data ... 67
3.7.3 Uji T-Test ... 68
3.9 Jadwal Penelitian ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN... 69
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 69
4.2.1 Pengujian Validitas Instrumen ... 79
4.2.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 81
4.3 Deskripsi Data Responden ... 82
4.4 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 87
4.5 Pengujian Hipotesis ... 123
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ... 125
4.7 Pembahasan ... 126
BAB V PENUTUP ... 138
5.1 Kesimpulan ... 138
5.2 Saran ... 140
... 2
1.2 Data Iuran Peserta PBI dan non-PBI ... ... 9
1.3 Data Jumlah Peserta Program JKN di Kota Serang ... ... 10
1.4 Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2016 ... 12
1.5 Komposisi Penduduk yang Berkerja Menurut Status Pekerjaan di Kota Serang Tahun 2016 ... 13
2.1 Tabel Perbedaan Sosial dan Konvensional ... 39
2.2 Kriteria Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 43
3.1 Skala Likert ... 55
3.2 Jumlah Populasi Penelitian ... 59
3.3 Indikator Variabel ... 61
Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Penghasilan ... 84
Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 85
Diagram 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 86
Diagram 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Kelas Perawatan ... 87
Diagram 4.7 Tanggapan Responden Mengenai Strategi BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional dalam meningkatkan pesertanya sudah tepat dikarenakan menjawab permasalahan kesehatan yang sudah lama ada di masyarakat ... 88
Diagram 4.8 Tanggapan Responden Mengenai Sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat melalui televisi dalam setiap waktunya yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan sudah tepat ... 89
Diagram 4.9 Tanggapan Responden mengenai BPJS Kesehatan selaku pihak yang menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional dalam melakukan perluasan cakupan dengan melibatkan peran RT/RW sudah tepat ... 90
Diagram 4.10 Tanggapan Responden nmengenai Strategi Penetapan BPJS Kesehatan dalam hal pembayaran iuran bulanan yang jatuh tempo pada tanggal 10 untuk mempertahankan keaktifan kartu peserta dinilai sudah tepat ... 91
Diagram 4.13 Tanggapan Responden mengenai Strategi dalam perluasan peserta
dengan Biaya/iuran yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan kualitas
dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anda selama berobat ... 94
Diagram 4.14 Tanggapan Responden mengenai Strategi dalam perluasan peserta
dengan Pembagian tiga kategori kelas oleh BPJS Kesehatan dalam Biaya/iuran
yang ditentukan sudah tepat... 95
Diagram 4.15 Tanggapan Responden mengenai Strategi dalam perluasan peserta
dengan Penentuan bantuan iuran untuk masyarakat tidak mampu oleh BPJS
Kesehatan sudah sesuai dengan UU 24 tahun 2004 dimana masyarakat fakir
miskin memperoleh bantuan iuran dari pemerintah... 96
Diagram 4.16 Tanggapan Responden mengenai Strategi dalam perluasan peserta
dengan Penerapan denda ketika terlambat dalam membayar iuran yang ditetapkan
oleh BPJS Kesehatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan sudahlah
tepat ... 97
Diagram 4.17 Tanggapan Responden mengenai Strategi dalam perluasan peserta
dengan Komposisi yang dibuat oleh BPJS Kesehatan dalam Biaya/iuraan kepada
peserta sudah tepat... 98
Diagram 4.18 Tanggapan Responden mengenai Strategi dalam perluasan peserta
dengan Penerapan denda sebesar 2% yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan dalam
setiap keterlambatan pembayaran iuran untuk meningkatkan kepatuhan dalam
... 100
Diagram 4.20 Tanggapan Responden mengenai Strategi dalam perluasan peserta
dengan Penentuan peserta yang berhak dibantu oleh pemerintah dalam
Biaya/iuran yang dilibatkan hanya pihak BPJS Kesehatan sudah tepat
... 101
Diagram 4.21 Tanggapan Responden mengenai BPJS Kesehatan selaku
penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional lebih unggul dalam ruang akses
pelayanan medis daripada asuransi konvensional ... 102
Diagram 4.22 Tanggapan Responden mengenai BPJS Kesehatan selaku
penyelenggara Jaminan kesehatan Nasional lebih unggul dalam tarif premi yang
telah ditetapkan daripada premi asuransi konvensional... 103
Diagram 4.23 Tanggapan Responden mengenai BPJS Kesehatan selaku
penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional menetapkan tiga kategori besaran
bayaran iuran premi bulanannya sudah tepat ... 104
Diagram 4.24 Tanggapan Responden BPJS Kesehatan selaku penyelenggara
Jaminan Kesehatan Nasional lebih menekankan kepada masyarakat untuk
berkontribusi berupa Biaya/iuran dalam setiap bulannya sudah tepa... 105
Diagram 4.25 Tanggapan Responden mengenai BPJS Kesehatan selaku
penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional memberikan kesempatan masyarakat
untuk memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama sesuai keinginan masyarakat
kesehatan... 107
Diagram 4.27 Tanggapan Responden mengenai Perluasan peserta BPJS
Kesehatan dengan sistem Asuransi sosial sudah tepat dikarenakan dapat
memudahkan masyarakat dalam memperoleh jaminan kesehatan yang tidak akan
disangka-sangka ... 108
Diagram 4.28 Tanggapan Responden Perluasan peserta BPJS Kesehatan dengan
sistem gotong royong sudah tepat dikarenakan sesuai dengan jawaban tuntutan
masyarakat dibalik mahalnya biaya berobat... 109
Diagram 4.29 Tanggapan Responden mengenai Perluasan peserta BPJS
Kesehatan selaku penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional dalam menetapkan
besaran Biaya/iuran bulanannya sudah tepat dengan kondisi masyarakat
... 110
Diagram 4.30 Tanggapan Responden mengenai Perluasan peserta BPJS
Kesehatan sudah tepat dikarenakan untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk memperoleh kesehatan yang layak... 111
Diagram 4.31 Tanggapan Responden mengenai Sistem rujukan yang dibuat oleh
BPJS Kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan sudah tepat... 112
Diagram 4.32 Tanggapan Responden mengenai Penetapan status wajib kepada
masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional sudah tepat
Kesehatan sudah sesuai dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional ... 115
Diagram 4.35 Tanggapan Responden mengenai Strategi perluasan peserta BPJS
Kesehatan sudah sesuai dengan Tujuan untuk memberikan hak kesehatan layak
untuk seluruh masyarakat... 116
Diagram 4.36 Tanggapan Responden mengenai Strategi perluasan peserta BPJS
Kesehatan sudah sesuai dengan cita-cita negara indonesia sehat 2020... 117
Diagram 4.37 Tanggapan Responden Strategi perluasan peserta BPJS Kesehatan
sudah sesuai dengan tujuan untuk mempermudahkan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar ... 118
Diagram 4.38 Tanggapan Responden mengenai Strategi perluasan peserta BPJS
Kesehatan sudah efektif dalam membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan yang layak khususnya masyarakat menengah ke
bawah... 129
Diagram 4.39 Tanggapan Responden mengenai Strategi perluasan peserta
Jaminan Kesehatan yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan sudah efektif dalam
menjawab permasalahan sosial yang berketerkaitan dengan kesehatan... 130
Diagram 4.40 Tanggapan Responden Strategi perluasan peserta Jaminan
Kesehatan yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan sudah cukup membantu dalam
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial merupakan usaha
yang terencana dan melembaga meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan
pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan Manusia, mencegah dan mengatasi
permasalahan sosial, serta memperkuat Institusi-Institusi sosial, Pembangunan
dalam Negara berkembang terutama di Indonesia yang pada umumnya masih
memiliki permasalahan yang banyak dalam kegiatan pembangunannya, hal ini
mendasari dengan keterbatasan infrastruktur yang dimiliki, dengan melihat
potensi sumber daya modal dan sumber daya manusia yang masih rendah.
Pembangunan dalam suatu Negara akan mudah tercapai apabila
infrastruktur yang diberikan oleh Pemerintah sudah memadai dan Masyarakat
sudah dianggap mampu dari aspek kualitas sumber daya manusia untuk
berpartisipasi dalam proses Pembangunan sehingga Pemerintah dan Masyarakat
saling bersinergi dalam melakukan Pembangunan, akan tetapi hal tersebut
faktanya di Indonesia tidak mendapat dukungan dari sumber daya manusia itu
sendiri hal ini dapat dibuktikan dimana data Indeks Pembangunan Manusia masih
Tabel 1.1
Komponen Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia Kota Serang
Komponen Satuan 2011 2012 2013 2014 2015
Angka Harapan Hidup
Tahun 67,22 67,23 67,23 67,23 67,33
Harapan Lama Sekolah
Tahun 11,27 11,82 11,92 12,34 12,36
Rentang Lama Sekolah
Tahun 8,39 8,48 8,56 8,58 8,59
Pengeluaran
Tahun 68,69 69,43 69,69 70,26 70,51
(sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016)
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh data indeks pembangunan manusia
tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Kota
Serang mengalami peningkatan yang signifikan dalam setiap tahunnya dimana
pada tahun 2011 Indeks Pembangunan Manusia Kota Serang diperoleh sebesar
68,69 dan pada tahun 2015 mencapai 70,51, Indeks Pembangunan Manusia
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia tidak luput dari berbagai macam cara
yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia masyarakat Kota Serang dengan kebijakan ataupun Program-program
yang telah diluncurkan untuk bidang kesejahteraan seperti Pendidikan dan
Kesehatan, berdasarkan pada Tabel 1.1 tersebut masih dapat dikatakan bahwa
posisi kualitas sumber daya manusia Kota Serang masih belum baik hal ini
dikarenakan pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia mengalami kenaikan
menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia mengalami peningkatan adalah
kesehatan masyarakat yang membaik, Partisipasi Pendidikan Masyarakat yang
meningkat, dan Kesejahteraan Masyarakat yang mengalami Peningkatan dalam
setiap tahunnya yang didorong oleh beberapa komponen seperti Angka Harapan
Hidup Masyarakat Kota Serang dimana secara umum mengalami peningkatan,
komponen Harapan Sekolah dimana Pemerintah Kota Serang mengharapkan
masyarakat Kota Serang bersekolah hingga jenjang Sekolah Menengah Atas atau
Sederajat namun realisasi dilapangan rata-rata masyarakat Kota Serang
berpendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama dan selain itu juga dapat dilihat
dari Pengeluaran Perkapita Masyarakat Kota Serang yang mengalami Peningkatan
signifikan hingga jumlahnya mencapai 12 Juta pertahun, Akan tetapi dalam fakta
di lapangan Kesehatan di Kota Serang masih dapat dikatakan dalam posisi
dibawah rata-rata Provinsi Banten, hal tersebut diperoleh dengan data Indeks
Angka Harapan Hidup sebagai berikut :
Tabel 1.2
Data Indeks Angka Harapan Hidup
Kabupaten/Kota
Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kab Pandeglang 62.26 62.46 62.66 62.83 62.91 63.51
Kab Lebak 65.49 65.63 65.74 65.83 65.88 66.28
Kab Tangerang 68.79 68.86 68.92 68.96 68.98 69.28
Kab Serang 62.56 62.75 62.90 63.03 63.09 63.59
Kota Tangerang 71.07 71.08 71.09 71.09 71.09 71.29
Kota Cilegon 65.72 65.78 65.84 65.84 65.85 66.15
Kota Serang 67.20 67.22 67.23 67.23 67.23 67.33
Kota Tangerang
Selatan 72.04 72.07 72.09 72.10 72.11 72.12
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa kondisi Kesehatan
Masyarakat Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten mengalami
sedikit peningkatan dengan kualitas kesehatan Sumber Daya Manusia yang
dimiliki pada tahun 2010 sampai 2013, dan tidak mengalami kenaikan pada tahun
2013 sampai 2015, rendahnya indeks angka harapan hidup masyarakat Kota
Serang hal ini disebabkan oleh kesehatan lingkungan masyarakat yang belum
bersih, dan pemenuhan kebutuhan Gizi dan Kalori yang belum tercukupi, tabel
tersebut juga menjelaskan bahwa terselenggaranya Program Jaminan Kesehatan
Nasional masih belum mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota
Serang.
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program jaminan
kesehatan nasional yang dirancang pada tahun 2004 dan diimplementasikan pada
tahun 2014 dengan landasan hukum Undang-Undang nomor 40 tahun 2004
tentang sistem jaminan sosial nasional yang diperuntukan bagi seluruh rakyat
Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan sebagai upaya memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta
untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dasar
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, Sesuai dengan falsafah dasar negara
Pancasila terutama sila ke 5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan, dimana hal
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 ayat 2 dan 3 yang berbunyi “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan” dan “negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”, dimana dalam hal ini juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
Kesadaran akan pentingnya Jaminan perlindungan sosial terus bekembang
sesuai amanat pada perubahan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 134 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
rakyat indonesia, dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah menjadi suatu bukti yang kuat
bahwa pemerintah memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan
kesejahteraaan sosial bagi seluruh rakyatnya dimana pada hakekatnya bertujuan
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak. Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal
28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Kesadaran
tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat
pada perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal l34 ayat 2, yaitu menyebutkan
bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD
1945, kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah
dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Melalui Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, pada
hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Untuk mewujudkan komitmen global
sebagaimana amanat resolusiWorld Health Association(WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang
melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai
jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih
terfragmentasi, terbagi-bagi sehingga biaya Kesehatan dan mutu pelayanan
menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 inis
mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk
termasuk Program Jaminan Kesehatan melalui suatu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
terdiri dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut
selanjutnya disebut sebagai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pengaturan teknis pelaksanaan lebih lanjut program Jaminan Kesehatan Nasional
dituangkan dalam berbagai peraturan sebagai turunan dari kedua Undang-Undang
tersebut diatas, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
(Perpres), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes), Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan, Pedoman
Pelaksanaan (Manlak), Petunjuk Teknis (Juknis), Panduan Praktis dan lain-lain.
memuat berbagai ketentuan pokok yang selanjutnya dijabarkan dalam berbagai
petunjuk teknis sehingga diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional. Tujuan
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam
bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah program Jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau dibayarkan iurannya oleh
pemerintah dalam setiap bulannya, program ini pada tujuannya merupakan
program yang diselenggarakan untuk memperoleh kesehatan yang layak dengan
biaya berobat yang cukup relatif murah dan diwajibkan untuk seluruh warga
negara Indonesia dan warga negara asing yang berkerja dan menetap di Indonesia
selama lebih dari enam bulan untuk berpartisipasi dengan membayar iuran setiap
bulannya sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan peserta, pada dasarnya
Peserta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi
kepesertaan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang
Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2
kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan
Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan, Peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang
tidak mampu. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (non-PBI) Jaminan
kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja
Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota
keluarganya. Dalam mekanisme pembayaran yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
peserta kategori Pekerja Penerima Upah (PPU) iurannya dibayarkan oleh pemberi
kerja dan pekerja yang bersangkutan, Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU)
iurannya dibayarkan oleh peserta yang bersangkutan, dan Peserta Bukan Pekerja
iurannya dibayarkan oleh peserta yang bersangkutan, adapun khusus Bukan
Pekerja dimana penerima pensiunan pemerintah iurannya dibayarkan oleh
pemerintah dan penerima pensiun, sedangkan veteran dan perintis kemerdekaan
dibayarkan oleh pemerintah. Dalam program Jaminan Kesehatan Nasional,
Kepesertaan paling lambat pada tanggal 1 januari 2019 seluruh penduduk
indonesia terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional, untuk lebih jelas
peneliti menjabarkan aturan iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional untuk
Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan peserta bukan Penerima Bantuan
Tabel 1.3
Data Iuran Peserta PBI dan Non-PBI
Sasaran Peserta Non-PBI
Pekerja Penerima Upah PBPU Bukan Pekerja
TNI/Polri/Pejabat
(Sumber : BPJS Kesehatan Kota Serang, Tahun 2016)
Berdasarkan tabel tersesbut dapat dilihat dimana terdapat perbedaan dalam
penetapan presentase konstribusi yang diberikan dalam penetapan besaran iuran
kepada masing-masing kategori Peserta dari Program Jaminan Kesehatan
Nasional dimana presentase dari pembayaran peserta PPU pegawai pemerintahan
adalah sebesar 5% dimana 3% ditanggung oleh pemerintah dan 2% nya
ditanggung oleh pekerja, selain itu presentase pembayaran pada PPU pegawai
swasta ditetapkan sebesar 5% dimana 4% ditanggung oleh perusahaan selaku
pemberi kerja dan 1% ditanggung oleh pekerja, sedangkan untuk Peserta kategori
PBPU mereka menanggung seluruh iuran pembayaran dengan menetapkan kelas
atau kategori yang diinginkan oleh peserta, adapun jumlah Kepesertaan dari
program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan Badan
Tabel 1.3
Data Jumlah Peserta BPJS Kesehatan di Kota Serang Per-September 2016
No Kategori Jumlah
Peserta
1 Bukan Pekerja 13.400
2 Peserta Bantuan Iuran APBD 37.472 3 Peserta Bantuan Iuran APBN 124.517 4 Pekerja Bukan Penerima Upah 24.180
5 Pekerja Penerima Upah 150.223
Jumlah Peserta Keseluruhan 349.792 jumlah Peserta PBI 161.989 Jumlah Peserta Non-PBI 187.803 (Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Tahun 2016)
Program ini merupakan program yang dirancang sebagai asuransi
kesehatan nasional yang dikelola oleh pemerintah pusat dengan asas gotong
royong yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, kehadiran program ini
merupakan angin segar untuk seluruh masyarakat Indonesia mengingat dengan
mahalnya jumlah uang biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat. untuk
mengatasi permasalahan tersebut pemerintah menyelenggarakan program Jaminan
Kesehatan Nasional dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS kesehatan) yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan
atau yang disebut Jaminan Kesehatan Nasional, untuk menyukseskan program
Jaminan Kesehatan Nasional pemerintah berkerjasama dengan berbagai pihak
seperti rumah sakit, klinik, puskesmas dan apotik untuk menyelenggarakan
program tersebut di seluruh Indonesia, dengan adanya program tersebut
merupakan langkah kebijakan yang dimana masyarakat dapat terbantu dengan
adanya program tersebut untuk berobat tanpa mengeluarkan biaya cukup dengan
berpartisipasi untuk berobat ke fasilitas kesehatan yang berkerja sama dengan
program Jaminan Kesehatan Nasiona Nasional.
Dengan diterapkannya program Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan
kesenjangan sosial masyarakat dalam hal memperoleh hak kesehatan yang layak
dapat diatasi terutama permasalahan untuk memperoleh berobat bagi masyarakat
kurang mampu, namun dalam pelaksanaan program tersebut tidak luput dari
permasalahan yang dihadapi mengingat program tersebut dijalankan secara
serentak dan berjalan sudah 3 tahun, sehingga hal ini merupakan tugas berat
pemerintah dalam menjalankan program tersebut agar lebih efektif dan efesien.
adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional adalah sebagai berikut :
Pertama, Kurangnya sosialisasi langsung kepada masyarakat tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional. kurangnya sosialisasi yang dilakukan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kepada masyarakat, hal ini
penulis amati dimana sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan kepada masyarakat hanya melalui media massa
sehingga publik merasa kurang paham sepenuhnya secara mendetail mengenai
program Jaminan Kesehatan Nasional, hal ini dikuatkan juga oleh pak yuanda
selaku Humas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kota Serang
dimana beliau menjelaskan mengenai keterkendalaan dalam meningkatkan jumlah
kepesertaan adalah kompetensi dan kualitas dari pemasarannya yang belum
dilakukan secara efektif, mengingat yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara
: wawancara dengan Pak yuanda selaku Humas Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan Kota Serang).
Kedua, Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional Ketidak Pahaman masyarakat mengenai pentingnya
keikutsertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional untuk memperoleh manfaat
dari Program Jaminan Kesehatan Nasional. hal ini dapat dilihat dalam tabel
jumlah penduduk sebagai berikut :
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Serang 112.544 107.879 220.423
Kasemen 48.908 45.437 94.345
Walantaka 44.097 41.921 86..018
Curug 27.558 25.711 53.269
Cipocok Jaya 44.163 41.795 85.958
Taktakan 46.016 42.405 88.421
Jumlah 323.286 305.148 628.434
(Sumber : Disdukcapil Kota Serang, Tahun 2016)
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh bahwa terdapat
628.434 penduduk Kota Serang dari seluruh Kecamatan, sedangkan
peserta program Jaminan Kesehatan Nasional tidak mencapai
angka keseluruhan dari Jumlah Penduduk Kota Serang hal ini dapat
Tabel 1.5
Data Jumlah Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Serang Per-Desember 2016
No Kategori Jumlah
Peserta
1 Bukan Pekerja 13.400
2 Peserta Bantuan Iuran APBD 37.472 3 Peserta Bantuan Iuran APBN 124.517 4 Pekerja Bukan Penerima Upah 24.180
5 Pekerja Penerima Upah 150.223
Jumlah Peserta Keseluruhan 349.792 jumlah Peserta PBI 161.989 Jumlah Peserta Non-PBI 187.803 (Sumber : BPJS Kota Serang, Tahun 2016)
Ketiga, Diskriminatif dalam pemberian pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit, berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti masih terdapatnya
Diskriminasi dalam pemberian pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan
dimana dalam hal tersebut mengatakan ruang kamar rawat inap sudah penuh
kepada pasien pengguna kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
kategori I dan II, selain itu terjadinya penelantaran peserta dari Program Jaminan
Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Dradjat Prawiranegara
(sumber :www.radarbanten.com/pasien-BPJS-ditolak dikutip desember 2017).
Keempat, Kurang Kompetensinya sumber daya manusia didalam organisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kota Serang dalam
mensosialisasikan program Jaminan Kesehatan Nasional hal ini didasari kepada
kemampuan dan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Badan
Kelima, Tidak ada indikator yang menetapkan peserta yang layak untuk memperoleh bantuan dari pemerintah ataupun pemerintah daerah dalam
menetapkan Peserta Bukan Penerima Upah, hal ini dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional bagian Kepesertaan dimana tidak adanya
penetapan kriteria peserta yang berhak dibantu iurannya atau tidak.
Keenam, Tidak adanya sanksi hukum yang kuat terhadap masyarakat yang tidak mengikuti Program Jaminan Kesehatan Nasional, hal ini dapat dilihat
dilapangan dimana masyarakat yang tidak mengikuti program Jaminan Kesehatan
Nasional tidak memperoleh sanksi mengingat keikutsertaan dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan kewajiban bagi seluruh Masyarakat
Indonesia.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka penulis perlu
melakukan mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada di (Locus)
tempat penelitian, dan berdasarkan pada pemaparan diatas maka peneliti dapat
mengidentifikasi permasalahan yang ada adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya sosialisasi langsung kepada masyarakat tentang
Program Jaminan Kesehatan Nasional.
2. Kurangnya Kesadaran Masyarakat tentang program Jaminan
3. Diskriminatif dalam pemberian pelayanan yang diberikan oleh
Rumah Sakit.
4. Kurangnya Kompetensi Sumber Daya Manusia yang dimiliki
dalam mensosialisasikan program Jaminan Kesehatan Nasional
Secara langsung.
5. Tidak adanya indikator dalam penetapan status kepesertaan.
6. Tidak adanya sanksi hukum yang tegas kepada Masyarakat yang
tidak mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional.
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk memfokuskan penulis dalam
penulisan penelitian sesuai dengan permasalahan yang ada sehingga penelitiannya
tidak melebar kepada permasalahan yang perlu diteliti dan mencegah hal tersebut
terjadi, pembatasan masalah juga perlu untuk membantu penelulis agar fokus
kepada pelaksanaan penelitian.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis hanya terbatas pada
“Efektivitas Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam Perluasan Peserta Bukan Pekerja Penerima Upah di Kota Serang” serta menekankan fokus kepada persentasi Partisipasi dari pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional yang dijawab oleh pengguna Kartu Jaminan
Kesehatan Kategori Peserta Bukan Penerima Upah Sebagai Responden dalam
1.4 Rumusan Masalah
Dari pemaparan permasalahan-permasalahan serta
pembahasan-pembahasan permasalahan yang telah dijabarkan didalam lokasi penelitian
sebelumnya oleh penulis mengenai Efektivitas Strategi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan dalam meningkatkan Jumlah Peserta Bukan Pekerja
Penerima Upah di Kota Serang maka penulis dapat merumuskan permasalahan
yang ada adalah :
”Seberapa besar Tingkat Efektivitas Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam Perluasan Peserta Bukan Pekerja Penerima Upah di Kota Serang?”
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yasng hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
“Untuk Mengetahui Berapa Besarkah Efektivitas Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam Perluasan Peserta Bukan Pekerja Penerima Upah di Kota Serang”
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Praktis
Secara teoritis penelitian yang dilakukan ini dapat dipergunakan dalam
mengembangkan ilmu administrasi negara pada umumnya dan khususnya pada
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan, pengalaman
dan khasanah keilmuan tentang Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan suatu
program, dimana hal tersebut nantinya akan berguna untuk penulis dan pembaca
pada umumnya, penulis juga berharap penelitian ini juga dapat berguna bagi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah Provinsi Banten terutama Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selaku penyelenggara sebagai bahan
kajian dan evaluasi serta masukan bagi instansi pemerintah terkait untuk lebih
mengembangkan program ini lebih lanjut.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini tersusun atas sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan berisi tentang materi dasar yang akan
diuraikan pada bab bab selanjutnya yaitu mengenai masalah dan
uraian pembahasannya. Yang berisikan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penilaian penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka berisi tentang teori-teori dari para ahli
yang relevan terhadap masalah. Setelah memaparkan teori,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada metode penelitian ini berisi tentang beberapa uraian
penjelasan mengenai metode penelitian, fokus penelitian, Lokasi
Penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian,
teknik pengelolaan dan analisis data, serta waktu dan tempat
penelitian tersebut dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan pembahasan dalam penelitian
ini, proses penelitian, gambaran umum lokasi penelitian,
karakteristik responden, jawaban responden atas angket interpretasi
penelitian dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan, kemudian memberikan saran yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan agar adanya perbaikan yang lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori
2.1.1. Konsep Teori Efektivitas
Drucker (1964:5) mendefinisikan efektivitas sebagai melakukan
pekerjaan yang benar (doing the rights things), sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right). Dari kedua definisi yang dikemukakan oleh Drucker tersebut, maka jelaslah perbedaan antara efektivitas
dengan efisiensi.
Chung & Megginson (Siahaan,1999:17) mendefinisikan efektivitas
sebagai istilah yang diungkapkan dengan cara berbeda oleh orang- orang yang
berbeda pula. Namun menurut Chung & Megginson yang disebut dengan
efektivitas ialah kemampuan atau tingkat pencapaian tujuan dan kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan agar organisasi tetap survive (hidup).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Supriyono (2000:29)
mendefinisikan pengertian efektivitas, sebagai berikut :
Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan hubungan
keluaran tanggung jawab dengan sasaran yang harus di capai. Semakin besar
keluaran yang dihasilkan dari sasaran yang akan dicapai maka dapat dikatakan
efektif dan efisien. Suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai
terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan menekankan pada hasil
atau efeknya dalam pencapaian tujuan.
Sementara Gibson dkk (1994:31) memberikan pengertian efektivitas
dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu (1) seluruh siklus
input-proses-output, tidak hanya output saja, dan (2) hubungan timbal balik antara organisasi
dan lingkungannya. Gibson berpendapat (1994:25), efektivitas dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Efektivitas individu, merupakan tingkatan efektivitas yang paling dasar yang menekankan pada hasil karya individu atau anggota tertentu dari organisasi.
2. Efektivitas kelompok yang lebih menekankan jumlah kontribusi dari semua anggotanya.
3. Efektivitas organisasi, yang merupakan gabungan dari efektivitas individu dan efektivitas kelompok yang secara sinergis mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatnya.
Sedangkan Robbins (1994:51-54) menyatakan bahwa efektivitas dapat
diukur dengan tiga pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan tujuan, dengan anggapan bahwa tujuan merupakan ukuran efektivitas organisasi.
efektivitas mencakup baik aspek organisasi maupun aspek lingkungannya.
3. Pendekatan konstituasi-strategis, yang didasari pada berbagai pihak yang berkepentingan dalam kinerja organisasi seperti :
a. Pimpinan organisasi berharap organisasi berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan,
b. Pemilik ingin meraih profit.
c. Manajer dan karyawan berharap memiliki penghasilan yang tinggi,
d. Kreditur berharap organisasi mampu memenuhi kewajibannya, e. Pemasok berkeinginan organisasi lancar melakukan
pembayaran,
f. Pemerintah berharap organisasi taat pada peraturan yang telah ditetapkan,
g. Pelanggan dapat dilayani dengan baik oleh organisasi.
Menurut Gibson (1994:26-28) ukuran efektivitas organisasi dapat dilihat
dari perspektif waktu yang dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Jangka pendek, yaitu ukuran kegiatan kurang atau sama dengan satu tahun yang mencakup kuantitas dan kualitas produksi yang dikonsumsi pelanggan, efisiensi penggunaan sumber organisasi, serta kepuasan karyawan organisasi.
2. Jangka menengah, yaitu ukuran kegiatan organisasi selama 5 (lima) tahun yang meliputi kemampuan organisasi beradaptasi dengan perubahan internal dan eksternal, serta kemampuan memperbesar kapasitas untuk berkembang.
3. Jangka panjang, yaitu memiliki jangka waktu yang tidak terbatas dalam hal bertahan hidup dan berkembang.
Dari segi kriteria efektivitas menurut Makmur (2011: 7-9) terdapat
beberapa unsur-unsur kriteria efektivitas, yang diantaranya:
2. Ketepatan perhitungan biaya, Setiap pelaksanaan suatu kegiatan baik yang melekat pada individu, organisasi, maupun negara yang bersangkutan. Ketepatan dalam pemanfaatan biaya terhadap sesuatu kegiatan, dalam arti bahwa tidak mengalami kekurangan sampai kegiatan itu dapat diselesaikan. Demikian pula sebaliknya tidak mengalami kelebihan pembiayaan sampai kegiatan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan hasilnya memuaskan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. 3. Ketepatan dalam pengukuran, Kita telah menyadari bahwa setiap kegiatan
yang dilakukan senantiasa mempunyai ukuran keberhasilan tertentu. Ketepatan ukuran yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau tugas yang dipercayakan kepada kita adalah merupakan bagian dari keefektivitasan.
4. Ketepatan dalam menentukan pilihan, Kesalahan dalam memilih suatu pekerjaan, metode, benda, sahabat, pasangan, dan lain sebagainya berarti tindakan yang dilakukan itu gambaran ketidakefektivan serta kemungkinan menciptakan penyesalan di kemudian hari.
5. Ketepatan berpikir, Memang kita tidak dapat menyangkal tentang pemikiran Descartes yang mengungkapkan cogito ergo sum (aku ada karena aku berpikir). Dengan demikian bahwa kelebihan manusia yang satu dengan manusia lainnya sangat tergantung ketepatan berpikirnya, karena ketepatan berpikir dari berbagai aspek kehidupan baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun pada alam semesta yang senantiasa memberikan pengarugh yang sifatnya positif maupun negatif. 6. Ketepatan dalam melakukan perintah, Keberhasilan aktivitas suatu
organisasi sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan seorang pemimpin, salah satu tuntutan kemampuan memberikan perintah yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan.
7. Ketepatan dalam menentukan tujuan, Organisasi apa pun bentuknya akan selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah mereka sepakati sebelumnya dan biasanya senantiasa dituangkan dalam sebuah dokumen secara tertulis yang sifatnya lebih stratejik, sehingga menjadi pedoman atau sebagai rujukan dari pelaksanaan kegiatan sebuah organisasi, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun organisasi yang dimiliki oleh masyarakat tertentu.
Dari studi kepustakaan, terdapat berbagai pendekatan yang sangat
bervariasi dari para sarjana dalam memberikan perspektif mengenai konsep
efektivitas organisasi. Akibatnya dalam memberikan pengertian mengenai
efektivitas organisasi itu sendiri terjadi persepsi yang berbeda pula, tergantung
pada kerangka acuan yang digunakan. Pandangan ahli ekonomi dan keuangan
terhadap efektivitas organisasi ialah menekankan pada aspek keuntungan atau laba
investasi. Sedangkan para ilmuwan bidang publik, lebih menekankan kepada
aspek kualitas produk jasa pelayanan kepada masyarakat. Dalam kaitan dengan
pandangan-pandangan seperti di atas.
Berdasarkan berbagai pandangan para ahli dengan berbagai pandangan
yang berbeda mengenai konsep efektivitas organisasi, namun dapat diambil garis
besarnya bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah kesesuaian antara
tujuan awal yang telah direncanakan dengan hasil akhir yang didapat.
2.1.2 Konsep Manajemen Strategi
Siagan dalam Rachmat (2014:15) menjelaskan bahwa manajemen
strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Menurut Rachmat (2014:14)
manajemen strategi adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan
pengevaluasian keputusan lintas fungsional yang memungkinkan suatu
perusahaan mencapai sasarannya. Manajemen strategi adalah proses penetapan
tujuan organisasi. Pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk
mengombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis
untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan menurut pendapat para ahli lainnya Barney mengartikan
Manajemen Strategik sebagai pemilihan dan penerapan strategi, seangkan strategi
adalah pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi dapat
mempertahankan kinerjanya. Adapun Grant memahami strategi sebagai
keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber daya untuk menciptakan
posisi menguntungkan. Dengan kata lain, manajemen strategik terlibat dengan
pengembangan dan implementasi stretegi dalam kerangka pengembangan
keunggulan bersaing. Selanjutnya Michael A. Hitt, R. Duane Ireland, dan Robert
E. Hoslisson menyebutkan bahwa manajemen strategik adalah proses untuk
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi hal-hal yang ingin dicapai dan cara
mencapai hasil yang bernilai. Selanjutnya, menurut J. David Hunger dan Thomas
L.Wheelen Strategic management is that a set of managerial decisions and actions
that determines the long-run performance of a corporation. Yang artinya,
manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Rachmat, 2014:14-15).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat diketahui fokus manajemen
strategik terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting,
produk/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer
untuk mencapai keberhasilan organisasi. Pada hakikatnya, manajemen strategik
adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang mengarah pada
tujuan. Dengan demikian, terdapat dua hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu
sebgai berikut :
1. Manajemen srategik terdiri atas tiga proses : (1) pembuatan strategi, meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasian peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan, pengembangan alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. (2) penerapan strategi meliputi penentuan sasaran operasional tahunan, kebijakan organisasi, pemotivasian anggota dan pengalokasian sumber daya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan. (3) evaluasi kontrol strategi, mencakup usaha-usaha untuk memenuhi memonitor seluruh hasul pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.
2. Peran manajemen strategik meraih tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Dengan manajemen strategik, setiap unit atau bagian yang ada di perusahaan dapat melaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.
Adapun fungsi manajemen strategik menurut Rachmat, (2014:19-21)
adalah elemen-elemen dasar yang selalu ada dan melekat dalam proses
manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan ataupun perencanaan yang terstruktur untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi manajemen dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning), yaitu proses kegiatan memikirkan hal-hal yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki dan menentukan prioritas ke depan agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan dasar organisasi.
3. Pengarahan (Directing), yaitu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
4. Pengevaluasian (Evaluating), yaitu proses pengawasan dan pengendalian performa organisasi untuk memasstikan bahwa jalannya organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut James A.F.Stoner menyatakan manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun menurut pendapat lainnya Stoner
Merumuskan keempat ungsi manajemen sebgai berikut :
1. Perencanaan (Planning) menunjukan bahwa para manajer memikirkan tujuan dan kegiatan sebelum melaksanakannya.
2. Pengorganisasian (Organizing) berarti para manajer mengkordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi.
3. Memimpin (To Lead) menunjukan cara para manajer mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya.
4. Pengendalian (Conrolling) berarti para manajer berusha untuk meyakinkan bahwa organisasi bergerak ke arah tujuan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi organisasi adalah
2.1.3 Proses Manajemen Strategi
Menurut Hunger dan Wheelen (2003:9) proses manajemen strategis
meliputi empat elemen dasar yaitu :
1. Pengamatan Lingkungan
a. Analisis Eksternal, Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada diluar organisasi dan secara tidak khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian : Lingkungan kerja dan Lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Berapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, pedagang, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus dan asosiasi perdagangan. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan-kekuatan umum kekuatan itu tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.
2. Perumusan Strategi, Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan . dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan.
3. Implementasi Strategi, Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali katika diperlukan perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan bawah akan mengimplementasikan strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen punak.
4. Evaluasi dan Pengendalian, Evaluasi dan Pengendalian adalah proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dengan kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walaupun evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategis. Elemen itu juga dapat menunjukan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi stretegi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali.
Pada level korporasi, proses manajemen strategi meliputi
aktivitas-aktivitas mulai dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen
mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kesempatan dan ancaman dan
mengamati lingkungan internal untuk kekuatan dan kelemahan faktor-faktor yang
paling penting untuk masa depan perusahaan disebut faktor-faktor strategis dan
Sedangkan menurut David mendefinisikan proses manajemen strategis
adalah usaha untuk mengulangi apa yang tejadi dalam pikiran orang cerdas,
instuisi yang mengetahui bisnis dan mengaitkannya dengan analisis, proses
manajemen strategis menurut David (2004:5-6) terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Perumusan Strategi, Termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.
2. Implementasi Strategi, menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan profesi organisasi.
3. Evaluasi Strategi, Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis, para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu berfungsi dengn baik evaluasi strategi terutama berarti berusaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah (David, 2004:5-6)
2.1.4 Konsep Pembangunan
Pembangunan biasanya secara umum didefinisikan sebagai rangkauan
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara dan bangsa menuju modernitas. Pembangunan pada
hakekatnya adalah upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang
menjadi cita-cita bangsa Indonesia, pembangunan juga dipandang sebagai
tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam pembangunan yaitu kemakmuran secara adil
kepada semua warga negara, peningkatan kreativitas dan produktivitas bangsa,
alih teknologi, kebebasan dan martabat kemanusiaan yang lebih baik, partisipasi
penuh masyarakat dalam mengambil keputusan, kebebasan menyatakan pendapat,
dan pendidikan bagi semua anggota masyarakat. (Mochtar Lubis, 1990).
Sedangkan Menurut Mardikanto (1993:1-4) ialah pembangunan dapat diartikan
sebagai berikut :
1. Proses yang diupayakan secara sadar dan terencana.
2. Proses perubahan yang mencakup banyak aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
3. Proses pertumbuhan ekonomi
4. Proses atau upaya yang dilaksanakan untuk memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan individu dan seluruh warga masyarakat. 5. Pemanfaatan teknologi baru atau inovasi yang terpilih.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh (Rahardjo 1999:192)
pembangunan dapat diartikan sebagai berikut :
1. Proses yang menunjukan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi yang mendahuluinya.
2. Usaha yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan perubahan sosial melalui modernisasi, perubahan sosial yang dimaksud adalah perubahan sosial yang utuh, bukan yang parsial. Dengan kata lain, pembangunan adalah proses perubahan yang disengaja atau direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki.
Dengan demikian pembangunan masyarakat adalah setiap usaha usaha
perbaikanatau kegiatan yang dilakukanoleh seluruh warga masyarakat setempat
guna mencapai kondisi masyarakatnya setingkat lebih baik dari pada kondisi yang
menciptakan tingkat kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat dengan
melibatkan peran serta nyata dari mereka (Hartoyo 1996:3-4), dari batasan
pengertian tersebut bahwa dalam pembangunan masyarakat terkandung 3 hal,
yaitu :
1. Adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruhanggota masyarakat.
2. Kegiatan tersebut mempunyai tujuan, yaitu menciptakan tingkat kehidupan yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
3. Kegiatan tersebut sangat diperlukan adanya peran serta nyata dari seluruh anggota masyarakat.
Peran serta yang dimaksud adalah keterikatan langsung dari warga tanpa
adanya dorongan yang kuat dari pihak luar. Dalam hal ini peran serta yang
diharapkan tumbuh dan berkembang dari seluruh warga masyarakat hendaknya
meliputi :
1. Peran serta dalam pemikiran, misalnya dalam identifikasi masalah-masalah yang perlu segera dibangun, membuat perencanaan pembangunan, dan sebagainya.
2. Peran serta dalam penghimpunan dana, misalnya memberikan sumbangan uang dan bahan-bahan guna pembangunan.
3. Peran serta dalam penyelesaian tenaga, misalnya turut serta dalam kegiatan kerja bakti melaksanakan pembangunan.
4. Peran serta menikmati hasil pembangunan.
Menurut Siagian (1988:30-46), sedkitnya ada 10 prinsip dalam
penyelenggaran pembangunan masyarakat, yaitu :
1. Kesemestaan atau kompherensif, artinya cakupan bidang-bidang pembangunan masyarakat harus meliputi seluruh segi kehiupan dan penghidupan masyarakat luas.
pemerintah beserta seluruh aparaturnya betapapun tingginya disiplin dan dedikasi aparatur tersebut.
3. Keseimbangan, artinya sesuatu bidang pembangunan tidak dapat dipandang lebih dari bidang yang lain. Bahwa sesuatu bidang tertentu didahulukan pelaksanaannya, kiranya tidak merupakan masalah, karena secara logis akan menuntun pelaksanaan yang didasarkan atas sesuatu skala prioritas yang jelas.
4. Kontinuitas, maksudnya diperlukan kesinambungan pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan itu, dan satu tahap pembangunan hanyalah satu rantai dari sesuatu mata rantai yang amat panjang. 5. Pendekatan kesisteman, yaitu suatu cara yang tepat untuk
dipergunakan dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit. Pendekatan sistem ini tidak terlihat suatu komponen bergerak dalam keadaan isolasi, melainkan melihat dan menganalisa ketergantungan antara dua interrelasi serta interaksi diantara komponen-komponen sehingga keseluruhan komponen bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat.
6. Mengendalkan kekuatan tersendiri, namun bukan berarti bahwa penyelenggaraan pembangunan itu dilakukan dalam suasana terisolasi.
7. Kejelasan strategi dasar, maksudnya harus mengandung pedoman pokok sebgai pegangan utama yang dalam proses selanjutnya perlu dan memang dijabarkan dalam rencana danprogram kerja yangdalam banyak hal ini dituangkan dalam proyek-proyek pembanunan.
8. Skala prioritas yang jelas dan bersifat luwes, artinya skala prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya harus dimungkinkan untuk ditinjau secara berkala dan apabila memang perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu sehingga menjadi lebih realistis. 9. Kelesteraian ekologi, maksudnya pembangunan harus pula
sekaligus menjamin kelestarian ekologis dan keseimbangan ekosistem di bumi ini.
Pembangunan masyarakat sebagai suatu kegiatan dalam pelaksanaannya
haruslah berpegang teguh pada prinsip-prinsip pembangunan masyarakat. Prinsip
merupakan suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman
dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten, suatu
prinsip dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang diyakini kebenarannya bagi
pelaksanaan kegiatan. Menurut sanders dalam sjafari (2012:22) terdapat sepuluh
prinsip dalam pembangunan masyarakat, yakni :
1. Semua kegiatan yang dilakukan harus ada kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Kegiatan pertama harus dimunculkan dalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sudah diutarakannya.
2. Pengembangan lokal harus dilakukan melalui usaha-usaha yang tidak berkaitan dengan substansi kegiatan, namun dengan demikian pengembangan masyarakat memerlukan kegiatan yang terfokus melalui keberadaan program-program yang memiliki tujuan ganda. 3. Perubahan perilaku masyarakat sama pentingnya dengan
usaha-usaha proyek pengembangan material dalam tahap awal pembangunan.
4. Pembangunan komunitas bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat secara umu, evitalisasi keberadaan danperubahan pemerintah lokal ke arah administrasi lokal yang lebih efektif. 5. Identifikasi, dan pelatihan dan pengayaan epemimpinan lokal harus
dijadikan tujuan utama dalam setiap program.
6. Pembebasan yang lebih besar dalam partisipasi wanita dan pemuda dalam pembangunan komunitas, keberadaan mereka harus dipertahankan dan dikembangkan masa mendatang.
7. Untuk mendapatkan hasil efektif, proyek pembangunan masyarakat harus mendapatkan dukungan intensif dari pemerintah.