• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) yang lahir pada saat proses amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan. Kelahiran DPD tentu saja semakin mewarnai ide dan gagasan ketatangeraan Indonesia yang memang semakin bergema sejak era reformasi dimulai. Menurut Asshiddiqie (2006: 160) bahwa reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1999 telah menyebabkan banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktek ketatanegaraan. Setiap gagasan akan perubahan tersebut sudah dituangkan dalam amandemen pertama sampai keempat dari UUD 1945. Apabila dilihat ke belakang, setidaknya ada empat gagasan fundamental berkaitan dengan proses amandemen di atas, yaitu: Pertama, anutan prinsip pemisahan kekuasaan dengan segala implikasinya sebagai ganti dari prinsip pembagian kekuasaan; kedua, diterapkannya kebijakan nasional yang menyangkut penyelenggaraan otonomi daerah yang seluas-luasnya; ketiga, gagasan pemilihan Presiden secara langsung; keempat, gagasan pembentukan DPD yang akan melengkapi keberadaan DPR selama ini”.

Kelahiran DPD sangat didasari oleh keinginan semua pihak termasuk pemerintah pusat dan daerah untuk memperbaiki hubungan kerja dan penyaluran kepentingan antara kedua level pemerintahan tersebut. Dalam hal ini, DPD juga diharapkan hadir sebagai lembaga yang mampu membantu untuk mengatasi kesenjangan antara pusat dan daerah sesuai semangat otonomi daerah yang menjamin keadilan, demokrasi, dan jaminan keutuhan integritas wilayah Negara.

Kelahiran DPD RI telah membangkitkan harapan masyarakat di daerah bahwa kepentingan daerah dan masalah-masalah yang dihadapi daerah dapat diangkat dan diperjuangkan di tingkat nasional sampai melahirkan solusi pembangunan di daerah yang konkrit. Untuk memenuhi harapan daerah yang besar tersebut, menurut Christian (2008: 34), bahwa DPD RI menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yaitu, fungsi legislasi, pertimbangan dan pengawasan. Fungsi legislasi yaitu, mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR dan ikut membahas RUU terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Menurut Nugroho (2005: 29), bahwa permasalahan mendasar di daerah adalah keterbatasan infrastruktur fisik dan non fisik di daerah yang memiliki dampak luas terhadap pembangunan daerah mulai dari pengembangan ekonomi lokal, pelayanan masyarakat, peningkatan sumber daya manusia (SDM), investasi, dan masalah lainnya. Spirit pembangunan daerah yang berkelanjutan harus menjadi agenda utama seorang anggota DPD untuk terus diperjuangkan sampai di pusat.

Sangat disayangkan kalau potensi daerah yang beraneka ragam dengan ciri khasnya masing-masing belum sama sekali tersentuh dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat di daerah.

Zoelva (2007: 4) menyatakan bahwa pembentukan DPD sebagai salah satu institusi negara yang baru, adalah dalam rangka memberikan kesempatan kepada orang-orang daerah untuk ikut mengambil kebijakan dalam tingkat nasional, khususnya yang terkait dengan kepentingan daerah, termasuk mengakomodasi

pembangunan yang berorientasi pada berkepentingan masyarakat. Pembentukan ini diharapkan akan lebih memperkuat integrasi nasional serta semakin menguatnya perasaan kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang terdiri dari daerah-daerah.

Namun, peran dan kedudukan DPD sebagai lembaga parlemen juga sangat terbatas.

Peran dan kewenangan DPD hanya sebatas pengusulan RUU yang terkait dengan otonomi daerah, pengawasan khusus untuk bidang otonomi daerah, serta turut serta dalam pembahasan RUU yang terkait dengan otonomi daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut ditunjang oleh visi dan misi DPD yaitu visi:

terwujudnya Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai lembaga legislatif yang kuat, setara dan efektif dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah menuju masyarakat Indonesia yang bermartabat, sejahtera, dan berkeadilan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan Misi DPD-RI., Berdasarkan visi tersebut, rumusan misi DPD RI disepakati sebagai berikut:

1. Memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah untuk mewujudkan pemerataan pembangunan kesejahteraan rakyat dalam rangka memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berkesinambungan.

2. Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat terhadap isu-isu penting di daerah.

3. Memperjuangkan penguatan status DPD RI sebagai salah satu badan legislatif dengan fungsi dan kewenangan penuh untuk mengajukan usul, ikut membahas, memberikan pertimbangan, dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang, terutama yang menyangkut kepentingan daerah.

4. Meningkatkan fungsi dan wewenang DPD RI untuk memperkuat sistem check and balance melalui amandemen Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945

5. Mengembangkan pola hubungan dan kerja sama yang sinergis dan strategis dengan pemilik kepentingan utama di daerah dan di pusat. (www. Visi Misi DPD RI. di Akses Tanggal 19/02/2013:11).

Berdasarkan visi dan misi DPD RI. Menurut Suwarno (2009: 30) bahwa prioritas pembangunan daerah yang hendak dicapai mencakup lima bidang sasaran utama yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia dan yang berdampak terhadap aspek pembangunan lainnya, yaitu: Pertama terbangunnya infrastruktur daerah yang memadai; kedua terwujudnya pembangunan perekonomian rakyat yang kuat; ketiga meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat yang terjangkau;

keempat terlaksananya pemerataan dan kesempatan pendidikan bagi seluruh

masyarakat luas; kelima terhimpunnya investasi modal bagi pembangunan daerah.

Aspek penting dari sasaran prioritas di atas yang perlu mendapat perhatian secara khusus menurut Suwarno (2009: 37) adalah: pertama terbangunya infrastruktur jaringan air bersih bagi masyarakat; kedua tercapainya perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk ekonomi lemah/miskin di pemukiman kumuh dan daerah pinggiran; ketiga terkendalinya penyebaran penyakit HIV/AIDS serta menurunya angka kematian ibu dan balita; keempat mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang melalui penghijauan; kelima terbangunya tata kepemerintahan yang baik dan bersih dan keenam meningkatnya kualitas pelayanan publik oleh apartur pemerintah.

Secara umum tema pembangunan daerah pada tahun 2013 adalah:

“Penanggulangan kemiskinan melalui penguatan ekonomi masyarakat yang didukung oleh kualitas kesehatan, pendidikan dan infrastruktur wilayah serta pelayanan birokrasi yang optimal. Prioritas pembangunan daerah Kabupaten Takalar diarahkan pada (1) Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan kerja; (2) penanggulangan kemiskinan; (3) peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik; (4) menjaga kualitas kesehatan;

(5) menjaga kualitas pendidikan; (6) peningkatan kualitas sarana prasarana publik;

(7) menjaga stabilitas ketahanan pangan; (8) menjaga kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup; (9) pengelolaan bencana dan percepatan pemulihan pasca bencana (10) menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban (11) peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan.

Program pembangunan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat membutuhkan penanganan dari berbagai pihak agar program tersebut dapat terlaksana dengan baik. Untuk dapat mensukseskan program pembangunan selain dibutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat juga dibutuhkan pemimpin yang bersedia tampil dalam setiap pembangunan.

Seorang pemimpin harus memiliki sikap pelopor, berani, memberikan contoh dan teladan yang baik serta rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat. Sehingga keberhasilan pembangunan pedesaan ditentukan oleh beberapa hal di antaranya adalah keterlibatan masyarakat dan kemampuan serta keterampilan pemimpinnya dan dukungan DPD dalam menggerakkan semangat pembangunan.

Dewan Perwakilan Daerah, selain memberi kontribusi kepada pembangunan daerah Lembaga Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) saat ini masih terbentur pada satu masalah utama, yakni keberadaannya yang nisbi dan serba-tanggung sebagai suatu lembaga legislatif. Gagasan dasar pembentukan sebagai suatu lembaga pengimbang (check and balance) kekuasaan, baik di lingkungan lembaga legislatif sendiri (DPR dan MPR RI) maupun di lembaga-lembaga eksekutif (pemerintah), belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan efektif.

Bertolak dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang “Peranan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia dalam Mengakomodasi Kepentingan Masyarakat untuk Pembangunan Daerah Kabupaten Takalar”

Dokumen terkait