• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian penduduk kabupaten klaten masih berkutat dengan berbagai permasalahan seperti produktivitas tenaga kerja di pedesaan rendah, lahan pertanian semakin sempit, pendapatan rumah tangga petani rendah, daya beli buruh petani lemah, dan mayoritas penduduk miskin berada di pedesaan. Kebanyakan kondisi sosial ekonomi di pedesaan masih tertinggal jauh dari masyarakat perkotaan. Sebagian masyarakat masih bekerja sebagai petani dan home industri kreaktif yang masih bersifat tradisional sehingga tidak mampu mensejahterakan kehidupan mereka.

Oleh karena itu banyak masyarakat pedesaan yang beralih dari sektor pertanian ke sektor industri non pertanian. Kabupaten Klaten adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki berbagai kekayaan alam, kekayaan budaya dan pariwisata. Disamping itu Kabupaten Klaten juga memiliki potensi sumber daya usaha kecil dan menengah yang dapat dikembangkan guna mencapai kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu usaha kecil dan menengah yang dapat dikembangkan di Kabupaten Klaten ini adalah usaha kecil dan menengah pembuatan kerajinan gerabah.

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah lempung dalam wujud seperti priuk, belanga, tempat air, dan yang lainnya. Di desa setempat banyak berdiri berbagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dilakukan untuk memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional, dalam kerajinan gerabah dan keramik di beberapa desa di Kabupaten Klaten.

Usaha kerajinan gerabah merupakan salah satu Industri Kreaktif yang telah mampu memberikan sumbangan kepada PDB nasional secara signifikan yaitu dengan rata rata kontribusi periode 2002 – 2006 sebesar 104,637 triliun rupiah atau dengan rata rata persentase kontribusi periode 2002 – 2006 sebesar 6,28 %. Pada tahun 2006, kontribusi PDB industri kreaktif berdasarkan harga konstan 2000 adalah sebesar 104,787 triliun rupiah yaitu 5,67 % dari total PDB Nasional. Jika dihitung dengan nilai nomial senilai 189,4 triliun rupiah (Pangestu, 2008).

Salah satu subsektor industri kreaktif adalah kerajinan menyumbang sekitar 26,7 triliun rupiah atau sebesar 25,51 % (Pangestu, 2008) yang di dalamnya ada industri kerajinan grabah dan kreamik. Industri kerajinan gerabah dan keramik merupakan salah satu industri berbasis ekonomi kreaktif yang terdapat di beberapa tempat di pulau jawa diantaranya Yogyakarta dan Jawa Tengah yaitu di Kasongan Bantul dan Melikan

Klaten. Pada umumnya industri keramik merupakan industri kecil dan menengah, mengambil bahan baku dari sekitar lokasi industri, berbeda dengan industri yang sudah mempunyai kelompok yang mengambil bahan bakunya sudah dapat diperoleh dari kecamatan lainnya.

Departemen Perdagangan (2008) menyebutkan industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Pemerintah menyadari bahwa ekonomi kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi negara yang maju.

Pemerintah pun mulai melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan karena bangsa Indonesia mempunyai sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Selain itu, industri kreatif juga dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan. Industri kreatif perlu dikembangkan karena memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah Departemen Perdagangan, (2008). Pertama, sektor industri kreatif

memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, dan sumbangannya terhadap PDB. Kedua, menciptakan Iklim bisnis positif yang berdampak pada sektor lain. Ketiga, membangun citra dan identitas bangsa seperti turisme, ikon Nasional, membangun budaya, warisan budaya, dan 5 nilai lokal. Keempat, berbasis kepada Sumber Daya yang terbarukan seperti ilmu pengetahuan dan peningkatan kreatifitas. Kelima, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Terakhir, dapat memberikan dampak sosial yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial.

Industri kreaktif merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual (intellectual property) menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. (Solo Kompas, 2008) industri kreatif gerabah dan keramik yang berbasis pada kultur dan budaya tradisi masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Namun, pengusaha sering terkendala pada penguasaan menyangkut teknis bisnis.

Pertumbuhan industri ekonomi kreatif Indonesia dinilai mampu mendorong untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 persen dalam RAPBN 2013, produk yang ada bukan hanya sekedar produk pabrikan tetapi memiliki nilai lebih dan daya beli masyarakat sudah semakin baik. Produk yang dihasilkan industri kecil dan menengah

Indonesia memiliki nilai kreativitas dan inovasi yang tinggi kreatif. prospek industri ini ke depannya akan semakin baik terlebih dengan menig katnya jumlah kelas menengah di Indonesia, pemerintah sudah memberikan insentif berupa potongan harga bagi pembelian mesin untuk produksi industri tersebut, besaran potongan harganya hingga 40 persen dari harga pembelian, sehingga bisa mendorong produktifitas.

Produksi industri ekonomi kreatif selain itu pemerintah hendaknya memberikan pelatihan, pendampingan dan penyediaan tenaga ahli bagi tumbuhnya industri kreatif di Indonesia. Di dalam industri kreatif, kreatif memegang peranan sentral sebagai sumber daya utama. Industri kreatif lebih banyak membutuhkan sumber daya ktearif yang berasal dari kreatifitas manusia daripada sumber daya fisik. Namun demikian, sumber daya fisik tetap diperlukan terutama dalam peranannya sebagai media kreatif dalam pembuatan gerabah yang modern dan inovatif. industri kreatif ini akan berperan penting dalam menentukan strategi pengembangan.

Dengan mengetahui intensitas pemanfaatan sumber daya alam di dalam industri kreatif, maka strategi pengembangan sektor tertentu harus memperhatikan aspek kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang dibutuhkan dalam industri tersebut. Selain itu, kebijakan pemerintah dari berbagai instansi yang menyentuh empat aspek dominan yang berbeda di dalam industri kreatif tersebut (Seni dan Budaya, Media, Desain, dan Iptek) akan berdampak pula pada subsektor industri kreatif bersangkutan.

Kabupaten Klaten mempunyai warisan budaya lokal yang berpotensi bagus untuk terus dikembangkan. Adapun beberapa Industri kreaktif yang terkenal sebagai desa penghasil gerabah yaitu Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten dan pembuatan kerajinan gerabah kabupaten klaten tersebut berpusat di desa Pagerjurang Kecamatan Bayat, di desa ini sebagian besar penduduk mengantungkan hidupnya dari usaha pembuatan kerajinan gerabah. Oleh karena itu desa tersebut ditetapkan sebagai desa wisata yang ada di Klaten. Desa ini berbatasan langsung dengan desa Bayat di bagian utara yang terkenal juga gerabah nya desa tersebut bernama Desa Pagerjurang yang berseblahan juga dengan Desa Melikan.

Di desa pagerjurang dan melikan ini terdapat sekitar 50 rumahan gerabah. industri rumahan ini satu sama lain saling berseblahan dan bersebrangan dan hanya dipisahkan oleh gang ataupun pagar pekarangan rumah. Ciri Khas adalah Gerabah Bayat tak pernah dicat seperti gerabah dari Kasongan atau tempat lain. Warnanya natural dan lebih kuat karena tanahnya khusus dengan campuran pasir yang sangat sedikit. Biasanya

akan dijumpai stempel simbol “Paju”, yang merupakan singkatan dari

Pagerjurang, di setiap benda yang dihasilkan. Meski secara administratif masuk Kecamatan Wedi, orang lebih sering menyebut gerabah Bayat. Pembuatan kerajinan gerabah di Dukuh Pagerjurang Desa Melikan Kecamatan Bayat ini telah berlangsung selama puluhan tahun dengan

mengunakan peralatan yang sangat sederhana dengan bantuan tenaga manusia sebagai sumber tenagautamanya.

Secara Umum para pengrajin gerabah di Dukuh Pagerjurang Desa Melikan Kecamatan Wedimasih mengunakan metode tradisional terutama pada proses pemutarannya menggunakan tenaga manusia sebagai tenaga utama dapat dipastikan akan terjadi perbedaan pada kualitas produk kerajinan gerabah satu dengan yang lainnya. Gerabah khas Bayat memiliki ciri khas yang berbeda jika dibandingkan dengan yang berasal dari daerah lain, terutama yakni Teknik putaran miring saat pembuatannya. Gerabah khas Bayat juga memiliki warna coklat polos, dan tidak menggunakan sentuhan warna-warni lainnya.

Dalam penelitian ini penulis fokus pada perkembangan usaha kerajinan gerabah pada aspek modal usaha, biaya produksi dan omset penjualan. Keberadaan usaha kerajinan gerabah yang ada di kecamatan Wedi Kabupaten Klaten, sangat banyak yang memproduksi kerajinan gerabah tersebut. Dengan adanya usaha kerajinan gerabah, masyarakat sekitar juga dapat ikut berperan aktif mengambangkan usaha dan ikut memodifikasi dalam produksi dengan cara enfluerage. (proses produksi yang memerlukan banyak waktu dan tenaga kerja). Sebagai daerah pengarajin gerabah, pagerjurang dipenuhi oleh kegiatan berkeramik setiap harinya. Seiring dengan perkembangan Era Globalisasi permasalahan perlahan muncul khusunya dalam modal usaha yang dimiliki oleh pengusaha industri yang menengah ke bawah.

Hal itu disebabkan oleh menurunya selera konsumen yang menyebabkan para pengusaha kesulitan untuk memperoleh modalnya kembali guna untuk produksi yang selanjutnya, berdasarkan alasan tersebut para pengrajin pun mulai beralih ke pekerjaan yang lain yang lebih menjanjikan. Adapun pengrajin mendapatkan modal pinjaman dari Bank Plecit atau kita kenal dengan rinternir, pengrajin sangat mengeluhkan adanya bank plecit seperti ini karena pengrajin ditutut untuk membayar pinjamannya dengan jumlah yang terlalu tinggi sesuai bunga yang ditetapkan oleh bank plecit tersebut terhadap pengrajin. Para pengrajin mulai kehilangan kepercayaan diri, sehingga meraka pun tidak dapat bersaing dengan perubahan yang ada dan gerabah Desa Melikan, Dukuh Pagerjurang pun akan tergeser keberadaanya.

Dalam Proses produksi permasalahan pun sering muncul dalam penggunaan tekonlogi masih menggunakan proses tradisional yang terkenal di desa ini yaitu dengan cara pembuatan sederhananya yaitu teknik miring yang mengakibatkan terbatasnya proses produksi, alasan pengrajin tidak menggunakan perbot mesin, karena biaya perawatan yang cukup mahal dan pengrajin merasa produktivitas produk akan kurang baik. Desain gerabah pun masih cenderung sederhana.

Di beberapa industri pengusaha adapun penjelasan teknik ini berawal dari para pengrajin yang sebagian besar perempuan sangat menjaga adat budaya ketimuran dengan tidak membuka kedua pahanya, Penjualan dilakukan di dalam dan di luar desa ini. Karena merupakan desa wisata,

untuk menarik para wisatawan datang, desa ini juga menjual gerabah yang diletakkan di showroom yang dapat terlihat di kanan kiri jalan begitu masuk gapura besar yang menandai desa sentra kerajinan ini. Pasar-pasar yang dirambah seperti pasar-pasar dalam negeri yaitu Bali, Surakarta, Sukoharjo, Semarang, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.

Menurut Riyanto (2013), modal adalah biaya biaya yang dikeluarkan untuk operasi perusahaan dalam satu periode (dalam jangka pendek) meliputi kas, persedian barang, dan piutang modal merupakan kunci utama dalam pendirian usaha gerabah tanpa modal yang cukup perusahaan tidak dapat berjalan dengan maksimal. Setiap pengusaha membutuhkan modal usaha dalam berproduksi, misalnya untuk pembelian bahan baku dan membayar gaji karyawan, diamana modal yang dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali masuk kedalam perusahaan dalam waktu pendek melalui hasil produknya. Permaslahan produksi juga terlihat dalam biaya bahan baku yang dimana keterbatasanya tanah liat yang ada di desa pagerjurang kecamatan bayat.

Belakangan ini, Perhutani mematok lahannya dan melarang pengambilan tanah merah karena dikhawatirkan akan merusak hutan di kawasan tersebut. Satu-satunya tempat untuk mendapatkan bahan baku adalah perbukitan di wilayah Bayat. Namun, untuk menjangkau daerah itu sulit akibat tidak adanya jalan masuk. Sehingga mengharuskan para pengusaha industri gerabah mencari bahan baku tanah liat ke luar kecamatan bayat. Bahan baku merupakan bahan dasar yang digunakan

untuk membuat suatu barang melalui proses produksi sehingga menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi (Herjanto, 2004). Dengan adanya usaha kerajinan gerabah tentu memerlukan waktu dan tenaga kerja yang tidak sedikit oleh karena itu masyarakat dapat ikut berperan serta mengembangkan usaha kerajinan gerabah.

Dalam usaha meningkatkan pemasaran pengusaha kerajinan gerabah mengalami kendala dengan banyak munculnya sentra pengrajin yang lain, sehingga menimbulkan persaingan yang ketat dalam penetapan harga usaha. Pesaing usaha kerajinan gerabah ini adalah bakul gerabah yang menjual produk gerabah pengrajin di showroom dengan tingkat harga yang lebih tinggi dibandingkan harga dari para pengrajin gerabah. Dalam pembangunan ekonomi di indonesia sektor UMKM selalu mengambil bagian pada sektor yang terpenting. Karena sebagaian besar pendudukanya berpendidikan rendah dan hidup dalam usaha kegiatan kecil baik di sektor tradisional maupun modern.

Perkembangan UMKM memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan UMKM yang telah mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Peran UMKM yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja. Kontribusi UMKM dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2003 adalah sebesar 56,7% dari total PDB nasional, terdiri dari kontribusi usaha mikro dan

kecil sebesar 41,1% dan skala usaha menengah sebesar 15,6%. UMKM berperan besar dalam penyediaan lapangan kerja, sehingga perlu selalu dibina, diberdayakan dan difasilitasi (RPJMN 2004 2009: 209). (Chaniago, 2002) memberikan pendapat tentang omset penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjualan suatu barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu berdasarkan pendapat tersebut pengusaha dituntut untuk meningkatkan produktivitasnya.

Pengaruh globalisasi dan teknologi sekarang ini sangat kuat dan luas dirasakan oleh masyarakat hingga lapisan yang paling bawah. yang utamanya adalah di bidang ekonomi, globalisasi, teknologi dan budaya sangat kuat pengaruhnya terhadap masyarakat yang bergerak di bidang sekala kecil menengah. sebagian dari mereka ada yang bisa bertahan dan bahkan bisa mempertahankan usaha industrinya. Permasalahan yang sering muncul adalah kurang baiknya tata niaga pemasaran produk gerabah Desa Melikan, terbatasnya teknologi pemasaran dan juga kurang nya promosi yang dilakukan oleh pengrajin Desa Melikan.

Tetapi ada sebagian besar dari usaha mereka yang kemendegan (usaha industri yang ditekuni tidak berkembang) bahkan ada yang sampai gulung tikar. Tetapi dengan adanya usaha kerajinan gerabah yang dilakukan oleh masyarakat desa melikan, usaha tersebut amat terpenting bagi warga masyarakat desa melikan karena merupakan mata pencaharian yang sudah turun menurun jadi apabila ada pengusaha yang kekurangan

modal, sulitnya pemasaran dan penurunan omset penjualan merupakan resiko yang sangat kurang baik.

Penelitian tentang kerajinan gerabah yang ada di Kecamatan Wedi ini penting dilakukan karena industri ini merupakan industri masyarakat yang bergerak di bidang sekala kecil menengah yang diharapakan mampu memberikan kontribusi yang positif dan mampu berkembang pesat dengan didukung aktivitas pariwisata di Klaten yang akan memberikan peluang dalam pemasaran produk bersekala kecil menengah. Dengan demikian sektor industri kecil menengah dan pariwisata diharapakan dapat berkembang secara bersamaan dalam rangka peningkatan ekonomi bagi daerah kabupaten klaten.

Ada beberapa variabel dalam perkembangan usaha kerajinan gerabah ini, diantaranya aspek modal usaha, biaya produksi, omset penjualan. Variabel pertama modal usaha adalah sejumlah nilai pokok yang dimiliki dan digunakan oleh pengusaha untuk membiayai kegiatan usaha dagangnya setiap hari, baik berupa total nilai uang, barang dagangan maupun peralatan yang dapat dihitung dalam satuan rupiah. Variabel kedua Aspek biaya produksi yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan meliputi biaya biaya : biaya bahan baku, bahan bakar, transportasi, tenaga kerja, listrik, dan air perawatan mesin. Variabel ketiga adalah omset penjualan yang dilihat dari segi omset penjualan, hal yang perlu diperhatikan pada omset penjualan adalah hasil penjualan gerabah selama satu tahun tertentu. Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul

“PROSPEK PERKEMBANGAN USAHA GERABAH DITINJAU DARI ASPEK MODAL USAHA ASPEK BIAYA PRODUKSI DAN OMSET PENJUALAN SETUDI KASUS : USAHA KERAJINAN GERABAH DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

Dokumen terkait