• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Oleh Petani Padi Sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang (SRI) Oleh Petani Padi Sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Oleh Petani Padi Sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang (SRI) Oleh Petani Padi Sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang

Kabupaten Deli Serdang

Lahan sawah sebagai salah satu variabel utama produksi padi yang menentukan, saat ini luas lahan sawah di Indonesia tercatat 8.132.346 Ha (hasil audit Lahan Kementan tahun 2012). Rata-rata indeks pertanaman (IP) adalah 140 % dan produktivitas rata-rata nasional adalah 5,16 ton/ha. Dari total lahan tersebut harus dapat menyediakan pangan khususnya padi untuk sekitar 237,6 Juta orang penduduk Indonesia (BPS,2010). Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkurangnya tingkat kesuburan lahan, maka diperlukan upaya perbaikan kesuburan lahan sawah melalui penambahan asupan pupuk organik kedalam tanah, sekaligus diharapkan dapat meningkatkan produksi.

Kabinet Kerja pada pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menetapkan program swasembada berkelanjutan untuk padi, jagung serta kedelai harus dapat dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Adapun target produksi yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah produksi padi 73,40 juta ton GKG dengan tingkat pertumbuhan 2,21% per tahun. Pencapaian swasembada berkelanjutan padi Tahun Anggaran 2015 dilaksanakan melalui program perbaikan dan rehabilitasi jaringan irigasi, optimasi lahan dan upaya intensifikasi lainnya. Untuk mempercepat pencapaian target produksi, maka melalui APBN-P 2015 Kementerian Pertanian melakukan terobosan dengan melaksanakan kegiatan pertanaman padi pola SRI

percepatan swasembada padi serta membuka peluang untuk ekspor beras premium.

Pelaksanaan pertanian tanaman padi System of Rice Intensification (SRI) telah dilaksanakan di Indonesia sejak 2006. Produksi dan produktivitas SRI cukup memberikan harapan dibanding dengan pola pertanaman konvensional yang dilakukan selama ini. Praktek pertanian pola SRI, pada dasarnya adalah praktek budidaya padi sehat yang menekankan pentingnya untuk perbaikan kesuburan tanah dengan bahan organik, memperkuat manajemen pengelolaan tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan mendorong kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan pertanian ramah lingkungan.

Di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang, penerapan System of Rice Intensification (SRI) sudah dimulai sejak tahun 2014. Petani mendapatkan informasi dari petugas penyuluh desa yang bertugas. Pada awalnya, petani menganggap bahwa pola tanam System of Rice Intensification (SRI) tidak memungkinkan untuk diterapkan dikarenakan berbagai faktor seperti tidak tersedianya bahan – bahan organik, keadaan lahan yang tidak mendukung, pesimis dengan penggunaan bibit padi yang hanya 1 – 2 batang saja per lubang. Namun karena adanya dorongan dan pemahaman yang disampaikan oleh penyuluh serta adanya bantuan dari pemerintah yang mendukung penerapan System of Rice Intensification (SRI) tersebut, maka petani mau mencoba dan akhirnya menghasilkan produksi yang jauh meningkat mencapai 8,6 ton/Ha setelah dua kali musim panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pola tanam SRI di

daerah penelitian sesuai dengan percobaan – percobaan di 25 negara yang telah diuji sebelumnya, yaitu 7- 10 ton/Ha.

Selain dari hasil produksi yang meningkat, petani juga menilai bahwa melalui System of Rice Intensification (SRI), petani mengeluarkan biaya produksi yang relatif lebih rendah dikarenakan biaya input seperti biaya benih dan biaya pupuk yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan pola konvensional. Penggunaan benih dengan pola konvensional dapat mencapai 30 – 40 kg/ha, sedangkan jika dengan pola System of Rice Intensification (SRI) hanya menggunakan benih sebanyak 5kg saja untuk setiap 1 hektar lahan. Walaupun bukan menjadi daya tarik utama bagi petani dalam penggunaan benih tersebut, namun melalui cara tersebut petani secara perlahan mengetahui bahwa tidak selamanya penggunaan benih yang belebihan dapat menghasilkan buah yang lebih banyak pula. Petani menyadari bahwa dengan benih yang sedikitpun dan dengan pengelolaan yang berorientasi pada bahan organik maka hasil yang diperoleh pun akan memuaskan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip System of Rice Intensification (SRI) yang lebih bertujuan untuk menjaga kualitas, bukan kuantitas semata.

Disamping itu, pada penerapannya petani juga menilai bahwa dengan pola System of Rice Intensification (SRI) keadaan lahan juga semakin terjaga walaupun untuk musim kemarau petani akan kekurangan air dan pada musim penghujan lahan akan tergenang. Tetapi untuk beberapa musim panen berikutnya, keseimbangan kondisi air di lahan dapat diatasi dengan sistem irigasi yang baik dan permukaan

petani yang memiliki lahan di dataran yang lebih rendah, masih perlu usaha yang lebih tertata untuk mengontrol kesimbangan kadar air lahannya karena lebih mudah tergenang dan permukaan yang tidak rata. Pengendalian hama juga memanfaatkan hewan peliharaan seperti bebek sebagai pengendali hama hayati.

Pada pemeliharaannya, petani juga menyadari bahwa dengan pola System of Rice Intensification (SRI), serangan hama pada tanaman padi semakin berkurang. Petani mengatakan bahwa dengan pola SRI, hama seperti keong lebih sedikit jumlahnya. Hal tersebut disebabkan karena jarak tanam yang lebih lebar memungkinkan petani untuk membasmi hama lebih cepat dan tepat, sehingga penyebarannya lebih sedikit. Bahkan beberapa petani mengatakan, hama seperti keong tidak terlalu berpengaruh lagi terhadap hasil produksi padi. Selain itu, kondisi lahan yang tidak tergenang air secara terus – menerus menyebabkan penyakit – penyakit tanaman padi tidak berkembang.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa yang melatarbelakangi penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang, yaitu :

1. Hasil produksi padi dengan pola System of Rice Intensification (SRI) jauh lebih banyak (± 8000 kg/Ha) dibandingkan dengan pola konvensional (hanya ± 6500 kg/Ha).

2. Biaya produksi yang lebih rendah menarik perhatian petani untuk mengeluarkan modal yang lebih sedikit pula dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Perbedan rata – rata biaya produksi sebesar Rp. 476666,67.

3. Proses pemeliharaan tanaman padi lebih mudah karena menurunnya serangan hama dan penyakit. Serangan hama wereng menjadi lebih sedikit karena jarak tanam yang lebar sehingga penanganannya lebih cepat diberantas. Selain itu, hama keong juga menjadi lebih sedikit karena secara mekanis bisa ditangani lebih cepat.