• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Product 5. Produksi padi sawah yang sehat dan berkelanjutan setelah penerapan pola SRI

6. Kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha tani sehingga penggunaan dan pengelolaan biaya produksi lebih efisien.

7. Peluang pengembangan inovasi dan motivasi dalam usaha tani Pola SRI

8. Dinamika kelompok

Sumber :Diolah berdasarkan Tinjauan Pustaka, Landasan Teori dan Konsep Pedoman Teknis Pengembangan SRI TA 2015 yang dibangun (diolah)

Untuk melihat penilaian masing – masing indikator dan kriteria dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 8. Kategori Penilaian per Dimensi Kinerja Menurut Model Evaluasi CIPP

Model CIPP

Rentang Penilaian

Range Kategori Skor Kategori Penilaian Context 5 – 15 3,33 5 – ≤ 8,3 ≥ 8,4 – ≤11,7 ≥11,8 – 15 Tidak Baik Cukup Baik Baik Input 4 – 12 2,66 4 – ≤ 6,6 ≥ 6,7 – ≤ 9,3 ≥ 9,4 – 12 Tidak Baik Cukup Baik Baik Process 6 – 18 4 6 - ≤ 10 ≥ 10,1 - ≤ 14 ≥ 14,1 – 18 Tidak Baik Cukup Baik Baik Product 4 – 12 2,66 4 – ≤ 6,6 ≥ 6,7 – ≤ 9,3 ≥ 9,4 – 12 Tidak Baik Cukup Baik Baik

Berdasarkan indikator-indikator penilaian penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui hasil transformasi pelaksanaan penerapan SRI di daerah penelitian secara keseluruhan (context, input, process, dan product). Hasil transformasi tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 9. Hasil Transformasi Nilai Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh Petani Padi Sawah

No Uraian Indikator Skor yang DIharapkan Skor yang Diperoleh % Ketercapaian Kategori Penilaian 1. Context (Konteks) 5 – 15 11,93 79,53 % Baik 2. Input (Masukan) 4 – 12 9,23 76,92 % Cukup Baik 3. Process (Proses) 6 – 18 13,83 76,83 % Cukup Baik 4. Product (Hasil) 4 – 12 9,03 75,75 % Cukup Baik Jumlah skor yang diharapkan 19 – 57 Jumlah skor yang diperoleh 44,02 Cukup baik Jumlah total % ketercapaian CIPP 77,23 %

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Adapun kriteria penilaian dari skor yang diperoleh adalah sebagai berikut :

• Skor ≥ 44,4 – 57 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) baik

• Skor ≥ 31,7 – ≤ 44,3 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) cukup baik

• Skor 19 – ≤ 31,6 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) tidak baik

maka persentase ketercapaian indikator tersebut adalah 79,53%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa context (konteks) atau perencanaan penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Petani perlu meningkatkan perencanaan pelaksanaan SRI sebesar 20,47%.

Pada indikator pertama context (konteks), kriteria yang belum terpenuhi adalah motivasi untuk menerapkan pola SRI pada usahataninya. Dibandingkan dengan kriteria lain, kriteria ini paling sedikit mendapat perhatian petani. Petani masih mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk mendukung kelanjutan program ini. Petani menilai bahwa bantuan saprotan mampu mendorong petani untuk lebih konsisten menerapkan pola SRI tersebut.

Pada indikator kedua context (konteks), tidak ada kriteria penilaian yang tidak terpenuhi karena petani menilai paling sedikit 2 kriteria sudah terpenuhi.

Pada indikator ketiga context (konteks), kriteria yang belum terpenuhi adalah pembekalan informasi dan keterampilan untuk mengelola limbah organik menjadi sarana produksi organik. Rendahnya nilai kriteria ini karena pengetahuan untuk mengelola masih minim pula.

Pada indikator keempat context (konteks), kriteria yang belum terpenuhi adalah penerapan pola SRI dapat mengurangi jumlah curahan waktu bekerja. Petani mengatakan bahwa mereka justru lebih sering mengontrol tanamannya dengan tujuan agar tanaman mendapat asupan yang cukup. Selain itu proses penanaman yang lebih lama dan hati-hati menjadi perhatian petani untuk meluangkan waktu bekerja yang lebih banyak.

Pada indikator kelima context (konteks), kriteria yang belum terpenuhi adalah adanya penambahan luas lahan dari musim ke musim untuk menerapkan pola SRI. Hal dikarenakan perkembangan penerapan pola SRI masih lambat. Banyak petani yang masih meragukan keberhasilan pola tanam seperti ini.

Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa indikator penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah berdasarkan input (masukan) dengan nilai yang diharapkan 4 – 12 dan nilai yang diperoleh 9,23, maka persentase ketercapaian indikator tersebut adalah 76,92 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa input (masukan) penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Pada dimensi input ini perlu ditingkatkan sebesar 20,68% untuk mencapai nilai yang optimal.

Pada indikator pertama input (masukan), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani bersedia mengikuti prosedur dan anjuran yang diberikan penyuluh sesuai dengan pola SRI yang benar. Petani masih belum siap karena kondisi lapangan yang sewaktu – waktu tidak sesuai dengan teori yang disampaikan.

Pada indikator kedua input (masukan), kriteria yang belum terpenuhi adalah adanya sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan menjadi sarana produksi. Meskipun petani telah memaksimalkan penggunaan limbah organik menjadi sarana produksi, akan tetapi secara keseluruhan belum mampu mencukupi kebutuhan usahataninya.

Pada indikator ketiga input (masukan), semua kriteria sudah berjalan dengan baik. Namun untuk beberapa kondisi, materi penyuluhan dan informasi yang disampaikan belum mampu mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.

Pada indikator keempat input (masukan), meskipun jadwal pertemuan kelompok maupun dengan penyuluh telah ditetapkan, keikusertaan petani belum sepenuhnya. Hanya > 50 % dari jumlah anggota yang mengikuti pertemuan secara rutin. Artinya kebanyakan petani telah mengikuti kegiatan-kegiatan pertemuan. Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa indikator penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah berdasarkan process (proses) dengan nilai yang diharapkan 6 – 18 dan nilai yang diperoleh 13,83, maka persentase ketercapaian indikator tersebut adalah 76,83 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa process (proses) penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Untuk dimensi process ini, petani diharapkan mampu meningkatkan proses pengimplementasian SRI sebesar 23,33% untuk mencapai nilai yang optimal.

Pada indikator pertama process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah melakukan pengujiian benih dalam larutan air garam sesuai indikator telur ayam/bebek yang mengapung. Petani menilai bahwa pengujian tersebut tidak perlu dilakukan karena benih yang dibeli sudah membeli sertifikat dan hasil uji lab yang jelas.

Pada indikator kedua process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah melakukan penyemprotan MOL dekomposer dan kondisi lahan yang masih

tergenang air. Hal ini disebabkan karena petani merasa cukup dengan membusukkan sisa tanaman sehingga tidak perlu tambahan dekomposer lagi. Di beberapa waktu juga petani masih membiarkan air yang tergenang di lahan sawah. Pada indikator ketiga process (proses), tidak ada kriteria penilaian yang tidak terpenuhi karena petani menilai paling sedikit 2 kriteria sudah terpenuhi.

Pada indikator keempat process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah penggunaan pupuk kompos 5-7 ton/ha dan tidak menambah pupuk kimia lain. Walaupun petani sudah mengurangi penggunaan pupuk kimia, namun petani masih belum memiliki banyak modal memperoleh pupuk kompos sebanyak itu. Hal ini menyebabkan petani masih menambah pupuk kimia untuk beberapa kali musim tanam selanjutnya.

Pada indikator kelima process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah tanaman yang matang susu tidak digenangi lagi sampai panen. Petani sudah mengontrol kondisi air, tetapi saat akan panen petani merasa kesulitan untuk mengaturnya karena takut mengganggu tanaman.

Pada indikator keenam process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani menghadiri setiap pertemuan /kegiatan penyuluhan secara rutin. Petani menilai bahwa informasi dari penyuluhan dapat menyebar dari mulut ke mulut dan diskusi antar-petani.

Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa indikator penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah berdasarkan product

penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa product (hasil) penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Dimensi product ini merupakan dimensi yang paling penting menjadi tolak ukur apakah penerapan pola SRI layak untuk dilanjutkan atau tidak. Untuk mencapai nilai yang optimal, dibutuhkan sebesar 23,42% lagi dari hasil yang dicapai. Namun hal tersebut tidak begitu sulit untuk dicapai mengingat dimensi context, input, process,hingga dimensi product memiliki keterkaitan yang saling berhubungan dan nilai – nilai yang telah dicapai sudah baik.

Pada indikator pertama product (hasil), kriteria yang belum terpenuhi adalah produksi padi telah terjual dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan menurut petani, pedagang pengumpul masih belum berani untuk membeli dengan harga beli yang lebih tinggi karena menganggap kualitas padi belum sempurna menjadi padi organik.

Pada indikator kedua product (hasil), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani samasekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam usahataninya. Hal ini dikarenakan beberapa petani masih ada yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia namun dengan jumlah yang jauh relative sedikit atau berupa tambahan saja. Pada indikator ketiga product (hasil), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani memiliki agen pemasaran yang baik. Petani masih menjual hasil produksinya ke pedagang pengumpul biasa sehingga hal ini tidak mendorong petani untuk meningkatkan standar produksi yang lebih tinggi lagi.

Pada indikator keempat product (hasil), tidak ada kriteria penilaian yang tidak terpenuhi karena petani menilai paling sedikit 2 kriteria sudah terpenuhi.

Berdasarkan data pada Tabel 9 dan uraian di atas, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah di daerah penelitian dengan nilai yang diharapkan 57 dan nilai yang diperoleh 44,02, maka persentase ketercapaian penerapan pola tanam tersebut adalah 77,23%. Maka, berdasarkan kriteria penilaian skor penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) dapat diartikan bahwa kinerja penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang sudah berjalan dengan cukup baik. a) Dimensi Context (Konteks)

Tabel 10.Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Context (Konteks) No. Indikator Kinerja

Penerapan Skor yang Diharapkan Skor yang Diperoleh Persentase Ketercapaian 1. Perencanaan peningkatan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani dalam penerapan budidaya padi sawah dengan pola SRI

3,00 2,77 92,33 %

2. Perencanaan peningkatan tingkat partisipasi antar-lembaga (dinas/instansi terkait) dalam penerapan pola SRI

3,00 2,67 89 %

3. Perencanaan pembentukan petani berkompetensi yang tidak tergantung pada penggunaaan sarana

produksi kimia (anorganik)

3,00 2,33 77,67 %

4. Perencanaan peningkatan produktivitas dan efektivitas usahatani padi sawah

dengan pola SRI

3,00 2,43 81 %

5. Perencanaan peningkatan jumlah petani dalam penerapan pola SRI

3,00 1,73 57,67 %

Penerapan pola tanam SRI oleh petani berdasarkan context (konteks) dapat dikatakan telah dilakukan dengan baik memperoleh skor sebesar 11,93, maka persentase ketercapaian adalah 79,53 %. Artinya petani menanggapi dengan baik setiap perencanaan yang telah dirumuskan dan disusun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Indikator pertama pada context (konteks) penerapan SRI yaitu perencanaan metode SRI dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani tentang usaha tani padi sawah organik sistem SRI dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,77 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 92,33 %. Artinya petani meskor bahwa perencanaan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam usaha tani padi sawah sudah sangat baik. Para petani sudah bisa menerima setiap informasi/materi yang disampaikan dan memahami pemanfaatan pola SRI tersebut sehingga petani memiliki antusiasme dan keberanian untuk mengubah pola budidaya padi sawahnya.

Indikator kedua pada context (konteks) penerapan SRI yaitu perencanaan peningkatan tingkat partisipasi antar-lembaga (dinas/instansi terkait) dalam penerapan pola SRI, dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,67, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 89 %. Artinya petani menilai bahwa melalui partisipasi dengan lembaga/dinas yang terkait (penyuluh) sudah terlaksana dengan baik.

Indikator ketiga pada context (konteks) penerapan SRI yaitu perencanaan pembentukan petani berkompetensi yang tidak tergantung pada penggunaaan

sarana produksi kimia (anorganik).skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,33, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 77,67%. Artinya, petani menilai perencanaan pembentukan petani yang mandiri yang tidak tergantung pada sarana produksi kimia sudah cukup baik, karena untuk beberapa situasi petani masih mengandalkan sarana kimia tersebut.

Indikator keempat pada context (konteks) penerapan SRI yaitu perencanaan peningkatan produktivitas dan efektivitas usahatani padi sawah dengan pola SRI, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,43, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 81 %. Artinya dalam perencanaan ini sudah berjalan dengan baik.

Indikator kelima pada context (konteks) penerapan SRI adalah perencanaan peningkatan jumlah petani dalam penerapan pola SRI, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 1,73, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 57,67 %. Artinya, perencanaan ini belum berjalan dengan baik. Petani lain masih berasumsi penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) tidak mampu menghasilkan keuntungan yang sewajarnya.

Dari indikator context (konteks) dapat diketahui hasil transformasi penerapan pola tanam SRI pada petani padi sawah di daerah penelitian pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11.Hasil Transformasi Skor Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Context (Konteks)

Indikator

Penilaian

Baik Cukup Baik Tidak Baik

1 25 (83,33 %) 3 (10 %) 2 (6,67 %) 2 20 (66,67 5) 10 (33,33 %) 0 3 14 (46,67 %) 12 (40 %) 4 (13,33 %) 4 16 (53,33 %) 11 (36,67 %) 3 (10 %) 5 9 (30 %) 4 (13,33 %) 17 (56,67 %) Rataan 16,8 8 5,2 56 % 26,67 % 17,33 %

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel yang menyatakan bahwa perencanaan penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah sudah dilakukan dengan baik yaitu 17 orang (56 %), 8 orang (26,67 %) menyatakan cukup baik, dan 5 orang (17,33%) menyatakan tidak baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pencapaian tujuan dari penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

b) Dimensi Input (Masukan)

Penilaian terhadap penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) petani pada indikator input (masukan) dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12.Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Input (Masukan) No. Indikator Kinerja

Penerapan Skor yang Diharapkan Skor yang Diperoleh Persentase Ketercapaian 1. Kesiapan petani dalam

penerapan metode SRI

3 2,47 82,33 %

2. Ketersediaan sarana produksi pertanian

3 2,13 71 %

3. Pendampingan dan pelatihan yang diberikan penyuluh sebagai fasilitator

3 2,7 90 %

4. Frekuensi diskusi kelompok dan kegiatan penyuluhan

3 2,23 74,33 %

Jumlah 9,23

(Cukup Baik)

76,92

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Penerapan pola tanam SRI oleh petani berdasarkan input (masukan) dapat dikatakan telah dilakukan dengan cukup baik memperoleh skor 9,23, maka persentase ketercapaian adalah 76,92 %. Artinya petani menilai kesiapan, ketersediaan sarana produksi, pendampingan serta frekuensi pertemuan kelompok telah terlaksana dengan cukup baik, namun belum memnuhi nilai yang optimal.

Indikator pertama pada input (masukan) penerapan SRI yaitu kesiapan petani dalam penerapan metode SRI dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,47 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 82,33 %. Artinya kesiapan petani untuk menerapkan prinsip pola tanam SRI sudah baik, akan tetapi belum sepenuhnya mengikuti semua proses sesuai prinsipnya.

Indikator kedua pada input (masukan) penerapan SRI yaitu ketersediaan sarana produksi pertanian , dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh

beberapa ketersedian sarana produksi yang masih sangat terbatas diperoleh, yaitu pupuk organik.

Indikator ketiga pada input (masukan) penerapan SRI yaitu pendampingan dan pelatihan yang diberikan penyuluh sebagai fasilitator skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,7, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 90 %. Artinya, pendampingan dan pelatihan yang diberikan penyuluh sebagai fasilitator dinilai sudah berjalan dengan baik.

Indikator keempat pada input (masukan) penerapan SRI yaitu frekuensi diskusi kelompok dan kegiatan penyuluhan, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,23, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 74,33 %. Artinya, frekuensi diskusi dan pertemuan penyuluhan berjalan cukup, akan tetapi belum semua petani secara aktif mengikuti kegiatan pertemuan yang ada.

Dari indikator input (masukan) dapat diketahui hasil transformasi penerapan pola tanam SRI pada petani padi sawah di daerah penelitian. Hasil transformasi nilai tersebut, dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Hasil Transformasi Skor Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Input (Masukan)

Indikator

Penilaian

Baik Cukup Baik Tidak Baik

1 16 (53,33 %) 12 (40 %) 2 (6,67 %) 2 11 (36,67 %) 12 ( 40 %) 7 (23,33 %) 3 22 (73,33 %) 7 (23,33 %) 1 (3,33 %) 4 7 (23,33 %) 23 (76,67 %) 0 Rataan 14 13,5 2,5 46,67 % 45 % 8,33 %

Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel yang menyatakan bahwa setiap input yang diperlukan dalam penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah sudah dilakukan dengan baik yaitu 14 orang (46,67 %), 14 orang (45 %) menyatakan cukup baik, dan 2 orang (8,33%) menyatakan tidak baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa input untuk mendukung pencapaian tujuan dari penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

c) Dimensi Process (Proses)

Penilaian terhadap penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) petani pada indikator process (proses) dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Process (Proses) No. Indikator Kinerja

Penerapan Skor yang Diharapkan Skor yang Diperoleh Persentase Ketercapaian 1. Persiapan benih 3 2,53 84,33 % 2. Pengolahan tanah 3 2,07 69 %

3. Penanaman bibit padi 3 2,83 94,33 %

4. Perlakuan pemupukan 3 1,6 53,33 %

5. Pemeliharaan 3 2,57 85,67 %

6. Partisipasi dan komunikasi petani dalam penerapan metode SRI 3 2,2 73,33 % Jumlah 13,83 (Cukup Baik) 76,83 %

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Indikator-indikator penerapan pola tanam SRI oleh petani berdasarkan process (proses) dapat dikatakan telah dilakukan dengan cukup baik, maka persentase ketercapaian adalah 76,83 %. Artinya petani menilai proses penerapan pola tanam

perlakuan pemupukan, pemeliharaan hingga partisipasi dan komunikasi yang dilakukan telah berjalan dengan cukup baik karena belum memenuhi nilai yang optimal.

Indikator pertama pada process (proses) penerapan SRI yaitu persiapan benih dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,53 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 84,33 %. Artinya, dalam persiapan benih petani telah mengikuti prinsip dasar pola tanam SRI dengan baik.

Indikator kedua pada process (proses) penerapan SRI yaitu pengolahan tanah, dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,07, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 69 %. Artinya, pada proses pengolahan tanah petani masih belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip SRI. Hal ini dikarenakan petani belum mampu melakukan penyemprotan decomposer dan lahannya masih tergenang.

Indikator ketiga pada process (proses) penerapan SRI yaitu penanaman bibit padi skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,83, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 94,33 %. Artinya, penanaman bibit padi sudah berjalan dengan baik mendekati sempurna. Petani telah mampu menanam bibit dengan baik sesuai dengan prinsip SRI.

Indikator keempat pada process (proses) penerapan SRI yaitu perlakuan pemupukan, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 1,6, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 53,33 %. Artinya, perlakuan pemupukan yang dilakukan belum dikatakan baik karena kebanyakan petani belum mampu menggunakan pupuk sebanyak sesuai prinsip SRI. Petani masih

kesulitan untuk mendapatkan asupan pupuk organik yang memadai, disamping harganya yang cukup mahal.

Indikator kelima pada process (proses) penerapan SRI yaitu pemeliharaan, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,57, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 85,67%. Dalam proses pemeliharaan, petani sudah menerapkannya dengan baik sesuai dengan prinsip SRI.

Indikator keenam pada process (proses) penerapan SRI yaitu partisipasi dan komunikasi petani dalam penerapan pola SRI, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,2, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 73,3 %. Artinya partisipasi daan komunikasi yang terjalin selama penerapan SRI ini sudah berjalan dengan cukup baik. Petani dan penyuluh mampu bertukar informasi, walaupun belum semua petani secara rutin mengikuti jadwal pertemuan.

Dari indikator process (proses) dapat diketahui hasil transformasi penerapan pola tanam SRI pada petani padi sawah di daerah penelitian. Hasil transformasi nilai tersebut, dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Hasil Transformasi Skor Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Process (Proses)

Indikator

Penilaian

Baik Cukup Baik Tidak Baik

1 18 (60 %) 10 (33,33 %) 2 (6,67 %) 2 9 (30 %) 14 ( 46,67 %) 7 (23,33%) 3 25 (83,33 %) 5 (16,67 %) 0 4 3 (10 %) 12(40 %) 15 (50 %) 5 20 (66,67 %) 7 (13,33 %) 3 (10 %) 6 12 (40 %) 12 (40 %) 6 (20 %) Rataan 14,5 10 5,5

Data pada Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel yang menyatakan bahwa setiap proses berjalannya penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah sudah dilakukan dengan baik yaitu 15 orang (48,33 %), 10 orang (33,33 %) menyatakan cukup baik, dan 5 orang (16,67 %) menyatakan tidak baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses yang dijalankan untuk mendukung pencapaian tujuan dari penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

d) Dimensi Product (Hasil)

Penilaian terhadap penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) petani pada indikator product (hasil) dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Product (Hasil) No. Indikator Kinerja Penerapan Skor yang

Diharapkan

Skor yang Diperoleh

Persentase Ketercapaian 1. Produksi padi sawah yang

sehat dan berkelanjutan setelah penerapan metode SRI.

3 2,37 79 %

2. Kemampuan petani

memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha tani

3 1,83 61 %

3. Peluang pengembangan

inovasi dan motivasi dalam usaha tani pola SRI

3 2,33 77,67 % 4. Dinamika kelompok 3 2,66 88,67 % Jumlah 9,03 (Cukup Baik) 75,75%

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Indikator-indikator penerapan pola tanam SRI oleh petani berdasarkan product (hasil) dapat dikatakan telah dilakukan dengan cukup baik, maka persentase

ketercapaian adalah 75,75 %. Artinya petani menilai bahwa hasil yang berupa produksi yang berkualitas, pemanfaatan sarana produksi dan teknologi usahatani, peluang pengembangan inovasi dan motivasi serta dinamika kelompok yang dicapai telah berjalan dengan cukup baik dan belum memenuhi nilai yang optimal. Dimensi yang paling akhir dinilai ini juga dipengaruhi oleh dimensi sebelumnya yaitu dimensi input dan process yang masih dikategorikan cukup baik.

Indikator pertama pada product (hasil) penerapan SRI yaitu produksi padi sawah yang berdaya saing tinggi, sehat dan berkelanjutan setelah penerapan metode SRI dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,37 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 79 %. Artinya, sebagian besar petani menilai baik bahwa adanya produksi yang berdaya saing tinggi, sehat dan berkelanjutan. Petani sendiri mengonsumsi beras dengan perasaan yang lebih puas dan nyaman serta lahan yang minim dengan bahan kimia.

Indikator kedua pada product (hasil) penerapan SRI yaitu kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha