• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka pikir disusun seperti Gambar 1 dibawah ini, dimana kerangka pikir ini menggambarkan bahwa Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar merupakan salah satu produsen padi yang faktor pendapatannya di pengaruhi sebagai berikut:

Petani Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi : - Luas lahan - Harga benih

- Harga pupuk (Urea, Phonskah)

- Harga pestisida - Upah tenaga kerja - Anggota lumbung (non anggota dan anggota)

Usahatani Padi

Pendapatan

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Kerangka Pikir Pengaruh Keanggotaan Kelompok Lumbung Pangan Panrannuanta Terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Desa Bontoloe

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

III. METODE PENELITAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar pada bulan Februari sampai Maret 2016. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purposive dan dengan melihat keadaan bahwa daerah tersebut merupakan satu-satunya daerah yang memiliki Kelompok Lumbung Pangan Di Kecamatam Galesong Kabupaten Takalar.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Teknik sampling probabilitas (probability) merupakan teknik yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Selain itu probability sampling merupakan pemilihan sampel tidak dilakukan secara subjektif, dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel (Asep, 2005). Terdapat empat metode dalam penarikan sampel probabilitas diantaranya yaitu Sampel Acak Sederhana, Sampel Berstrata, Sampel Berkelompok dan Sampel Sistematik.

Teknik sampling non-probilitas merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh dan snowball sampling.

Teknik penentuan sampel yang dipakai dalam penelitian ini dengan 2 metode yaitu pertama teknik sampling non-probilitas dengan metode sampling purposive yang merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan

memilih satuan sampling atas dasar pertimbangan sekelompok pakar di bidang ilmu yang sedang diteliti, sampel yang di mkasudkan dalam teknik sampling purposive ini yaitu dari keseluruhan anggota kelompok lumbung pangan panrannuanta Di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebanyak 17 orang. Kedua Teknik sampling probabilitas dengan metode sampel acak sederhana yang merupakan suatu prosedur yang memungkinkan setiap

elemen dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel, sampel yang tergolong dalam metode ini adalah nonanggota kelompok Lumbung Pangan dengan jumlah sampel yang diambil di samakan dengan jumlah sampel anggota lumbung pangan panrannuanta yaitu sebanyak 17 orang. Jadi jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian Pengaruh Keanggotaan Kelompok Lumbung Pangan Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebanyak 34 orang petani yang mengusahakan usahatani padi.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dimana data ini berupa bilangan, nilainya biasa berubah-ubah atau bersifat variatif. Data kuantitatif terbagi atas dua bagian,yaitu cacahan dan ukuran.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden Petani padi. Adapun data tersebut diperoleh dengan metode sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

b. Metode Observasi

Metode observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, objektif , logis dan rasional mengenai berbagai fenomena.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang erat hubungannya dengan penelitian ini, dengan cara pengutipan data dan membaca literatur untuk mendapat dasar teori yang selanjutnya digunakan sebagai alat analisis dalam pemecahan permasalahan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, pengumpulan data dalam mengungkapkan permasalahan yang dianggap praktis yakni :

1. Studi pustaka (library research), yaitu teknik penelitian yang menggunakan berbagai macam kepustakaan dengan mengumpulkan data sekunder melalui literatur yang telah ada guna membantu memahami secara umum.

2. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sbb:

a. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

• Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

• Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

• Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden).

Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

Selanjutnya wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktut, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face)

maupun menggunakan telepon (Sugiyono, 2006; 138-140).

• Wawancara Terstruktur

Pada wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan amterial lain yang dapat membantu dalam wawancara.

• Wawancara tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur maksudnya adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian pengaruh keanggotan kelompok lumbung pangan panrannuanta terhadap pendapatan usahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupten Takalar yaitu analisis pendapatan untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh petani anggota lumbung pangan dan non anggota lumbung pangan dan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui berapa besar pengaruh anggota lumbung pangan panrannuanta terhadap pedapatan usahatani padi.

3.5.1. Analisis Pendapatan

Besarnya pendapatan dapat dihitung menggunakan rumus : Pd = TR – TC

Dimana : Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Rumus untuk mencari penerimaan yaitu : TR = Y. Py

Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

Rumus untuk mencari Total Cost TC = FC + VC

Dimana : TC = Total Cost (total biaya) FC = Fixed Cost

VC = Variabel Cost

3.5.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Dalam menyelesaikan analisis regresi ini peneliti menggunakan program eviews8, begitupun dengan uji koefisien (uji R2), uji keseluruhan secara bersama-sama atatu biasa dikenal uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t) untuk mengetahui pengaruh yang signifikan tiap-tiap variable bebas terhadap variable terikatnya.

LnY = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + b6LnX6 + DA + e Dimana : Y = Pendapatan Usahatani Padi (Rp)

X1 = Luas Lahan (ha) X2 = Harga Benih(Rp/kg) X3 = Harga Pupuk Urea (Rp/kg) X4 = Harga Pupuk Ponskah (Rp/kg) X5 = Harga Pestisida (Rp/kg) X6 = Upah Tenaga Kerja (Rp/HKO)

D1 = Anggota Lumbung DA = Dummy Anggota

D0 = Non Anggota Lumbung

e = Penyimpangan yang mungkin terjadi b0 = Intersep/Konstanta

b1-b6 = Koefisien regresi

1. Uji R2

Uji R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebasnya. Semakin tinggi nilai R2 (semakin mendekati satu) makin erat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebasnya. Dan sebaliknya semakin mendekati 0, maka makin kecil pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas.

Dimana nilai R2 adalah 0 < R2< 1, yang artinya :

a. Bila R2 = 1, berarti besarnya pengaruh dari variabel bebas terhadap naik turunnya variabel terikat sebesar 100 persen, sehingga tidak ada faktor lain yang mempengaruhinya.

b. Bila R2 = 0, berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi.

Penggunaan tingkat signifikansinya beragam, tergantung keinginan peneliti, yaitu 0,01 (1%) ; 0,05 (5%) dan 0,1 (10%)

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Ho : b1 = b2 ... = b6 = 0

b. Ha : b1 ≠b2 ... b6 ≠0 (paling tidak ada salah satu yang tidak sama dengan nol)

c. F kritis = df1= k-1; df2= n-k (n= jumlah data; k= jumlah variabel) Kriteria pengujian yang digunakan adalah:

a. Nilai signifikansi <α, Fhitung >F kritis berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

b. Nilai signifikansi >αberarti, F hitung ≤ F kritis berarti Ho diterima danHa ditolak, maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

3. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance).

Jika probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,1, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Namun, jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,1, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya. Hipotesis yang digunakan untuk menguji persamaan di atas adalah:

a. Ho : b1 = b2 = … = 0

b. Ha : b1 ≠b2 … = b6 ≠0 (paling tidak ada salah satu yang tidak sama dengan nol)

c. t kritis = signifikansi = df= n-k-1 (k= jumlah variabel independen) Kriteria pengujian yang digunakan adalah:

a. Nilai signifikansi <α, t hitung > t kritis maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

b. Nilai signifikansi >α, t hitung ≤ t kritismaka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas ( Usman, 1995).

3.6. Definisi Operasional

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka variabel-variabel yang dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini perlu dioperasionalkan sebagai berikut :

1. Lumbung pangan merupakan lembaga cadangan pangan di daerah perdesaan, berperan dalam mengatasi kerawanan pangan masyarakat.

2. Anggota kelompok lumbung pangan adalah petani yang berada dalam kelompok lumbung pangan.

3. Petani padi adalah petani yang mengusahakan tanaman padi mulai pengolahan lahan, penyemaian, penanaman, pemeliharaan sampai pemaneman.

4. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani padi dan total biaya usahatani padi dinyatakan dengan rupiah (Rp).

5. Luas lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk berusahatani padi selama satu musim baik lahan milik sendiri maupun sewa, dihitung dalam satuan hektar (ha).

6. Harga benih adalah jumlah benih yang digunakan untuk usahatani tanaman padi, diukur dalam Rp/Kg.

7. Harga pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani padi yang di ukur dalam Rp/Kg.

8. Harga Pestisida adalah jumlah pestisida yang digunakan untuk usahatani tanaman padi yang di ukur dalam Rp/Kg.

9. Upah Tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani padi, diukur dalam hari orang kerja (HKO).

10. Variabel Dummy adalah variable kualitatif yang di ubah menjadi variabel kuantitatif dimana dummy anggota disimbolkan dengan angka 1 dan

dummy non anggota di beri angka 0.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Desa Bontoloe merupakan salah satu desa di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Desa Bontoloe dibentuk pada tahun 1993 dengan Luas wilayah desa Bontoloe 219,91 Ha dengan pembagian luas wilayah menurut penggunaan, luas wilayah pemukiman 43,27 Ha, luas persawahan 137,49 Ha, luas tambang ikan 5 Ha, luas pekarangan 29,15 Ha, luas kuburan 3 Ha, perkantoran 2 Ha. Secara administrasi desa Bontoloe memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Disebelah Utara berbatasan dengan Desa Boddia dan Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

• Disebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bentang Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

• Disebelah Timur berbatasan dengan Desa Kalenna Bontomangape Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

• Disebelah Barat berbatasan dengan Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Berdasarkan data curah hujan selama 2 tahun terakhir menunjukkan bahwa peta klasifikasi iklim menurut aldemen wilayah kerja Desa Bontoloe mempunyai type iklim 0-4 dimana bulan basah 200 mm terjadi 3-4 bulan berturut-turut dan bulan kering 100 mm terjadi 5 bulan berturut-turut pada tahun 2010-2015 yang

disebabkan oleh gejala elnina yang menyebabkan bulan basah dan suhu udara maksimal 24oC.

Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten takalar berada di ketinggian 2-10 m dari permukaan laut, dengan orbitasi jarak dari pusat (Pemerintah desa) yaitu :

• Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2 km.

• Jarak dari ibu kota kabupaten yaitu 17 km

• Jarak dari ibu kota propinsi 30 km.

4.2. Kondisi Demografis

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan khuususnya di wilayah Desa Bontoloe. Dalam nilai universal penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan dan pertumbuhan serta mobilitasnya harus dikendalikan. Jumlah penduduk yang besar tidak hanya menjadi modal pembangunan, akan tetapi dapat juga menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan lapangan kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu komposisi penduduk yang tidak seimbang antara jumlah penduduk muda dengan usia produktif dapat menyebabkan rendahnya produktifitas. Begitu pula dengan persebaran penduduk yang tidak merata dapat

menimbulkan berbagai permasalahan.

4.2.1. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara, suatu penduduk yang menempati suatu tempat/desa akan sangat menentukan kemajuan desa tersebut, dalam dunia kerja jenis kelamin sangat menentukan keberhasilan suatu usaha tersebut. Penduduk desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, komposisi usia penduduk, jenis pekerjaan/mata pencaharian, dan tingkat pendidikan.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar 2015.

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1.

2.

Laki-laki Perempuan

1.287 1.277

50,2 49,8

Total 2.564 100

Sumber: Profil Desa Bontoloe, 2015

Berdasarkan Tabel 1, penduduk Desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar 2015 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.287 jiwa dengan persentase 50,2 % hal ini karena penduduk laki-laki merupakan seseorang yang akan berperang penting dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan kata lain mencari nafkah untuk keluarganya dan prioritas berprofesi sebagai petani, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.277 jiwa dengan persentase 49,8 % .

4.2.2. Penduduk Berdasarkan Komposisi Usia Penduduk

Usia seseorang menentukan produktif atau tidaknya dalam bekerja, usia muda lebih sering dikatakan lebih produktif dalam bekerja karena dinilai mempunyai kekuatan yang besar dan kuat sehingga lebih cenderung mempunyai pendapatan yang besar baik itu laki-laki maupun perempuan begitupun sebaliknya usia tua lebih sering dikatakan tidak produktif dalam bekerja karena sudah dianggap lemah, kekuatan yang dimiliki untuk bekerja sudah berkurang.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan komposisi usia penduduk desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar dapat dilihat pada Tabel 2 .

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Komposisi Usia Penduduk Desa Bontoloe Kecamatan Galesong kabupaten Takalar 2015.

No. Usia (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Sumber : Profil Desa Bontoloe, 2015

Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk terbanyak yaitu pada usia 26-40 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 650 orang dengan persentase sebesar 25,32% hal ini karena pada usia tersebut termasuk dalam usia yang produktif

dalam berusahatani sehingga pendapatan yang diperoleh pun semakin meningkat karena pada usia tersebut masih kuat dan mampu untuk bekerja dan jumlah penduduk sedikit pada usia >75 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 0,74% pada usia tersebut termasuk dalam golongan yang sudah tidak produktif dalam bekerja .

4.2.3. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Sumber pendapatan masyarakat di Desa Bontoloe kecamatan Galesong Kabupaten Takalar tergolong berbeda-beda, seseorang yang mata pencahariannya baik, maka pendapatan yang diperolehnya pun semakin baik pula begitupun sebaliknya. Apabila mata pencahariannya kurang baik maka pendapatan yang diperoleh juga sedikit.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar dapat dilihat

pada Tabel 3 .

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar 2015.

No. Jenis pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1

Sumber : Profil Desa Bontoloe, 2015.

Berdasarkan Tabel 3, jumlah penduduk Desa Bontoloe berdasarkan mata pencaharian terbanyak yaitu petani dengan jumlah 604 dengan persentase sebesar

23,55% karena hal ini sebabkan karena petani suatu merupakan pekerjaan/mata pencaharian utama masyarakat Desa Bontoloe dengan lahan pertanian yang luas dan berpotensi besar dalam sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

Sedangkan jumlah penduduk Desa Bontoloe berdasarkan mata pencaharian sedikit yaitu pengusaha perdagangan hasil bumi, bidan swasta, dan POLRI dengan jumlah yang sama yaitu 1 dengan persentase sebesar 0,039% karena hal tersebut merupakan pekerjaan yang hanya di dapatkan oleh orang-orang tertentu saja.

4.2.4. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang mendukung dalam segala hal termasuk dunia kerja, dari pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk masa depannya. Dengan pendidikan seseorang akan lebih dihormati, dihargai dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal seperti pendidikan melalui bangku sekolah sedangkan pendidikan informal sepeti pengalaman, kursus dan lain sebagainya. Selain itu dengan pendidikan seseorang akan lebih berfikir dalam bertindak karena akan memikirkan akibat dari perbuatan yang akan dilakukannya.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar 2015.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1

Sumber : Profil Desa Tmbuseng, 2015

Berdasarkan Tabel 4, jumlah penduduk Desa Bontoloe berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak yaitu tamat SMA/sederajat sebanyak 625 orang dengan persentase sebesar 43,95% karena disebabkan faktor ekonomi yang rendah sehingga tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (perguruan tinggi) dan tingkat pendidikan sedikit yaitu D-3 dengan jumlah sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 1,05%.

4.2.5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Bontoloe saat ini dinilai cukup memadai.

Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Sarana dan prasarana di Desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar tahun 2015.

No. Sarana dan Prasarana Unit

1. Sumber: Propil Desa Bontoloe, 2015

Berdasarkan Tabel 5, menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Bontoloe yaitu kantor desa sebanyak 1unit, pasar tradisional sebanyak 1 unit, puskesdes sebesar 1 unit, posyandu sebanyak 6 unit, gedung SD/sederajat sebanyak 2 unit, gedung TK sebanyak 1 unit, lembaga pendidikan agama sebanyak 1 unit, perpustakaan desa sebanyak 1 unit, majid sebanyak 4 unit, jalan desa sebanyak 1 unit, sarana dan prasaran terbanyak adalah sumur pompa sebanyak 25 unit karena sumber air yang terdapat di Desa Bontoloe sangat kurang yang menyebabkan masyarakat Desa Bontoloe kekurangan air baik itu dalam pemenuhan kebutahan sehari-hari maupun dalam usahataninya, kemudian

lapangan olahraga sebanyak 1 unit.

4.3. Kondisi Pertanian

Luas tanah di Desa Bontoloe kecamatan Galesong ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu tanah sawah, tanah kering, dan tanah perkebunan.

Tanah sawah terdiri sawah irigasi ½ teknis 65,25 ha, sawah tadah hujan 274,75 ha, sawah pasang surut 340,00 ha.Tanah kering terdiri dari tegal/ladang 15,47 ha, pemukiman 95,40 ha, pekarangan 94,40 ha.

Untuk lebih jelasnya mengenai potensi pertanian desa Bontoloe kecamatan Galesong kabupaten Takalar dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 6. Potensi Penggunaan Lahan Pertanian Desa Bontoloe Kecamatan

Tabel 6. Potensi Penggunaan Lahan Pertanian Desa Bontoloe Kecamatan

Dokumen terkait