• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Koleksi

2.1.6 Belanja Bahan Perpustakaan

Perpustakaan mempunyai kegiatan belanja bahan pustaka dalam proses pengembangan koleksi yang baik dan kegiatan seleksi merupakan kegiatan yang sangat penting di perpustakaan.

Menurut Hartono (2016, 66) seleksi bahan pustaka adalah: “Rangkaian tindakan pengumpulan bahan seleksi, pemilihan judul, verifikasi, dan penetapan judul yang akan diadakan”. Pemesanan dan negosiasi adalah rangkaian proses akuisisi setelah proses seleksi. Hal ini berhubungan dengan agen untuk mendapatkan bahan perpustakaan yang tepat.

Sedangkan menurut Yulia (2010, 36): “Seleksi adalah proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan”.

Dari uraian diatas dapat diketahui Salah satu faktor pendorong kegiatan belanja bahan pustak adalah seleksi bahan pustaka yaitu ketersediaan koleksi yang memenuhi kebutuhan pengguna. Dengan itu tugas utama perpustakaan

Universitas Sumatera Utara

25 membangun koleksi yang kuat dan utuh demi kepentingan pengguna perpustakaan.

2.1.6.1 Pihak-Pihak yang Dilibatkan dalam Pemilihan Buku

Dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka ada pihak-pihak yang dilibatkan.

Menurut Siregar (2002, 12) pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku adalah:

1. Pustakawan

Pustakawan memegang peranan yang penting dalam pemilihan bahan pustaka dan pengembangan bahan pustaka.

2. Subyek spesialis/pakar

Dalam pemilihan bahan pustaka, subyek spesialis/pakar mempunyai peranan penting karena mereka adalah ahli dalam bidang yang ditekuninya, sebagaimana disebutkan dalam kamus bahasa Indonesia (1996, 960) bahwa “spesialis adalah orang-orang yang ahli dalam suatu bidang ilmu atau keterampilan”.

3. Bagian Sirkulasi

Keikutsertaan bagian sirkulasi dalam pemilihan bahan pustaka adalah karena bagian ini dapat memberi informasi tentang bahan pustaka yang banyak digunakan dan dicari oleh pengguna, sehingga dapat dipikirkan pembelian/penambahan jumlah eksemplar jika jumlah bahan pustaka tersebut dianggap kurang.

4. Bagian pengadaan

Bagian pengadaan memegang peranan penting dalam pemilihan bahan pustaka karena bagian ini bertugas melaksanakan administrasi pemilihan bahan pustaka seperti mencatat semua permintaan yang datang dari pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku.

5. Pengguna

Pengguna merupakan orang-orang yang memanfaatkan koleksi perpustakaan.

Sedangkan menurut Yulia dan Sujana (2010, 4.6): “Pada perpustakaan umum, pihak yang berwenang melakukan seleksi adalah dewan

Universitas Sumatera Utara

26 penasihat/penyantun perpustakaan, tokoh masyarakat di sekitar perpustakaan umum tersebut berada”.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku merupakan orang-orang yang dianggap berwenang pada pemilihan bahan pustaka yaitu pustakawan, subyek spesialis/pakar, bagian sirkulasi, bagian pengadaan dan pengguna, dewan penasihat/penyantun perpustakaan, dan tokoh masyarakat di sekitar perpustakaan umum tersebut berada.

2.1.6.2 Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka

Dalam pemilihan bahan pustaka perpustakaan harus berpedoman pada prinsip-prinsip seleksi.Prinsip seleksi merupakan salah satu acuan yang digunakan perpustakaan untuk mengisi koleksi perpustakaannya.

Adapun prinsip-prinsip pemilihan buku menurut Siregar (2002, 11) adalah:

1. Relevansi

Perpustakaan hendaknya mengusahakan agar koleksi perpustakaan relevan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan serta tujuan lembaga induknya.

2. Orientasi kepada pengguna

Dalam pengadaan koleksi hendaknya mengutamakan kepentingan pengguna perpustakaan, sehingga pengguna perpustakaan terpenuhi dan tingkat keterpakaian koleksi dapat ditingkatkan.

3. Unsur kelengkapan

Pengadaan koleksi hendaknya dilakukan dengan berpedoman kepada kelengkapan koleksiyang dibutuhkan oleh pengguna, bukan berpedoman kepada jumlah eksemplar bahan pustaka.

4. Unsur kemutakhiran

Universitas Sumatera Utara

27 Perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan sumber-sumber informasi yang paling mutakhir, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Unsur kerjasama dengan berbagai pihak

Perpustakaan sebaiknya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti pakar ilmu pengetahuan, pengguna dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka agar relevansi dengan kebutuhan pengguna dapat terpenuhi.

6. Menggunakan alat bantu pemilihan

Untuk memudahkan dan untuk mengetahui informasi buku secara lengkap, hendaknya pemilihan bahan pustaka dilakukan dengan menggunakan alat bantu pemilihan bahan pustaka seperti katalog.

Sedangkan menurut Darmono (2001, 58-59) ada beberapa prinsip dasar dalam pemilihan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan.

Skala prioritas untuk masing-masing perpustakaan pada umumnya berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan karakteristik masyarakat yang dilayani.

2. Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh pennggung jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung.

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka dimaksudkan untuk menjamin relevansi koleksi dengan kebutuhan pengguna.Dengan melaksanakan prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka secara cermat maka kemungkinan mutu koleksi dan pelayanan dapat ditingkatkan.

2.1.6.3 Alat Bantu Seleksi

Dalam kegiatan seleksi bahan pustaka diperlukan sarana pembantu atau alat bantu seleksi untuk memudahkan para pustakawan untuk melakukan seleksi bahan pustaka yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

28 Siregar (2002, 25) menyatakan bahwa untuk mempermudah pemilihan diperlukan alat bantu pemilihan bahan pustaka:

1. Katalog penerbit luar negeri dan dalam negeri.

2. Bibliografi nasional dan internasional untuk buku dan majalah.

3. Bibliografi subjek khusus.

4. Daftar tambahan koleksi (accession list) perpustakaan lain.

5. Iklan dalam harian maupun majalah dan laporan.

Dengan adanya alat bantu seleksi dapat memudahkan pustakawan untuk mempermudah pekerjaanya.

Adapun informasi yang dapat diketahui dari alat bantu seleksi yaitu:

1. Nama pengarang/editor/penerjemah/penyunting.

2. Judul buku

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam pemilihan bahan pustaka, perpustakaan harus memiliki alat bantu seleksi. Dengan adanya alat bantu seleksi maka akan memudahkan pengguna untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan seperti nama pengarang, judul buku, tahun terbit, dan sebagainya.

2.1.6.4 Pemesanan Bahan Pustaka

Salah satu cara pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan pemesanan melalui toko buku atau langsung ke penerbitnya.

Menurut Yusuf (2007, 84) ada beberapa pertimbangan dalam memesan bahan pustaka yaitu:

Universitas Sumatera Utara

29 1. Pemesanan buku berdasarkan anggaran yang tersedia, karena

memesan diluar batas kemampuan dapat menimbulkan masalah.

2. Memesan buku harus berdasarkan pada pertimbangan bahwa buku itu sangat dibutuhkan/berguna untuk pemakai pperpustakaan umum.

3. Jika buku itu berseri/berjilid maka harus dibeli seluruhnya. Jika tidak dibeli semuaakan menimbulkan masalah, yakni koleksi tidak lengkap dan merupakanpemborosan.

4. Buku yang dipesan terjamin mutunya, dengan mempertimbangkan kualitas pengarang, penerbit, format, kertas dan lain-lainnya.

Tata laksana pemesanan bahan pustaka perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati.

Darmono (2001, 62) menyatakan bahwa ada beberapa tatalaksana pemesanan bahan pustaka yaitu:

1. Kartu pesanan (daftar pesanan) dikirimkan kepada penerbit atau toko buku dan disertai petunjuk tentang bagaimana cara pembayarannya dan keterangan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran administrasi.

2. Pembayaran dapat dilakukan bersamaan dengan pemesanan atau sesudahnya. Pembayaran dilakukan melalui poswesel, cheque, giro, bank dan sebagainya.

3. Untuk pembayaran yang dilakukan kemudian, biasnya penerbit/toko buku mengirimkan faktur sementara (proforma invoice) yang memperinci pesanan mana yang dapat dipenuhinya dan berapa jumlah uang yang harus dibayar. Atas dasar itu perpustakaan mengatur pembayarannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam memesan bahan pustaka diperpustakaan umum ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan seperti anggaran yang tersedia, apakah buku tersebut dibutuhkan /berguna oleh pengguna, harus membeli buku berseri secara keseluruhan dan buku yang dipesan harus terjamin mutunya.

Universitas Sumatera Utara

30 2.1.7 Pengorganisasian Bahan Pustaka

Setiap perpustakaan memiliki tugas mengoeganisasikan bahan pustaka serta mengolahnya agar dapat disajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan.

Dalam buku Standar Nasional Indonesia bidang Kepustakaan dan Kepustakawanan (SNI 7495:2009 ) menyatakan bahwa:

Pengorganisasian materi perpustakaan

a) Materi perpustakaan diorganisasikan dengan maksud agar mudah ditemukan kembali secara cepat dan tepat.

b) Materi perpustakaan dikatalog, diklasifikasi dan disusun secara sistematis dengan menggunakan :

- Pedoman deskripsi bibliografis;

- Bagan klasifikasi; Pedoman tajuk subjek/tesaurus;

- Pedoman penentuan tajuk entri utama.

Menurut Qalyubi (2007, 51) menyatakan bahwa:

“Yang dimaksud dengan kegiatan pemrosesan atau pengorganisasian bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan-kegiatan yaitu inventarisasi, klasifikasi, Katalogisasi, penyelesaian dan penyusunan buku di rak.

„Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengolahan bahan pustaka penyelesaian dan penyusunan buku di rak bertujuan agar koleksi dapat ditemukan dengan mudah dan dapat dikenali oleh pengguna perpustakaan.

2.1.8 Perawatan Koleksi

Kegiatan pelestarian dan perawatan bahan pustaka merupakan salah satu hal yang penting dilakukan oleh suatu perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

31 Menurut Sutarno dalam Cita (2012:201) adalah “suatu usaha atau cara untuk menjaga atau memelihara bahan pustaka, agar koleksi atau bahan pustaka yang ada tidak cepat mengalami kerusakan atau usang dan dapat dipakai lagi”.

Sedangkan pengertian pelestarian menurut Departemen Pendidikan (2004:

46) adalah “Upaya untuk menyimpan kandungan informasi suatu perpustakaan dan usaha melestarikan bahan pustaka dalam bentuk bahan pustaka aslinya dengan cara alih media”.

Dari uraiain diatas dapat diketahui dalam kegiatan perawatan dan pelestarian bahan pustaka banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah unsur perawatan dan pelestarian bahan pustaka.

2.1.9 Cacah Ulang dan Penyiangan.

Pada perpustakaan umum biasanya menyiangi secara rutin dengan dasar sirkulasi.

Dalam buku Standar Nasional Indonesia bidang Kepustakaan dan Kepustakawanan (SNI 7495:2009 ) menyatakan bahwa “Perpustakaan melakukan pencacahan koleksi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun. Perpustakaan melakukan penyiangan koleksi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun”.

Menurut Dictionary of Library and Information Science (dalam Sugana, 2011):

Weeding merupakan proses menentukan koleksi apa saja yang akan ditarik secara permanen dan menentukan kriteria koleksi yang akan disiangkan, khususnya terhadap tumpukan-tumpukan buku yang membuat kapasitas ruang terbatas.

Universitas Sumatera Utara

32 Dari uraian diatas dapat di ketahui cacah ulang dan penyiangan merupakan Kegiatan pemindahan, penarikan, pengeluaran bahan pustaka yang kurang atau sudah tidak dimanfaatkan oleh pengguna ke tempat penyimpanan.

2.2 Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011)

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan bahwa “Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan, bertugas menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum dan kebijakan teknis pengelolaan perpustakaan; melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan;

membina kerjasama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan; dan mengembangkan standar nasional perpustakaan.

Standar Nasional Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota (SNP 003 : 2011) menetapkan dasar koleksi perpustakaan umum kabupaten/kota. Pada standar ini ada 9 indikator koleksi yang diukur antara lain koleksi perkapita, usia koleksi, jenis koleksi, koleksi referensi, pengembangan koleksi, belanja bahan perpustakaan, pengorganisasian bahan perpustakaan, perawatan koleksi, cacah ulang dan penyiangan.

2.2.1 Koleksi Perkapita

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), jumlah (judul) koleksi perpustakaan sekurangkurangnya 0,025 per kapita dikalikan jumlah penduduk di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

33 Tabel 2.1: Koleksi Perkapita

2.2.2 Usia Koleksi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima tahun terakhir) sekurang-kurangnya 10% dari jumlah koleksi.

2.2.3 Jenis Koleksi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) :

a. Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, dewasa, koleksi referensi, koleksi khusus, surat kabar, majalah, dan koleksi non cetak.

b. Jenis koleksi perpustakaan mengakomodasikan semua kebutuhan masyarakat,termasuk kebutuhan penyandang cacat.

No Jumlah Penduduk Jumlah Koleksi (Judul) Keterangan (Jiwa)

1. <200.000 5.000

2. 200.000-300.000 7.500

3. 300.000-400.000 10.000

4. Dst (kelipatan Penambahan 2.500

100.000) Judul

Universitas Sumatera Utara

34 c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatan

lokal.

d. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan masyarakat.

e. Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kebijakan pembangunan daerah.

2.2.4 Koleksi Referensi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), perpustakaan menyediakan bahan perpustakaan referensi. Koleksi bahan perpustakaan referensi sekurang-kurangnya terdiri dari ensiklopedia, direktori, handbook/manual, kamus, majalah indeks.

2.2.5 Pengembangan Koleksi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) :

a. Perpustakaan mempunyai kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis dan harus ditinjau sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun.

b. Kebijakan pengembangan koleksi mencakup seleksi, pengadaan, pengolahan, danpenyiangan bahan perpustakaan, serta pelestarian terbitan dan muatan lokal (deposit lokal).

c. Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 5% dari jumlah judul per tahun.

d. Kebijakan pengembangan koleksi ditindaklanjuti dengan program tahunan dan pedoman kerja perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

35 e. Pengembangan koleksi mempertimbangkan kebutuhan pelayanan

perpustakaan keliling.

2.2.6 Belanja Bahan Perpustakaan

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), perpustakaan memiliki anggaran belanja perpustakaan sekurang kurangnya Rp. 4.000,- per kapita per tahun.

2.2.7 Pengorganisasian Bahan Perpustakaan

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) :

a. Seleksi bahan perpustakaan

Seleksi bahan perpustakaan dilakukan berdasarkan usulan dari pemustaka, usulan tim seleksi, dan menggunakan katalog penerbit.

b. Proses pengolahan bahan perpustakaan

- Pengolahan bahan perpustakaan dilakukan dengan sistem yang baku.Proses pengolahan bahan perpustakaan dilakukan melalui pencatatandalam bukuinduk (dilakukan secara otomasi), deskripsi bibliografis, pengklasifikasian bahanperpustakaan dengan menggunakan label warna dan/atau notasi klasifikasi.

- Bahan perpustakaan yang telah selesai diproses, selambat-lambatnya satu minggutelah tertata diruang koleksi dan dapat diakses oleh publik (pemustaka).

2.2.8 Perawatan Koleksi

Universitas Sumatera Utara

36 Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) :

a. Pembasmian serangga perusak bahan pustaka

Perpustakaan melakukan fumigasi setiap 3 (tiga) tahun sekali.

b. Pengendalian kondisi ruangan (cahaya kelembaban)

Untuk mengendalikan kondisi koleksi, perpustakaan menjaga temperatur, cahaya dan kelembaban ruangan.

c. Penjilidan

Perpustakaan melakukan penjilidan bahan pustaka surat kabar dan majalah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun.

d. Perbaikan bahan perpustakaan

Perpustakaan melakukan perbaikan bahan pustaka yang sudah rusak 1 (satu) kali Setahun.

2.2.9 Cacah Ulang dan Penyiangan

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), perpustakaan melakukan cacah ulang dan penyiangan koleksi sekurang kurangnya 3 (tiga) tahun sekali. Jumlah koleksi yang disiangi sekurang-kurangnya berjumlah 0,0125 eksemplar per kapita per tahun.

2.4 Evaluasi

Pada perpustakaan perlu dilakukan evaluasi. Karena evaluasi merupakan pengukuran dan perbaikan dalam kegiatan yang dilaksanakan di perpustakaan, seperti membandingkan hasil-hasil kegiatan yang dibuat. Tujuannya agar

rencana-Universitas Sumatera Utara

37 rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dapat. Evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Keberhasilan pelaksanaan program dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

2.4.1 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi.

Arikunto (2012, 13) menyatakan bahwa ada dua tujuan evaluasi yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan fokus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.

Sedangkan Umar (2002, 38) mengemukakan bahwa tujuan dan fungsi evaluasi adalah:

1. Menyiapkan informasi untuk keperluan pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran.

2. Untuk mengidentifikasi bagian yang belum dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Untuk mencari alternatif tindak lanjut, diteruskan, diubah atau dihentikan.

Berdasarkan uraian di atas dinyatakan bahwa tujuan dan fungsi evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk mengkombinasikan dan mengumpulkan data untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam suatu kegiatan.

2.4.2 Alat Evaluasi

Universitas Sumatera Utara

38 Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan agar mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa disebut juga dengan istilah instrumen. Dengan demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dalam menggunakan alat evaluasi menggunakan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi.

Menurut Arikunto (2012, 40) terdapat dua teknik evaluasi yaitu:

1. Teknik Notes

Yang tergolong teknik notes adalah:

a. Skala bertingkat (rating scale)

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.

b. Kuesioner (questionair)

Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).

c. Daftar cocok (check list)

Daftar cocok adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana√ responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) ditempat yang sudah disediakan.

d. Wawancara (interviev)

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak.

e. Pengamatan (observation)

Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

f. Riwayat hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya.

2. Teknik Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Universitas Sumatera Utara

39 Sedangkan Menurut Umar (2002, 45) secara garis besar alat penilaian dapat dibedakan mmenjadi dua macam yaitu:

1. Tes 2. Non tes

Alat non tes dapat berupa (1) skala untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan dan nilai, (2) wawancara, dan (3) pengamatan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa alat evaluasi adalah alat ukur dalam melakukan penelitian. Dengan menggunakan alat evaluasi, data yang dihasilkan dalam penelitian akan lebih akurat.

2.4.3 Standar Evaluasi

Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama.

Menurut Umar (2002, 40) terdapat tiga aspek utama dalam mengevaluasi yaitu:

1. Utility (manfaat)

Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.

2. Accuracy (keakuratan)

Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi.

3. Feasibility (kelayakan)

Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa standar evaluasi merupakan pedoman yang digunakan dalam melakukan evaluasi. Sehingga nantinya kegiatan evaluasi tersebut dapat bermanfaat, akurat dan layak.

Universitas Sumatera Utara

40 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan alasanpenelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitiaan berjalan dan menyuguhkan informasi apa adanya.

Menurut Moleong (2013, 6) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan Sugiyono (2009, 9) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti objek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian ini berusaha mengungkapkan dan menjelaskan adanya kenyataan, gejala, fakta dan kejadian secara deskriptif bagaimana evaluasi koleksi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemerintah Kota Medan dengan menggunakan Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011).

Universitas Sumatera Utara

41 3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemerintah Kota Medan yang beralamat di Jl Iskandar Muda No.270 Kota Medan, Sumatera Utara.

3.3 Informan

Pada penelitian ini yang dimaksud informan adalah orang yang dianggap benar-benar mengetahui dengan baik tentang masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti.

Menurut Moleong (2000 : 97) menyatakan bahwa: “Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti”.

Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu melakukan pemilihan informan.Terdapat kriteria dalam menentukan informan. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2009, 85) menyatakan bahwa: “Purposive sampling adalah teknik prnrntuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Pada penelitian ini, informan berjumlah 3 orang yaitu Kepala Bidang Pengembangan Koleksi, Kepala Seksi Seksi Pengembangan dan Pengolahan Bahan Pustaka dan 1 orang Staf Bidang Pengembangan dan Pengolahan Bahan Pustaka.

Universitas Sumatera Utara

42 Tabel 3.1 Informan

No Informan Jumlah Kode

1 Kepala Pengembangan Koleksi 1 I1

2 Kepala Seksi Seksi Pengembangan dan Pengolahan Bahan Pustaka

1 I2

3 Staf Bidang Pengembangan dan Pengolahan Bahan Pustaka

1 I3

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk semua penelitian. Sugiyono (2009, 102) mengemukakan bahwa, “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati”.

Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah focus peneliti menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui:

a. Observasi

Pengamatan secara langsung terhadap suatu objek yang terdapat di lingkungan, baik yang sedang berlangsung saat itu atau masih berjalan yang meliputi berbagai aktifitas perhatian terhadap suatu kajian objek dengan menggunakan penginderaan

Universitas Sumatera Utara

43 b. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini berisi hal-hal pokok yang akan ditanyakan sebagai pemancing percakapan. Pedoman ini bersifat fleksibel, tidak mengikat, hanya sebagai pembuka dan mengarah kepada pembicaraan.

3.5Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang secara langsung diperoleh oleh penulis dari hasil wawancara dan observasi.

2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumentasi lain yang berhubungan dengan masalah penelitian serta data yang diperoleh melalui website atau internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu sebagai berikut.

1. Wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan yang terstruktur kepada informan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide)

2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan menggunakan daftar checklist observasi.

Universitas Sumatera Utara

44 3. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan buku, jurnal, majalah, laporan tahunan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

3.7Analisis Data

Analisis data digunakan untuk memperoleh data yang benar dan akurat, dalam analisis ini data diorganisasikan dan diolah untuk menjawab permasalahan

Analisis data digunakan untuk memperoleh data yang benar dan akurat, dalam analisis ini data diorganisasikan dan diolah untuk menjawab permasalahan

Dokumen terkait