• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah koleksi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemerintahan Kota Medan dengan indikator yang diukur yaitu (1) koleksi perkapita, (2) usia koleksi, (3) jenis koleksi, (4) koleksi referensi, (5) pengembangan koleksi, (6) belanja bahan perpustakaan, (7) pengorganisasian bahan pustaka, (8) perawatan koleksi, (9) cacah ulang dan penyiangan.

Universitas Sumatera Utara

18 BAB II

KAJIAN TEORITAS

2.1 Koleksi Perpustakaan

Unsur pokok perpustakaan salah satunya adalah koleksi. Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang ada sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika dan dapat digunakan oleh para pengguna perpustakaan tersebut.

Perpustakaan dapat dinilai baik atau tidak melalui pemanfaatan koleksi, perpustakaan akan tidak dapat memberikan layanan yang memuaskan kepada masyarakat penggunanya jika koleksi tidak memadai.

2.1.1 Koleksi Perkapita

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui kinerja perpustakaan adalah jumlah pengguna yang datang atau berkunjung ke perpustakaan selama periode tertentu, perhitungan biasanya dilakukan satu tahun.

Menurut Saleh (2005) “Koleksi yang di pakai di ruang baca per kapita mengukur estimasi jumlah material yang digunakan oleh pemakai”.

Dalam Standar Perpustakaan Umum (SNP 003:2011) dinyatakan bahwa

“Jumlah judul (koleksi) sekurang-kurangnya 0,025 per kapita dikalikan jumlah penduduk wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi perkapita di perlukan untuk mengetahui berapa banyak bahan pustaka yang digunakan di perpustakaan oleh pengguna selama setahun. Dengan demikian investasi dalam bentuk koleksi

Universitas Sumatera Utara

19 yang sudah disimpan di perpustakaan dapat di pertanggungjawabkan kepada pimpinan lembaga.

2.1.2 Usia Koleksi

Meskipun ada beberapa jenis koleksi yang semakin bertambah usianya semakin tinggi nilainya, untuk menjaga agar koleksi perpustakaan harus selalu up to date dan segar dengan cara penambahan koleksi sehingga perpustakaan tersebut juga harus melakukan penyiangan.

Menurut Lasa H.S. (2005:82) menyatakan bahwa “Penyiangan dilakukan minimal setahun sekali dengan maksud menjaga kesegaran koleksi dan juga mengingat keterbatasan daya tamping suatu perpustakaan”.

Dalam buku Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003:2011) di nyatakan bahwa “Perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima tahun terakhir) sekurang-kurangnya 10% dari jumlah koleksi”.

Dari uraian di atas dapat diketahui usia koleksi koleksi harus selalu up to date dan segar dengan cara penambahan koleksi sehingga perpustakaan tersebut harus melakukan penyiangan. Perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima tahun terakhir) sekurang-kurangnya 10% dari jumlah koleksi.

2.1.3 Jenis Koleksi Perpustakaan

Koleksi merupakan elemen penting dari perpustakaan. Koleksi perpustakaan tidak hanya terbatas buku saja, melainkan segala macam cetakan dan elektronik.

Universitas Sumatera Utara

20 Menurut Yulia (1993:3) terdapat 4 jenis koleksi perpustakaan yaitu:

1. Karya Cetak

koleksi perpustakaan berupa karya cetak adalah sebuah hasi dari pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak. Misalnya seperti:

Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari Unesco tebal buku paling sedikit setidaknya terdiri dari 49 halaman, tidak termasuk kulit maupun jaket buku. contohnya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan.

Karya terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, tri wulanan, dan sebagainya.

2. Karya Non-Cetak

koleksi perpustakaan karya non-cetak adalah hasil sebuah pemikiran manusia yang dituangka tidak dalam bentuk buku atau majalah atau teks lainnya. Melainkan juga bisa dalam bentuk rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka dengan istilah yang disebut acheter viagra. Misalnya seperti:

Hasil rekaman suara

koleksi perpustakaan dalam bentuk hasil rekaman suara yakni

berbentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang

dikombinasikan dengan pita kaset.

Hasil rekaman video

koleksi perpustakaan dalam bentuk hasil rekaman video tersebut dapat berupa film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk keperluan proses pembelajaran, dalam hal ini bagimana cara menggunakan perpustakaan.

3. Karya Grafika

Untuk koleksi perpustakaan dengan menggunakan karya grafika ini, terdapat dua tipe bahan grafika yaitu, bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya selid, transparansi, dan filmstrip).

Universitas Sumatera Utara

21 4. Karya dengan bentuk elektronik

Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, maka beberapa informasi yang menjadi salah satu bahan dari koleksi perpustakaan dapat di tuangkan secara digital dalam bentuk elektronik. Misalnya seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer, CD-ROM player, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Sutarno (2006, 54) secara umum koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan ada dua bagian utama yaitu:

1. Bahan pustaka yang tercetak, yang termasuk dalam kelompok ini buku teks, surat kabar, majalah, buletin, pamphlet, kamus, ensiklopedia, direktori, almanak, indeks, bibliografi, buku tahunan, buku pedoman, dll.

2. Bahan pustaka yang terekam yang dalam kelompok ini adalah slide, kaset audio, kaset video, film, strip, CD, VCD, dll.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi perpustakaan adalah semua informasi yang disediakan kepada pengguna perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasinya yang disajikan baik dalam bentuk tercetak seperti buku, majalah, buletin dan bentuk non cetak seperti CD.

2.1.4 Koleksi Referensi

Layanan referensi merupakan salah satu jasa perpustakaan yang disediakan bagi pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkannya.

Menurut Darmono (2001, 52) mengemukakan bahwa yang termasuk jenis koleksi referensi perpustakaan adalah “Isi buku referensi tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat informasi tertentu saja. Contoh: kamus, ensiklopedia, almanak, direktori dan buku tahunan”

Sedangkan menurut American Library Association(ALA),

Universitas Sumatera Utara

22

“Pelayanan referensi merupakan sebagian layanan perpustakaan yang secara langsung berhubungan dengan pembaca dalam memberikan informasi dan penggunaan sumber-sumber perpustakaan untuk kepentingan studi dan riset”.

Dari uraian dapat diketahui bahwa koleksi referensi adalah koleksi yang memberikan penjelasan tentang informasi tertentu, seperti kamus ensiklopedia, almanak, direktori dan buku tahunan yang merupakan sebagian layanan perpustakaan yang secara langsung berhubungan dengan pembaca dalam memberikan informasi dan penggunaan sumber-sumber perpustakaan untuk kepentingan studi dan riset.

2.1.5 Pengembangan Koleksi

Salah satu pekerjaan yang harus dilakukan perpustakaan adalah pengembangan koleksi. Pengembangan koleksi merupakan suatu proses untuk mengetahui peta kekuatan dan kekurangan atau kelemahan koleksi perpustakaan, sehingga dengan demikian akan tercipta sebuah planning untuk memperbaiki peta kelemahan tadi dan mempertahankan kekuatan koleksi.

Yulia dan Sujana(2010, 2.3) menyatakan bahwa:

Pengembangan koleksi adalah proses menghasilkan kepastian bahwa perpustakaan memenuhi kebutuhan informasi dari populasi yang dilayaninya dalam acara yang tepat waktu dan ekonomis, menggunakan sumberdaya informasi yang diproduksi di dalam maupun di luar organisasi.

Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 22) dinyatakan bahwa:

Universitas Sumatera Utara

23 Pengembangan koleksi adalah kegiatan awal dari pembinaan dan pengembangan koleksi perpustakaan, bertujuan agar koleksi tetap sesuai dengan keperluan masyarakat pemakai, dan jumlah bahan pustaka selalu mencukupi.

Mutu koleksi perpustakaan dibentuk oleh kegiatan pengembangan koleksi ini.

Untuk melaksanakan pengembangan koleksi perpustakaan dengan terarah, perlu ada ketentuan yang jelas sebagai pegangan bagi selektor. Sehingga jika timbul masalah dapat ditunjuk kembali kepada kebijakan yang sudah ditetapkan itu.

Menurut Yulia dan Sujana (2010, 2.6) ada dua fungsi kebijakan pengembangan koleksi yaitu:

1. Fungsi perencanaan

Kebijakan pengembangan koleksi merupakan perencanaan yang mengatur prioritas dalam mengoleksikan berbagai sumber dana, setelah lebih dulu mengenal siapa saja yang akan dilayani perpustakaan, mengetahui bidang ilmu apa yang akan dikembangkan serta penelitian-penelitian apa yang akan dilakukan.

2. Fungsi komunikasi internal

Perpustakaan perlu berkomunikasi dengan masyarakatnya sendiri, baik itu pimpinan badan induk, para penyandang dana, staf badan induk sebagai pengguna atau calon pengguna potensial seperti dosen, mahasiswa, guru, siswa, peneliti, masyarakat, tergantung pada jenis perpustakaannya.

Sutarno (2006, 114) menyatakan pengembangan koleksi harus berpedoman pada prinsip-prinsip pengembangan koleksi perpustakaan antara lain:

(1) jumlah, mencakup judul, jenis dan eksemplar (2) terbitan baru

(3) variasi, baik yang tercetak seperti buku, majalah, koran, maupun yang terekam

(4) sumber penerbitnya semakin banyak

(5) sumber asalnya dalam negeri (Bahasa Indonesia dan bahasa daerah), dari luar negeri, terjemahan, saduran bahasa Inggris dan bahasa lainnya.

Universitas Sumatera Utara

24 Dari uraian dapat diketahui bahwa pengembangan koleksi adalah kegiatan kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan oleh perpustakaan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan koleksi informasi penggunaan. Pengembangan koleksi harus direncanakan terlebih dahulu agar pengembangan koleksi dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna serta sesuai dengan prinsip-prinsip pengembagan koleksi yang telah ditentukan.

2.1.6 Belanja Bahan Perpustakaan

Perpustakaan mempunyai kegiatan belanja bahan pustaka dalam proses pengembangan koleksi yang baik dan kegiatan seleksi merupakan kegiatan yang sangat penting di perpustakaan.

Menurut Hartono (2016, 66) seleksi bahan pustaka adalah: “Rangkaian tindakan pengumpulan bahan seleksi, pemilihan judul, verifikasi, dan penetapan judul yang akan diadakan”. Pemesanan dan negosiasi adalah rangkaian proses akuisisi setelah proses seleksi. Hal ini berhubungan dengan agen untuk mendapatkan bahan perpustakaan yang tepat.

Sedangkan menurut Yulia (2010, 36): “Seleksi adalah proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan”.

Dari uraian diatas dapat diketahui Salah satu faktor pendorong kegiatan belanja bahan pustak adalah seleksi bahan pustaka yaitu ketersediaan koleksi yang memenuhi kebutuhan pengguna. Dengan itu tugas utama perpustakaan

Universitas Sumatera Utara

25 membangun koleksi yang kuat dan utuh demi kepentingan pengguna perpustakaan.

2.1.6.1 Pihak-Pihak yang Dilibatkan dalam Pemilihan Buku

Dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka ada pihak-pihak yang dilibatkan.

Menurut Siregar (2002, 12) pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku adalah:

1. Pustakawan

Pustakawan memegang peranan yang penting dalam pemilihan bahan pustaka dan pengembangan bahan pustaka.

2. Subyek spesialis/pakar

Dalam pemilihan bahan pustaka, subyek spesialis/pakar mempunyai peranan penting karena mereka adalah ahli dalam bidang yang ditekuninya, sebagaimana disebutkan dalam kamus bahasa Indonesia (1996, 960) bahwa “spesialis adalah orang-orang yang ahli dalam suatu bidang ilmu atau keterampilan”.

3. Bagian Sirkulasi

Keikutsertaan bagian sirkulasi dalam pemilihan bahan pustaka adalah karena bagian ini dapat memberi informasi tentang bahan pustaka yang banyak digunakan dan dicari oleh pengguna, sehingga dapat dipikirkan pembelian/penambahan jumlah eksemplar jika jumlah bahan pustaka tersebut dianggap kurang.

4. Bagian pengadaan

Bagian pengadaan memegang peranan penting dalam pemilihan bahan pustaka karena bagian ini bertugas melaksanakan administrasi pemilihan bahan pustaka seperti mencatat semua permintaan yang datang dari pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku.

5. Pengguna

Pengguna merupakan orang-orang yang memanfaatkan koleksi perpustakaan.

Sedangkan menurut Yulia dan Sujana (2010, 4.6): “Pada perpustakaan umum, pihak yang berwenang melakukan seleksi adalah dewan

Universitas Sumatera Utara

26 penasihat/penyantun perpustakaan, tokoh masyarakat di sekitar perpustakaan umum tersebut berada”.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku merupakan orang-orang yang dianggap berwenang pada pemilihan bahan pustaka yaitu pustakawan, subyek spesialis/pakar, bagian sirkulasi, bagian pengadaan dan pengguna, dewan penasihat/penyantun perpustakaan, dan tokoh masyarakat di sekitar perpustakaan umum tersebut berada.

2.1.6.2 Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka

Dalam pemilihan bahan pustaka perpustakaan harus berpedoman pada prinsip-prinsip seleksi.Prinsip seleksi merupakan salah satu acuan yang digunakan perpustakaan untuk mengisi koleksi perpustakaannya.

Adapun prinsip-prinsip pemilihan buku menurut Siregar (2002, 11) adalah:

1. Relevansi

Perpustakaan hendaknya mengusahakan agar koleksi perpustakaan relevan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan serta tujuan lembaga induknya.

2. Orientasi kepada pengguna

Dalam pengadaan koleksi hendaknya mengutamakan kepentingan pengguna perpustakaan, sehingga pengguna perpustakaan terpenuhi dan tingkat keterpakaian koleksi dapat ditingkatkan.

3. Unsur kelengkapan

Pengadaan koleksi hendaknya dilakukan dengan berpedoman kepada kelengkapan koleksiyang dibutuhkan oleh pengguna, bukan berpedoman kepada jumlah eksemplar bahan pustaka.

4. Unsur kemutakhiran

Universitas Sumatera Utara

27 Perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan sumber-sumber informasi yang paling mutakhir, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Unsur kerjasama dengan berbagai pihak

Perpustakaan sebaiknya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti pakar ilmu pengetahuan, pengguna dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka agar relevansi dengan kebutuhan pengguna dapat terpenuhi.

6. Menggunakan alat bantu pemilihan

Untuk memudahkan dan untuk mengetahui informasi buku secara lengkap, hendaknya pemilihan bahan pustaka dilakukan dengan menggunakan alat bantu pemilihan bahan pustaka seperti katalog.

Sedangkan menurut Darmono (2001, 58-59) ada beberapa prinsip dasar dalam pemilihan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan.

Skala prioritas untuk masing-masing perpustakaan pada umumnya berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan karakteristik masyarakat yang dilayani.

2. Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh pennggung jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung.

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka dimaksudkan untuk menjamin relevansi koleksi dengan kebutuhan pengguna.Dengan melaksanakan prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka secara cermat maka kemungkinan mutu koleksi dan pelayanan dapat ditingkatkan.

2.1.6.3 Alat Bantu Seleksi

Dalam kegiatan seleksi bahan pustaka diperlukan sarana pembantu atau alat bantu seleksi untuk memudahkan para pustakawan untuk melakukan seleksi bahan pustaka yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

28 Siregar (2002, 25) menyatakan bahwa untuk mempermudah pemilihan diperlukan alat bantu pemilihan bahan pustaka:

1. Katalog penerbit luar negeri dan dalam negeri.

2. Bibliografi nasional dan internasional untuk buku dan majalah.

3. Bibliografi subjek khusus.

4. Daftar tambahan koleksi (accession list) perpustakaan lain.

5. Iklan dalam harian maupun majalah dan laporan.

Dengan adanya alat bantu seleksi dapat memudahkan pustakawan untuk mempermudah pekerjaanya.

Adapun informasi yang dapat diketahui dari alat bantu seleksi yaitu:

1. Nama pengarang/editor/penerjemah/penyunting.

2. Judul buku

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam pemilihan bahan pustaka, perpustakaan harus memiliki alat bantu seleksi. Dengan adanya alat bantu seleksi maka akan memudahkan pengguna untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan seperti nama pengarang, judul buku, tahun terbit, dan sebagainya.

2.1.6.4 Pemesanan Bahan Pustaka

Salah satu cara pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan pemesanan melalui toko buku atau langsung ke penerbitnya.

Menurut Yusuf (2007, 84) ada beberapa pertimbangan dalam memesan bahan pustaka yaitu:

Universitas Sumatera Utara

29 1. Pemesanan buku berdasarkan anggaran yang tersedia, karena

memesan diluar batas kemampuan dapat menimbulkan masalah.

2. Memesan buku harus berdasarkan pada pertimbangan bahwa buku itu sangat dibutuhkan/berguna untuk pemakai pperpustakaan umum.

3. Jika buku itu berseri/berjilid maka harus dibeli seluruhnya. Jika tidak dibeli semuaakan menimbulkan masalah, yakni koleksi tidak lengkap dan merupakanpemborosan.

4. Buku yang dipesan terjamin mutunya, dengan mempertimbangkan kualitas pengarang, penerbit, format, kertas dan lain-lainnya.

Tata laksana pemesanan bahan pustaka perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati.

Darmono (2001, 62) menyatakan bahwa ada beberapa tatalaksana pemesanan bahan pustaka yaitu:

1. Kartu pesanan (daftar pesanan) dikirimkan kepada penerbit atau toko buku dan disertai petunjuk tentang bagaimana cara pembayarannya dan keterangan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran administrasi.

2. Pembayaran dapat dilakukan bersamaan dengan pemesanan atau sesudahnya. Pembayaran dilakukan melalui poswesel, cheque, giro, bank dan sebagainya.

3. Untuk pembayaran yang dilakukan kemudian, biasnya penerbit/toko buku mengirimkan faktur sementara (proforma invoice) yang memperinci pesanan mana yang dapat dipenuhinya dan berapa jumlah uang yang harus dibayar. Atas dasar itu perpustakaan mengatur pembayarannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam memesan bahan pustaka diperpustakaan umum ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan seperti anggaran yang tersedia, apakah buku tersebut dibutuhkan /berguna oleh pengguna, harus membeli buku berseri secara keseluruhan dan buku yang dipesan harus terjamin mutunya.

Universitas Sumatera Utara

30 2.1.7 Pengorganisasian Bahan Pustaka

Setiap perpustakaan memiliki tugas mengoeganisasikan bahan pustaka serta mengolahnya agar dapat disajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan.

Dalam buku Standar Nasional Indonesia bidang Kepustakaan dan Kepustakawanan (SNI 7495:2009 ) menyatakan bahwa:

Pengorganisasian materi perpustakaan

a) Materi perpustakaan diorganisasikan dengan maksud agar mudah ditemukan kembali secara cepat dan tepat.

b) Materi perpustakaan dikatalog, diklasifikasi dan disusun secara sistematis dengan menggunakan :

- Pedoman deskripsi bibliografis;

- Bagan klasifikasi; Pedoman tajuk subjek/tesaurus;

- Pedoman penentuan tajuk entri utama.

Menurut Qalyubi (2007, 51) menyatakan bahwa:

“Yang dimaksud dengan kegiatan pemrosesan atau pengorganisasian bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan-kegiatan yaitu inventarisasi, klasifikasi, Katalogisasi, penyelesaian dan penyusunan buku di rak.

„Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengolahan bahan pustaka penyelesaian dan penyusunan buku di rak bertujuan agar koleksi dapat ditemukan dengan mudah dan dapat dikenali oleh pengguna perpustakaan.

2.1.8 Perawatan Koleksi

Kegiatan pelestarian dan perawatan bahan pustaka merupakan salah satu hal yang penting dilakukan oleh suatu perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

31 Menurut Sutarno dalam Cita (2012:201) adalah “suatu usaha atau cara untuk menjaga atau memelihara bahan pustaka, agar koleksi atau bahan pustaka yang ada tidak cepat mengalami kerusakan atau usang dan dapat dipakai lagi”.

Sedangkan pengertian pelestarian menurut Departemen Pendidikan (2004:

46) adalah “Upaya untuk menyimpan kandungan informasi suatu perpustakaan dan usaha melestarikan bahan pustaka dalam bentuk bahan pustaka aslinya dengan cara alih media”.

Dari uraiain diatas dapat diketahui dalam kegiatan perawatan dan pelestarian bahan pustaka banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah unsur perawatan dan pelestarian bahan pustaka.

2.1.9 Cacah Ulang dan Penyiangan.

Pada perpustakaan umum biasanya menyiangi secara rutin dengan dasar sirkulasi.

Dalam buku Standar Nasional Indonesia bidang Kepustakaan dan Kepustakawanan (SNI 7495:2009 ) menyatakan bahwa “Perpustakaan melakukan pencacahan koleksi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun. Perpustakaan melakukan penyiangan koleksi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun”.

Menurut Dictionary of Library and Information Science (dalam Sugana, 2011):

Weeding merupakan proses menentukan koleksi apa saja yang akan ditarik secara permanen dan menentukan kriteria koleksi yang akan disiangkan, khususnya terhadap tumpukan-tumpukan buku yang membuat kapasitas ruang terbatas.

Universitas Sumatera Utara

32 Dari uraian diatas dapat di ketahui cacah ulang dan penyiangan merupakan Kegiatan pemindahan, penarikan, pengeluaran bahan pustaka yang kurang atau sudah tidak dimanfaatkan oleh pengguna ke tempat penyimpanan.

2.2 Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011)

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan bahwa “Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan, bertugas menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum dan kebijakan teknis pengelolaan perpustakaan; melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan;

membina kerjasama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan; dan mengembangkan standar nasional perpustakaan.

Standar Nasional Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota (SNP 003 : 2011) menetapkan dasar koleksi perpustakaan umum kabupaten/kota. Pada standar ini ada 9 indikator koleksi yang diukur antara lain koleksi perkapita, usia koleksi, jenis koleksi, koleksi referensi, pengembangan koleksi, belanja bahan perpustakaan, pengorganisasian bahan perpustakaan, perawatan koleksi, cacah ulang dan penyiangan.

2.2.1 Koleksi Perkapita

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), jumlah (judul) koleksi perpustakaan sekurangkurangnya 0,025 per kapita dikalikan jumlah penduduk di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

33 Tabel 2.1: Koleksi Perkapita

2.2.2 Usia Koleksi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), perpustakaan memiliki koleksi terbaru (lima tahun terakhir) sekurang-kurangnya 10% dari jumlah koleksi.

2.2.3 Jenis Koleksi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) :

a. Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, dewasa, koleksi referensi, koleksi khusus, surat kabar, majalah, dan koleksi non cetak.

b. Jenis koleksi perpustakaan mengakomodasikan semua kebutuhan masyarakat,termasuk kebutuhan penyandang cacat.

No Jumlah Penduduk Jumlah Koleksi (Judul) Keterangan (Jiwa)

1. <200.000 5.000

2. 200.000-300.000 7.500

3. 300.000-400.000 10.000

4. Dst (kelipatan Penambahan 2.500

100.000) Judul

Universitas Sumatera Utara

34 c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatan

lokal.

d. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan masyarakat.

e. Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kebijakan pembangunan daerah.

2.2.4 Koleksi Referensi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), perpustakaan menyediakan bahan perpustakaan referensi. Koleksi bahan perpustakaan referensi sekurang-kurangnya terdiri dari ensiklopedia, direktori, handbook/manual, kamus, majalah indeks.

2.2.5 Pengembangan Koleksi

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) :

a. Perpustakaan mempunyai kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis dan harus ditinjau sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun.

b. Kebijakan pengembangan koleksi mencakup seleksi, pengadaan, pengolahan, danpenyiangan bahan perpustakaan, serta pelestarian terbitan dan muatan lokal (deposit lokal).

c. Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 5% dari jumlah judul per tahun.

d. Kebijakan pengembangan koleksi ditindaklanjuti dengan program tahunan dan pedoman kerja perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

35 e. Pengembangan koleksi mempertimbangkan kebutuhan pelayanan

perpustakaan keliling.

2.2.6 Belanja Bahan Perpustakaan

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011), perpustakaan memiliki anggaran belanja perpustakaan sekurang kurangnya Rp. 4.000,- per kapita per tahun.

2.2.7 Pengorganisasian Bahan Perpustakaan

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP 003 : 2011) :

a. Seleksi bahan perpustakaan

Seleksi bahan perpustakaan dilakukan berdasarkan usulan dari pemustaka, usulan tim seleksi, dan menggunakan katalog penerbit.

b. Proses pengolahan bahan perpustakaan

- Pengolahan bahan perpustakaan dilakukan dengan sistem yang baku.Proses pengolahan bahan perpustakaan dilakukan melalui

- Pengolahan bahan perpustakaan dilakukan dengan sistem yang baku.Proses pengolahan bahan perpustakaan dilakukan melalui

Dokumen terkait