• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peneliti ingin mengkaji pengaruh seluruh variabel yang terdapat pada gaya kepemimpinan transformasional, sebagai gaya yang dominan melekat pada Kepala Desa Cihideung Udik terhadap pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) melalui uji statistik menggunakan aplikasi SPSS version 21.0. Uji statistik tersebut melibatkan empat variabel gaya kepemimpinan transformasional. Seluruh variabel gaya kepemimpinan transformasional ditetapkan sebagai variabel X (independent). Sedangkan, variabel pemanfaatan APBDes ditetapkan sebagai variabel besar Y (dependent) yang dihitung secara akumulatif/agregat berdasarkan tiga variabel yang telah dijelaskan dalam definisi operasional. Variabel pemanfaatan APBDes yang diuji adalah pemanfaatan dalam bidang pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dalam bidang pembinaan masyarakat, dan pemanfaatan dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Adapun beberapa hal yang ingin dilihat adalah, nilai signifikasi, nilai koefisien B, nilai

collinearity (Kolinearitas), dan nilai adjusted R square yang terdapat pada masing-masing variabel.

Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada Kepala Desa Cihideung Udik ialah gaya kepemimpinan transformasional. Berdasarkan hasil analisis uji regresi, pengaruh gaya kepemimpinan transformasional yang melekat pada kepala desa terhadap pemanfaatan APBDes dapat diketahui terhadap empat variabel. Hasil analisis uji regresi linier berganda pada Tabel 36 akan menjelaskan hasil pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap pemanfaatan APBDes Desa Cihideung Udik.

Tabel 36 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda dan sederhana pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik tahun 2015

Variabel Siga Bb

Collienarity Statisticsc Tolerance VIF Pengaruh yang diidealkan .054 .307 1.000 1.000 Motivasi inspirasional .490 .112 1.000 1.000 Stimulasi intelektual .004 .441 1.000 1.000 Kepedulian secara personal .007 .421 1.000 1.000

Adjusted R Square .173

a

Sig berfungsi untuk menguji pengaruh pada data yang diuji statistik. Suatu variabel dikatakan berpengaruh jika sig. < 0.05

b

B adalah koefisien regresi (nilai peningkatan jika positif dan nilai penurunan jika negatif)

c

Collienarity statistics berfungsi untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas pada data yang diuji statistik. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10

Berdasarkan Tabel 36 di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan perolehan nilai Adjusted R Square menunjukkan angka 17.3 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa sebesar 17.3 persen pemanfaatan APBDes Desa Cihideung Udik dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan transformasional kepala desa. Nilai signifikansi akan dijelaskan pengaruhnya pada pembahasan setiap variabel. Selain itu, berdasarkan data yang diuji statistik, tidak terdapat multikolinearitas.

Seluruh variabel gaya kepemimpinan transformasional sebagai variabel

independent diuji dengan menggunakan analisis uji regresi linier yang dilakukan terhadap variabel dependent, yaitu pemanfaatan APBDes. Berikut merupakan hipotesis uji pengaruh variabel gaya kepemimpinan transformasional terhadap pemanfaatan APBDes:

H0=Variabel (X) tidak berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan APBDes H1=Variabel (X) berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan APBDes Hipotesis di atas diuji berdasarkan nilai signifikansi hasil pengujian analisis regresi linier dari setiap variabel gaya kepemimpinan transformasional. Penentuan hipotesis dapat diketahui jika perolehan nilai signifikansi > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sebaliknya, jika perolehan nilai signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Pengaruh yang Diidealkan terhadap Pemanfaatan APBDes

Menjadi seorang kepala desa bukan saja menjadi seorang pemimpin dalam menjalankan pemerintahan, melainkan juga harus menjadi panutan bagi masyarakat. Sosok kepala desa ialah panutan bagi warga nya dalam bekerja dan bermasyarakat. Oleh karena itu, berbagai aspek dalam kepribadian kepala desa akan selalu diperhatikan oleh masyarakat, tak terkecuali oleh para perangkat desa yang terdiri dari pegawai/staf desa serta aparatur desa. Aspek-aspek yang sering kali diperhatikan dari sosok kepala desa antara lain etika dalam bekerja atau bermasyarakat, penerapan nilai moral, kejujuran serta cara berpenampilan. Semua pesan yang ditunjukkan baik verbal ataupun non verbal dari seorang kepala desa akan sangat penting untuk diperhatikan, karena akan menjadi contoh yang akan diikuti oleh masyarakat.

Oleh karena itu, seorang kepala desa dituntut untuk memiliki bentuk- bentuk keteladanan, baik sifat maupun sikap, yang dapat diteladani dan dikagumi oleh masyarakat dan juga perangkat desa. Seorang kepala desa harus memberikan pengaruh-pengaruh yang diidealkan oleh masyarakat dan perangkat nya. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat menjadi bangga memiliki sosok kepala desa seperti yang mereka idealkan. Selain itu, motivasi dan kinerja perangkat desa dalam melaksanakan pemerintahan serta melayani masyarakat dapat meningkat dan menjadi lebih baik, khususnya dalam menjalankan tugas memanfaatkan dan merealisasikan APBDes.

Ketika melaksanakan pemanfaatan APBDes, Kepala Desa Cihideung Udik selalu mengutamakan kejujuran terhadap perangkat desa dan juga masyarakatnya. Hal tersebut ditunjukkan salah satu nya dengan transparansi dana. Selain itu, kepala desa juga sering kali hadir dan turun langsung saat pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat. Etika

kesopanan selalu dijunjung tinggi oleh kepala desa dalam setiap proses realisasi APBDes. Nilai-nilai moral juga sering kali diterapkan dalam melaksanakan pemanfaatan APBDes, antara lain menjaga prinsip untuk tidak pernah mengambil hak orang lain, selalu sedia untuk menolong masyarakat, rendah hati serta menjadikan nilai-nilai agama sebagai landasan dalam menjalani tugas untuk melaksanakan pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang terencana dalam APBDes.

Secara umum pengaruh yang diidealkan kepala desa tergolong tinggi. Atas dasar tersebut penelitian ini menduga pengaruh yang diidealkan berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Hal ini diasumsikan bahwa semakin tinggi pengaruh yang diidealkan kepala desa terhadap perangkatnya maka semakin berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Untuk melihat pengaruh keduanya maka dalam penelitian ini pun dilakukan analisis lebih lanjut melalui tabulasi silang hasil kuesioner responden (lihat Tabel 37).

Berdasarkan Tabel 37 diketahui bahwa sebesar 77.5 persen responden yang menilai bahwa pengaruh yang diidealkan dari kepala desa tinggi, juga menilai bahwa tingkat pemanfaatan APBDes tinggi. Kemudian sebesar 17.5 persen responden yang menilai bahwa pengaruh yang diidealkan dari kepala desa dalam katagori tinggi juga menilai katagori sedang untuk tingkat pemanfaatan APBDes. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang diidealkan berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan APBDes.

Tabel 37 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengaruh yang diidealkan terhadap tingkat pemanfaatan APBDes

Pengaruh yang diidealkan

Tingkat pemanfaatan APBDes

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 0 0.0 0 0.0 2 5.0 2 5.0

Tinggi 0 0.0 7 17.5 31 77.5 38 95.0

Total 0 0.0 7 17.5 33 82.5 40 100.0

Oleh karena itu, untuk memperjelas hasil analisis data mengenai pengaruh antara keduanya, dilakukan uji regresi linier sederhana pada variabel pengaruh yang diidealkan (X1) terhadap tingkat pemanfaatan APBDes (Y) (lihat Tabel 36). Hasil uji regresi pada Tabel 36 menunjukkan bahwa variabel pengaruh yang diidealkan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.054. Suatu variabel akan diinterpretasikan memiliki pengaruh yang signifikan dengan variabel lain jika nilai signifikansi < 0.05. Berdasarkan aturan tersebut dan nilai signifikansi pada variabel pengaruh yang diidealkan terhadap pemanfaatan APBDes, tidak terdapat pengaruh, karena 0.054 > 0.050. Meski demikian pada Tabel 35 juga dijelaskan bahwa nilai koefisien B pengaruh yang diidealkan adalah 0.307 atau memiliki peningkatan secara positif sebesar 30.7 persen terhadap pemanfaatan APBDes. Dengan demikian, melihat nilai signifikansi dan berdasarkan hipotesis uji, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Hasil analisis data di lapangan menunjukkan bahwa pengaruh yang diidealkan dari kepala desa oleh para perangkat nya tergolong ke dalam katagori

tinggi. Namun demikian, hasil uji regresi antara pengaruh yang diidealkan terhadap tingkat pemanfaatan APBDes menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antar keduanya. Hal tersebut mengindikasikan terdapat faktor yang menjadi penyebab tidak terdapat nya pengaruh yang signifikan antar kedua nya. Kurang menyeluruhnya pendekatan yang dilakukan oleh kepala desa terhadap masyarakat. Dengan kondisi geografis yang cukup luas, serta struktur desa yang memanjang dan memiliki jumlah RW yang banyak dengan jarak berjauhan menyebabkan keterbatasan kepala desa dalam melakukan pendekatan sosial. Hal ini kemudian yang menyebabkan masih terdapat warga yang belum mengenal secara baik sosok kepala desa. Pernyataan salah satu aparatur desa yang dinilai mampu mewakili warga di wilayahnya:

“...kalau masalah administrasi birokrasi dan semacamnya lah itu dia saya akui jago dia, tapi kelemahannya itu ya kurang bermasyarakat, gak tahu ya ke wilayah lain, tapi kalo ke saya dan warga sini kurang. Jadi pada kurang kenal. Saya berusaha maklum sih, mungkin jauh kesini...”. (DD, 54 Tahun, Ketua RW)

Pernyataan salah satu aparatur desa di atas, mampu menunjukkan bahwa meskipun pengaruh yang diidealkan oleh kepala desa tergolong tinggi, namun tidak diikuti dengan besarnya pengaruhnya terhadap pemanfaatan APBDes. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan kepala desa dalam bersosialisasi dengan masyarakat di wilayah kampung/RW/RT yang jarak nya cukup jauh dengan kantor desa maupun dengan wilayah tempat tinggal kepala desa sendiri. Sehingga pengaruh yang diidealkan tidak diterima perangkat desa dan masyarakat secara keseleuruhan, dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan pemanfaatan atau realisasi APBDes.

Pengaruh Motivasi Inspirasional terhadap Pemanfaatan APBDes Demi mewujudkan pemerintahan yang baik serta realisasi pemanfaatan APBDes yang tepat guna untuk masyarakat, perangkat desa harus memiliki motivasi-motivasi dalam bekerja. Pemberian motivasi tersebut itulah yang menjadi salah satu tugas seorang kepala desa. Motivasi-motivasi yang diberikan harus mampu menginspirasi dan meningkatkan semangat perangkat desa dalam melaksanakan segala proses pemanfaatan APBDes. Bentuk motivasi inspirasional yang ditunjukkan oleh kepala desa salah satu nya adalah dengan mengajak seluruh perangkat desa untuk menjadikan Cihideung Udik maju, baik dari segi pembangunan maupun dari administrasi pemerintahan. Hal tersebut kemudian membuahkan hasil yaitu selama kepemimpinan Kepala Desa JS, Cihideung Udik menjadi lima desa terbaik di Kecamatan Ciampea dalam segi kemajuan pembangunan dan penyusunan laporan administrasi pemerintahan, tak terkecuali pada tahun anggaran APBDes 2015.

Peningkatan kinerja perangkat desa untuk mencapai hasil maksimal selalu diupayakan oleh kepala desa. Baik dengan menceritakan pengalaman sukses orang lain, ataupun pembicaraan-pembicaraan ringan antara kepala desa dengan semua perangkat nya, yang mampu menumbuhkan rasa bangga telah menjadi bagian masyarakat Desa Cihideung Udik di bawah kepemimpinannya. Selain itu, tidak jarang juga kepala desa menerapkan asas kekeluargaan antar diri nya dengan

perangkat desa. Hal ini bertujuan agar kekompakkan tim kerja tetap terjamin, sehingga dapat meningkatkan semangat kerja yang akhirnya pembangunan di desa dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat sesuai APBDes.

Secara umum motivasi inspirasional dari kepala desa tergolong tinggi. Atas dasar tersebut dalam penelitian ini menduga motivasi inspirasional berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Hal ini diasumsikan bahwa semakin tinggi motivasi inspirasional yang diberikan kepala desa terhadap perangkatnya maka semakin berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Untuk melihat pengaruh keduanya maka dalam penelitian ini pun dilakukan analisis lebih lanjut melalui tabulasi silang hasil kuesioner responden (lihat Tabel 38).

Berdasarkan Tabel 38 diketahui bahwa sebesar 57.5 persen responden yang menilai bahwa motivasi inspirasional dari kepala desa tinggi, juga menilai bahwa tingkat pemanfaatan APBDes tinggi. Kemudian sebesar 25.0 persen responden yang menilai bahwa motivasi inspirasional dari kepala desa dalam katagori sedang, justru menilai tingkat pemanfaatan APBDes di katagori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari motivasi inspirasional terhadap pemanfaatan APBDes kemungkinan ada, tetapi tidak signifikan atau bahkan tidak ada pengaruh sama sekali.

Tabel 38 Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi inspirasional terhadap tingkat pemanfaatan APBDes

Motivasi inspirasional

Tingkat pemanfaatan APBDes

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 0 0.0 1 2.5 10 25.0 11 27.5

Tinggi 0 0.0 6 15.0 23 57.5 29 72.5

Total 0 0.0 7 17.5 33 82.5 40 100.0

Untuk memperjelas hasil analisis data mengenai pengaruh antara keduanya, dilakukan uji regresi linier sederhana pada variabel motivasi inspirasional (X2) terhadap tingkat pemanfaatan APBDes (Y) (lihat Tabel 36). Berdasarkan Tabel 36, dapat diketahui bahwa hasil uji regresi variabel motivasi inspirasional memiliki nilai signifikansi sebesar 0.490. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel motivasi inspirasional > 0.05, sehingga tidak memenuhi kriteria interpretasi pengaruh signifikan antar variabel yang seharusnya memiliki nilai signifikansi < 0.05. Meski demikian pada Tabel 36 juga dijelaskan bahwa nilai koefisien B motivasi inspirasional adalah 0.112 atau memiliki peningkatan secara positif sebesar 11.2 persen terhadap pemanfaatan APBDes. Namun pengaruh tersebut tidak cukup signifikan. Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak.

Hasil analisis data di lapangan menunjukkan bahwa motivasi inspirasional dari kepala desa oleh para perangkat nya tergolong ke dalam katagori tinggi. Namun demikian, hasil uji regresi antara motivasi inspirasional terhadap tingkat pemanfaatan APBDes menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antar keduanya. Hal tersebut mengindikasikan terdapat faktor yang menjadi

penyebab tidak terdapat nya pengaruh yang signifikan antar kedua nya. Kurangnya intensitas pertemuan antara kepala desa dengan perangkat desa, khususnya aparatur desa menyebabkan kurangnya pengaruh yang ditimbulkan terhadap proses pemanfaatan APBDes.

“...jarang ketemu dengan beliau, paling pas rapat aja. Seringnya kita berurusan sama staf nya aja di desa. Sama bendaharanya sih paling sering, dia udah seperti wakil nya pak lurah. Jadi ya jarang ngobrol sama pak lurah boro-boro ngasih motipasi...”. (EJ, 53 Tahun, Ketua RT)

Selain itu, pemberian motivasi yang dinilai belum maksimal untuk menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan kerja perangkat desa dalam menjalankan pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka realisasi APBDes. Baik motivasi secara lisan maupun motivasi dalam bentuk aplikasi penerapan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu aparatur desa berikut ini:

“...kasih semangat, atau cerita-cerita gitu mah pernah, tapi ya biasa aja sih neng, kadang mah kalau orang bilang kayak basa- basi gitu ya hehe. Tapi baik kok dia mah, cuma buat ngurusin realisasi dana desa, kayak Rutilahu atau hotmix jalan gitu mah jarang kasih semangat, mungkin segan kali sama kita ini kan lebih tua...” (ED, 53 Tahun, Ketua RT)

Pernyataan salah satu aparatur desa di atas mampu menunjukkan bahwa meskipun motivasi inspirasional yang diberikan oleh kepala desa tergolong tinggi, namun tidak diikuti dengan besarnya pengaruh nya terhadap pemanfaatan APBDes. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya intensitas pertemuan antara kepala desa dengan seluruh perangkat desa serta belum maksimal nya motivasi yang diberikan. Sehingga motivasi inspirasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi APBDes.

Pengaruh Stimulasi Intelektual terhadap Pemanfaatan APBDes

Kepala Desa Cihideung Udik menjalankan pemerintahan, khususnya melaksanakan realisasi atau pemanfaatan APBDes dibantu oleh pegawai desa dan aparatur desa. Oleh karena nya, demi mengupayakan tercapainya hasil kerja yang maksimal, kepala desa memberikan stimulasi intelektual kepada para perangkat desa. Salah satu bentuk stimulasi intelektual yang diberikan ialah memberikan kesempatan bagi seluruh perangkat desa untuk mengemukakan pendapat atau ide- ide, baik terkait dengan masalah yang sedang dihadapi, maupun tentang perencanaan pembangunan. Kepala desa juga selalu menghargai pendapat yang diajukan oleh para perangkatnya. Selain itu, dalam proses pemanfaatan APBDes kerap dijumpai adanya ketidaksesuaian antara dana yang dianggarkan dengan dana realisasi. Untuk menangani hal tersebut, kepala desa mengajak staf nya untuk ikut serta berpikir bersama menggunakan rasionalitas guna menemukan solusi permasalahan tersebut.

Stimulasi intelektual ini menjadi sangat penting untuk dilakukan oleh kepala desa dalam rangka mewujudkan pemanfaatan APBDes yang tepat guna, efektif, dan efisien. Karena dengan adanya stimulasi intelektual, diharapkan

seluruh perangkat desa sebagai pelaksana, juga mampu dan piawai menciptakan berbagai langkah strategis dalam melaksanakan pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat sesuai dengan APBDes. Sehingga proses pemanfaatan APBDes terlaksana tidak hanya dari hasil pemikiran kepala desa, melainkan juga berasal dari hasil pemikiran perangkat desa.

Secara umum stimulasi intelektual dari kepala desa tergolong tinggi. Atas dasar tersebut, penelitian ini menduga stimulasi intelektual berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Dengan demikian, semakin tinggi stimulasi intelektual yang diberikan kepala desa terhadap perangkatnya maka semakin berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Untuk melihat pengaruh keduanya maka dalam penelitian ini pun dilakukan analisis lebih lanjut melalui tabulasi silang hasil kuesioner responden (lihat Tabel 39).

Berdasarkan Tabel 39 diketahui sebesar 75.5 persen responden yang menilai bahwa stimulasi intelektual dari kepala desa tinggi, juga menilai bahwa tingkat pemanfaatan APBDes tinggi. Kemudian sebesar 15.0 persen responden yang menilai bahwa stimulasi intelektual dari kepala desa dalam katagori tinggi, juga menilai tingkat pemanfaatan APBDes di katagori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa stimulasi intelektual berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan APBDes.

Tabel 39 Jumlah dan persentase responden berdasarkan stimulasi intelektual terhadap tingkat pemanfaatan APBDes

Stimulasi intelektual

Tingkat pemanfaatan APBDes

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 0 0.0 1 2.5 3 7.5 4 10.0

Tinggi 0 0.0 6 15.0 30 75.5 36 90.0

Total 0 0.0 7 17.5 33 82.5 40 100.0

Selanjutnya, untuk memperjelas hasil analisis data mengenai pengaruh antara keduanya, dilakukan uji regresi linier sederhana pada variabel stimulasi intelektual (X3) terhadap tingkat pemanfaatan APBDes (Y) (lihat Tabel 36). Pada Tabel 36 ditunjukkan hasil uji regresi yang menghasilkan bahwa variabel stimulasi intelektual memiliki nilai signifikansi sebesar 0.004. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel stimulasi intelektual memiliki nilai signifikansi < 0.05 dan telah memenuhi kriteria untuk menginterpretasikan pengaruh signifikan antar variabel. Berdasarkan hipotesis uji statistik regresi, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stimulasi intelektual berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan APBDes. Tabel 36 menjelaskan bahwa nilai koefisien B variabel stimulasi intelektual adalah 0.441 atau memiliki peningkatan secara positif sebesar 44.1 persen terhadap pemanfaatan APBDes. Hasil ini kemudian didukung oleh satu pernyataan perangkat desa yang menyatakan bahwa:

“...wah jelas sangat terbuka dia, tanya jawab selalu ada pas mengusulkan pembangunan, ngutamain musyawarah lah pokoknya. Pas dana turun dari atas juga kita langsung dapat

undangan rapat, selain buat pembagian triwulan itu ya juga diomongin bareng-bareng ngelaksanain APBDes...”. (NM, 60 Tahun, Ketua RT)

Sikap keterbukaan yang dimiliki kepala desa dalam menjalani proses pemanfaatan APBDes juga terwujud melalui sikapnya yang selalu menerima segala saran dan kritik dari para perangkat desa. Hal tersebut dianggap mampu menjadikan perangkat desa untuk terus terpacu dalam berpikir secara rasional dalam menangani permasalahan warga. Meski selalu mengutamakan musyawarah dan berdiskusi bersama dalam proses pemecahan masalah, kepala desa juga menghimbau para perangkat nya untuk bisa menangani sendiri permasalahan yang dianggap masih bisa diselesaikan di lingkup wilayah (RT/RW). Hal ini kemudian yang juga mempengaruhi proses pelaksanaan pemanfaatan APBDes. Berikut adalah salah satu pernyataan perangkat desa mengenai hal tersebut:

“...Pak JS sih pesennya, kalo masih bisa ditangani di lingkungan, selesaikan dulu, kalo udah kepepet dan memang harus ke desa, baru laporan. Ya dalam pembangunan juga gitu neng, misalkan pengaspalan ya tanggungjawab tetap ada di RT masing-masing, tapi pak JS sama staf nya pun juga selalu mengontrol. Istilahnya kita harus mandiri juga lah, warga nya juga harus peduli bantu- bantu, kan untuk kita juga...”. (KY, 70 Tahun, Ketua RT)

Pemberian tanggung jawab serta kepercayaan dari kepala desa kepada para perangkat nya membuat stimulasi intelektual dapat terlaksana secara lebih baik, khususnya dalam melaksanakan pembangunan, pembinaan serta pemberdayaan masyarakat guna merealisasikan APBDes yang sudah teranggarkan dan tersusun secara bersama. Segala kegiatan stimulasi intelektual yang diberikan oleh kepala desa dinilai mampu mempengaruhi tingkat pemanfaatan APBDes, serta meningkatkan efektifitas perangkat desa dalam melaksanakannya.

Pengaruh Kepedulian Secara Personal terhadap Pemanfaatan APBDes Memiliki kepedulian yang tinggi merupakan hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang kepala desa, bukan hanya kepada perangkatnya, melainkan juga kepada masyarakat yang paling utama. Kepedulian secara personal dapat diartikan sebagai bentuk perhatian dari seorang kepala desa terhadap kebutuhan masyarakatnya, khususnya kebutuhan psikologis. Seperti menunjukkan rasa simpati, empati, serta menunjukkan sikap menghormati karakter perangkat desa yang berbeda-beda. Salah satu wujud nyata dari bentuk kepedulian secara personal ini ialah menjenguk perangkat desa jika ada yang sakit atau memberikan dukungan langsung terhadap masyarakat yang sedang tertimpa masalah.

Kepedulian secara personal kepala desa juga ditunjukkan dalam proses pemanfaatan APBDes yang dijalankan secara bersama-sama dengan para perangkat desa. Setiap perangkat desa memiliki tugas masing-masing yang diberikan oleh kepala desa dalam mendukung proses berjalannya realisasi dana APBDes. Seperti kaur pembangunan dengan tugasnya mengelola dan mengatur proses pelaksanaan pembangunan; Ketua RT/RW dengan tugasnya mengatur dan menjalani pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah masing-masing; dan sebagainya. Meski pembagian tugas telah diatur, kepala desa

tetap memberikan perhatian terhadap seluruh perangkat desa untuk membantu dan mengontrol jalannya pemanfaatan APBDes. Bukan hanya itu, kepala desa juga memberikan perhatian-perhatian khusus kepada perangkatnya, guna meningkatkan hasil kerja yang maksimal. Seperti mengajak secara personal ke beberapa pegawai desa untuk meneruskan sekolah ke perguruan tinggi, ataupun bentuk kepedulian lainnya.

Secara umum kepedulian secara personal dari kepala desa tergolong tinggi. Atas dasar tersebut, penelitian ini menduga kepedulian secara personal berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Hal ini diasumsikan bahwa semakin tinggi kepedulian secara personal yang diberikan kepala desa terhadap perangkatnya maka semakin berpengaruh terhadap pemanfaatan APBDes. Untuk melihat pengaruh keduanya maka dalam penelitian ini pun dilakukan analisis lebih lanjut melalui tabulasi silang hasil kuesioner responden (lihat Tabel 39).

Tabel 40 menjelaskan bahwa sebesar 75.5 persen responden yang menilai bahwa kepedulian secara personal dari kepala desa tinggi, juga menilai bahwa tingkat pemanfaatan APBDes tinggi. Kemudian sebesar 12.5 persen responden yang menilai bahwa kepedulian secara personal dari kepala desa dalam katagori

Dokumen terkait