• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (Kasus Di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (Kasus Di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP

PEMANFAATAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DESA

(Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor)

NASTUTI EKANINGTYAS

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Nastuti Ekaningtyas

(3)

ABSTRAK

NASTUTI EKANINGTYAS. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan SOFYAN SJAF.

Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seorang kepala desa dalam menjalankan fungsi pemerintahannya untuk mewujudkan pembangunan desa. Terwujudnya pembangunan desa dapat dilihat dari pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap pemanfaatan APBDes. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dengan pendekatan kuantitatif yaitu metode survei. Penelitian ini juga didukung data kualitatif, dan menggunakan uji analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dominan kepala desa adalah gaya kepemimpinan transformasional, yang dicirikan dengan tingginya aktivitas pengaruh yang diidealkan, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual dan kepedulian secara personal terhadap perangkat desa dan masyarakat. Selain itu, terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan transformasional kepala desa terhadap pemanfaatan APBDes, yaitu tingginya aktivitas pada bidang pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat.

Kata kunci : anggaran, desa, gaya kepemimpinan, kepala desa, transformasional

ABSTRACT

NASTUTI EKANINGTYAS. The Influence of Leadership Style to The Utilization of Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Case of Cihideung Udik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor Regency). Supervised by SOFYAN SJAF.

Leadership style is one of the determinant factors of village head‟s successfulness in doing the government functions to achieve rural development. The realization of rural development can be seen from the utilization of Budget Village (APBDes). This research is aimed to analyze the influence of the village head‟s leadership style towards the utilization of APBDes. This research was conducted in Cihideung Udik Village, Ciampea Sub District, Bogor Regency with quantitative approach which is survey method. This research was also supported by qualitative data and using regression analysis test. The results indicate that the dominant village head‟s leadership style is transformational, characterized by high activites in idealized influences, inspirational motivation, intellectual stimulation and personal care to the employee and community. Besides, there is influence between transformational leadership style of the village head towards utilization of APBDes, indicate by high activities in implementation of development sector, community development sector, and community empowerment sector.

(4)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP

PEMANFAATAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DESA

(Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor)

NASTUTI EKANINGTYAS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)
(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Pemanfaatan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sofyan Sjaf, MSi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mendukung, dan memberikan inspirasi yang luar biasa selama penyusunan hingga penyelesaian akhir skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada orang tua tercinta Ibunda Sri Kawanti dan Ayahanda Agus Priyatmo yang selalu mendoakan dan melimpahkan kasih sayang tak terhingga kepada penulis, serta Novandari Puspaningtyas dan Nugroho Wisnu Pamungkas, adik-adik tersayang yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Abdul Hadi Novriansyah yang telah menemani, memberikan motivasi, dukungan dan segala bentuk kontribusi lainnya kepada penulis selama proses pembelajaran dan proses penyelesaian skripsi. Lamboys sebagai sahabat seperjuangan serta Rachmawati, Rohmah, dan Ina sebagai rekan satu bimbingan yang selalu memberikan semangat, masukan dan kontribusi lainnya kepada penulis dalam tahap penyelesaian skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan SKPM 49, dan rekan-rekan HIMASIERA 2015 atas rasa kebersamaan yang mendalam dan segala bentuk kontribusi lainnya yang diberikan kepada penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi dengan penelitian mengenai Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) ini nantinya akan senantiasa bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2016

(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Definisi Kepemimpinan 7

Gaya Kepemimpinan 9

Kepemimpinan Kepala Desa 12

Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 14 Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 16 Struktur Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 18

Kerangka Pemikiran 21

Hipotesis Penelitian 23

PENDEKATAN LAPANGAN 25

Metode Penelitian 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Teknik Pengumpulan Data 25

Teknik Penentuan Responden dan Informan 26

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 27

Definisi Operasional 28

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 37

Kondisi Geografis 37

Kondisi Sosial 38

Kondisi Kependudukan 38

Kondisi Pendidikan 39

Kondisi Kelembagaan Sosial 40

Sarana dan Prasarana 41

Struktur Pemerintahan Desa Cihideung Udik 43

Visi dan Misi Desa 43

(8)

Jumlah dan Kondisi Perangkat Desa 44

Ikhtisar 45

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA 47

Profil Kepala Desa Cihideung Udik 47

Gaya Kepemimpinan Transaksional 49

Gaya Kepemimpinan Transformasional 54

Ikhtisar 61

PEMANFAATAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA 63

Pelaksanaan Pembangunan 65

Pembinaan Masyarakat 68

Pemberdayaan Masyarakat 70

Ikhtisar 73

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PEMANFAATAN

ANGGARAN PENDAPATAN 75

DAN BELANJA DESA 75

Pengaruh yang Diidealkan terhadap Pemanfaatan APBDes 76 Pengaruh Motivasi Inspirasional terhadap Pemanfaatan APBDes 78 Pengaruh Stimulasi Intelektual terhadap Pemanfaatan APBDes 80 Pengaruh Kepedulian Secara Personal terhadap Pemanfaatan APBDes 82

Ikhtisar 84

SIMPULAN DAN SARAN 87

Simpulan 87

Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 89

LAMPIRAN 93

(9)

DAFTAR TABEL

1 Realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun terakhir 2 2 Perbedaan gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan

transformasional 11

3 Pengertian APBDes dalam Perda 15

4 Perubahan evolutif pengelolaan APBDes dalam Perundang-undangan 19 5 Kebutuhan data dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian 26 6 Jumlah dan presentase luas lahan Desa Cihideung Udik 37

7 Batas wilayah Desa Cihideung Udik 38

8 Jarak Desa Cihideung Udik menuju lokasi pemerintahan daerah,

provinsi, dan pusat 38

9 Jumlah dan presentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan

jenis kelamin 39

10 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan

tingkat pendidikan 39

11 Jumlah lembaga kemasyarakatan Desa Cihideung Udik 40 12 Jumlah prasarana pendidikan Desa Cihideung Udik 41 13 Jumlah pengajar berdasarkan jenis sekolah di Desa Cihideung Udik 41 14 Sarana dan prasarana perhubungan Desa Cihideung Udik 42 15 Sarana dan prasarana kesehatan Desa Cihideung Udik 42 16 Jumlah prasarana peribadatan dan olahraga Desa Cihideung Udik 42 17 Jumlah dan persentase perangkat Desa Cihideung Udik berdasarkan

tingkat pendidikan 45

18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penerapan gaya

kepemimpinan transaksional Kepala Desa Cihideung Udik 49 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penjelasan kontrak

pegawai oleh Kepala Desa Cihideung Udik 50 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penetapan aturan kerja

oleh Kepala Desa Cihideung Udik 51

21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengawasan dan

evaluasi kerja oleh Kepala Desa Cihideung Udik 52 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemberian imbalan/hadiah

(gaji) secara adil oleh Kepala Desa Cihideung Udik 53 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penerapan gaya

kepemimpinan transformasional Kepala Desa Cihideung Udik 54 24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengaruh yang

diidealkan oleh Kepala Desa Cihideung Udik 55 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi inspirasional oleh

Kepala Desa Cihideung Udik 56

26 Jumlah dan persentase responden berdasarkan stimulasi intelektual oleh

(10)

27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepedulian secara

personal oleh Kepala Desa Cihideung Udik 59 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan gaya kepemimpinan

transaksional dan transformasional yang melekat pada Kepala Desa

Cihideung Udik 60

29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemanfaatan APBDes di

Desa Cihideung Udik tahun 2015 64

30 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pelaksanaan

pembangunan di Desa Cihideung Udik tahun 2015 65 31 Jumlah dan persentase realisasi dana APBDes Pemerintah Desa

Cihideung Udik pada bidang pelaksanaan pembangunan tahun

anggaran 2015 66

32 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pembinaan masyarakat

di Desa Cihideung Udik tahun 2015 68

33 Jumlah dan persentase realisasi dana APBDes Pemerintah Desa Cihideung Udik pada bidang pembinaan masyarakat tahun

anggaran 2015 69

34 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemberdayaan

masyarakat di Desa Cihideung Udik tahun 2015 71 35 Jumlah dan persentase realisasi dana APBDes Pemerintah Desa

Cihideung Udik pada bidang pemberdayaan masyarakat tahun

anggaran 2015 71

36 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda dan sederhana pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap pemanfaatan APBDes

di Desa Cihideung Udik tahun 2015 75

37 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengaruh yang diidealkan

terhadap tingkat pemanfaatan APBDes 77

38 Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi inspirasional

terhadap tingkat pemanfaatan APBDes 79

39 Jumlah dan persentase responden berdasarkan stimulasi intelektual

terhadap tingkat pemanfaatan APBDes 81

40 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepedulian secara

personal terhadap tingkat pemanfaatan APBDes 83 41 Nilai signifikansi pengaruh penerapan gaya kepemimpinan

transformasional terhadap pemanfaatan APBDes Desa Cihideung Udik 84

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun 3 2 Tahapan penyusunan APBDes (Sumber: Bandiklat Provinsi Kalimantan

Barat) 16

3 Kerangka analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan

APBDes 22

(11)

5 Struktur organisasi Pemerintah Desa Cihideung Udik

(Sumber: Kantor Desa Cihideung Udik) 44

6 Struktur dinamika sumber dana APBDes di Desa Cihideung Udik tahun anggaran 2015 (Sumber: Laporan keuangan Pemerintah Desa Cihideung

Udik, 2015) 63

7 Lokasi penelitian 95

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal Penelitian dan Penulisan Skripsi Tahun 2016 94 2 Peta Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor 95

3 Daftar Kerangka Sampling 96

4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan jenis

pekerjaan 98

5 Hasil Uji Regresi 99

6 Tulisan Tematik 103

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, memiliki mayoritas wilayah yang terdiri dari pedesaan. Menurut data Badan Informasi Geospasial (2015), saat ini jumlah desa di seluruh wilayah Indonesia 74.754 desa. Wilayah pedesaan dijadikan sebagai tujuan awal pembangunan negara karena merupakan cerminan dari keberhasilan pembangunan bangsa. Desa merupakan suatu awal bagi terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia. Desa memiliki nilai-nilai strategis antara lain tradisi, adat istiadat beserta hukumnya yang bersifat mandiri menjadi sumber segala data dan informasi bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Struktur organisasi pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Kepala desa berperan sebagai penyelenggara urusan pemerintahan desa serta kepentingan masyarakat. Salah satu kewenangan kepala desa ialah mengelola keuangan dan sumber daya desa secara otonom. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa keuangan desa diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014, APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Setiap daerah memiliki APBDes yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan desa nya masing-masing. Pemanfaatan APBDes ini dilaksanakan oleh kepala desa bersama dengan perangkat nya.

Struktur pemanfaatan APBDes tiap-tiap desa termasuk ke dalam bagian Anggaran Pengeluaran, yang terdiri atas dua sub bagian besar yaitu Pengeluaran Belanja Rutin dan Pengeluaran Belanja Pembangunan (Abdussakur 2012). Tiap-tiap pos pemanfaatan haruslah diselenggarakan dengan baik, agar kesejahteraan masyarakat desa dapat terwujud. Selaku pimpinan organisasi pemerintah, figur kepala desa menjadi penting dalam menentukan keberhasilan pemanfaatan APBDes. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kepala desa dalam memanfaatkan APBDes, dan salah satunya ialah gaya kepemimpinan.

(13)

memimpin pemanfaatan APBDes. Kepala desa dengan gaya kepemimpinan transaksional maupun dengan gaya kepemimpinan transformasional, keduanya dapat memberikan pengaruh pada pemanfaatan APBDes.

Desa yang ideal ialah desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa berkapabilitas dan berkualitas baik agar pelaksanaan desa membangun dapat tercapai, salah satunya melalui pemanfaatan APBDes sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Desa Cihideung Udik merupakan desa yang terletak pada Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Tepatnya berbatasan langsung dengan Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Tenjolaya. Jumlah penduduk desa pada tahun 2015 mencapai 13.929 jiwa. Desa seluas 284 Ha ini memiliki tipologi persawahan dengan tataguna lahan sebagai sawah seluas 183,5 Ha. Berdasarkan Data Pokok Desa/Kelurahan Tahun 2015, sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Cihideung Udik dapat digolongkan memadai. Sarana dan prasarana yang tersedia meliputi bidang operasional desa, kesehatan, pendidikan, peribadatan, transportasi, air bersih, irigasi, sanitasi, serta bidang olahraga. Desa Cihideung Udik dipimpin oleh seorang kepala desa, yaitu Bapak JS yang telah menjabat selama dua periode: 2007-2013 dan 2013-2019.

Melalui kepemimpinan Bapak JS, struktur pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik tahun 2015 tergolong cukup beragam yang terdiri dari beberapa bidang. Tiga bidang diantaranya yaitu bidang pelaksanaan pembangunan, bidang pembinaan masyarakat, dan bidang pemberdayaan masyarakat. Setiap bidang pemanfaatan APBDes tersebut dimanfaatkan secara berbeda sesuai dengan cakupan masing-masing bidang. Kegiatan pemanfaatan APBDes dilaksanakan Bapak JS beserta seluruh pegawai desa dan aparatur desa. Beberapa tahun sebelumnya selama kepemimpinan Bapak JS, pemanfaatan APBDes tergolong semakin baik dari tahun ke tahun. Selama tiga tahun terakhir (2013, 2014, dan 2015) jumlah realisasi dana APBDes di ketiga bidang yang termanfaatkan cenderung meningkat (lihat Tabel 1).

Tabel 1 Realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun terakhir Bidang Pemanfaatan

APBDes

Jumlah realisasi dana (rupiah)

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Bidang pelaksanaan

pembangunan 340.700.000 400.000.000 638.320.000 Bidang pembinaan

masyarakat 7.300.000 8.000.000 17.600.000

Bidang pemberdayaan

masyarakat 53.800.000 68.800.000 80.800.000

Total 401.800.000 476.800.000 736.720.000

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Desa Pemerintah Desa Cihideung Udik, 2013-2015

(14)

Jumlah dana (juta rupiah)

0 100 200 300 400 500 600 700

2013 2014 2015

Tahun anggaran

Bidang pelaksanaan pembangunan

Bidang pembinaan masyarakat

Bidang

pemberdayaan masyarakat

Gambar 1 Grafik realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun terakhir

Peningkatan pemanfaatan APBDes selama tiga tahun terakhir cukup merepresentasikan hasil kepemimpinan dan manajerial dari Kades JS. Sehingga menarik untuk mengkaji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik. Untuk itu, penelitian ini berfokus pada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik.

Masalah Penelitian

(15)

Identifikasi gaya kepemimpinan yang dimiliki kepala desa perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui arah kepemimpinan kepala desa dalam menjalankan tugasnya. Menurut pernyataan Bass dalam Ancok dikutip Karamallah (2014), gaya kepemimpinan terbagi menjadi dua, yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Masing-masing gaya kepemimpinan tersebut memiliki ciri yang berbeda, begitu pula pengaruh yang dihasilkan oleh kedua nya terhadap pemanfaatan APBDes. Oleh karena itu, peneliti menganalisis apakah gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada Kepala Desa Cihideung Udik?

Pembangunan desa yang maksimal dapat terwujud jika pemanfaatan APBDes juga terlaksana secara efektif. Merujuk pada penelitian Abdussakur (2012), struktur pemanfaatan APBDes meliputi Pengeluaran Belanja Pembangunan, yang mencakup empat pos prasarana. Keempat pos prasarana tersebut yaitu prasarana pemerintahan desa, prasarana produksi, prasarana perhubungan, dan prasarana sosial. Sedangkan pada Desa Cihideung Udik sebagai lokasi penelitian, struktur pemanfaatan APBDes tahun 2015 antara lain mencakup bidang pelaksanaan pembangunan, bidang pembinaan masyarakat, dan bidang pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti menganalisis bagaimana tingkat pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik?

Selanjutnya gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada kepala desa dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan desa, tak terkecuali pemanfaatan APBDes. Guna mewujudkan pembangunan desa yang optimal, kepala desa dapat memberikan pengaruh positif melalui gaya kepemimpinan yang tepat. Oleh karena itu, peneliti menganalisis sejauhmana pengaruh gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada Kepala Desa Cihideung Udik terhadap pemanfaatan APBDes?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian umum pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik. Adapun tujuan yang lebih spesifik lainnya adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada Kepala Desa Cihideung Udik.

2. Menganalisis tingkat pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik. 3. Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada

Kepala Desa Cihideung Udik terhadap pemanfaatan APBDes.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu:

(16)

kemudian menjadi cerminan bagi kepala desa dalam menerapkan gaya kepemimpinannya. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan pustaka dan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai gaya kepemimpinan dan pemanfaatan APBDes di masa mendatang.

2. Bagi pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang gaya kepemimpinan kepala desa sehingga dapat dijadikan referensi gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh kepala desa lainnya di masa mendatang. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan tentang struktur pemanfaatan APBDes sehingga dapat menetapkan kebijakan pemanfaatan APBDes dalam upaya pembangunan desa di Indonesia.

(17)
(18)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Definisi Kepemimpinan

Berjalannya suatu organisasi atau suatu kelompok tidak akan pernah luput dari peran seorang pemimpin. Seorang pemimpin akan menjadi suatu faktor terpenting dalam proses pencapaian tujuan tersebut. Pemimpin merupakan motivator di dalam suatu organisasi, keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas dan gaya kepemimpinan ataupun usaha-usaha pribadi pimpinan tersebut (Safitri et al. 2012). Locander et al. dalam

Mariam (2009) menyatakan bahwa kepemimpinan mengandung makna pemimpin mempengaruhi yang dipimpin tapi hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Seorang pemimpin dalam bentuk kepemimpinan apapun berhadapan dengan berbagai cita-cita dan masalah yang harus dicari jalan keluar. Apa yang sebaiknya dilakukan sehingga masalah itu dapat dipecahkan dengan baik (Meirawan 2010). Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Mahyudin (2009), yang menyatakan bahwa pemimpin akan selalu menghadapi permasalahan yang berkembang secara dinamis. Pemimpin yang ideal adalah penuntas permasalahan. Oleh karena itu, keberadaan pemimpin sangat penting dalam sebuah organisasi.

Memimpin pada hakikatnya melayani, bukan dilayani. Seorang kepala negara atau kepala pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada hakikatnya adalah seorang pelayan, bahkan pesuruh masyarakat (Mahyudin 2009). Hal ini pun sesuai dengan pernyataan Greenlaf dalam Mahyudin (2009) yang menjelaskan bahwa kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Selain itu, Northouse dikutip Mahyudin (2009) juga mengatakan bahwa berdasarkan

personality perspective, pemimpin merupakan perpaduan antara bakat khusus (special traits), dan karakteristik individu, yang memiliki kemampuan untuk mendelegasikan tugas pada orang lain secara sempurna. Sedangkan dalam konteks budaya, pemimpin adalah individu yang besar dan tumbuh dalam sebuah konteks masyarakat tertentu. Ia menerima penanaman nilai, norma, dan kebiasaan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar tempat ia dibesarkan (Tjitra et al. 2012). Setiap pemimpin memiliki kepemimpinan di dalam dirinya. Yuki dalam

(19)

suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Efektivitas kepemimpinan akan sangat tergantung pada kemampuan seorang pemimpin dalam mengarahkan pengikutnya dalam pencapaian tujuannya. Berdasarkan skills perspective, kepemimpinan adalah kapabilitas yang membuatnya bekerja secara efektif. Selain itu, berdasarkan instrument of goal achievement, kepemimpinan adalah upaya membimbing anggota mencapai tujuan bersama (Mahyudin 2009).

Raharjo dan Nafisah (2006) mengatakan bahwa peran kepemimpinan yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia untuk selalu menyelidiki seluk-beluk yang terkait dengan kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi, karena terdapat berbagai peran yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memberikan kepemimpinan kepada bawahannya. Peran-peran tersebut dapat dijadikan sebagai penentu keberhasilan organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Daft dalam Salam et al. (2013), yang menyatakan bahwa memberikan kepemimpinan merupakan fungsi manajemen yang penting. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai bersama, mengkomunikasikan tujuan kepada karyawan di seluruh organisasi, dan memberikan masukan kepada karyawan agar memiliki kinerja dengan tingkat yang lebih tinggi. Kepemimpinan menurut Meirawan (2010) didefinisikan sebagai suatu ikhtiar untuk mengambil keputusan saat ini, menginformasikan dan mengomunikasikan kepada yang lain serta menggerakan berbagai potensi dan kekuatan sumber daya supaya mau dan mampu mengatur atau mengadministrasi atau memanajemen untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Peran seorang pemimpin dalam menjalankan fungsinya harus mampu menciptakan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dengan menumbuhkan dan menerapkan sifat kooperatif di antara bawahannya di dalam lingkup suatu organisasi. Sehingga nanti nya akan tumbuh budaya organisasi yang baik dengan ciri-ciri terciptanya sifat kerjasama di antara anggota nya. Kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi didukung oleh budaya organisasi yang baik pula (Satyawati dan Suartana 2014). Mahyudin (2009) kemudian membandingkan definisi kepemimpinan dengan definisi manajemen, seorang manajer berorientasi untuk mempertahankan stabilitas, sedangkan seorang pemimpin berorientasi untuk menciptakan perubahan yang terkadang radikal dan menolak status quo. Menurut Rivai dalam Mariam (2009), terdapat tiga implikasi penting yang terkandung dalam diri seorang pemimpin yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut; (2) kepeminpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya; dan (3) adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.

(20)

seorang pemimpin memberikan batasan antara peranan pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan, memberikan instruksi pelaksanaan tugas (kapan, bagaimana dan hasil apa yang akan dicapai). Suatu gaya pemimpin atau manajer dalam organisasi merupakan penggambaran langkah kerja bagi karyawan yang berada di bawahnya.

Gaya Kepemimpinan

Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya diharuskan untuk dapat memiliki gaya-gaya kepemimpinan ampuh untuk mempengaruhi dan mengajak anggota nya guna mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tindakan seorang pemimpin berupa sikap dan keterampilan dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya. Menurut Mahyudin (2009), gaya kepemimpinan adalah pilihan pendekatan yang dipakai pemimpin untuk memimpin, dalam arti mempengaruhi dan menggerakkan yang dipimpin untuk bekerja secara efektif guna mencapai tujuan organisasi. Thoha dikutip Sulaiman et al. (2014) memberikan pengertian tentang gaya kepemimpinan, bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Raharjo dan Nafisah (2006) juga mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai persepsi orang lain, pengikut atau bawahan yang akan dipengaruhi perilakunya dan bukannya persepsi pemimpin itu sendiri. Dengan demikian, kredibilitas pemimpin mempunyai peranan penting, karena bawahan atau pengikut akan bersedia menerima kepemimpinan seseorang setelah mempunyai persepsi bahwa pemimpin organisasi kredibel, kemudian baru mengikuti langkah-langkah pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi.

Anggota organisasi yang heterogen membuat seorang pemimpin harus memiliki sifat adaptif terhadap berbagai hal baru menurut pribadi nya. Pemimpin pun kemudian dituntut untuk mampu menerapkan gaya kepemimpinan terbaiknya, untuk menghadapi situasi yang selalu dinamis dari masa ke masa. Hal tersebut perlu dilakukan di era modern seperti saat ini, agar organisasi tersebut dapat bertahan dan tidak tergerus jaman. Kemudian, Mariam (2009) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat mencoba mempengaruhi orang lain atau bawahan. Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam tugas setiap bawahannya.

(21)

imbalan/hadiah. Dan pemimpin bergaya transformasional cenderung memberikan pengaruh yang diidealkan, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual dan kepedulian secara personal. Humphreys et al. maupun Liu et al. dalam Mariam (2009) sama-sama berpendapat bahwa konsep mengenai dua gaya kepemimpinan yang dipopulerkan oleh Bass pada tahun 1985 ini mampu mengakomodir konsep kepemimpinan yang mempunyai spektrum luas, termasuk mencakup pendekatan perilaku, pendekatan situasional, sekaligus pendekatan kontingensi.

Mahyudin (2009) menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengubah dan memotivasi para pengikut dengan (1) membuat mereka menyadari pentingnya hasil tugas; (2) membujuk mereka untuk mendahulukan kepentingan tim dan organisasi; (3) mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi. Sebaliknya, kepemimpinan transaksional melibatkan proses pertukaran yang dapat menghasilkan kepatuhan pengikut terhadap permintaan pemimpin, tetapi tidak mungkin menghasilkan antusiasme dan komitmen pada sasaran tugas.

Pemimpin transaksional yang mempunyai karakter contingent reward

akan menjelaskan tujuan dan sasaran yang hendak dicapainya dan mengarahkan bawahan untuk mencapainya. Besar kecilnya imbalan (reward) akan tergantung pada (contingent) sejauhmana bawahan mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Pada active management by exception, pemimpin menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai berikut standar kerja yang harus dipatuhi. Pemimpin akan memberikan sanksi jika terjadi penyimpangan dan cenderung mengawasi dengan ketat dan segera melakukan tindakan korektif apabila muncul penyimpangan. Dan pada passive management by exception pemimpin menghindari tindakan korektif selama tujuan dan sasaran yang disepakati bersama tercapai (Bass et al. serta Humphreys et al.serta Yammarino et al. dalam Mariam 2009). Waldman et al.

dalam Mariam (2009) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional “beroperasi” pada sistem atau budaya yang sudah ada (existing) dan tujuannya adalah memperkuat strategi, sistem, atau budaya yang sudah ada, bukan bermaksud untuk mengubahnya. Oleh sebab itu, pemimpin transaksional selain berusaha memuaskan kebutuhan bawahan untuk “membeli” performa, juga memusatkan perhatian pada penyimpangan, kesalahan, atau kekeliruan bawahan dan berupaya melakukan tindakan korektif.

(22)

secara ekonomis), tapi sudah menyentuh sistem nilai (value system). Karena pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional cenderung memberikan perhatian secara personal dan menginspirasi bawahan melalui karisma serta pemberian visinya.

Tabel 2 Perbedaan gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional

(23)

Menurut pendapat Mahyudin (2009), tidak selamanya pemimpin punya kharisma dan pengaruh yang optimal sehingga mengandalkan gaya transformasional saja menjadi kurang efektif. Sebaliknya, terlepas dari sisi negatifnya, pola kepemimpinan transaksional terkadang terkesan lebih realistis, terutama apabila gaya transformasional gagal menciptakan atau mendesain struktur insentif yang memadai. Kepemimpinan transformasional lebih meningkatkan motivasi dan kinerja pengikut daripada kepemimpinan transaksional. Namun, pemimpin yang efektif mengkombinasikan kedua gaya kepemimpinan ini. Kombinasi antara gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional akan melahirkan seorang pemimpin yang memiliki pengaruh lebih baik terhadap bawahan serta pengikutnya, guna mencapai tujuan serta hasil yang diinginkan secara efektif.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan ialah cara memberikan pengaruh kepada anggota organisasi dalam rangka pencapaian tujuan bersama. Kesesuaian antara gaya kepemimpinan, norma-norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan prestasi tujuan organisasi (Yulk&Van Fleet dalam Raharjo dan Nafisah 2006). Gaya kepemimpinan terbagi menjadi dua tipe, yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transaksional memiliki orientasi kerja jangka pendek tanpa melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan potensi serta hubungan keeratan antar pemimpin dengan anggota-anggotanya. Sebaliknya, gaya kepemimpinan transformasional lebih mampu meningkatkan potensi dari anggotanya, serta mampu mengubah keyakinan, sikap dan tujuan pribadi masing-masing anggota demi mencapai tujuan.

Kepemimpinan Kepala Desa

(24)

Kewenangan kepala desa sebagai pemimpin formal pemerintah antara lain tertuang dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 26(2) yaitu:

1. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa; 2. mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;

3. memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa; 4. menetapkan Peraturan Desa;

5. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; 6. membina kehidupan masyarakat desa;

7. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;

8. membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;

9. mengembangkan sumber pendapatan desa;

10.mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

11.mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa; 12.memanfaatkan teknologi tepat guna;

13.mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

14.mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

15.melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan dalam tulisannya, Ndraha dalam Ariyani (2006) menyatakan bahwa hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang penghayatan dan pengamalan Pancasila, pembinaan politik dalam negeri dan pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan garis kebijakan pemerintah,

2. Membina ketentraman dan ketertiban wilayah sesuai dengan garis kejaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah,

3. Meningkatkan koordinasi terhadap segala kegiatan masyarakat, baik di dalam perencanaan maupu dalam pelaksanaan pembangunan, untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya,

4. Memimpin pemerintahan desa dan melaksanakan segala yang dibebankan oleh pemerintah yang lebih atas,

5. Mengusahakan terus-menerus agar segala peraturan yang dikeluarkan ditaati oleh penduduk desanya,

6. Membimbing dan mengawasi segala usaha dan kegiatan masyarakat dan atau organisasi-organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan.

(25)

lanjut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban yang dimaksud. Pertanggungjawaban kepala desa salah satu nya akan dilihat dari faktor manajemen keuangan desa. Keuangan desa antara lain teranggarkan dalam suatu anggaran khusus yang dibuat di tiap desa, yang biasa disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, sebelum tahap pemanfaatan, APBDes diajukan oleh kepala desa dan dimusyawarahkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD beserta kepala desa merupakan dwi tunggal, berada sama tinggi, tidak terpisahkan dan merupakan satu badan dalam pemerintahan desa (Ariyani 2006). Selanjutnya dalam pemanfaatan APBDes, kepala desa berwenang untuk melaksanakannya yang dibantu oleh perangkat desa lainnya. Kepala desa dituntut untuk bekerja aktif, selektif dalam pembangunan dan pemerintahan dengan menggunakan segenap potensi dana dan biaya serta sarana yang terdapat di wilayah desa yang berada di wilayah kekuasaannya. Kepemimpinan kepala desa beserta perangkat desa dalam hal pemanfaatan APBDes diupayakan dapat berjalan seoptimal mungkin untuk mencapai APBDes yang termanfaatkan dengan berdaya dan berhasil.

Pelaksanaan kebijakan pemerintahan desa di bidang keuangan, khususnya dalam pemanfaatan APBDes, kepala desa mempunyai peran yang penting, namun hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: 1). Hal yang bersifat pribadi, yaitu yang berada pada diri pemerintahan desa sendiri, misalnya seni mengadakan pendekatan pada masyarakat desa, keterampilan menetapkan pungutan desa dan melaksanakan pungutan, penyelenggaraan administrasi keuangan, kelincahan pemerintah desa di bidang keuangan tersebut, 2). Hal yang berada di luar diri dan di luar kemampuan pemerintah desa, misalnya inflasi, perobahan moneter, perkembangan ekonomi, peraturan perundang-undangan (Surianingrat dalam

Ariyani 2006). Kedudukan kepala desa lebih merupakan wakil dari pemerintah desa dan masyarakat desa itu dari pada sebagai wakil pemerintah pusat, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten.

Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

Kewenangan desa untuk mengelola keuangan dan sumber daya desa secara otonom merupakan bukti dari otonomi desa. Berdasarkan Pasal 212 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sumber pendapatan desa dibagi dalam lima bagian umum: (1) Pendapatan asli desa, (2) bantuan pemerintah kabupaten, (3) bantuan dari pemerintah pusat dan propinsi, (4) sumbangan dari pihak ketiga, dan (5) pinjaman desa. Keuangan desa menurut pasal ini diatur dalam APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) yang ditetapkan oleh Kades bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) (Abdussakur 2012). Menurut Ariyani (2006), APBDes didefinisikan sebagai alat bagi kepala desa dalam melaksanakan tugasnya yang bukan saja merupakan kebijaksanaan kepala desa, tetapi juga kebijaksanaan Badan Permusyawaratan Desa yang menetapkan APBDes tersebut setiap tahunnya dengan peraturan desa.

(26)

et al. (2015) mengemukakan bahwa APBDes merupakan instrumen yang sangat penting dalam rangka perwujudan tata pemerintahan yang baik di tingkat desa. Dengan kata lain tata pemerintahan yang baik diukur dari bagaimana pemerintah desa bekerja secara mandiri dalam mengelola potensi-potensi yang ada di desa. APBDes pun dapat dikatakan sebagai wujud pembangunan desa melalui pemerintahan.

Tabel 3 Pengertian APBDes dalam Perda

Perda Kabupaten

APBDes merupakan acuan pembiayaan pembangunan di suatu desa. Sehingga kinerja dan penggunaan setiap anggaran di tingkat desa dapat dipertanggungjawabkan (Abdussakur 2012). Utomo (2015) berpendapat bahwa kemampuan setiap desa dalam menggali penerimaan dan membelanjakannya tentunya sangat berbeda. Secara eksplisit semuanya itu dapat dilihat dalam APBDes. Sehingga APBDes didefinisikan sebagai sebuah representasi bagaimana pemerintahan desa akan mencapai tujuan-tujuan spesifik dalam membangun dan mengatur desanya. Dari APBDes tersebut terakomodir semua kegiatan pemerintahan, pembangunan desa berikut penganggaran yang ditimbulkannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014, APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. APBDes merupakan acuan pembiayaan pembangunan di suatu desa. Secara khusus pengertian mengenai APBDes tidak pernah dijumpai. Namun ada beberapa Peraturan Daerah yang mendefinisikan sendiri apa yang dimaksud dengan APBDes itu sendiri (lihat Tabel 2).

(27)

sendiri, dimana pendanaan perencanaan pembangunan tersebut dituangkan dalam APBDes. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Pasal 91 menyebutkan bahwa seluruh pendapatan desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Kemudian lebih rincinya pada Pasal 101(1) disebutkan bahwa rancangan peraturan desa tentang APB Desa disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

Penyusunan Rancangan APBDes harus mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa). Proses penyusunan RAPBDes seperti pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Tahapan penyusunan APBDes (Sumber: Bandiklat Provinsi Kalimantan Barat)

Berdasarkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dijelaskan tahapan dalam penyusunan APBDes sebagai berikut:

1. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa).

(28)

Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Desa; Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.

2. Penetapan Rancangan APBDes.

Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes berdasarkan pada RKPDesa;

Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDes kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan; Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa kepada BPD untuk dibahas bersama dalam rangka memperoleh persetujuan bersama;

Penyampaian rancangan Peraturan Desa tentang APBDes diajukan paling lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran sebelumnya;

Pembahasannya menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKPDesa;

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lambat dalam 3 (tiga) hari kerjadisampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi;

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD Kabupaten/ Kota ditetapkan. 3. Evaluasi Rancangan APBDes.

Bupati/Walikota setelah menerima Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes menetapkan Evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja;

Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu tersebut, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa;

Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi;

Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, maka Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya;

(29)

Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan Kepala Desa harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud;

Pencabutan peraturan Desa dilakukan dengan Peraturan Desa tentang Pencabutan Peraturan Desa tentang APBDesa;

Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBDesa tahun sebelumnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

4. Pelaksanaan APBDes.

Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada daerah. Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDes harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

Seiring dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang memuat tentang desa maka diikuti pula dengan beberapa perubahan dalam hal pengelolaan APBDes. Saat ini, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan UU Desa yang paling terbaru, sebelumnya menggantikan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lihat Tabel 4).

Struktur Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Menurut penelitian Abdussakur (2012), bunyi-bunyi pada UU No.22/1999 pasal 107, PP No. 76/2001 pasal 49 s.d. 62, dan Kepmendagri No.64/1999 pasal 52 s.d. 64, serta beberapa Perda dari berbagai Kabupaten khususnya yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, maka struktur pemanfaatan APBDes tiap-tiap desa termasuk ke dalam bagian Anggaran Pengeluaran, yang terdiri atas 2 (dua) sub bagian besar yaitu Pengeluaran Belanja Rutin dan Pengeluaran Belanja Pembangunan.

1. Pengeluaran Belanja Rutin antara lain berupa:

a. Pos Belanja Pegawai, yaitu seperti Gaji dan honor para Aparat Desa dan anggota BPD bila memungkinkan

b. Pos Belanja Barang, yaitu seperti pengadaan ATK untuk Desa, komputer bila memungkinkan dan lain sebagainya

c. Pos Biaya Pemeliharaan, yaitu seperti Pengecatan Kantor Desa atau Balai Desa, Reparasi Komputer bila ada, dan lain sebagainya

d. Pos Biaya Perjalanan Dinas, yaitu seperti perjalanan dinas aparat Desa atau anggota BPD ke Desa-Desa lain atau ke Kecamatan atau ke Kabupaten, dan lain sebagainya termasuk ke dusun-dusun di wilayah desanya

(30)

Tabel 4 Perubahan evolutif pengelolaan APBDes dalam Perundang-undangan

PP Nomor 72 Tahun 2005 PP Nomor 43 Tahun 2014

Pedoman

70% dana digunakan untuk mendanai (1) penyelenggaraan pemerintahan, (2) pelaksanaan pembangunan, (3) pembinaan kemasyarakatan, dan (4) pemberdayaan masyarakat. 30% dana digunakan untuk mendanai (1) gaji dan tunjangan kepala desa dan perangkatnya

(2) operasional pemerintah desa (3) operasional BPD

(31)

2. Pengeluaran Belanja Pembangunan antara lain berupa:

a. Pos Prasarana Pemerintahan Desa, yaitu seperti Rehabilitasi atau penambahan ruang kerja atau Kantor Desa atau kantor BPD, dll

b. Pos Prasarana Produksi, yaitu seperti pembangunan saluran irigasi Desa, pembentukan atau pengembangan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), dan lain-lain

c. Pos Prasarana Perhubungan, yaitu seperti pembangunan jalan, jembatan, gorong-gorong dan lain-lain

d. Pos Prasarana Sosial, yaitu seperti Rehabilitasi Gedung SD, rehabiltasi atau pembangunan Pustu (Puskesmas Pembantu), rehabiltasi mesjid/gereja, dan lain sebagainya

Struktur pemanfaatan APBDes berdasarkan penelitian Abdussakur (2012) pun serupa dengan struktur pemanfaatan APBDes yang telah dituliskan pada penelitian sebelumnya, Ariyani (2006) menyatakan bahwa pemanfaatan APBDes termasuk ke dalam bentuk APBDes Induk yang terdiri dari:

1. Bagian Pengeluaran Rutin terdiri atas: a. Pos belanja pegawai;

b. Pos biaya belanja barang; c. Pos biaya pemeliharaan; d. Pos perjalanan dinas; e. Pos belanja lain-lain; f. Pengeluaran tak terduga.

2. Bagian Pengeluaran Pembangunan terdiri atas: a. Pos prasarana pemerintah desa;

b. Pos prasarana produksi; c. Pos prasarana perhubungan; d. Proyek prasarana pemasaran; e. Pos prasarana sosial;

f. Pembangunan lain-lain.

Penelitian Artana et al. (2015) yang dilakukan pada struktur pemanfaatan APBDes di Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur menyebutkan bahwa APBDes akan dimanfaatkan dalam sebuah struktur pemanfaatan yang terdiri dari 11 pos anggaran, diantaranya:

1. Pos anggaran dalam Pelayanan Administrasi Perkantoran dimana yang termasuk dalam pos anggaran tersebut berupa; Belanja pegawai, belanja pegawai PNS, Honorium pegawai tidak tetap.

2. Pos anggaran dalam Pelayanan Administrasi Perkantoran yang berupa; belanja barang dan jasa, belanja bahan pakai habis, belanja jasa kantor, belanja perjalanan dinas, belanja pakaian dinas, belanja cetak dan penggandaan, belanja poto copy serta belanja makan dan minum.

3. Pos anggaran dalam Pengadaan/Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor yang berupa; belanja langsung, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja pemeliharaan kendaraan, belanja modal.

(32)

5. Pos anggaran dalam Pordes (Pekan Olah Raga Desa) yang berupa; belanja langsung, belanja barang dan jasa, belanja pakai habis, belanja jasa kantor,belanja makan dan minum, belanja pakaian khusus dan hari-hari tertentu.

6. Pos anggaran dalam Penertiban Administrasi Penduduk Pendatang yang berupa; belanja langsung, belanja barang dan jasa, belanja barang pakai habis, belanja jasa kantor, belanja makan dan minum.

7. Pos anggaran dalam Peningkatan Pelaksanaan 10 Program Pokok PKK yang berupa; belanja langsung, belanja barang dan jasa, belanja barang pakai habis, belanja cetak dan penggandaan, belanja makan dan minum, belanja modal, honorium non pns, belanja sosialisasi penghayatan dan pengamalan pancasila, pemberdayaan sekehe gong anak/dewasa/pkk. 8. Pos anggaran dalam Pengentasan Keluarga Miskin yang berupa; belanja

langsung, belanja barang dan jasa, belanja sembako untuk keluarga miskin, belanja bulan bakti gotong royong.

9. Pos anggaran dalam Penyusunan Buku Profil Desa yang berupa; belanja langsung, belanja barang dan jasa, belanja barang pakai habis, belanja jasa kantor, belanja cetak, perjalanan dinas kepala urusan.

10.Pos anggaran dalam Kebersihan dan Penataan lingkungan yang berupa; belanja langsung, belanja barang dan jasa, pavingisasi lingkungan banjar, belanja pengontrolan got jalan kecubung, belanja pemeliharaan.

11.Pos anggran dalam Penyehat Lingkungan Pemukiman (Lomba PSN) yang berupa; belanja langsung, belanja barang dan jasa, belanja barang pakai habis, belanja dokumentasi, belanja hadiah lomba PSN.

Kerangka Pemikiran

Setiap desa memiliki seorang pemimpin pemerintah formal yang disebut kepala desa. Setiap kepala desa memiliki tugas untuk menjalankan pemerintahan desa dan melaksanakan pembangunan desanya masing-masing dengan kewenangannya yang telah diatur oleh negara dalam UU RI No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pelaksanaan tugas kepala desa sebagai seorang pemimpin pemerintah formal dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya ialah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ialah cara yang dimiliki oleh setiap pemimpin dalam memberi pengaruh terhadap anggota dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan. Setiap pemimpin, dalam hal ini kepala desa, memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya.

(33)

sikap memperlakukan anggotanya sebagai manusia cerdas guna mengembangkan potensi di dalam diri tiap anggotanya.

Keterangan :

:Fokus penelitian : Mempengaruhi

Gambar 3 Kerangka analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes

Salah satu dari kedua gaya kepemimpinan tersebut pasti ada yang lebih dominan dimiliki oleh seorang kepala desa dalam melaksanakan kepemimpinannya guna menjalankan tugas pemerintahan. Salah satu tugas pemerintahan yang dimaksud ialah pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014, APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Struktur pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik tahun 2015 terbagi ke dalam beberapa bagian pemanfaatan/penggunaan. Tiga di antaranya yaitu: (1) Bidang Pelaksanaan Pembangunan; (2) Bidang Pembinaan Masyarakat; dan (3)

(34)

Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Sehingga menarik jika salah satu gaya kepemimpinan tersebut dikaitkan dengan pemanfaatan APBDes dalam ketiga bidang tersebut. Artinya dari kedua gaya kepemimpinan tersebut, gaya manakah yang paling dominan melekat pada kepala desa, dan dapat dilihat sejauh mana pengaruhnya terhadap pemanfaatan APBDes (lihat Gambar 3).

Hipotesis Penelitian

Hipotesis uji dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

1. Diduga bahwa terdapat gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada kepala desa; dan

(35)
(36)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang dilengkapi dengan data kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan survei. Pendekatan survei merupakan pendekatan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan Efendi 1989). Metode kuantitatif survei digunakan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada kepala desa dan mencari informasi mengenai pengaruhnya terhadap pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Dalam hal ini, populasi yang digunakan untuk melaksanakan metode survei ialah perangkat desa. Selain menggunakan data kuantitatif, penelitian akan menggunakan data kualitatif sebagai argumentasi pendukung yaitu dengan wawancara mendalam menggunakan instrumen panduan pertanyaan wawancara, observasi dan studi dokumentasi terkait. Hasil uraian akan dijelaskan secara deskripsi namun tetap berfokus pada hubungan variabel untuk menguji hipotesis.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja) karena beberapa pertimbangan, antara lain adalah:

1. Desa Cihideung Udik memiliki kepala desa yang masih aktif bertugas (Masa Jabatan Tahun 2013-2019);

2. Desa Cihideung Udik memiliki struktur pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang beragam;

3. Desa Cihideung Udik merupakan lokasi yang akses nya cukup dekat untuk dijangkau oleh peneliti.

Kegiatan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai dengan Mei 2016. Penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi dan perbaikan laporan skripsi. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel jadwal kegiatan (Lampiran 1).

Teknik Pengumpulan Data

(37)

Selain data primer, pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa Cihideung Udik, Kantor Kecamatan Ciampea, internet, buku, jurnal-jurnal penelitian, serta laporan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan adalah struktur pemanfaatan APBDes dan gambaran umum desa.

Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Pengisian kuesioner dipandu oleh peneliti untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian jawaban. Kuesioner berisi beberapa variabel gaya kepemimpinan yang terbagi menjadi gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional serta pemanfaatan APBDes. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui wawancara mendalam. Topik wawancara meliputi gaya kepemimpinan kepala desa, dan pemanfaatan APBDes.

Tabel 5 Kebutuhan data dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian

No. Kebutuhan Data

Kuesioner - Survei kepada perangkat desa,

Kuesioner - Survei kepada perangkat desa, wawancara mendalam, observasi

Teknik Penentuan Responden dan Informan

(38)

mengenal kepala desa dan mengetahui gaya kepemimpinan kepala desa serta terlibat dalam penyusunan APBDes dan merasakan manfaat APBDes.

Gambar 4 Metode pengambilan sampel

Cara menentukan responden dari populasi perangkat desa yaitu mengambil sampel responden dari jumlah total perangkat desa. Teknik pengambilan sampel sendiri menggunakan pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Proses yang dilakukan terlebih dahulu semua unit penelitian disusun dalam daftar kerangka sampling, kemudian dari kerangka sampling tersebut ditarik sebagai sampel beberapa unsur atau satuan yang akan diteliti, dalam hal ini sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 40 responden. Pengambilan sampel secara acak ini dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan

software Microsoft Excel 2007.

Individu yang dijadikan sebagai responden ialah perangkat desa. Alasan pemilihan responden tersebut yaitu karena perangkat desa merupakan individu yang mengenal kepala desa dan mengetahui gaya kepemimpinan kepala desa serta terlibat dalam penyusunan APBDes dan merasakan manfaat APBDes. Responden diberikan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, kuesioner telah diuji reliabilitas dan validitasnya.

Terdapat beberapa persyaratan dalam penentuan nilai alpha, yaitu jika alpha >0.90 maka reliabilitas sempurna, jika 0.70 < nilai alpha < 0.90 maka reliabilitas tinggi, jika 0.50 < nilai alpha < 0.70 maka reliabilitas moderat, dan jika nilai alpha <0.50 maka reliabilitas rendah. Berdasarkan hasil uji statistik reliabilitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kuesioner penelitian ini memiliki nilai cronbach‟s alpha sebesar 0.880, yang artinya bahwa kuesioner penelitian ini memiliki reliabilitas tinggi.

Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara purposive

(sengaja) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh. Orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa, masyarakat desa, dan tokoh masyarakat desa yang dianggap mengetahui dengan jelas tentang gaya kepemimpinan kepala desa serta terlibat dalam penyusunan dan pemanfaatan APBDes.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi SPSS version 21.0 dan Microsoft Excel 2007. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden untuk

Populasi: Perangkat

desa

Survei (Simple Random

Sampling)

(39)

masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007. Kemudian SPSS version 21.0 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan uji regresi. Uji regresi merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Uji regresi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap pemanfaatan APBDes.

Data kualitatif digunakan sebagai data pendukung yang diolah dan dianalisis dengan konten analisis. Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan mereduksi atau meringkas data dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian.

Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memberikan pengaruh kepada yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan terbagi menjadi gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Dalam mengukur gaya kepemimpinan kepala desa, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator-indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:

a. Sangat setuju (skor 5) b. Setuju (skor 4) c. Ragu-ragu (skor 3) d. Tidak setuju (skor 2) e. Sangat tidak setuju (skor 1)

Gaya Kepemimpinan Transaksional

Merupakan salah satu bentuk cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi bawahan yang ditandai dengan adanya transaksi di antara pemimpin dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan transaksional ditandai dengan:

1. Penjelasan kontrak pegawai

Pemimpin menjelaskan kepada bawahan tentang hal-hal yang harus dilakukan terhadap bawahan dalam proses pencapaian tujuan atau yang sering disebut sebagai deskripsi tugas.

Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam penjelasan kontrak pegawai adalah:

a. Pemimpin memberikan pembagian tugas sesuai dengan pengalaman dan kemampuan bawahan;

(40)

c. Pemimpin menjelaskan rincian tugas secara jelas kepada bawahan sesuai dengan jabatan yang telah diberikan;

d. Pemimpin menjelaskan tahapan dalam pemberian tugas, mulai dari tugas yang ringan hingga tugas yang berat; e. Pemimpin memberikan penjelasan secara jelas mengenai

sasaran tugas yang ingin dicapai.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka penjelasan kontrak pegawai yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

2. Penerapan aturan kerja

Pemimpin berperan dalam meningkatkan kepatuhan kepada peraturan yang harus dipenuhi bawahan. Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam menerapkan aturan kerja adalah:

a. Pemimpin menetapkan aturan kerja yang telah disepakati oleh bawahan;

b. Pemimpin membatasi dan menepati durasi kerja pegawai (pembatasan jam kerja);

c. Pemimpin akan memberikan sanksi jika bawahan tidak melaksanakan tugas;

d. Sanksi yang diberikan pemimpin sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh bawahan dan anggota.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka penetapan aturan kerja yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

3. Pengawasan dan evaluasi kerja

Pemimpin melakukan pengawasan kerja dan melakukan evaluasi atas pekerjaan yang dilakukan bawahan. Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam melaksanakan evaluasi kerja adalah:

a. Pemimpin selalu mengawasi pekerjaan bawahan;

b. Pemimpin terlibat langsung dalam pengawasan kerja bawahan;

c. Kegiatan evaluasi kerja dilaksanakan secara rutin dalam perode tertentu;

(41)

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka pengawasan dan evaluasi kerja yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

4. Pemberian imbalan/hadiah (gaji) secara adil

Pemimpin memberikan imbalan berupa gaji, hadiah, bonus tunjangan, dan kenaikan jabatan kepada bawahan untuk menghargai kinerja bawahan serta masyarakat yang berprestasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam memberikan imbalan kepada bawahan adalah:

a. Pemimpin menjanjikan dan menepati nya untuk memberikan bonus tambahan bagi bawahan yang mencapai sasaran kerja tertentu;

b. Pemimpin memberikan gaji secara adil kepada seluruh bawahan sesuai dengan struktur kepegawaian;

c. Pemimpin memberikan gaji secara tepat waktu kepada bawahannya;

d. Pemimpin menjanjikan hadiah bagi anggota yang mencapai prestasi membanggakan.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka pemberian imbalan/hadiah (gaji) secara adil yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel gaya kepemimpinan transaksional yang diterapkan kepala desa dapat dikatagorikan menjadi:

a. Tinggi : skor 73 < x ≤ 100 b. Sedang : skor 46 < x ≤ 72 c. Rendah : skor 20 < x ≤ 45

Gaya Kepemimpinan Transformasional

Merupakan salah satu bentuk cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam memberikan pengaruh yang dicirikan dengan adanya sifat memanusiakan pengikutnya, mampu meningkatkan potensi pengikutnya, dan memacu optimisme pengikut demi pencapaian tujuan bersama. Gaya kepemimpinan transformasional ditandai dengan:

1. Pengaruh yang diidealkan

Pemimpin memiliki karisma dan sikap keteladanan yang dikagumi oleh pengikutnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

Gambar

Gambar 1 Grafik realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun
Tabel 2 Perbedaan gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional
Gambar 2 Tahapan penyusunan APBDes (Sumber: Bandiklat Provinsi Kalimantan
Tabel 4 Perubahan evolutif pengelolaan APBDes dalam Perundang-undangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

sebanyak 645 ekor yang berarti bahwa titik pulang pokok peternak tercapai pada jumlah produksi kambing sebanyak 645 per tahun sementara rata-rata produksi usaha

Microsoft Visual Basic 6.0 adalah software yang penulis gunakan untuk membuat program aplikasi penjualan tersebut, karena selain mudah dipahami digunakan untuk pemula juga

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

E-Commerce percetakan digital merupakan E-Commerce B2C (Business to Customer) yang digunakan untuk mengelola produk, mempermudah proses pembelian souvenir dan

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat Ukur, Takar, Timbang dan

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat,

Gubernur Jenderal tidak dapat menguasai tanah yang telah dibuka oleh penduduk asli, atau tanah yang biasa digunakan untuk pengembalaan, atau tanah yang termasuk

Faktor kedua latar belakang pendidikan akan berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi atau pemahaman nazhir, karena nazhir yang berpendidikan akan memiliki sikap