• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang dilengkapi dengan data kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan survei. Pendekatan survei merupakan pendekatan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan Efendi 1989). Metode kuantitatif survei digunakan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada kepala desa dan mencari informasi mengenai pengaruhnya terhadap pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Dalam hal ini, populasi yang digunakan untuk melaksanakan metode survei ialah perangkat desa. Selain menggunakan data kuantitatif, penelitian akan menggunakan data kualitatif sebagai argumentasi pendukung yaitu dengan wawancara mendalam menggunakan instrumen panduan pertanyaan wawancara, observasi dan studi dokumentasi terkait. Hasil uraian akan dijelaskan secara deskripsi namun tetap berfokus pada hubungan variabel untuk menguji hipotesis.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja) karena beberapa pertimbangan, antara lain adalah:

1. Desa Cihideung Udik memiliki kepala desa yang masih aktif bertugas (Masa Jabatan Tahun 2013-2019);

2. Desa Cihideung Udik memiliki struktur pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang beragam;

3. Desa Cihideung Udik merupakan lokasi yang akses nya cukup dekat untuk dijangkau oleh peneliti.

Kegiatan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai dengan Mei 2016. Penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi dan perbaikan laporan skripsi. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel jadwal kegiatan (Lampiran 1).

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui survei menggunakan kuesioner terhadap responden. Selain itu data primer juga diperoleh melalui wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan wawancara terhadap informan. Data primer yang dikumpulkan adalah gaya kepemimpinan kepala desa dan pemanfaatan APBDes.

Selain data primer, pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa Cihideung Udik, Kantor Kecamatan Ciampea, internet, buku, jurnal-jurnal penelitian, serta laporan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan adalah struktur pemanfaatan APBDes dan gambaran umum desa.

Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Pengisian kuesioner dipandu oleh peneliti untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian jawaban. Kuesioner berisi beberapa variabel gaya kepemimpinan yang terbagi menjadi gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional serta pemanfaatan APBDes. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui wawancara mendalam. Topik wawancara meliputi gaya kepemimpinan kepala desa, dan pemanfaatan APBDes.

Tabel 5 Kebutuhan data dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian

No. Kebutuhan Data

Sumber Data Metode

Pengumpulan Data Primer Sekunder 1. Gambaran umum lokasi penelitian - Data monografi desa, profil desa, internet Studi dokumen, observasi 2. Struktur pemanfaatan APBDes - Dokumen keuangan desa Studi dokumen 3. Gaya kepemimpinan kepala desa

Kuesioner - Survei kepada perangkat desa, wawancara mendalam, observasi 4. Pemanfaatan APBDes

Kuesioner - Survei kepada perangkat desa, wawancara mendalam, observasi

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah individu. Populasi pada penelitian ini adalah perangkat Desa Cihideung Udik. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 48, perangkat desa terdiri atas: (a) sekretaris desa, (b) pelaksana kewilayahan, dan (c) pelaksana teknis. Sehingga perangkat desa yang dimaksud dalam penelitian ini ialah terdiri atas pegawai desa dan aparatur desa, seperti kepala rukun warga dan juga rukun tetangga Desa Cihideung Udik. Perangkat desa dijadikan sebagai responden karena perangkat desa merupakan individu yang

mengenal kepala desa dan mengetahui gaya kepemimpinan kepala desa serta terlibat dalam penyusunan APBDes dan merasakan manfaat APBDes.

Gambar 4 Metode pengambilan sampel

Cara menentukan responden dari populasi perangkat desa yaitu mengambil sampel responden dari jumlah total perangkat desa. Teknik pengambilan sampel sendiri menggunakan pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Proses yang dilakukan terlebih dahulu semua unit penelitian disusun dalam daftar kerangka sampling, kemudian dari kerangka sampling tersebut ditarik sebagai sampel beberapa unsur atau satuan yang akan diteliti, dalam hal ini sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 40 responden. Pengambilan sampel secara acak ini dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan

software Microsoft Excel 2007.

Individu yang dijadikan sebagai responden ialah perangkat desa. Alasan pemilihan responden tersebut yaitu karena perangkat desa merupakan individu yang mengenal kepala desa dan mengetahui gaya kepemimpinan kepala desa serta terlibat dalam penyusunan APBDes dan merasakan manfaat APBDes. Responden diberikan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, kuesioner telah diuji reliabilitas dan validitasnya.

Terdapat beberapa persyaratan dalam penentuan nilai alpha, yaitu jika alpha >0.90 maka reliabilitas sempurna, jika 0.70 < nilai alpha < 0.90 maka reliabilitas tinggi, jika 0.50 < nilai alpha < 0.70 maka reliabilitas moderat, dan jika nilai alpha <0.50 maka reliabilitas rendah. Berdasarkan hasil uji statistik reliabilitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kuesioner penelitian ini memiliki nilai cronbach‟s alpha sebesar 0.880, yang artinya bahwa kuesioner penelitian ini memiliki reliabilitas tinggi.

Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara purposive

(sengaja) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh. Orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa, masyarakat desa, dan tokoh masyarakat desa yang dianggap mengetahui dengan jelas tentang gaya kepemimpinan kepala desa serta terlibat dalam penyusunan dan pemanfaatan APBDes.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi SPSS version 21.0 dan Microsoft Excel 2007. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden untuk

Populasi: Perangkat desa Survei (Simple Random Sampling) 40 orang

masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007. Kemudian SPSS version 21.0 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan uji regresi. Uji regresi merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Uji regresi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa terhadap pemanfaatan APBDes.

Data kualitatif digunakan sebagai data pendukung yang diolah dan dianalisis dengan konten analisis. Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan mereduksi atau meringkas data dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian.

Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memberikan pengaruh kepada yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan terbagi menjadi gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Dalam mengukur gaya kepemimpinan kepala desa, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator-indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:

a. Sangat setuju (skor 5) b. Setuju (skor 4) c. Ragu-ragu (skor 3) d. Tidak setuju (skor 2) e. Sangat tidak setuju (skor 1)

Gaya Kepemimpinan Transaksional

Merupakan salah satu bentuk cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi bawahan yang ditandai dengan adanya transaksi di antara pemimpin dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan transaksional ditandai dengan:

1. Penjelasan kontrak pegawai

Pemimpin menjelaskan kepada bawahan tentang hal-hal yang harus dilakukan terhadap bawahan dalam proses pencapaian tujuan atau yang sering disebut sebagai deskripsi tugas.

Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam penjelasan kontrak pegawai adalah:

a. Pemimpin memberikan pembagian tugas sesuai dengan pengalaman dan kemampuan bawahan;

b. Pemimpin membagi tugas sesuai dengan struktur kepegawaian yang telah ditentukan;

c. Pemimpin menjelaskan rincian tugas secara jelas kepada bawahan sesuai dengan jabatan yang telah diberikan;

d. Pemimpin menjelaskan tahapan dalam pemberian tugas, mulai dari tugas yang ringan hingga tugas yang berat; e. Pemimpin memberikan penjelasan secara jelas mengenai

sasaran tugas yang ingin dicapai.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka penjelasan kontrak pegawai yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10 2. Penerapan aturan kerja

Pemimpin berperan dalam meningkatkan kepatuhan kepada peraturan yang harus dipenuhi bawahan. Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam menerapkan aturan kerja adalah:

a. Pemimpin menetapkan aturan kerja yang telah disepakati oleh bawahan;

b. Pemimpin membatasi dan menepati durasi kerja pegawai (pembatasan jam kerja);

c. Pemimpin akan memberikan sanksi jika bawahan tidak melaksanakan tugas;

d. Sanksi yang diberikan pemimpin sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh bawahan dan anggota.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka penetapan aturan kerja yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10 3. Pengawasan dan evaluasi kerja

Pemimpin melakukan pengawasan kerja dan melakukan evaluasi atas pekerjaan yang dilakukan bawahan. Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam melaksanakan evaluasi kerja adalah:

a. Pemimpin selalu mengawasi pekerjaan bawahan;

b. Pemimpin terlibat langsung dalam pengawasan kerja bawahan;

c. Kegiatan evaluasi kerja dilaksanakan secara rutin dalam perode tertentu;

d. Pemimpin mengevaluasi dengan memberikan contoh kepada bawahan agar pekerjaannya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka pengawasan dan evaluasi kerja yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

4. Pemberian imbalan/hadiah (gaji) secara adil

Pemimpin memberikan imbalan berupa gaji, hadiah, bonus tunjangan, dan kenaikan jabatan kepada bawahan untuk menghargai kinerja bawahan serta masyarakat yang berprestasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur dominansi pemimpin dalam memberikan imbalan kepada bawahan adalah:

a. Pemimpin menjanjikan dan menepati nya untuk memberikan bonus tambahan bagi bawahan yang mencapai sasaran kerja tertentu;

b. Pemimpin memberikan gaji secara adil kepada seluruh bawahan sesuai dengan struktur kepegawaian;

c. Pemimpin memberikan gaji secara tepat waktu kepada bawahannya;

d. Pemimpin menjanjikan hadiah bagi anggota yang mencapai prestasi membanggakan.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka pemberian imbalan/hadiah (gaji) secara adil yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel gaya kepemimpinan transaksional yang diterapkan kepala desa dapat dikatagorikan menjadi:

a. Tinggi : skor 73 < x ≤ 100 b. Sedang : skor 46 < x ≤ 72 c. Rendah : skor 20 < x ≤ 45

Gaya Kepemimpinan Transformasional

Merupakan salah satu bentuk cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam memberikan pengaruh yang dicirikan dengan adanya sifat memanusiakan pengikutnya, mampu meningkatkan potensi pengikutnya, dan memacu optimisme pengikut demi pencapaian tujuan bersama. Gaya kepemimpinan transformasional ditandai dengan:

1. Pengaruh yang diidealkan

Pemimpin memiliki karisma dan sikap keteladanan yang dikagumi oleh pengikutnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Pemimpin menjunjung tinggi etika dan moral dalam berorganisasi dan bermasyarakat;

b. Pemimpin menunjukkan sikap jujur dan dapat dipercaya oleh bawahan dan anggota;

c. Pemimpin membuat anggotanya bangga terhadap dirinya. Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka pengaruh yang diidealkan yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10 2. Motivasi inspirasional

Pemimpin memberikan inspirasi dalam bekerja dan mengajak bawahan untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai upaya memotivasi mereka. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Pemimpin memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal;

b. Pemimpin memberikan inspirasi kepada bawahan melalui pengalaman diri nya atau orang lain guna pencapaian tujuan besama;

c. Pemimpin menumbuhkan rasa bangga terhadap anggotanya sebagai bagian dari kelompok.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka motivasi inspirasional yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10 3. Stimulasi intelektual

Pemimpin mengajak bawahan untuk mempertanyakan suatu asumsi dalam mengerjakan suatu hal dan memecahkan suatu permasalahan. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Pemimpin menghargai pendapat dan gagasan bawahannya; b. Pemimpin mengajak bawahan memecahkan suatu

permasalahan dengan menggunakan rasionalitas;

c. Pemimpin mengajak bawahan untuk memikirkan cara pemecahan masalah;

d. Pemimpin memberikan fasilitas pendukung kerja agar bawahan senang dengan hal-hal baru.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka stimulasi intelektual yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

4. Kepedulian secara personal

Pemimpin memberikan perhatian kepada keadaan dan kebutuhan bawahan serta anggota nya agar mereka dapat menjadi individu yang lebih baik. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Pemimpin menunjukkan rasa simpati pada permasalahan yang dimiliki anggota;

b. Pemimpin menunjukkan sikap empati pada permasalahan yang dimiliki anggota;

c. Pemimpin mampu memotivasi anggota untuk mengubah kekurangan menjadi kelebihan untuk menjadi individu yang lebih baik.

Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan, maka kepedulian secara personal yang diterapkan kepala desa dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

 Tinggi : 17 < x ≤ 25  Sedang : 11 < x ≤ 16  Rendah : 5 < x ≤ 10

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel gaya kepemimpinan transformasional yang diterapkan kepala desa dapat dikatagorikan menjadi:

a. Tinggi : skor 73 < x ≤ 100 b. Sedang : skor 46 < x ≤ 72 c. Rendah : skor 20 < x ≤ 45

Pemanfaatan APBDes

Pemanfaatan APBDes merupakan pelaksanaan pembangunan desa berdasarkan anggaran yang telah tersusun dalam struktur pemanfaatan APBDes dengan menggunakan dana desa yang bersumber dari: (1) Pendapatan asli desa, (2) Bantuan Pemerintah Kabupaten, (3) Bantuan dari Pemerintah Pusat dan Propinsi, (4) Sumbangan dari pihak ketiga, dan (5) Pinjaman Desa. Tiap-tiap desa memiliki struktur pemanfaatan APBDes yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan desa nya.

Struktur Pemanfaatan APBDes Desa Cihideung Udik Tahun 2015

Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pada tahun 2015 di Desa Cihideung Udik tersusun dalam sebuah struktur pemanfaatan yang terbagi ke dalam lima bagian. Alokasi pembagian dana ialah 30 persen untuk Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Sedangkan 70 persen sisanya untuk Bidang Pelaksanaan Pembangunan, Bidang Pembinaan Masyarakat, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, dan Bidang Tak Terduga. Namun dalam penelitian ini, pemanfaatan APBDes hanya difokuskan pada tiga bidang, yaitu Bidang Pelaksanaan Pembangunan, Bidang Pembinaan Masyarakat, dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Dalam mengukur pemanfaatan APBDes Desa Cihideung Udik, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator-

indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:

a. Sangat setuju (skor 5) b. Setuju (skor 4) c. Ragu-ragu (skor 3) d. Tidak setuju (skor 2) e. Sangat tidak setuju (skor 1)

Berdasarkan total indikator yang digunakan, katagori tingkat pemanfaatan APBDes terbagi menjadi

a. Tinggi skor 87 < x ≤ 120 b. Sedang skor 55 < x ≤ 86 c. Rendah skor 24 < x ≤ 54 Variabel pemanfaatan APBDes:

1. Pemanfaatan dalam Bidang Pelaksanaan Pembangunan

Memanfaatkan dana APBDes sebagai biaya pelaksanaan pembangunan infrastruktur desa dan pembangunan sarana/ pra sarana desa. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Pengaspalan jalan desa adalah kegiatan menambahkan lapisan aspal pada jalan desa guna memperbaiki kualitas jalan agar kegiatan perhubungan dan mobilisasi warga desa dapat berjalan dengan baik.

b. Rehabilitasi kantor desa adalah kegiatan perbaikan bangunan pada kantor desa guna meningkatkan kenyamanan warga desa dalam memanfaatkan fasilitas kantor desa.

c. Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU) adalah kegiatan memperbaiki rumah-rumah warga yang tergolong tidak layak huni guna meningkatkan taraf hidup warga desa.

d. Rehabilitasi Mandi Cuci Kakus (MCK) adalah kegiatan perbaikan fasilitas MCK guna memenuhi kebutuhan warga desa untuk mandi, mencuci, kakus serta kebutuhan lainnya yang membutuhkan sarana kamar mandi yang layak.

e. Rehabilitasi saluran drainase adalah kegiatan perbaikan saluran drainase agar dapat berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan serta mencegah terjadinya banjir.

f. Rehabilitasi Tembok Penyangga Tanah (TPT) adalah kegiatan perbaikan TPT Desa yang merupakan jalan penghubung antara beberapa kampung guna meningkatkan kemudahan mobilisasi warga desa.

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel pemanfaatan APBDes pada Bidang Pelaksanaan Pembangunan dapat dikatagorikan menjadi:

a. Tinggi : skor 29 < x ≤ 40 b. Sedang : skor 18 < x ≤ 28 c. Rendah : skor 8 < x ≤ 17

2. Pemanfaatan dalam Bidang Pembinaan Masyarakat

Memanfaatkan dana APBDes sebagai biaya pelaksanaan berbagai kegiatan pembinaan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Kegiatan rapat Musrenbang dan rapat desa adalah kegiatan pertemuan yang dihadiri oleh warga desa dalam merencanakan serta membahas rancangan pembangunan desa atau permasalahan desa lainnya.

b. Kegiatan pembinaan RT (Rukun Tetangga) adalah kegiatan yang dilaksanakan guna membina warga desa yang tercakup dalam setiap RT.

c. Kegiatan pembinaan RW (Rukun Warga) adalah kegiatan yang dilaksanakan guna membina warga desa yang tercakup dalam setiap RW.

d. Kegiatan pengajian adalah kegiatan mengkaji Al-Quran yang rutin dilakukan dalam periode waktu tertentu oleh warga desa, seperti pengajian bulanan TP. PKK Tingkat Desa dan Tingkat Kecamatan.

e. Kegiatan PHBI dan PHBN adalah kegiatan memperingati hari-hari besar nasional atau hari-hari besar Islam dengan menyelenggarakan berbagai acara peringatan guna membina masyarakat sesuai dengan peringatan hari tertentu.

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel pemanfaatan APBDes pada Bidang Pembinaan Masyarakat dapat dikatagorikan menjadi:

a. Tinggi : skor 29 < x ≤ 40 b. Sedang : skor 18 < x ≤ 28 c. Rendah : skor 8 < x ≤ 17

3. Pemanfaatan dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Memanfaatkan dana APBDes sebagai biaya pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menciptakan masyarakat desa yang berkualitas. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Kegiatan peningkatan keamanan lingkungan adalah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan keamanan lingkungan desa seperti membangun pos ronda, menyelenggarakan Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) secara rutin dan kegiatan lainnya.

b. Revitalisasi Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah kegiatan perbaikan dan pembangunan Posyandu guna menyediakan fasilitas peningkatan kesejahteraan

masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan, dapat berupa penambahan bidan/petugas kesehatan, pemenuhan ketersediaan obat-obatan dan lainnya.

c. Kegiatan Program POS KB Desa adalah kegiatan penyediaan fasilitas Program Keluarga Berencana bagi warga desa yang ingin mengakses program tersebut.

d. Peningkatan sarana dan pra sarana keagamaan adalah kegiatan pembangunan atau perbaikan tempat-tempat peribadatan serta fasilitas keagamaan lainnya.

e. Peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat berupa penyaluran Dana Bantuan Sosial dan Santunan Anak Yatim Piatu.

f. Pemberian bantuan keuangan untuk pemberdayaan masyarakat adalah berbagai kegiatan memberikan bantuan dana kepada pihak-pihak yang berperan dalam memberdayakan masyarakat dalam berbagai bidang, seperti bantuan keuangan kepada TP PKK, Linmas, Saktgas Pendata Potensi, Satgas Pemungut Pajak, Posyandu, Guru Ngaji, LPM dan Satgas Raskin.

Berdasarkan total indikator yang digunakan, variabel pemanfaatan APBDes pada Bidang Pemberdayaan Masyarakat dapat dikatagorikan menjadi:

a. Tinggi : skor 29 < x ≤ 40 b. Sedang : skor 18 < x ≤ 28 c. Rendah : skor 8 < x ≤ 17

Dokumen terkait