• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENDUNGAN BENDOLOLE : SISTEM PENGGELONTORAN LIMBAH KOTA, TEMPAT PEMANDIAN, DAN IRIGASI DI YOGYAKARTA

A. Kebijakan atau Aturan-aturan Pembagian Air

Pendayagunaan sumberdaya air merupakan kegiatan penatagunaan yang ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan air dan penetapan peruntukan air,penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.77

Pengelolaan air limbah berbeda di tiap-tiap daerah. Untuk pengelolaan di Kabupaten dan Kota Yogyakarta, Bupati dan Wali Kota memegang peranan dalam mengelola airlimbah domestik, baik itu berupa wewenang maupun tanggung jawab.Adapun wewenang dan tanggung jawab Bupati/Walikota dalam pengelolaan air limbah domestik berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 4 Ayat 1meliputi:

a) Menetapkan kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan saranaair limbah domestik mengacu pada kebijakan nasional dan Daerah;

b) Membentuk, membina dan meningkatkan kelembagaan, merencanakan pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia, fasilitasi sarana dan peralatan, serta menyediakan pembiayaan yang mendukung penyelenggara prasarana dan sarana air limbah di wilayah Kabupaten/Kota;

c) Menetapkan Peraturan Daerah berdasarkan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) yang ditetapkan oleh Pemerintah dan PemerintahDaerah; d) Memberikan izin penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah

domestik di wilayah Kabupaten/Kota;

e) Menyelesaikan sengketa/masalah pengelolaan air limbah domestik di lingkungan Kabupaten/Kota;

77Keputusan Menteri PU No.590/KPTS/M/2010 tentang Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Di Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang.Hlm. 18.

f) Melaksanakan kerjasama dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik Kabupaten/Kota;

g) Memberikan bantuan teknis penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik pada kecamatan, pemerintah desa, serta kelompok masyarakat di wilayahnya;

h) Penyelenggarakan pembangunan prasarana dan sarana air limbah domestik untuk daerah Kabupaten/Kota dalam rangka memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM);

i) Menyusun rencana induk pengelolaan air limbah domestik di wilayah Kabupaten/Kota;

j) Menetapkan retribusi pelayanan sesuai dengan tingkatan pelayanan yang diberikan;

k) Menangani air limbah domestik pada saat terjadi bencana alam tingkat Kabupaten/Kota;

l) Memonitor penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah domestik di Kabupaten/Kota;

m) Mengevaluasi penyelenggaraan pengembangan air limbah domestik di Kabupaten/Kota;

n) Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

o) Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah domestik di wilayahnya;

p) Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan baku mutu hasil olahan air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan;

q) Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan alat angkutan lumpur tinja;

r) Memberikan rekomendasi teknis untuk penerbitan izin pengelolaan air limbah domestik lintas Kabupaten/Kota;

s) Melakukan pemberdayaan dan pengendalian pengelolaan air limbah domestik di wilayah Kabupaten/Kota;

t) Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari dampak kerusakandan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air limbah domestik;

u) Memberikan pembinaan pengetahuan dan teknologi pengelolaan air limbah domestik kepada masyarakat secara berkelanjutan; dan

v) Menerima pengaduan masyarakat akibat pencemaran yang disebabkan oleh air limbah domestik yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota.78 Regulasi mengenai pengelolaan air limbah di Yogyakarta diatur dalam Peraturan Daerah DIY nomor 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik. Air limbah yang dimaksud adalah limbah domestik. Air limbah domestik adalah air limbah yang bukan merupakan limbah berbahaya dan beracun, melainkan merupakan air buangan jamban, buangan mandi dan cuci, serta buangan hasil usaha kegiatan rumah tangga dan kawasan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, hotel, apartemen dan asrama.79

Dalam mengelola air limbah domestik, diperlukan sistem untuk mengolah limbah tersebut. Sistem yang digunakan dalam pengelolaan air limbah domestik meliputi IPAL80 sistem pusat berskala komunitas, IPAL setempat dan IPLT.81

Sarana dan Prasarana berskala komunitas meliputi:

 Instalasi pembuangan individu

 Instalasi pengolahan awal

 Jaringan pipa untuk mengalirkan limbah

 Instalasi pengolah air limbah

78Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 4 Ayat 1

79 Peraturan Daerah DIY Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik, Pasal 1 Ayat 1.

80 Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah tempat yang digunakan untuk mengolah air limbah domestik sehingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

81 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja adalah tempat yang digunakan untuk mengolah air limbah lumpur tinja domestik sehingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

Saluran pembuangan efluen82 ke badan udara

 Penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja ke IPLT bagi IPAL skala kawasan

Kemudian prasarana dan sarana setempat meliputi:

 Instalasi pembuangan individu

 Instalasi pengolahan individu

Pembuangan efluen ke lingkungan

 Penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja ke IPLT Terakhir, prasarana dan sarana IPLT untuk mengolah lumpur tinja meliputi:

 Alat angkut lumpur tinja

 Instalasi pengolah lumpur tinja

 Saluran pembuangan efluen ke badan air.

Pemanfaatan air limbah domestik juga diatur dalam Peraturan Daerah tersebut pada pasal 20 yang berbunyi:

1. Setiap orang dapat memanfaatkan sisa pengolahan air limbah domestik untuk keperluan tertentu.

2. Pemanfaatan sisa pengolahan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. telah memenuhi ambang batas baku mutu; b. tidak menyebabkan pencemaran lingkungan; dan

c. ada izin dari pengelola terhadap sisa air limbah domestik di IPAL terpusat.

3. Setiap orang yang memanfaatkan sisa pengolahan air limbah domestik untuk keperluan yang bernilai ekonomi, harus mengikuti ketentuan yang berlaku.83

Dalam pengelolaan air Iimbah domestik masyarakat memiliki hak meliputi:

82Efluen adalah cairan limbah yang dialirkan ke sungai atau ke laut.

a. mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat dan/atau terbebas dari pencemaran air limbah domestik;

b. mendapatkan pembinaan pola hidup sehat dan bersih dan pengelolaan air limbah domestik yang berwawasan lingkungan; c. mendapatkan rehabilitasi lingkungan karena dampak negatif dari

kegiatan pengelolaan air limbah domestik;

d. memberikan usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, atau pengelola air limbah domestik;

e. menyampaikan keberatan terhadap kegiatan pengolahan air limbah domestik;

f. mengawasi kinerja pengelolaan air limbah domestik; dan

g. melaporkan pelanggaraan ketentuan pengelolaan air limbah domestik84

Dalam pengelolaan air Iimbah domestik masyarakat memiliki kewajiban, yang meliputi :

a. mengelola air limbah domestik yang dihasilkan melalui sistem setempat atau sistem terpusat.;

b. melakukan pengangkutan lumpur tinja menggunakan alat angkut sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1)85;

c. melakukan pembuangan lumpur tinja ke IPLT; dan

d. membayar retribusi/iuran bagi yang menerima pelayanan sistem terpusat.86

84Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Pasal 22

85“Setiap orang yang melakukan pengangkutan lumpur tinja wajib menggunakan alat angkut lumpur tinja yang mempunyai tangki tertutup dengan bahan baja, dilengkapi atau dihubungkan dengan satu unit pompa penguras berupa pompa vakum dan pompa sentrifugal”

B. Pemanfaatan Air dari Bendungan Bendolole 1. Penggelontoran Limbah Kota

Maraknya pembangunan pemukiman-pemukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan dewasa ini menimbulkan semakin banyaknya limbah yang dihasilkan, terutama di perkotaan. Hal ini tentunya akanmengakibatkan lingkungan hidup yang tidak sehat. Meningkatnya jumlah penduduk dan urbanisasi, sertakebutuhan air bersih yang berkualitas, juga akan berdampak pada peningkatan limbah yang dihasilkan.Biasanya orang atau perusahaan membuang limbah begitu saja ke sungai, dengan maksud agar limbah tersebut dapat diproses oleh alam secara alamiah.

Air limbah adalah air bekas pakai dari kombinasi aktivitas rumah tangga, industri, komersial atau pertanian, limpasan permukaan atau air hujan, dan aliran selokan atau infiltrasi selokan.87 Oleh karena itu, air limbah merupakan produk sampingan dari kegiatan rumah tangga, industri, komersial atau pertanian. Karakteristik air limbah berbeda-beda tergantung pada sumbernya. Jenis air limbah meliputi: air limbah rumah tangga, air limbah kota dari masyarakat (juga disebut limbah) dan air limbah industri. Air limbah dapat mengandung polutan fisik, kimiawi dan biologis.

Pendapat lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.88 Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan/atau kendaraan merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat sampah

86Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Pasal 23

87Tilley, E., Ulrich, L., Lüthi, C., Reymond, Ph., Zurbrügg, C. (2014). Compendium of Sanitation Systems and Technologies – (2nd Revised ed.). Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology (Eawag), Duebendorf, Switzerland. hlm. 175.

88 Haryoto, Kusnoputranto, Kesehatan Lingkungan. (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: 1985)

seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan jenisnya, sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), dan sisa-sisa industri (industrial waste).

Selain itu, karena kebiasaan buang air kecil dan besar (human excreta), air limbah (sewage) juga harus dikelola dengan baik agar tidak memengaruhi kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan bau yang tidak sedap atau polusi. Meskipun merupakan air bekas atau sisa, namun volume air limbah sangat besar karena kurang lebih sekitar 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor atau tercemar. Kemudian air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan kembali oleh manusia.89 Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola secara baik. Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

a) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

b) Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini menjadi lebih rumit karena harus mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan.

c) Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat umum, tempat ibadah, dll. Pada umumnya zat-zat yang

89 Fajar Jati Nugroho, Pengelolaan Air Limbah, dalam http://sipil.polines.ac.id/sipil/node/69 diakses pada 2 Desember 2020

terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Air limbah dapat dialirkan melalui saluran pembuangan sanitasi yang hanya mengalirkan limbah. Alternatifnya, air limbah dapat diangkut dalam saluran pembuangan gabungan yang mengalirkan air hujan dan limbah, dan mungkin juga air limbah industri. Setelah diolah di instalasi pengolahan air limbah, air limbah yang telah diolah dibuang ke badan air penerima. Istilah "penggunaan kembali air limbah" dan "reklamasi air" berlaku jika limbah yang diolah digunakan untuk tujuan lain. Air limbah yang dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan yang sesuai dapat menyebabkan pencemaran air. Instalasi pengolahan limbah kota dibangun untuk mengolah kotoran-kotoran yang mencemari sungai dan air tanah yang mengairi kota dan bertujuan untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan oleh kotoran-kotoran yang mencemari air permukaan tersebut. Setelah bangunan tersebut selesai dibangunmaka, diperlukan penanganan lebih lanjut berupa cara pengoperasian dan pemeliharaan bangunan agar berfungsi sesuai tujuannya dalam waktu yang lama sesuai umur perencanaan.90

Pengelolaan air limbah perkotaan meliputi kegiatan dan upaya yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan membuang air limbah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat, mencegah pencemaran air, dan melindungi lingkungan. Semua kegiatan dan upaya tersebut merupakan suatu pelayanan pengelolaan air limbah yang wajib disediakan oleh pemerintah daerah kepada seluruh warga dan badan penghasil air limbah di wilayah kabupaten dan / atau kota. Pada saat yang sama, warga dan entitas tersebut secara otomatis menjadi pengguna layanan, dan kedua konsep penyediaan layanan dan pengguna layanan ini — merupakan dasar dari peraturan pengelolaan air limbah pemerintah daerah.91

90Agus Muslim, “ Analisis Biaya Operasional dan Pemelihaaraan (OM) Pada Proyek Instalasi Unit Pengolahan”, Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, 1999: 1-2.

Sanitasi dan Limbah di Yogyakarta

Di Yogyakarta, produksi limbah terbesar berasal dari limbah rumah tangga dan industri. Untuk limbah rumah tangga, terutama dapat dilihat pada wilayah pemukiman-pemukiman kumuh dan padat penduduk yang berada di bantaran sungai. Sedangkan untuk limbah industri, salah satunya adalah limbah pabrik batik.

Seperti yang diketahui, sumber kehidupan ekonomi masyarakat Kota Yogyakarta yang paling utama ada pedangan dan yang lainnya adalah pengrajin, salah satunya yakni pengrajin batik. Kat Angelino dalam penelitiannya pada 1927 menyatakan bahwa di Yogyakarta terdapat kurang lebih 166 perusahaan batik, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kampung Kauman 26 2. Prawirataman 10 3. Karangkajen 14 4. Brantakusuman 5 5. Mantrijeron 11 6. Tugu 32 7. Kotagede 11 8. Lain-lain 57 Jumlah 166

Dengan adanya data tersebut menunjukkan bahwa industri batik memberikan pengaruh yang besar terhadap produksi limbah di Yogyakarta. Oleh karena, sistem pengolahan atau penggelontor limbah sangat diperlukan di Yogyakarta. Perkembangan mengenai pengetahuan akan pentingnya kebersihan dan sanitasi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh orang-orang Eropa yang bermukim di Yogyakarta. Pada tahun 1930, populasi orang Eropa di Hindia Belanda meningkat menjadi sekitar 300.000 dari total 60 juta populasi92. Di kota-kota, rasionya jauh lebih tinggi. Di beberapa kota, seperti

91 Asian Development Bank, Urban Wastewater Management in Indonesia: Key Principles and Issues in Drafting Local Regulations, hlm. 9

Bandung, penduduk orang Eropa berjumlah sekitar dua belas persen, sementara di kota-kota lain yang lebih asli, seperti Yogyakarta, penduduk orang Eropa berjumlah sekitar 4 persen pada tahun 1930.93

Pada periode ini juga merupakan periode di mana obsesi yang khas terhadap hygiene94 dan kebersihan muncul di Hindia Belanda. Konsep mengenai bakteri dan virus serta hubungannya dengan penyakit dan kondisi lingkungan menjadi lebih dipahami secara luas. Pada tahun 1913, W.J. van Gorkom, seorang dokter ternama di Hindia Belanda, menerbitkan buku mengenai persyaratan kebersihan di kota-kota Hindia Belanda, khususnya ibu kota kolonial, Batavia.95

Van Gorkom kemudian mendesak orang-orang Eropa untuk segera mengimplementasikan informasi yang diperoleh mengenai kesehatan dan kebersihan di kota-kota besar di Hindia Belanda. Ia sangat prihatin mengenai kondisi kesehatan di tempat tinggal penduduk asli di kota dan kebutuhan untuk membentuk dewan kesehatan kota untuk menangani masalah ini.96 Modernitas dan obsesi terhadapnya menghasilkan satu desain kota yang baru, dengan ruang yang luas dan adanya pemisahan.

Hal tersebut berarti bahwa penduduk kota itu dapat menjauh dari jalanan. Jalan tanah telah diaspal dan perkembangan tradisional kota Indis, yang telah menyediakan peluang kepada kontak yang signifikan dengan orang-orang kampung (karena kampung-kampung biasanya terletak di

93Volkstelling 1930-1936, VIII:2, Hlm. 78-81

94Kondisi atau praktik untuk menjaga kesehatan, terutama melaui kebersihan.

95Farabi Fakih, “Kotabaru and the Housing Estate as Bulwark against Indigenization of Colonial Java”, dalam Cars, Conduits, and Kampongs: The Modernization of Indonesian City, 1920-1960. Freek Colombijn, Joost Cote (Ed). Hlm. 153

belakang jalan-jalan utama yang dibatasi oleh rumah-rumah orang Eropa)97 telah dibuang satu demi satu, yang terdiri dari perumahan rapat dan terpencil, menghasilkan lingkungan Eropa yang terkonsentrasi.98

Dampak kemunculan komunitas-komunitas Eropa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 adalah terciptanya masyarakat sipil kecil di dalam kota. Mereka sebagian besar terdiri dari pria Eropa, yang berpendidikan di Eropa, dan memiliki keterampilan teknis dan manajerial99. Inilah salah satu alasan mengapa kota-kota kolonial ini menjadi situs pertama pemerintahan daerah otonom di Hindia Belanda.

Alasan lainnya adalah kebutuhan pemerintah daerah untuk mengatasi krisis perumahan dan sanitasi. Struktur birokrasi sentralis pemerintah kolonial jelas menghambat kapasitas kota untuk menyediakan fasilitas yang penting bagi warganya untuk kehidupan modern seperti jalan beraspal dan air bersih. Undang-undang Desentralisasi tahun 1903 mengubah situasi ini secara radikal dan kota-kota pertama yang memperoleh suatu bentuk otonomi tahun 1905 adalah Batavia, Meester Cornelis, dan Buitenzorg.100

Otonomi hukum dalam pemahaman Undang-undang berarti pembentukan gemeente atau pemerintah kota, dengan balai kota dan, pada awalnya, dewan kota yang ditunjuk yang sebagian besar terdiri dari orang-orang Eropa yang dapat membuat rekomendasi kepada pemerintah pusat melalui saluran dari birokrasi daerah.

Daerah Istimewa Yogyakarta dialiri oleh beberapa sungai, baik yang secara langsung membelah Yogyakarta atau yang alirannya mengalir melewati Yogyakarta. Dengan kondisi geografis tersebut, persoalan mengenai

97 W.F. Wertheim, Indonesian Society in Transition: A Study of Social Change .Hlm. 171

98 Farabi Fakih, Ibid, hlm. 153

99Ibid, hlm. 152

sanitasi dan kebersihan menjadi hal yang penting. Terlebih dengan munculnya pemukiman-pemukiman padat penduduk serta permukiman orang-orang Eropa di Kota Yogyakarta.

Jaringan air limbah di Yogyakarta sebagian besar adalah saluran yang dibangun pada zaman pemerintahan Belanda, antara tahun 1925 dan 1938.Sekarang saluran tersebut melayani Kotamadya Yogyakarta dan sebagian di Kabupaten Sleman, khususnya di kompleks Universitas Gajah Mada (UGM).Untuk kotamadya Yogyakarta, jaringan air limbah berada dibawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), sementara kawasan UGM dilkelola sendiri. Sistem penggelontor, termasuk bangunan pipa intake, kolam pengendap, pipa penggelontor dengan total panjang kurang lebih 19.433 m, dan pintu penggelontor.101 Air penggelontor ini diambil dari tiga tempat, salah satunya adalah dari Dam atau Bendungan Bendolole.102

Menurut berita di koran De Locomotief pada tanggal 28 November 1929, pembangunan saluran sanitasi di Kota Yogyakarta pada awalnya direncanakan pada tahun 1929. Berikut adalah informasi yang diperoleh dari surat kabar tersebut:

“Kepala Dinas Kebersihan dan Perumahan, D.V.G, hir A.H. Stam dari Bataviamenhadiri konferensi di Yogyakarta untuk membahas rencana pekerjaan mengenai sanitasi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari D.V.G, pengerjaan tahap pertama saluran sanitasi tersebut dilakukan. Dari total anggaran 1.2 juta gulden, 20 persen digunakan pemerintah untuk subsidi, sedangkan sisanya harus dikerjakan oleh pemerintah sendiri. .

Total rencana pengerjaan dibagi menjadi beberapa tahapan yang akan mengikuti setelah pekerjaan tahap pertama selesai dilakukan dengan jangka waktu 10 tahun. Segera setelah

101Ibid. Hlm. 39

102Soerabaijasch Handelblad tahun 1893 menyebutkan bahwa Bendolole adalah sebuah desa yang terletak di wilayah / distrik Mlati, Sleman.Desa tersebut diberitakan sebagai daerah yang kurang aman karena karena adanya orang yang bertindak criminal atau kecu.Bendolole disebut juga berada di dekat aliran Kali Winongo.Sebuah sungai yang cukup panjang dan sungai tersebut merupakan sungai utama dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak.

tahapan pertama rencana pembangunan telah selesai dikerjakan oleh Ir. Rus, di mana pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan pembagian desain utama, maka tahapan pertama pengerjaan dapat dilakukan.

Selain pipa terbuka yang telah ada, berfungsi sebagai saluran air pembilas, drainase air hujan, limbah rumah tangga, dan lain-lain, sistem saluran pembuangan tertutup mulai dibangun, dengan letal pipa jauh di dalam tanah. Pipa-pipa terbuka tetap dibiarkan pada tempatnya karena diperlukan untuk saluran drainase air hujan.

Selokan dibangun dengan diameter yang berbeda-beda. Saluran pembuangan jalan dibuang ke pipa pengumpul yang lebih luas, yang kemudian dialirkan ke saluran pembuangan utama. Selanjutnya, pipa tertutup dibangun untuk mengalirkan air di berbagai titik dari pipa terbuka untuk menggelontorkan air ke saluran pembuangan. Penyadapan air untuk aliran ini terletak di sebelah Utara kota. Kotabaru (Nieuw Wijk), di mana permukiman orang-orang Eropa berada,tidak termasuk dalam rencana, karena tangki septik ada di mana-mana di sini, yang memenuhi persyaratan medis-higienis dengan sangat baik.

Pada awal tahun 1930, pekerjaan diharapkan dapat dimulai di sebagian daerah di sebelah Selatan Stasiun Tugu, di belakang Malioboro. Di situ terdapat banyak penginapan yang terletak di kawasan padat penduduk etnis Tionghoa dan juga sejumlah kampung Jawa. Untuk sementara, air yang akan dibuang dialirkan ke Kali Winongo, anak Kali Opak. Kemudian, jika desain telah selesai, akan ditentukan lebih lanjut mengenai pembersihan apa yang harus dilakukan terhadap air tersebut sebelum dibiarkan mengalir. Di Batavia, Stasiun Uji Pemurnian Air telah membangun instalasi untuk mempelajari permasalahan mengenai saluran sanitasi tersebut, yang belum terselesaikan secara efektif di mana pun.”103

Keterangan mengenai pembangunan saluran sanitasi yang terdapat dalam koran De Locomotief tersebut diperkuat dengan berita pada Indische Courant tanggal 7 Mei 1930, yang berbunyi seperti ini:

“Seperti yang telah kami laporkan beberapa hari yang lalu, pengurus air Opak-Progo mengadakan pertemuan ke-75 di gedung Pondok pada tanggal 3 Mei. Salah satu agenda yang diagendakan adalah: kota Djokjakarta ". Dari sini kita memperoleh yang berikut ini: Seluruh kota Djokjakarta, kecuali Nieuwe Wijk, akan disediakan sistem pembuangan limbah yang

Dokumen terkait