• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema 1. Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat yang dialirkan menuju ke Balai PIALAM Sewon

2. Tempat Pemandian

Selain dimanfaatkan sebagai penggelontor limbah, rupanya pada masa awal dibangunnya, aliran dari Bendungan Bendolole juga digunakan sebagai tempat pemandian atau sumber air bersih oleh masyarakat sekitar. Di sepanjang aliran Kali Winongo yang berasal dari Bendungan Bendolole, ditemukan setidaknya tiga bak penampungan atau tempat pemandian, dua diantaranya akan dibahas pada bagian ini yakni tempat pemandian di sekitar Bendungan Bendolole dan bak penampungan yang ditemukan di sekitar Pathuk.

Tempat Pemandian di dekat Bendungan Bendolole

Gambar7. Temuan struktur tempat pemandian di dekat Bendungan Bendolole

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di sekitar Bendungan Bendolole ditemukan sebuah struktur bangunan yang terdiri dari batu andesit yang telah dimodifkasi untuk mengalirkan air ke suatu tempat yang menyerupai kolam. Struktur ini berada di tengah-tengah permukiman padat penduduk dan biasanya digunakan masyarakat untuk sumber air bersih. Apabila dilihat sekilas, bagian bawah memiliki lubang untuk mengalirkan air memiliki bentuk serupa dengan struktur

candi.Bentuknya menyerupai batur candi dengan pelipit113, tetapi tidak terlihat adanya sisi genta114. Struktur dari bangunan ini memang mirip candi, namun memiliki kaitan dengan petirtaan/patirthān yang ada pada masa klasik Hindu-Buddha. Petirtaan dapat berbentuk seperti kolam maupun penampungan air yang pada masanya digunakan untuk hal-hal keagamaan khususnya Hindu. Di Indonesia sendiri petirtaan telah dikenal mulai abad ke-8 sampai 15 M.115

Beberapa petirtaan serupa, yang hingga saat ini masih eksis dan juga digunakan sebagai tempat wisata misalnya Petirtaan Jalatunda di Trawas, Mojokerto. Air dari Petirtaan Jalatunda terletak di kaki Gunung Penanggungan yang juga memiliki banyak peninggalan dari masa Hindu-Buddha (khususnya Airlangga dan Majapahit). Air dari Jolotundo percaya masyarakat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Orang-orang berdatangan baik dari Mojokerto maupun daerah lainnya. Selain sejarahnya yang kuat, lingkungan sekitar yang berada di kaki gunung, khasiat air ini lah yang menarik wisatawan untuk datang ke Jolotundo.116

Temuan berupa petirtaan juga ada di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Petirtaan Payak di Kecamatan Piyungan, Bantul. Petirtaan Payak sebelumnya ditemukan terkubur beberapa meter di dalam tanah.

113Pelipit merupakan bagian pada struktur candi yang berfungsi sebagai bingkai yang letaknya menonjol keluar. Fungsinya sama dengan molding pada interior ruangan, pembatas antara satu bidang dengan bidang yang lain. Lebih lanjut lihat: Vinie Luthfiah dan Dina Fatimah, “Bentuk dan Fungsi Ragam Hias Bunga Melati pada Arsitektur Candi”, dalam Jurnal Desain Interior, Vol. 5, No. 2, 2019, hlm. 367-372

114 Genta disebut juga sebagai bel atau lonceng, yang bentuknya menyerupai stupa, pipa atau kubah. Genta terbagi menjadi dua jenis, gantung dan bertangkai.

115Dimas Nugroho dan Agus Aris Munandar, “Pathirtān di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,” FIB UI, 2014, 1.

116Muhammad Ridwan Basalamah dan Hariri Hariri, “Jolotundo As an Attraction of Local Wisdom Based Ecotourism,” Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal 12, no. 2 (15 Juli 2020): 93, https://doi.org/10.26905/lw.v12i2.4144.

Petirtaan ini berupa kolam yang dilengkapi dengan saluran air pada dinding, serta lubang pembuangan air di dasar kolam. Kolam tersebut berukuran 312 cm x 124 cm dan dikelilingi oleh dinding yang berdenah huruf U.117

Berbeda dengan Jolotundo yang masih aktif mengeluarkan air dan ramai didatangi pengunjung, Petirtaan Payak jauh lebih sepi. Saat ini terlihat sudah tidak ada air yang mengalir dari petirtaan ini.

Gambar 8. Suasana di Petirtaan Jolotundo

Sumber: https://travel.kompas.com/image/2017/11/18/154200927/candi-jolotundo-wisata-religi-mojokerto-airnya-bikin-awet-muda-?page=1

Bak Penampungan Air di Pathuk

Masyarakat daerah Pathuk Yogyakarta masih banyak yang mengenal Kali Larangan.Tribun Jogja menuliskan bahwa kali tersebut berasal dari bendungan Bendolole yang terletak di sebelah Utara Kampung Pingit dan merupakan aliran dari Kali Winongo. Oleh warga Pathuk aliran Kali Larangan sampai saat ini masih digunakan untuk pemandian warga.

117Inajati Adrisijanti dan Anggraeni, ed., Mosaik Pusaka Budaya Yogyakarta (Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 2003), 75.

Dalam laporan Tribunnews.com118 yang juga dikonfirmasi oleh narasumber Ibu Sukirah, disebutkan bahwa dari Pingit, Kali Larangan mengalir ke Selatan melalui berapa tempat.

Dari daerah Pasar Ngasem saluran tersebut masuk melewati sisi sebelah Timur laut dan masuk kearah Tamansari. Saluran pembuangan jika air segaran meluap sampai saat ini masih dapat dilihat.Saluran tersebut berbentuk persegi dan memiliki panjang sisi dua meter.Letak mulut saluran tersebut berada di sisi Timur Pongangan Peksi Beri, yang dahulu berfungsi sebagai tempat berlabuhnya perahu, berdekatan dengan rumah-rumah penduduk.

Di bawah ini merupakan potret keadaan salah satu bak penampungan air di sepanjang aliran Kali Winongo saat ini. Bak penampungan tersebut berlokasi di Jlagran, Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, yang menampung air dari berbagai wilayah yang dilalui oleh aliran Kali Winongo, termasuk air yang berasal dari Stasiun Tugu.119 Narasumber, Ibu Sukirah (68) menjelaskan bahwa bangunan ini sudah ada sejak lama. Bahkan ketika beliau masih anak-anak, atau sekitar tahun 1950-an bak ini sering digunakan sebagai tempat pemandian oleh warga sekitar. Pada saat wawancara, beliau menjelaskan bahwa:

“Saya dulu waktu kecil sering berenang dari sini ke sana (sembari menunjuk ke arah bak penampungan), bareng teman-teman. Rumah yang ada di seberang itu rumahnya si Mbah yang membantu membuka-menutup pintu air, dari dulu hingga sekarang.”

Menurut penuturan dari narasumber, bak penampungan tersebut saat ini digunakan oleh masyarakat masih sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk

118 https://jogja.tribunnews.com/2015/09/14/lipsus-segaran-pulo-gedong-tak-tersisa?page=3. Diakses 2-12-2020.

119Wawancara bersama Ibu Sukirah (68) pada 6 Desember 2020. Beliau merupakan penduduk lokal di sekitar bak penampungan tersebut.

penampungan air bersih. Dan di dekat penampungan tersebut tinggal seseorang penjaga bak penampungan, yang membantu untuk mengatur pintu air yang berwarna biru pada gambar.

Gambar 9. Potret bak penampungan air dari aliran Kali Winongo di Pathuk

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di sekitar lokasi bak penampungan, terdapat aliran air yang melewati rumah-rumah warga dan jalan raya. Aliran ini, jika ditelusuri akan bermuara di Kali Winongo. Air yang bermuara di Kali Winongo tersebut kemudian ditampung dalam bak-bak penampungan yang sudah dibangun di pinggir-pinggir sungai. Bak-bak penampungan inilah yang kemudian digunakan juga oleh masyarakat sekitar untuk MCK (mandi, cuci dan kakus).120 Berikut adalah gambaran aliran sungai dan bak-bak penampungan di bantaran Kali Winongo yang digunakan oleh masyarakat sekitar.

120Wawancara bersama Ibu Sukirah (68) pada 6 Desember 2020. Beliau merupakan penduduk lokal di sekitar bak penampungan tersebut.

Gambar 10. Potret aliran air yang melewati perumahan warga di Jlagran, Pathuk

3. Irigasi

Irigasi dalam bahasa Inggris, disebut irrigation yang artinya pengairan atau penggenangan. Menurut Van Maanen irigasi adalah untuk mengairi tanaman padi dan tebu.Irigasi berarti mengallirkan air secara buatan untuk keperluan pertanian, membagi-bagikannya diantara ladang-ladang secara teratur dan kemudian membuangnya setelah dimanfaatkan. Dengan kata lain adalah suatu jaringan berupa saluran atau bangunan yang diperlukan untuk membagi-bagikan air di daerah sekunder. Irigasi dengan dengan begitu memiliki tujuan yang berbeda dan air yang dipergunakannya juga tergantung pada tujuan tersebut.121

Berdasarkan UU No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air disebutkan bahwa irigasi meliputi usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air dengan tujuan untuk menunjang pertanian.Irigasi menjadi faktor penting dalam pertanian.Irigasi atau pengairan mempunyai tiga (3) arti penting.

a. Mengalirkan air daru sumber sumber air seperti sungai dengan alat-alat (bendungan, bangunan)

b. Membagi air yang dialirkan seadil-adilnya dengan cara yang teratur untuk sawah-sawah yang membutuhkan.

c. Membuang air yang sudah digunakan ke saluran pembuangan.122

Di Yogyakarta dibangun beberapa bangunan irigasi, pembangunan pintu air dan bangunan pengontrol, bendungan, jembatan, dan tanggul.Pembangunan itu untuk menyalurkan genangan air sehingga airnya dapat disalurkan ke Laut Selatan.Beberapa bangunan irigasi di Yogyakarta

121Th. D. Van Maanen, Irrgatie in Nederlandsch Indie. Terj. M. Soenjoto. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengairan dan Prosida, 1977: 1, 3, 10.

122Republik Indonesia Daerah Istiewa Jogjakarta. Jakarta: Kementerian Penerangan, 1953: 476

yang cukup besar antara lain adalah Selokan Mataram, Dam Kamijoro123, Dam/Bendungan Bedolole. Selokan Mataran dan Dam Bendolole di Sleman telah lama ada selokan maupun bendungan yang dapat mengalirkan air ke tempat-tempat yang membutuhkan. Pada bendungan yang ada di sungai, terdapat pintu untuk mengalirkan air dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.Pada masa penjajahan Belanda system pengairan di Yogyakarta diurus oleh sebuah badan otonom yang bernama Waterschap Opak-Progo. Daerah pengairan lainnya diatur oleh Dinas Kasultanan dan Pakualaman.

Waterschap Opak-Progo ketika masa kemerdekaan berubah nama menjadi Badan Pengairan Opak-Progo dan kemudian berubah lagi menjadi Jawatan Pengairan, seiring dengan itu pengairan yang semula dipegang oleh Kasultanan dan Pakualaman kemudian dijadikan satu. Urusan pengairan di Yogyakarta kemudian menjadi satu kesatuan.

Persoalan mengenai irigasi dan sanitasi di Kali Winongo disebut dalam beberapa surat kabar berbahasa Belanda pada dekade kedua abad ke 20. Hal ini selaras dengan keterangan warga setempat yang diungkapkan ketika FGD Bendolole diadakan. Dalam koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsche-Indie bertanggal 29 November 1929, menyebutkan bahwa terdapat proyek assaineering atau sanitasi yang mencakup Kali Winongo. Bunyi berita tersebut kira-kira seperti ini:

“Pada awal Oktober, sebuah permulaan dibuat dengan pekerjaan persiapan untuk sanitasi di Yogyakarta, sebagian besar dengan personel saluran air, yang ditugaskan untuk personel pengawas sementara. Pengukuran aliran antara lain dilakukan pada Kali Opak, Tjodo dan Winongo, serta beberapa pipa.”124

123Kamijoro Leiding adalah saalah satu sarana irigasi di wilayah Bantul dan khususnya di Distrik Kabonongan. Bangunan itu dibangun pada masa kolonial

Sehari sebelumnya, dalam koran De Locomotief edisi 28 November 1929 memberitakan mengenai rencana sanitasi di Jogja yang berbunyi:

“Kepala Dinas Kebersihan dan Perumahan D.VG, hir A. H. Stam dari Batavia, menghadiri konferensi di Jogja Jumat pekan lalu dalam perjalanan pulang dari Surabaya untuk membahas pekerjaan yang ia persiapkan untuk pekerjaan pembangunan sanitasi Jogja. Residen Jogjakarta, Direktur Pemerintah, Pakoe Alam, sebagai anggota dari proyek aseaineering yang meliputi wilayah Pakoe Alam, Bapak G. Westerveld, pejabat Umum Bina Swadaya dan Ir. S. Riis, direktur saluran air, berkumpul di rumah gubernur. (dlaporkan oleh Soerabaija Handelsblaad)”

Hal itu diputuskan, setelah persetujuan desain oleh D.V.G. untuk memulai bagian pertama dari eksekusi secepat mungkin. Dari total 1,2 juta gulden, 20 persen digunakan pemerintah sebagai subsidi; sisanya harus dikerjakan oleh Pemerintah Sendiri. Ini sudah diperhitungkan untuk anggaran tahun 1930. Rencana total dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan dijalankan secara bergantian; seluruh pekerjaan dibagi selama 10 tahun. Begitu bagian pertama dari rencana tersebut telah dikerjakan secara rinci oleh Ir. Rüs, tentu saja bekerja sesuai dengan pembagian desain utama, aktivitas pertama bisa dimulai.

Selain pipa terbuka yang ada, yang sekarang berfungsi untuk apa saja (pasokan air pembilas, drainase air hujan, limbah rumah tangga, dll.), Sistem saluran pembuangan tertutup diproyeksikan, dengan pipa jauh di bawah tanah. Pipa-pipa terbuka tetap di tempatnya sejauh dianggap perlu untuk drainase air hujan, jika tidak, sedapat mungkin teredam.

Selokan dibangun dengan diameter yang berbeda; saluran pembuangan jalan dibuang ke pipa pengumpul yang lebih luas, yang kemudian dialirkan ke saluran pembuangan utama. Selanjutnya, pipa bermain yang tertutup dibangun untuk mengalirkan air di berbagai titik dari pipa terbuka untuk menyiram saluran pembuangan. Penyadapan ini terjadi di Utara kota. Distrik Baru (Eropa) tidak termasuk dalam rencana, karena septic tank ada di mana-mana di sini, yang memenuhi persyaratan medis-higienis dengan sangat baik.125

Pada awal tahun 1930 diharapkan dapat dimulai dengan sebagian kota di sebelah selatan Stasiun Djokja Tugu, di belakang Malioboro; Di sini terdapat banyak penginapan yang terletak di kawasan padat penduduk Tionghoa dan juga sejumlah kampung di Jawa. Untuk sementara, air yang akan dibuang dialirkan ke Kali Winongo, anak sungai Kali Opak; nanti jika itu desain telah selesai, harus ditentukan lebih lanjut pembersihan apa yang harus dilakukan air ini sebelum dibiarkan mengalir.

Di Batavia, Stasiun Uji Pemurnian Air, bagian teknis dari D.VG, telah membangun instalasi uji beberapa waktu lalu untuk mempelajari masalah ini, yang belum terselesaikan secara memadai di mana pun. Semua pipa berakhir di titik pusat di Selatan kota; keluarnya ini masih harus dilihat lebih dekat. Pelepasan pendahuluan di Kali Winongo diyakini dapat dilakukan tanpa ada keberatan; Di tempat itu, tepiannya cukup tinggi dengan sedikit bangunan.”126

Dari dua tulisan di surat kabar tersebut dapat disimpulkan bahwa irigasi dan sanitasi menjadi salah satu proyek penting, baik bagi pemerintah kolonial maupun penguasa lokal di Yogyakarta. Selain itu, Kali Winongo menjadi salah satu lokasi di mana pekerjaan irigasi dan sanitasi tersebut akan dilakukan.

Irigasi, jika mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi bahwa yang dimaksud dengan Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, dan irigasi tambak. Sedangkan sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.127

Mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14, terdapat penetapan kriteria Luasan Daerah Irigasi. Untuk area yang luasnya antara 1.000 sampai 3.000 hektar, kewenangan area tersebut berada di bawah provinsi. Sedangkan untuk luas area lebih dari 3.000 hektar, maka kewenangannya berada

126De locomotief edisi 28 November 1929

di bawah pemerintah pusat. Untuk daerah irigasi lebih dari 3.000 hektar terdapat di Kulon Progo, yang sekarang disebut sistem irigasi Kalibawang.128

Jika melihat struktur bangunannya, bendungan Bendolole berfungsi sebagai penggelontor air limbah. Struktur saluran pipa besar yang tertanam 2.5 sampai 3 meter di dalam permukaan tanah menguatkan fungsi sebagai saluran penggelontor limbah. Selain itu, daerah yang dilewati aliran bendungan Bendolole juga merupakan area permukiman padat penduduk dan hampir-hampir tidak terdapat lahan atau area persawahan.

Jika memang terdapat area persawahan zaman dahulu, tentu dibutuhkan pompa besar yang mampu menaikkan air dari kedalaman 2.5 sampai 3 meter tersebut. Akan tetapi, jika melihat fakta bahwa aliran air yang mengaliri bendungan Bendolole masih merupakan air sungai dan belum tercampur limbah domestik129, terdapat kemungkinan fungsi irigasi dari bendungan Bendolole tersebut, meskipun bukan merupakan irigasi sawah. Saluran irigasi yang langsungdaribendungan, itu disebut saluran primer. Jika saluran primer inibercabang, cabang dari saluran tersebut bernama saluransekunder.

Air yang mengalir ke sawah-sawah itubukan berasal darisaluran primer atausekunder, tetapi merupakan saluran tersier. Dan saluran tersbut pasti ada pintu untuk membagi dan mengatur air, orang Jawa menyebutnya sebaga gejlig. Setiap ada pintu pengambilan maka itu digunakan untuk irigasi.130

Salah satu pemanfaatan aliran air dari bendungan Bendolole di wilayah perkotaan Yogyakarta adalah sebagai irigasi tambak. Irigasi tambak ini terjadi karena lahan atau area untuk persawahan di Kota Yogyakarta sudah hampir habis, sehingga masyarakat beralih menggunakan aliran air tersebut untuk mengaliri

128Wawancara Pak Nurkholis Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Yogyakarta

129Aliran air tersebut baru bercampur dengan limbah domestik di sekitar Badran

130Wawancara Pak Nurkholis Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DI Yogyakarta

tambak-tambak mereka.Saluran irigasi yang terletak di sebelah Timur Museum Affandi pun beralih fungsi menjadi saluran penggelontor karena habisnya lahan atau area persawahan yang dahulu dialiri aliran air dari saluran irigasi tersebut. Di bawah ini merupakan potret tambak-tambak di wilayah sekitar bendungan, yang memanfaatkan irigasi dari Bendungan Bendolole.

Gambar 11. Pemanfaatan irigasi untuk tambak ikan di sekitar bendung

Dokumen terkait