• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENDOLOLE DI YOGYAKARTA: SISTEM PENGGELONTORAN LIMBAH KOTA, TEMPAT PEMANDIAN, DAN IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENDOLOLE DI YOGYAKARTA: SISTEM PENGGELONTORAN LIMBAH KOTA, TEMPAT PEMANDIAN, DAN IRIGASI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

No. Kontrak 28/SPK/TOP/VIII/2020 072/UN1/Ps Keb/PR/TR/SPK/2020

KAJIAN SEJARAH LOKAL BENDUNGAN BENDOLOLE

BENDOLOLE DI YOGYAKARTA:

SISTEM PENGGELONTORAN LIMBAH KOTA,

TEMPAT PEMANDIAN, DAN IRIGASI

PENYUSUN TIM PENELITI

PUSAT STUDI KEBUDAYAAN

PUSAT STUDI KEBUDAYAAN (PSK)

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2020

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL/SKEMA ... ii

DAFTAR GAMBAR/FOTO/PETA ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Road Map Penelitian ... 3

C. Tujuan ... 4

BAB II KONDISI SOSIAL MASYARAKAT YOGYAKARTA ... 5

A. Kondisi Geografis ... 6

B. Kondisi Demografis ... 16

C. Sosial Ekonomi Masyarakat ... 18

D. Awal Pembangunan Bendolole ... 22

BAB III BENDUNGAN BENDOLOLE: SISTEM PENGGELONTORAN LIMBAH KOTA, TEMPAT PEMANDIAN, DAN IRIGASI DI YOGYAKARTA ... 27

A. Kebijakan atau Aturan-aturan Pembagian Air ... 27

B. Pemanfaatan Air dari Bendungan Bendolole ... 32

1. Penggelontoran Limbah Kota ... 32

2. Tempat Pemandian ... 48

3. Irigasi... 54

C. Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana ... 60

1. Pembangunan Balai PIALAM (Pengelola Infrastruktur Air Limbah dan Air Minum Perkotaan ... 62

2. Pembangunan Instalasi Pengolahan Tinja ... 64

3. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Publik ... 66

4. Pembanguan Sumur Peresap Air Hujan ... 68

BAB IV PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran dan Rekomendasi ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(4)

DAFTAR TABEL/SKEMA

1. Uitkomsten der in de maand November 1920 gehouden volkstelling. ... 15 2. Rincian Populasi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 1930 ... 16 3. Kepadatan Penduduk Tiap-tiap km2 Menurut Kecamatan di Wilayah

Kotamadya DATI II Yogyakarta Keadaan Pertengahan tahun 1994 .. ... 17 4. Skema Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat yang dialirkan

menuju ke Balai PIALAM Sewon ... ... 47 5. Skema Struktur Organisasi Balai PIALAM Bantul ... ... 63 6. Skema Proses Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ... ... 64

(5)

DAFTAR GAMBAR/FOTO/PETA

1. Sketsa Peta Kecamatan Tegalrejo ... 9

2. Foto Stasiun Tugu sekitar tahun 1895 (Station van de Staatsspoorwegen te Jogjakarta Toegoe (circa) 1895. ... 10

3. Peta Sub DAS Kali Winongo ... 14

4. Potret keadaan Bendungan Bendolole saat ini ... 26

5. Keadaan Kemandoran Bangunan Assainering Sectie 1 ... 42

6. Digitalisasi arsip peta assainering di Yogyakarta. ... 43

7. Temuan struktur tempat pemandian di dekat Bendungan Bendolole 48 8. Suasana di Petirtaan Jolotundo ... 50

9. Potret bak penampungan air dari aliran Kali Winongo di Pathuk ... 52

10. Potret aliran air yang melewati perumahan warga di Jlagran,Pathuk 53 11. Pemanfaatan irigasi untuk tambak ikan di sekitar bendungan ... 59

12. Kondisi Balai PIALAM saat ini ... 62

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bendolole merupakan pintu saluran air bawah tanah yang airnya mengalirmasuk ke wilayah kota Yogyakarta. Bentuk Bendolole berupa terowongan yang masuk melingkar dibawah Kota Yogyakarta lebarnya kurang lebih antara 2 meter - 7 meter dan tingginya sekitar 4 meter. Bendolole berada di RW 12 Bangunrejo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo. Saluran air seperti itu juga terdapat disisi TimurKota Yogyakarta yang salurannya dari Sungai Gajah Wong masuk ke Kali Winongo1dan Sungai Gajah Wong melewati Kelurahan Gedong Kiwo, Kecamatan Mantrijeron. Bendolole sejak tahun 1880 telah dipakai pula untuk nama kampung di Kabupaten Sleman yang letaknya dekat dengan aliran Kali Winongo.2

Di Tegalrejo terdapat suatu Dalem yang ditempati oleh permaisuri Sultan Hamengkubuwono I, yaitu Gusti Kanjeng Ratu Kadipaten. Beliau tinggal di Tegalrejo setelah Sultan Hamengkubuwono I wafat. Gusti Kanjeng Ratu Kadipaten kemudian berganti nama menjadi Gusti Kanjeng Ratu Hageng, Setelah bermukim di Tegalrejo, beliau kemudian lebih dikenal sebagai Gusti Kanjeng Ratu Tegalrejo.3 Di Tegalrejo mengalir Kali Winongo yang merupakan salah satu sungai yang mengalir melalui Daerah Istimewa Yogyakarta.4 Panjang sungai ini adalah 43,75 km dan mengalir melintasi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan

1Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai. Dalam tulisan ini,

penyebutan Winongo secara konsisten akan diawali dengan Kali buka Sungai. Karena secara umum masyarakat mengenal Winongo dengan sebutan Kali Winongo.

2Soerabaijasch handelsblad, edisi 19-01-1895

3Dharma Gupta, Titi Handayani, Darto Harnoko, Pratiwi Yuliani (ed.).

Toponim Kota Yogyakarta, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogyakarta, hal. 121

4 Dhanny Indra Permana dan Widyastuti M., Studi Perubahan Kualitas Air

(7)

Kabupaten Bantul5. Sungai ini berhulu dari beberapa sungai kecil di Gunung Merapi, dan berhilir di Kali Denggung.

Pintu saluran air Bendolole merupakan pintu yang dilewati aliran air dari Kali Winongoyang berada di Tegalrejo. Pada awalnya nama Bendolole berasal dari kata bendo (nama jenis pohon) dan lole yang berasal dari kata lele. Dengan demikian, sebagian besar warga setempat meyakini bahwaBendolole memiliki arti pohon bendo yang akarnya jadi sarang lele. Di samping itu, terdapat versi lain yang dikatakan oleh Pak Widodo mengartikan Bendololeberasal dari kata Bendokluwih yang artinya, dahulu terdapat pohon bendo yang besar sekali dengan daun seperti daun kluwih. Seiring waktu berlalu, warga setempat menyebutnya sebagai Bendolole.6 Lebih lanjut, dalam wawancara tersebut, menjelaskan bahwa:

“Nama Bendolole itu dulu bukan Bendolole, tetapi bendo kluwih. Karena di situ ada pohonnya bendo, besar sekali. Tapi sekarang sudah roboh. Nah, pohon itu daunnya seperti kluwih. Jadi orang Jawa menyebutnya Bendolole, paling enak, sebetulnya Bendo Kluwih. Jadi pohon Bendo yang daunnya seperti kluwih...”7

Adapun berdasarkan penuturan dari salah satu narasumber yang bernama Mbah Klimin, dijelaskan bahwa kata Bendolole berarti air masih dan selalu mengalir.8 Bendungan ini membendung aliran Kali Winongo, yang terus berlanjut

ke Selatan melewati perkampungan warga. Di perkampungan warga ini terdapat pintu-pintu air yang berfungsi untuk mengatur aliran air yang masuk. Selain itu, terdapat pula areal persawahan warga yang dialiri pula oleh aliran air dari Kali Winongo tersebut. Ada dugaan bahwa fungsi bendungan ini salah satunya adalah

5Ibid

6 Keterangan Bapak Widodo dalam Forum Group Discussion (FGD)

mengenai Bendolole yang diselenggarakan di Pusat Studi Kebudayaan pada Selasa, 20 Oktober 2020

7 Wawancara bersama Pak Widodo pada 20 Oktober 2020 8 Wawancara bersama Mbah Klimin pada 20 Oktober 2020

(8)

untuk pengairan keraton di Tamansari, aliran irigasi, dan kepentingan militer.9 Saluran air bawah tanah yang berhulu di Kricak dengan pintu saluran air Bendolole dapat digunakan untuk jalan rahasia para militer yang terkepung musuh. B. Road Map Riset

Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah terdiri dari empat tahap yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Heuristik adalah pencarian sumber sejarah baik sumber primer maupun sekunder. Sumber primer berupa arsip dan wawancara dengan orang-orang yang mengetahui tentang peristiwa yang berkaitan dengan saluran pintu air Bendolole. Untuk sumber sekunder berupa buku, koran, artikel, jurnal, dan tulisan-tulisan yang masih memiliki kaitan dengan Bendolole.

Sumber primer berupa wawancara dengan Bapak Ikhsan, Lurah di Kricak tempat pintu saluran air, Bendolole berada. Narasumber lainnya yaitu Bapak Subagyo dan Bapak Sumirat. Sumber primer lain berupaiklan atau artikel yang dimuat di koran sezaman seperti koran De Locomotief untuk periode kolonial dan pasca kolonial yang didapat melalui situs Delpher. Selain dengan wawancara dan koran, ada juga dokumen yang berupa foto mengenai saluran air Bendolole.

Sumber sekunder lainnya yang akan digunakan berupa buku, jurnal, skripsi, tesis atau artikel yang memiliki kaitan erat dengan Bendolole. Untuk jurnal didapatkan melalui internet, seperti dari laman web JSTOR atau Google Scholar, serta laman web buku online yang diketahui seperti Academia, OAPEN, SCRIBD, dan Google Books.

Tahap selanjutnya verifikasi yaitu dengan mengkritik sumber sumber sejarah dengan kritik ekstern dimana peralatan yang digunakan untuk menulis kita lihat, betul pada zamannya atau tidak. Demikian pula, sumber-sumber sejarah

(9)

dikritik secara intern yaitu untuk melihat isi dari sumber sejarah terutama yang ditemukan dari hasil wawancara.10

Tahap selanjutnya adalah menafsirkan fakta-fakta sejarah yang sudah tersusun dari sumber-sumber sejarah. Fakta satu dengan fakta lainnya dikaitkan agar mendapatkan hasil tulisan sejarah yang logis dan obyektif.11 Setelah melalui tiga tahap diatas tahap terakhir adalah penulisan sejarah dengan menggunakan sumber-sumber yang telah dianalisis originalitasnya dan dapat dipercaya.12 Tahapan ini merupakan tahapan terakhir bagi penulis untuk mempresentasikan fakta-fakta sejarah pintu air Bendolole ke dalam tulisan sejarah.

Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara dengan responden yang mengalami peristiwa-peristiwa Bendolole pada zamannya. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk menelusuri sumber-sumber sejarah Bendolole yang menjadi bukti–bukti sejarah secara lengkap. Di samping itu, peneliti juga menelusuri ceritera rakyat yang sudah melegenda di masyarakat sepanjang aliran Kali Winongo dengan pintu air Bendolole.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang “Bendolole di Yogyakarta: Sistem Penggelontoran Limbah Kota, Tempat Pemandian dan Irigasi” memiliki tujuan:

1. Menjelaskan mengenai awal mula dan faktor-faktor yang mendorong pembangunan Bendungan Bendolole.

2. Menjelaskan mengenai pemanfaatan Bendungan Bendolole di Yogyakarta.

10Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1995) hlm. 99

11Suhartono W. Pranoto. Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010) hlm. 37

12Louis Gostchalk, Mengerti Sejarah: Sebuah Pengantar Metode Sejarah,

(10)

BAB II

KONDISI SOSIAL MASYARAKAT YOGYAKARTA

Pemerintahan Mataram pecah setelah adanya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Oleh karena itu, kerajaan Mataram pindah di wilayah Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan. Pada saat keraton Yogyakarta dibangun, Pangeran Mangkubumi bertempat tinggal di wilayah Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman selama satu tahun dari 1755-1756. Perjanjian Giyanti menegaskan adanya pembagian dua kerajaan dengan batas-batas kerajaan yang semakin jelas wilayah kekuasaannya. Perjanjian Giyanti itu telah ditandatangani oleh wakil-wakil Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta dan pemerintah kolonial Belanda.13

Yogyakarta terdiri dari dua daerah swapraja yaitu wilayah Kasultanan dan wilayah Pakualaman. Batas-batas wilayah Yogyakarta di sebelah Timur adalah Karesidenan Surakarta, dan di sebelah Barat dibatasi dengan Karesidenan Kedu. Adapun batas sebelah Selatan dengan Lautan Hindia dan sebelah Utara dibatasi Gunung Merapi. Wilayah Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menurut Birokrasi Kolonial menjadi satu Karesidenan Yogyakarta. Luas wilayah Yogyakarta 3.185,80 kilometer persegi atau 0,17 persen dari luas Indonesia.14

Dalam perkembangannya, Kota Yogyakarta dipengaruhi oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda. Berawal dari sebuah jalan raya, kemudian berdirilah kantor-kantor pemerintah Hindia Belanda dan benteng. Dalam perkembangan berikutnya muncul pemukiman Eropa, kelab-kelab dan lapangan pacu kuda. Wilayah di sekitar kota Yogyakarta menjadi tempat untuk usaha orang Eropa berupa perkebunan, pertanian, terutama industri tebu. Demikian pula, dibangun jalan kereta api dan jembatan. masyarakat bumiputra mendapat tempat di lingkungan miskin. Dengan demikian, Kota Yogyakarta menjadi pusat

13 G.P. Rouffaer, Vorstenlanden” dalam Adatrechtbundels. Jilid: XXXIV ,

Di sadur oleh M. Husodo P), hlm. 11.

14

(11)

pemerintahan pemerintah Hindia Belanda dengan melihat bagian yang lebih luas dalam kompleks politik kolonial. 15

A. Kondisi Geografis

Batas wilayah paling Utara wilayah Yogyakarta adalah Gunung Merapi yang memiliki ketinggian kurang lebih 3000 meter dari permukaan laut. Dari Gunung Merapi ke arah Selatan merupakan wilayah tanah pertanian yang subur. Di antara hamparan tanah-tanah pertanian itu mengalir sungai-sungai menuju ke arah Selatan dan bermuara ke Samudera Hindia. Dari sungai-sungai inilah yang banyak digunakan sebagai sarana pengairan. Sungai-sungai itu antara lain adalah Sungai Opak, Sungai Progo, Sungai Bedok, danKali Winongo.

Sungai-sungai tersebut difungsikan untuk pengairan baik untuk penggelontoran limbah maupun untuk irigasi dan tempat – tempat pemandian di wilayah kota Yogyakarta. Hal ini sebagaimana yang ada di Kampung Kricak, dengan dibangunnyaBendungan Bendolole sebagai pintu pengatur airuntuk mengelola masuk keluarnya air oleh pemerintah Hindia Belanda. Selanjutnya,Bendungan Bendolole mendapatkan air dari Kali Winongo.16

Untuk memaksimalkan pemanfaatan Kali Winongo sebagai salah satu suplai air utama di Yogyakarta, maka dibangun bendungan-bendungan pada aliran Kali Winongo. Dari bendungan tersebut kemudian dibuat aliran sungai yang masuk ke bawah tanah menuju kota sampai Tamansari dengan kedalaman mencapai 8 meter di bawah permukaan tanah yang aliran airnya melintas di bawah Kali Buntung. Aliran sungai difungsikan sebagai penggelontoran limbah, tempat-tempat pemandian, pertahanan militer maupun untuk irigasi yang dibutuhkan oleh perkebunan/persawahan, dan tempat-tempat yang membutuhkan air seperti mesjid besar yang terletak di Kauman.17 Bendungan Bendolole

15 Abdurrachman Surjomihardjo, Sejarah Perkembangan Sosial Kota

Yogyakarta 1880 -1930 (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000), hlm.3.

16De Locomotief, edisi 20 November 1937.

17 Wawancara bersama Pak Hanung, Dinas PU Kota Yogyakarta pada 30

(12)

disinyalir merupakan salah satu bendungan tua yang ada di Yogyakarta, yang hingga saat ini masih beroperasi.

Letak Bendungan Bendolole berada di Kelurahan Kricak adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tegalrejo. Pada masa awal berdirinya Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, daerah Tegalrejo sudah menjadi batas atau menjadi penanda kota. Pusat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki luas 4.000 m2, dikelilingi dengan kampung-kampung di sekitarnya. Kampung-kampung itu merupakan tempat tinggal pejabat-pejabat kerajaan, resimen-resimen tentara, maupun para ahli pertukangan. Adapun ibu kota negara memiliki batas-batas sebagai berikut.

Sebelah utara : Kampung Jetis, Sagan, dan Samirana Sebelah Timur : Kampung Sagan dan Lowano

Sebelah Selatan : dari Kampung Lowano ke Bugisan Sebelah Barat : dari Kampung Bugisan ke Tegalrejo. 18

Pada masa setelah kemerdekaan, Tegalrejo merupakan salah satu dari 14 kecamatan yang berada di Kota Yogyakarta. Tegalrejo terletak di sebelah Utara Kecamatan Pakuncen. Batas-batas wilayah kecamatan Tegalrejo meliputi:

 Batas Utara: Kecamatan/Kepanewon19 Mlati

 Batas Timur: Kecamatan/Kemantren20 Jetis

 Batas Selatan: Kecamatan/Kemantren Wirobrajan

 Batas Barat: Kecamatan/Kepanewon Kasihan

Kricak merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY. Secara geografis, Kelurahan Kricak

18 Darmosugito, 1956 Kota Jogjakarta 200 Tahun. 7 Oktober 1756-7

Oktober 1956. Jogjakarta: Panitya Peringatan Kota Jogjakarta 200 Tahun, 1956: 24-25.

19 Kepanewon adalah nomenklatur baru yang menggantikan istilah

kecamatan di wilayah kabupaten DIY.

20 Kemantren adalah nomenklatur baru yang menggantikan istilah

(13)

berada pada 7,7742 LS’; 110,3596 BT’ dan berada pada ketinggian 114 mdpl.21 Terletak sekitar 6 km ke arah Barat Laut dari pusat Pemerintah Kota Yogyakarta, Kelurahan Kricak terdiri dari perkumpulan tiga Rukun Kampung (RK), yaitu Kampung Bangunrejo, Kampung Kricak Kidul dan Kampung Jatimulyo di bagian Utara Kecamatan Tegalrejo.22

Dalam perkembangannya, nama Kelurahan “Kricak” mengalami perubahan ejaan. Surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 23 Juli 1930, mewartakan sebuah kecelakaan yang terjadi di Kelurahan Kricak dengan judul berita “Het Auto-ongeluk bij Kritjak”. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada masa Kolonial Hindia-Belanda, ejaan untuk Kelurahan Kricak pada awalnya disebut dengan: Kritjak.23 Kricak juga menjadi penanda dalam tata ruang di Yogyakarta, seperti yang terekam dalam sebuah tembang Jawa yang pernah akrab dalam memori kolektif masyarakat Yogyakarta.

“Bapak pocung pasar mlati kidul Denggung Kricak lor negara

Pasar gedhe loring loji

menggok ngetan kesasar nang gondomanan”

Berdasarakan catatan yang terdapat pada Gegevens over Djokjakarta 1925, pada masa Kolonial Hindia Belanda, Kricak berada di bawah Regentschap24 Djokjakarta, yang pada saat itu terdiri dari beberapa onderdistrict25, yang meliputi Pakualaman, Tugu, Kauman, Gading, Lempuyangan dan Kraton.26 Lalu kemudian, pada 1975 telah dicatat dalam Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta

21Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, “Kecamatan Tegalrejo dalam

Angka”, 2017.

22 Fitri Setyawati, “Peran Satgas DBKS dalam Meningkatkan Kualitas

Keberagamaan Keluarga di Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta.” Skripsi Thesis S-1, UIN Sunan Kalijaga 2018. Hlm. 60.

23 Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 23 Juli 1930. 24 Setingkat kabupaten/kota madya

25 Setingkat desa/kelurahan

26Gegevens over Djokjakarta 1925, (Centrale Bibliotheek Kon. Inst v.d.

(14)

dalam Angka Tahun 1975 bahwa Kricak merupakan bagian dari Kecamatan Tegalrejo.27

Pada 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor. 7 Tahun 1983, Kelurahan Kricak terbentuk dengan susunan yang terdiri dari 13 Rukun Warga (RW) dan 61 Rukun Tetangga (RT) dengan luas wilayah 82,83 ha.28 Adapun batas-batas wilayahnya meliputi; sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, dan Kabupaten Sleman. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, dan Kota Yogyakarta. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, dan Kota Yogyakarta. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, dan Kota Yogyakarta.29

Gambar 1. Sketsa Peta Kecamatan Tegalrejo

Sumber: “Kecamatan Tegalrejo dalam Angka 2017”

27Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka Tahun 1975

28 Fitri Setyawati, Op. Cit., hlm. 60 29 Fitri Setyawati, Ibid.,

(15)

Mengenai kondisi geografis Kelurahan Kricak pada masa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, Majalah Tijdschrift voor Neerland's Indië yang terbit pada 1866 menyebutkan bahwa wilayah Kricak sudah merupakan perkampungan, yang masih berada di dalam hutan, dengan sungai yang dalam dan lebar.30 Dalam majalah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

“Maandag den 16™ vertrokken wij vroeg van de dessa tjak, in een bosch gelegen , alwaar wij den nacht hadden doorgebracht. Dezen dag voeren wij gestadig voort, zonder groote hindernissen, rakende er slechts enkele keeren een prauw vast. — Wij passeerden weder eenige bantars, doch allen van weinig belang. Het water werd wel dieper en de rivier breeder, maar de stroom werd daarentegen ook zoo veel minder, zoodat wij slechts weinig vaart maakten...”31

“Senin tanggal 16 kami berangkat lebih awal dari dessa Kritjak, yang terletak di dalam hutan, tempat kami bermalam. Sampai hari ini kami berlayar dengan mantap, tanpa rintangan besar, hanya beberapa kali mencapai proa. Kami melewati beberapa olok-olok lagi, tetapi semuanya tidak terlalu penting. Air menjadi lebih dalam dan sungai lebih luas, tetapi arusnya juga semakin berkurang, sehingga kami melaju sedikit...”

Akan tetapi, menjelang awal abad ke-19, Kricak mulai mengalami pembangunan infrastruktur. Pada 1898 dalam Indische Cultuuralmanak disebutkan bahwa telah ada jadwal keberangkatan trem atau stoomtram32 Djogja-Magelang yang rutenya melewati Kricak, untuk jalur Djogja-Toegoe.33 Selain itu, lokasi Kricak yang dekat dengan Jalan Magelang seringkali menjadi rute pemberangkatan bus untuk jalur Yogyakarta-Magelang.

30Tijdschrift voor Neerland's Indië edisi 1886 hlm. 219.

31Tijdschrift voor Neerland's Indië edisi 1886 hlm. 219.

32Stooomtram merupakan salah satu teknologi transportasi pada masa

Kolonial Hindia-Belanda, atau yang dikenal juga sebagai kereta uap, trem, dll.

33 A.H. Berkhout, “Indische Cultuur-Almanak 1899” (J.H. de Bussy:

(16)

Gambar 2. Station van de Staatsspoorwegen te Jogjakarta Toegoe (circa) 1895. Foto Stasiun Tugu sekitar tahun 1895.

Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/

Keberadaan teknologi transportasi ini memang memberikan kemudahan untuk penduduk lokal, khususnya di sekitar Kricak pada saat itu. Akan tetapi, topografi wilayah Kricak yang pada masa tersebut banyak terdapat tikungan tajam,34 justru menyebabkan terjadinya banyak kecelakaan pada jalur-jalur tersebut. Surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 23 Juli 1930 mewartakan sebuah tragedi kecelakaan dengan judul Het Auto-ongeluk bij Kritjak. Dalam surat kabar tersebut diceritakan bahwa “...di Kritjak terjadi sebuah kecelakaan mobil yang menabrak tiang telepon, yang membelah bagian depan mobil menjadi dua...”35 Selain itu, berita mengenai kecelakaan yang dialami

oleh penduduk lokal pada jalur tersebut kembali diwartakan oleh Algemeen Handelsblaad voor Nederlandsch-Indie edisi 18 Oktober, dengan judul Vrouw met kind aangereden.

34Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 23 Juli 1930

35 .”... Bij Kritjak moest een scherpe hoek worden ingenomen, die toegang

geeft tot den Juliana Boulevard, waar de heer T. woonde. Daar maakte plots een vreeselijk gebeuren een eind aan beider leven. Het is niet onwaarschynlijk, dat er met een stevige vaart gereden was. De auto botste met kracht tegen een telefoonpaal op, die het voorgedeelte van de car middendoor sneed.” (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 23 Juli 1930).

(17)

Dalam koran tersebut diberitakan bahwa terjadi kecelakaan yang dialami oleh seorang perempuan Jawa dengan anaknya, ketika menyebrang di jalan sekitar Kricak.36Selain itu, keberadaan jalur trem baru yang tidak diiringi dengan pengetahuan penduduk mengenai tata cara lalu lintas khususnya yang berkaitan dengan trem, menyebabkan banyak pula terjadi kecelakaan trem. Surat kabar De Locomotief edisi 29 Januari 1934 mewartakan bahwa telah terjadi kecelakaan yang dialami oleh penduduk lokal. Kecelakaan tersebut terjadi karena penduduk lokal ditabrak oleh trem yang datang dari arah Magelang dan tewas seketika.37 Berita kejadian kecelakaan lainnya juga diwartakan oleh surat kabar De Locomotief untuk edisi 6 September, yakni mengenai jatuhnya dua orang penduduk dari trem yang sedang melaju dari arah Magelang.

Seiring dengan berjalannya waktu, Kelurahan Kricak terus mengalami perkembangan. Menurut keterangan yang ada dalam “Kecamatan Tegalrejo dalam Angka 2017”, wilayah Kelurahan Kricak saat ini sebagian besar digunakan untuk pemukiman warga, masjid, pertokoan dan sekolah.38 Keberadaan Kelurahan

Kricak yang dilalui oleh dua sungai besar yakni Kali Winongo dan Kali Code serta dengan meningkatnya urbanisasi, menyebabkan kawasan ini menjadi salah satu kawasan padat penduduk. Khususnya dengan keberadaan pemukiman di sekitar bantaran Kali Winongo. Selain itu, saat ini di sekitar Kelurahan Kricak merupakan daerah perkantoran, pertokoan, industri kecil khususnya industri rumah tangga, dan masih ada sebagian kecil dari wilayahnya yang berupa lahan persawahan.

36 “....Onvoorzichtig Weg overgestoken Gisterenmorgen is een Javaansche

vrouw met kind bij het oversteken van den weg bij Kritjak, ( Magelangsche weg ), zeer waarschijnlijk door het niet letten op het wegverkeer, tegen het rechter-voorportier van auto AB 641, welke juist passeerde, gebotst. Met een sterk bloedende vleeschwonde in het gelaat werden beiden in Petronella opgenomen, waar geconstateerd kon worden, dat de wonden gelukkig van lichten aard waren.” (Algemeen Handelsblaad voor Nederlandsch-Indie edisi 18 Oktober)

37 “...Zaterdagmiddag, omstreeks half een, is een onbekende Inlander ter

hoogte van Kritjak aangereden dooreen van Magelang afkomenden trein en op slag gedood. Nadat het treinpersoneel het slachtoffer langs de lijn had neergelegd, is de trein doorgereden...” (De Locomotief edisi 29 Januari 1934)

38 Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, “Kecamatan Tegalrejo dalam

(18)

Secara geografis, Kelurahan Kricak dan bantaran Kali Winongo mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman, meskipun perubahannya tidak semua positif. Pada masa Pemerintah Kolonial, tepian Kali Winongo masih sangat curam dan bahkan memiliki beberapa gua.39 Dalam salah satu surat kabar De Locomotief yang berjudul Aardstorting bij de Kali Winongo, disebutkan bahwa gua-gua di tepian Kali Winongo biasanya digunakan sebagai tempat persembunyian bagi para gelandangan serta tempat bermain bagi para pemuda.

Lebih lanjut, dalam surat kabar tersebut bahkan diberitakan bahwa terjadi sebuah kecelakaan yang menimpa seorang Tionghoa dan dua orang Pribumi, ketika sedang bermain di sekitar tepian Kali Winongo. Mereka tertimpa reruntuhan dari gua yang berada di tepian Kali Winongo.40 Setelah hampir satu abad berlalu, kondisi di Kali Winongo saat ini ternyata tidak menjadi lebih baik. Wahidatul Rizqi Firianti dalam tulisannya yang berjudul Penataan Kawasan Kali Winongo Berbasis Partisipasi Masyarakat di Pakuncen Yogyakarta, menyebutkan bahwa Kali Winongo menjadi salah satu sungai yang di tepiannya banyak terdapat permukiman kumuh.41 Selain itu, pada 2013 Kali Winongo menjadi salah satu

dari 10 sungai yang berada dalam kondisi tercemar berat, berdasarkan Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) DIY.42

Kali Winongo merupakan satu dari tiga sungai besar yang membelah kota Yogyakarta, dengan melintasi tiga wilayah di Yogyakarta dari hulu hingga hilir yakni; Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Di kawasan Yogyakarta, Kali Winongo melintas sepanjang 11 kilometer, melalui 6 kecamatan,

39De Locomotief, edisi 17 November 1936.

40De Locomotief, edisi 17 November 1936.

41 Wahidatul Rizqi Firianti, “Penataan Kawasan Kali Winongo Berbasis

Partisipasi Masyarakat di Pekuncen Yogyakarta” dalam Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan, Vol. 3, No. 1 (2019), hal. 215-240

42 Muhammad Rifqi Pratama, “Upaya Komunitas Mancing Mania

Jogjakarta (MMJ) dalam Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat Melestarikan Ekosistem Sungai”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: 2018.

(19)

11 kelurahan dan 54 RW.43 Sebagai salah satu sungai besar yang ada di Yogyakarta, Kali Winongo memiliki pengaruh besar untuk kehidupan masyarakat Yogyakarta baik saat ini maupun pada masa lampau. Mengenai pentingnya keberadaan Kali Winongo di Yogyakarta sejak zaman dahulu, salah satunya disebutkan dalam surat kabar De Locomotief yang terbit pada 20 November 1937. Dalam surat kabar yang berjudul Jogja’s Assainering tersebut disebutkan bahwa Jogja memiliki tiga jalur suplai utama untuk air, salah satu yang terpenting adalan Jalur Pingit, yang berasal dari Kali Winongo.44

Gambar 3. Peta Sub DAS Kali Winongo

Sumber: https://Sungaiwingongojogja.blogspot.com/?m=1

43 Ullifah Suci Antaru, Putri Handayani dan Rido Argo Mukti, “Akselerasi

Pengembangan Winongo Wisata 2030 Berbasis Halal Green Tourism dan Dana Publik Islam sebagai Strategi Pengelolaan Sempadan Kali Winongo Kota Yogyakarta”, (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: 201), hlm. 19

(20)

B. Kondisi Demografi

Tabel 1. Uitkomsten der in de maand November 1920 gehouden volkstelling.45

Sumber: Volkstelling 1920 Deel II Der in De Maand November 1920 Gehouden Pada masa pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, di Yogyakarta terdapat beberapa etnis lain selain masyarakat bumiputra yang tumbuh dan berkembang bersama-sama. Etnis-etnis tersebut diantaranya Eropa, Cina, Arab, dll. Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda disebutkan bahwa pada 1905 terdapat sekitar 2.342 etnis Eropa, pada 1917 terdapat 4.198, dan pada 1920 terdapat 4.885 orang.46

Angka-angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Kemudian untuk penduduk lokal, pada 1905 terdapat 1.110.814, pada 1917 terdapat 1.358.598, dan pada 1920 terdapat 1.270.594.47 Sedangkan berdasarkan hasil sensus Pemerintah

Kolonial Hindia Belanda pada 1930 untuk etnis lain selain Eropa di Yogyakarta, yakni Cina, Arab dan/atau Timur Asing lainnya dapat diketahui dari Volkstelling 1930 Deel II.

45Hasil sensus diadakan pada November 1920.

46 Volkstelling der in de Maand November 1920 Gehouden: Deel II

(Batavia: Drukkerijen Ruygork& Co, 1922) hlm. 3

47 Volkstelling der in de Maand November 1920 Gehouden: Deel II

(Batavia: Drukkerijen Ruygork& Co, 1922) hlm. 3

Gewesten Europeanen Inlanders

1905 1917 1920 1905 1917 1920 1 2 3 4 5 6 Kedoe 2.287 3.335 5.204 2.322.087 2.693.139 2.434.604 Djokjakarta 2.342 4.198 4.885 1.110.814 1.358.598 1.270.504 Soerakarta 3.335 3.919 5.003 1.577.996 2.042.954 2.029.843 Madioen 1.830 3.173 2.450 1.342.796 1.592.574 1.586.008 Kediri 2.995 3.896 4.633 1.758.579 2.132.317 1.990.538

(21)

Tabel 2. Rincian Populasi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 1930

Sumber: Volkstelling 193048

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sejak masa Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, di Yogyakarta sudah terdapat keberagaman etnis. Dari beberapa etnis lain selain penduduk lokal, etnis Cina menduduki posisi tertinggi. Orang-orang etnis Cina memberikan pengaruh yang kuat khususnya dalam perekonomian di Yogyakarta. Untuk Timur Asing lainnya atau Other Foreign Orientals biasanya meliputi orang-orang dari negara Arab, India, Pakistan, dll.49

Kemudian, berdasarkan hasil sensus penduduk 1994 disebutkan bahwa jumlah penduduk kecamatan Tegalrejo mencapai 34.251, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 11.770.50 Jika dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah Kota Yogyakarta pada saat itu, Tegalrejo merupakan salah satu wilayah dengan jumlah dan tingkat kepadatan penduduk dalam skala menengah. Artinya, ada wilayah lain yang lebih tinggi tingkat kepadatannya dan ada juga yang jauh lebih rendah.51

Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Gedongtengen, dan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Gondokusuman. Kemudian, kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk

48 Volkstelling der in de Maand November 1930 Gehouden: Deel VII

(Batavia:Drukkerijen Ruygork& Co)

49Didi Kwartanada, “Competition, Patriotism and Collaboration: The

Chinese Businessmen of Yogyakarta between the 1930s and 1945”, dalam Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 33, No. 2 (Juni, 2002), hlm. 257-277

50 Kotamadya Yogyakarta dalam Angka1994, (Kantor Statistik Kodya

Yogyakarta, 1994) hlm. 17

51. Lebih lanjut lihat: Kotamadya Yogyakarta dalam Angka1994, (Kantor

Statistik Kodya Yogyakarta, 1994) hlm. 17

Area Indonesian Chinese European Other Foreign

Orientals Yogyakarta City 121,979 8.913 5.593 164 Yogyakarta Sultanate 1.538.868 12.640 7.317 202

(22)

terendah adalah Umbulharjo dan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah wilayah Pakualaman.

Tabel 3. Kepadatan Penduduk Tiap-tiap km2 Menurut Kecamatan di Wilayah Kotamadya DATI II Yogyakarta Keadaan Pertengahan tahun 1994

Sumber: Kotamadya Yogyakarta dalam Angka 199452

Sebagai salah satu wilayah di Kecamatan Tegalrejo, Kricak merupakan kelurahan dengan presentase penduduk terbesar menurut sensus penduduk tahun 2018, yakni 35,49% dengan jumlah penduduk 13.201.53 Artinya, dapat dikatakan bahwa Kricak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap Kecamatan Tegalrejo. Mengenai kebergaman etnis di Kelurahan Kricak pada masa pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, beberapa diantaranya disebutkan secara tidak langsung oleh surat kabar-surat kabar sezaman.

52 Kotamadya Yogyakarta dalam Angka1994, (Kantor Statistik Kodya

Yogyakarta, 1994)

53 Karangwaru 26,42%, Bener 13,29% dan Kelurahan Tegalrejo sendiri

adalah 24,79%. Lebih lanjut lihat: Kecamatan Tegalrejo dalam Angka 2018. (Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, 2018) hlm. 29

Kecamatan Luas Km2 Jumlah Penduduk Kepadatan

Penduduk Mantrijeron 2,61 36.631 14.035 Kraton 1,49 30.278 20.321 Margangsan 2,31 37.511 16.239 Umbulharjo 8,12 55.513 6.837 Kotagede 3,07 23.889 7.781 Gondokusuman 3,99 68.183 17.088 Danurejan 1,10 28.877 26.252 Pakualaman 0,63 13.989 22.205 Gondomanan 1,12 20.466 18.273 Ngampilan 0,82 22.024 26.859 Wirobrajan 1,76 27.602 15.683 Gedongtengen 0,96 26.396 27.496 Jetis 1,70 36.190 21.288 Tegalrejo 2,91 34.251 11.770 Jumlah 32,50 461.800 14209 Tahun 1993 32,50 456.132 14.035 Tahun 1992 32,50 448.758 13.808 Tahun 1991 32,50 444.816 13.687

(23)

Dalam surat kabar Het Neuws for Nederlandsch-Indie edisi 23 Juli 1930, diberitakan tentang adanya kecelakaan yang menimpa dua orang Eropa dari Kelurahan Kricak.54 Artinya, pada periode tersebut di Kelurahan Kricak juga terdapat etnis lain selain penduduk lokal yang juga tumbuh dan berkembang bersama-sama di wilayah tersebut.

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Pada periode akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, wilayah Kelurahan Tegalrejo, khususnya Kelurahan Kricak (saat ini) terkenal dengan adanya kecu atau dalam ejaan Bahasa Belanda disebut dengan ketjoe. Menurut Suhartono dalam tulisannya yang berjudul Kecu: Sebuah Aspek Budaya Jawa Bawah-Tanah menjelaskan bahwa kecu adalah perampok yang terdiri dari kawanan, biasanya sekitar lebih dari 20 orang.55

Hal ini dibuktikan oleh artikel yang diterbitkan beberapa surat kabar pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda. Surat kabar pertama yang ditemukan dan menyebutkan mengenai kecu adalah Soerabaijash Handelsblad edisi 19 Januari 1895. Dalam surat kabar tersebut disebutkan beberapa nama kecu yang berhasil ditangkap oleh Kepolisian wilayah Yogyakarta, dan salah satunya yakni kecu yang bernama Kromoredjo, yang berasal dari Desa Bendolole.56

Adapun kutipan isi surat kabar tersebut dalam Bahasa Belanda dan Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

“Berkat aktivitas Bupati van Sleman dan Kapolsek Djokjasche lainnya, menurut M a t. Akhirnya gerombolan perampok yang baru

54 “Twee Europeanen gedood. Aansluitend op de Aneta-telegrammen

meldt onze coit. te Djokja nog: Een ernstig auto-ongeluk heeft in den nacht van Zaterdag op Zondag by' Kritjak....” dalam Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 23 Juli 1930.

55Suhartono, “Kecu: Sebuah Aspek Budaya Jawa Bawah-Tanah”, dalam

Wanita, Kekuasaan dan Kejahatan et.al. (Yogyakarta: Javanologi,1985) hlm. 65-81

(24)

saja melihat kompi Ngemplak di mandur itu tertahan. Kami akan mencantumkan nama-nama peserta di bawah ini:57

1. Onggodikromo, dessa Kopèn district Mlati (Sleman.) 2. Kromoredjo, dessa Bendolole district Mlati (Sleman.) 3. Djojwirono, dessa Poenthook district Angin-Angin (Sleman.) 4. Mangoontaroeuo, dessa Degolan district Angin-Angin (Sleman.) 5. Iroredjo. dessa Ngemplong district Angin- Angin (Sleman.) 6. Mangoendimedjo dessa Gesikan district Pandak (Bantool.) 7. Soerodrono dessa Banloolkarang district Tjbpit (Bantool.) 8. Kertodrono dessa Gesiekan district Pandak (Bantool.)

9. NVongsosetiko alias pak Eglek dessa Mandiug district Sewon (Bantool.)

10. Tuinowidjojo dessa Gesiekan district Pandak (Bantool.) 11. Kromoredjo dessa Manding district Sewon (Bantool.) 12. Toinowidjoja dessa Katen district Angin- Angin Sleman. 13. Towikromn dessa Banjocdono district Pindak (Bantool.)”

Kemudian, surat kabar lainnya yang juga memberitakan mengenai kecu di wilayah Kricak, adalah Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 05 Juni 1914. Dalam surat kabar tersebut diberitakan tentang adanya pesta kecu yang diselenggarakan di Desa Kricak. Adapun kutipan dari berita tersebut adalah sebagai berikut:

“Hampir tiga bulan lalu, pada malam B Maret, pesta kecu berlangsung di Djogja di Desa Kritjak, Kabupaten Sleman, dan penduduk asli yang ikut serta di dalamnya direproduksi oleh tiga foto yang terbit di Weekblad voor Indie' pada tanggal 24 Mei yang lalu, diabadikan. Penjelasan singkat pesta kecu itu diberikan dan diumumkan bahwa ada Setropawiro alias Wadadi yang jadi pemimpinnya. Beberapa hari kemudian kecu tersebut semuanya ditangkap dan ditahan sementara oleh Bupati van Sleman. Tapi sekarang - ke Sur. Hdsbl. Diberitakan, - kata Setropawiro, yang terus menyangkal kesalahannya, berhasil melarikan diri empat atau lima hari yang lalu, sehingga buronan yang berbahaya ini harus dicari

57“Dank zij de activiteit van den Regent van Sleman en andere Djokjasche

politiehoofden, heeft men volgens de M a t. eindelijk de gebeele bende roovers, die onlangs op de onderneming Ngemplak bij den mandoer hebben gekejoed, in banden gekregen. De namen van de deelnemers laten wij hier onder volgen.” (Soerabaijasch-Handelsblad edisi 19 Januari 1895)

(25)

lagi, yang terkadang terjadi di Hindia-Belanda. Mungkin foto yang diambil akan memudahkan polisi untuk mendapatkannya kembali.”58

Selain kelompok para kecu, ada kelompok lain yang juga meresahkan warga sekitar, yakni para bandit yang menyamarsebagai pemainklentjeng-dobbelaars atau dadu klentjeng. Hal ini mengacu pada adanya sebuah surat kabar yang mewartakan tentang klentjeng dobbelaars dengan judul berita Een Gevaarlijkebende: Klentjeng Dobbelaars. Berita ini diterbitkan oleh De Indische Courant untuk edisi 24 Maret 1928.

Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa, para bandit akan “membuka lapak” di jalan-jalan yang ramai dilalui oleh para penduduk. Mereka lalu memainkan sebuah permainan dengan memegang dua tabung bambu di tangannya, dan di dalam bambu tersebut telah dimasukkan bola dengan berbagai macam warna. Kemudian, para pengunjung diminta untuk menebak dimana letak bola tersebut, jika benar tebakannya maka pengunjung akan mendapatkan dua kali lipat dari uang yang telah diberikan (atau sesuai peraturan yang mereka buat), kemudian, jika salah maka uang tersebut menjadi milik para bandit atau bandar yang memainkan permainan.

Akan tetapi, dalam permainan ini para bandit tersebut berlaku curang. Sebagai trik, mereka akan memegang satu bola lagi di bawah bambu tersebut. Sehingga para pengunjung tidak ada yang menjawab dengan benar, dan para bandit tersebut akan terus menerus mendapatkan keuntungan. Hal ini sangat

58Bijna drie maanden geleden, in den nacht van B Maart, heeft te Djocja

in de desa Kritjak van het regentschap Sleman een ketjoepartij plaats gehad, en de zachtzinnige inlanders, die daaraan hebben deelgenomen, zijn door een drietal kiekjes, welke gereproduceerd zijn in het Weekblad voor Indie' van 24 Mei j.1., vereeuwigd. Daarbij werd een korte beschrijving van die ketjoepartij gegeven en medegedeeld, dat zekere Setropawiro alias Wadadi aanvoerder was. Die ketjoes werden een paar dagen later allen gepakt en by den regent van Sleman in voorloopig arrest gehouden. Doch nu is, — naar aan het Soer. Hdsbl. wo rdt gemeld, — genoemde Setropawiro, die schuld bleef ontkennen, vier of vijf dagen geleden er in geslaagd te ontvluchten, zoodat dit gevaariyk heerschap opnieuw gezocht moet worden, wat in Indië wel eens meer gebeurt. Wellicht zullen de van hem genomen kiekjes de taak van de politie vergemakkelyken om hem weder in handen te krijgen.(Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 05 Juni 1914).

(26)

merugikan penduduk yang mengikuti permainan tersebut, sehingga banyak para penduduk yang berjualan di kota uangnya hanya habis untuk permainan tersebut.59

Lebih lanjut, berita tersebut menyebutkan bahwa permainan semacam ini dapat dijumpai di beberapa wilayah di Yogyakarta seperti: sebelah Barat jembatan Wirobrajan, dekat jembatan Pingit, Kricak, Blunyah, Demangan, sebelah Timur Sentui, Tungkak, Karangkajen, Dongkelan dan Tamansari. Dengan adanya permainan ini membuat para polisi menjadi lebih waspada. Selain itu, yang menarik adalah para bandit yang memainkan permainan ini biasanya seorang Indo-Eropa.60

Mengenai keadaan ekonomi di Kricak pada periode tersebut, belum ada sumber yang menyebutkan secara pasti. Akan tetapi, dalam surat kabar masa Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, banyak diberitakan mengenai Laporan Kualitas Susu di Yogyakarta, dimana salah satunya berada di Kricak dengan perusahaan atas nama Susu Tan Bie Sien. Dalam De Locomotief edisi 07 Oktober 1932 diberitakan bahwa:

“Dari Dinas Kesehatan Hewan di Yogyakarta, gambar di bawah ini menerima laporan susu bulan September 1932. ", Komposisi Status Perusahaan. Komentar susu kualitas Pertama”, sebagai berikut:

Nama Perusahaan : Susu Tan Bie Sien, Kritjak. Komposisi susu : sangat bagus

Kondisi susu : bagus Perusahaan : bagus

Komentar :kandungan lemaknya terlalu tinggi.”61

Laporan mengenai kualitas susu di beberapa perusahaan yang ada di Yogyakarta, dilakukan secara rutin setiap bulan. Dengan adanya laporan tersebut menunjukkan bahwa pada masa Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda di Kricak

59De Indische Courant edisi 24 Maret 1928.

60Ibid.,

(27)

terdapat perusahaan susu, dan tidak menutup kemungkinan jika pada periode tersebut peternakan juga berkembang dengan baik di Kelurahan Kricak.

Berdasarkan sensus penduduk 1975, wilayah persawahan yang ada di Tegalrejo menempati posisi terluas kedua dengan luas 74 ha, setelah Kecamatan Umbulharjo dengan luas area persawahan 347 ha62. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, wilayah di Kecamatan Tegalrejo khususnya di Kricak menjadi semakin padat oleh pemukiman. Sehingga menyebabkan area persawahan berkurang dan menurut sensus penduduk terbaru tahun 2019, banyak dari masyarakat di semua kelurahan yang ada di Tegalrejo, termasuk Kelurahan Kricak mayoritas bermata pencaharian di sektor perdagangan dan jasa.63

D. Awal Munculnya Pembuatan Bendungan Bendolole

Peter Carey dalam salah satu bab tulisannya yang berjudul Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855 menjelaskan bahwa pembangunan bendungan sudah dilakukan sejak masa Pangeran Mangkubumi, salah satunya yakni bendungan di Kali Winongo sebelah Selatan Yogyakarta yang menyediakan irigasi untuk persawahan kerajaan di Krapyak.64 Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa “...penggantinya, Sultan Hamengkubuwono II, mengikutinya, membangun sejumlah saluran irigasi dan bendungan di Timur dan Barat ibukota kerajaan, di daerah yang berdekatan dengan banyak tempat peristirahatannya...salah satunya yakni bendungan di Kali Bedhog antara Gunung Gamping dan Ambarketawang yang mengairi banyak sawah, yang ditata dengan baik.... ”65

62Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah dalam Angka Tahun

1975, (Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, 1975). hlm. 21

63Kecamatan Tegalrejo dalam Angka 2019

64 Peter Carey. “Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java,

1785-1855”, (Brill) hlm 36-37

(28)

Bendungan Bendolole, yang berada di Kricak Kidul berbatasan dengan Bangunrejo di tepi Kali Winongo,66 hingga saat ini belum ditemukan satu pun sumber yang menjelaskan mengenai pembangunannya secara pasti. Akan tetapi, muncul beberapa asumsi berdasarkan hasil wawancara dari warga sekitar dan pelaku sejarah. Narasumber yang bernama Ikhwan, menyebutkan bahwa Bendolole dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono I, dengan alasan karena aliran bendungan tersebut masuk sampai ke Tamansari, bukan menuju Benteng Vredeburg. Menurutnya, jika aliran air itu masuk ke Tamansari maka aliran itu dibuat oleh Kraton, dan ketika aliran air itu sampai ke Vredeburg maka itu adalah buatan Belanda.67 Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa penjaga bendungan tersebut memiliki gelar nama Kraton dan memiliki tanah untuk digarap. Sedangkan menurut narasumber Mbah Klimin, bendungan ini dibuat oleh Belanda pada 1901.

Berdasarkan dari keterangan yang disampaikan oleh narasumber-narasumber di atas, terdapat dua kemungkinan mengenai kapan dibangunnya bendungan Bendolole. Kemungkinan pertama mengacu pada keterangan Pak Ikhwan, Bendungan Bendolole dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono I. Kemungkinan kedua mengacu pada keterangan Mbah Klimin, dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda pada masa Sultan Hamengkubuwono VII.

Jika mengacu pada keterangan yang disampaikan oleh Peter Carey yang menyebutkan bahwa Sultan Mangkubumi membangun bendungan di Kali Winongo yang berada di sebelah Selatan Yogyakarta guna irigasi untuk persawahan kerajaan di Krapyak68, maka pernyataan ini mendukung asumsi dari Pak Ikhwan. Akan tetapi, ada kemungkinan pula jika mengacu pada keterangan yang disampaikan oleh Mbah Klimin -bahwa bendungan tersebut dibangun pada sekitar 1901-, hal ini karena pada masa Sultan Hamengkubuwono VII atau

66 Wawancara bersama Pak Giyarto pada 20 Oktober 2020 67 Wawancara bersama Pak Ikhwan pada 20 Oktober 2020. 68 Peter Carey, Op.Cit., hlm. 36-37

(29)

sekitar 1895, pembangunan rel kereta api untuk arah ke Selatan mulai dilakukan, yang salah satunya melewati kelurahan Kritjak.69

Selain itu, pada masa Sultan Hamengkubuwono VII, tanah-tanah lungguh yang dimiliki oleh raja disewakan kepada perusahaan-perusahaan perkebunan. Disinyalir, untuk memudahkan transportasi perusahaan-perusahaan itu, maka dibangunlah jalur kereta api tersebut. Kemudian, untuk memudahkan pengairan maka dibangunlah bendungan-bendungan.70

Berdasarkan keterangan-keterangan yang telah dijelaskan di atas, dugaan sementara dapat diketahui bahwa pembangunan bendungan Bendolole sudah dibangun sejak masa Sultan Hamengkubuwono I. Akan tetapi, pembangunan yang dilakukan masih sangat sederhana, seperti bendungan-bendungan lain pada periode tersebut yang dibangun dengan menggunakan batu. Hingga kemudian seiring dengan berkembangnya zaman, bendungan ini terus mengalami modernisasi.

Pada abad ke-19, pemerintah Kolonial Hindia Belanda mulai mempertimbangkan hubungan antara ruang perkotaan yang sehat, populasi dan suplai air.71 Dan pada saat yang bersamaan pula, insinyur Belanda mulai membangun pekerjaan irigasi, terutama dengan menciptakan bendungan di sungai dengan sistem irigasi yang telah ada sebelumnya.72 Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan jika pada tahun-tahun ini, terjadi modernisasi terhadap bendungan Bendolole, mendukung keterangan yang disampaikan oleh Mbah

69 A.H. Berkhout, “Indische Cultuur-Almanak 1899” (J.H. de Bussy:

Amsterdam, 1898) hlm. 440-442

70Ibid.,

71 Kooy, Michelle; Bakker, Karen, “(Post)Colonial Pipes Urban Water

Supply in Colonial and Contemporary”, dalam Cars, Conduits, and Kampongs, (Brill:2015) hlm. 65

72 Wim Ravesteijn, “Water Control and the Colonial State: The Case of

Dutch Irrigation Engineering in the Indonesian Island of Java, 1832-1942”, dalam Icon, Vol. 11 (2005), pp. 202

(30)

Klimin. Kemudian, pembangunan-kembali atau modernisasi bendungan Bendolole dilakukan kembali pada awal abad ke-20.

Dugaan ini dapat diperkuat dengan bukti di lapangan yang menunjukan bahwa teknologi yang digunakan di Bendungan Bendolole sudah terbilang canggih, jika dikontekskan pada masa lalu. Jenis atau model bangunannya pun memiliki kemiripan dengan bangunan bendungan lain yang dibangun pada masa kolonial. Teknologi canggih yang digunakan pada bendungan Bendoole, jelas hanya pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang dapat menjangkaunya, jika dibandingkan dengan pengetahuan mengenai teknologi yang dimiliki oleh masyarakat bumiputra pada saat itu. Selain itu, mengenai ‘pembangunan kembali’ bendungan-bendungan ini dapat diketahui dari adanya rencana Assainering yang sudah digagas semenjak tahun 1928.73 Sebuah surat kabar dengan judul “De Djokjasche assaineringswerken” menjelaskan bahwa:

“In het begin van demaand October werd een begin gemaakt met de voorbereidende werkzaam heden ten behoeve der assaineering van Djogjakarta, grootendeels met personeel van de waterleiding, aan welk personeel een tijdelijk-opzichter-projectant werd toegevoegd. Onder meer worden debietmetingen verricht van de Kali Opak, Tjodo en Winongo, alsook van eenige leidingen.”

“Pada awal Oktober, sebuah permulaan dibuat dengan pekerjaan persiapan untuk sanitasi di Yogyakarta, sebagian besar dengan personel saluran air, yang ditugaskan untuk personel pengawas sementara. Pengukuran aliran antara lain dilakukan pada Kali Opak, Tjodo dan Winongo, serta beberapa pipa.”74

Dari koran tersebut diketahui bahwa pada 1920-an, pemerintah Kolonial Hindia-Belanda mulai memikirkan kembali mengenai pekerjaan assainering atau sanitasi. Hal ini dilakukan karena pada periode tersebut tingkat urbanisasi

73“De Djokjasche assaineeringswerken”, Algemeen handelsblad voor

Nederlandsch-Indië edisi 29 September 1928.

(31)

semakin meningkat sehingga mulai muncul permukiman-permukiman kumuh di sepanjang bantaran sungai, khususnya Kali Winongo. Selain periode ini, ternyata ditemukan pula surat kabar-surat kabar lain yang menjelaskan mengenai proyek pengerjaan sanitasi, diantaranya yaitu beritayang berjudul Jogja’s assaineeringplan dalam De Locomotief edisi 28 November 192975 dan Djokja’s rioleering dalam Indisch Courant edisi 07 Mei 1930.76

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, dapat diduga bahwa pada masa akhir periode kolonial, terjadi alih-fungsi pemanfaatan Bendungan Bendolole. Yakni, yang pada awalnya dibangun oleh Sultan untuk irigasi, lalu kemudian seiring dengan meningkatnya populasi di Yogyakarta dan semakin padatnya permukiman, aliran dan bendungan Bendolole digunakan untuk program sanitasi, khususnya yang berkaitan dengan limbah rumah tangga.

Gambar 4. Potret keadaan Bendungan Bendolole saat ini.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

75De Locomotief edisi 28 November 1929

(32)

BAB III

BENDUNGAN BENDOLOLE : SISTEM PENGGELONTORAN LIMBAH KOTA, TEMPAT PEMANDIAN, DAN IRIGASI DI YOGYAKARTA A. Kebijakan atau Aturan-aturan Pembagian Air

Pendayagunaan sumberdaya air merupakan kegiatan penatagunaan yang ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan air dan penetapan peruntukan air,penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.77

Pengelolaan air limbah berbeda di tiap-tiap daerah. Untuk pengelolaan di Kabupaten dan Kota Yogyakarta, Bupati dan Wali Kota memegang peranan dalam mengelola airlimbah domestik, baik itu berupa wewenang maupun tanggung jawab.Adapun wewenang dan tanggung jawab Bupati/Walikota dalam pengelolaan air limbah domestik berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 4 Ayat 1meliputi:

a) Menetapkan kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan saranaair limbah domestik mengacu pada kebijakan nasional dan Daerah;

b) Membentuk, membina dan meningkatkan kelembagaan, merencanakan pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia, fasilitasi sarana dan peralatan, serta menyediakan pembiayaan yang mendukung penyelenggara prasarana dan sarana air limbah di wilayah Kabupaten/Kota;

c) Menetapkan Peraturan Daerah berdasarkan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) yang ditetapkan oleh Pemerintah dan PemerintahDaerah; d) Memberikan izin penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah

domestik di wilayah Kabupaten/Kota;

e) Menyelesaikan sengketa/masalah pengelolaan air limbah domestik di lingkungan Kabupaten/Kota;

77Keputusan Menteri PU No.590/KPTS/M/2010 tentang Pola Pengelolaan

(33)

f) Melaksanakan kerjasama dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik Kabupaten/Kota;

g) Memberikan bantuan teknis penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik pada kecamatan, pemerintah desa, serta kelompok masyarakat di wilayahnya;

h) Penyelenggarakan pembangunan prasarana dan sarana air limbah domestik untuk daerah Kabupaten/Kota dalam rangka memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM);

i) Menyusun rencana induk pengelolaan air limbah domestik di wilayah Kabupaten/Kota;

j) Menetapkan retribusi pelayanan sesuai dengan tingkatan pelayanan yang diberikan;

k) Menangani air limbah domestik pada saat terjadi bencana alam tingkat Kabupaten/Kota;

l) Memonitor penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah domestik di Kabupaten/Kota;

m) Mengevaluasi penyelenggaraan pengembangan air limbah domestik di Kabupaten/Kota;

n) Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

o) Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah domestik di wilayahnya;

p) Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan baku mutu hasil olahan air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan;

q) Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan alat angkutan lumpur tinja;

r) Memberikan rekomendasi teknis untuk penerbitan izin pengelolaan air limbah domestik lintas Kabupaten/Kota;

s) Melakukan pemberdayaan dan pengendalian pengelolaan air limbah domestik di wilayah Kabupaten/Kota;

(34)

t) Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari dampak kerusakandan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air limbah domestik;

u) Memberikan pembinaan pengetahuan dan teknologi pengelolaan air limbah domestik kepada masyarakat secara berkelanjutan; dan

v) Menerima pengaduan masyarakat akibat pencemaran yang disebabkan oleh air limbah domestik yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota.78 Regulasi mengenai pengelolaan air limbah di Yogyakarta diatur dalam Peraturan Daerah DIY nomor 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik. Air limbah yang dimaksud adalah limbah domestik. Air limbah domestik adalah air limbah yang bukan merupakan limbah berbahaya dan beracun, melainkan merupakan air buangan jamban, buangan mandi dan cuci, serta buangan hasil usaha kegiatan rumah tangga dan kawasan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, hotel, apartemen dan asrama.79

Dalam mengelola air limbah domestik, diperlukan sistem untuk mengolah limbah tersebut. Sistem yang digunakan dalam pengelolaan air limbah domestik meliputi IPAL80 sistem pusat berskala komunitas, IPAL setempat dan IPLT.81

Sarana dan Prasarana berskala komunitas meliputi:

 Instalasi pembuangan individu

 Instalasi pengolahan awal

 Jaringan pipa untuk mengalirkan limbah

 Instalasi pengolah air limbah

78Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 4 Ayat 1

79 Peraturan Daerah DIY Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Air

Limbah Domestik, Pasal 1 Ayat 1.

80 Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah tempat yang digunakan untuk

mengolah air limbah domestik sehingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

81 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja adalah tempat yang digunakan untuk

mengolah air limbah lumpur tinja domestik sehingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

(35)

Saluran pembuangan efluen82 ke badan udara

 Penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja ke IPLT bagi IPAL skala kawasan

Kemudian prasarana dan sarana setempat meliputi:

 Instalasi pembuangan individu

 Instalasi pengolahan individu

Pembuangan efluen ke lingkungan

 Penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja ke IPLT Terakhir, prasarana dan sarana IPLT untuk mengolah lumpur tinja meliputi:

 Alat angkut lumpur tinja

 Instalasi pengolah lumpur tinja

 Saluran pembuangan efluen ke badan air.

Pemanfaatan air limbah domestik juga diatur dalam Peraturan Daerah tersebut pada pasal 20 yang berbunyi:

1. Setiap orang dapat memanfaatkan sisa pengolahan air limbah domestik untuk keperluan tertentu.

2. Pemanfaatan sisa pengolahan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. telah memenuhi ambang batas baku mutu; b. tidak menyebabkan pencemaran lingkungan; dan

c. ada izin dari pengelola terhadap sisa air limbah domestik di IPAL terpusat.

3. Setiap orang yang memanfaatkan sisa pengolahan air limbah domestik untuk keperluan yang bernilai ekonomi, harus mengikuti ketentuan yang berlaku.83

Dalam pengelolaan air Iimbah domestik masyarakat memiliki hak meliputi:

82Efluen adalah cairan limbah yang dialirkan ke sungai atau ke laut. 83Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Pasal 20 Ayat 1-3

(36)

a. mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat dan/atau terbebas dari pencemaran air limbah domestik;

b. mendapatkan pembinaan pola hidup sehat dan bersih dan pengelolaan air limbah domestik yang berwawasan lingkungan; c. mendapatkan rehabilitasi lingkungan karena dampak negatif dari

kegiatan pengelolaan air limbah domestik;

d. memberikan usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, atau pengelola air limbah domestik;

e. menyampaikan keberatan terhadap kegiatan pengolahan air limbah domestik;

f. mengawasi kinerja pengelolaan air limbah domestik; dan

g. melaporkan pelanggaraan ketentuan pengelolaan air limbah domestik84

Dalam pengelolaan air Iimbah domestik masyarakat memiliki kewajiban, yang meliputi :

a. mengelola air limbah domestik yang dihasilkan melalui sistem setempat atau sistem terpusat.;

b. melakukan pengangkutan lumpur tinja menggunakan alat angkut sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1)85;

c. melakukan pembuangan lumpur tinja ke IPLT; dan

d. membayar retribusi/iuran bagi yang menerima pelayanan sistem terpusat.86

84Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Pasal 22

85“Setiap orang yang melakukan pengangkutan lumpur tinja wajib

menggunakan alat angkut lumpur tinja yang mempunyai tangki tertutup dengan bahan baja, dilengkapi atau dihubungkan dengan satu unit pompa penguras berupa pompa vakum dan pompa sentrifugal”

(37)

B. Pemanfaatan Air dari Bendungan Bendolole 1. Penggelontoran Limbah Kota

Maraknya pembangunan pemukiman-pemukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan dewasa ini menimbulkan semakin banyaknya limbah yang dihasilkan, terutama di perkotaan. Hal ini tentunya akanmengakibatkan lingkungan hidup yang tidak sehat. Meningkatnya jumlah penduduk dan urbanisasi, sertakebutuhan air bersih yang berkualitas, juga akan berdampak pada peningkatan limbah yang dihasilkan.Biasanya orang atau perusahaan membuang limbah begitu saja ke sungai, dengan maksud agar limbah tersebut dapat diproses oleh alam secara alamiah.

Air limbah adalah air bekas pakai dari kombinasi aktivitas rumah tangga, industri, komersial atau pertanian, limpasan permukaan atau air hujan, dan aliran selokan atau infiltrasi selokan.87 Oleh karena itu, air limbah merupakan produk sampingan dari kegiatan rumah tangga, industri, komersial atau pertanian. Karakteristik air limbah berbeda-beda tergantung pada sumbernya. Jenis air limbah meliputi: air limbah rumah tangga, air limbah kota dari masyarakat (juga disebut limbah) dan air limbah industri. Air limbah dapat mengandung polutan fisik, kimiawi dan biologis.

Pendapat lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.88 Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga,

perusahaan, dan/atau kendaraan merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat sampah

86Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Pasal 23

87Tilley, E., Ulrich, L., Lüthi, C., Reymond, Ph., Zurbrügg, C. (2014).

Compendium of Sanitation Systems and Technologies – (2nd Revised ed.). Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology (Eawag), Duebendorf, Switzerland. hlm. 175.

88 Haryoto, Kusnoputranto, Kesehatan Lingkungan. (Fakultas Kesehatan

(38)

seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan jenisnya, sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), dan sisa-sisa industri (industrial waste).

Selain itu, karena kebiasaan buang air kecil dan besar (human excreta), air limbah (sewage) juga harus dikelola dengan baik agar tidak memengaruhi kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan bau yang tidak sedap atau polusi. Meskipun merupakan air bekas atau sisa, namun volume air limbah sangat besar karena kurang lebih sekitar 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor atau tercemar. Kemudian air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan kembali oleh manusia.89 Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola secara baik. Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

a) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

b) Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini menjadi lebih rumit karena harus mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan.

c) Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat umum, tempat ibadah, dll. Pada umumnya zat-zat yang

89 Fajar Jati Nugroho, Pengelolaan Air Limbah, dalam

(39)

terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Air limbah dapat dialirkan melalui saluran pembuangan sanitasi yang hanya mengalirkan limbah. Alternatifnya, air limbah dapat diangkut dalam saluran pembuangan gabungan yang mengalirkan air hujan dan limbah, dan mungkin juga air limbah industri. Setelah diolah di instalasi pengolahan air limbah, air limbah yang telah diolah dibuang ke badan air penerima. Istilah "penggunaan kembali air limbah" dan "reklamasi air" berlaku jika limbah yang diolah digunakan untuk tujuan lain. Air limbah yang dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan yang sesuai dapat menyebabkan pencemaran air. Instalasi pengolahan limbah kota dibangun untuk mengolah kotoran-kotoran yang mencemari sungai dan air tanah yang mengairi kota dan bertujuan untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan oleh kotoran-kotoran yang mencemari air permukaan tersebut. Setelah bangunan tersebut selesai dibangunmaka, diperlukan penanganan lebih lanjut berupa cara pengoperasian dan pemeliharaan bangunan agar berfungsi sesuai tujuannya dalam waktu yang lama sesuai umur perencanaan.90

Pengelolaan air limbah perkotaan meliputi kegiatan dan upaya yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan membuang air limbah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat, mencegah pencemaran air, dan melindungi lingkungan. Semua kegiatan dan upaya tersebut merupakan suatu pelayanan pengelolaan air limbah yang wajib disediakan oleh pemerintah daerah kepada seluruh warga dan badan penghasil air limbah di wilayah kabupaten dan / atau kota. Pada saat yang sama, warga dan entitas tersebut secara otomatis menjadi pengguna layanan, dan kedua konsep penyediaan layanan dan pengguna layanan ini — merupakan dasar dari peraturan pengelolaan air limbah pemerintah daerah.91

90Agus Muslim, “ Analisis Biaya Operasional dan Pemelihaaraan (OM)

Pada Proyek Instalasi Unit Pengolahan”, Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, 1999: 1-2.

Gambar

Gambar 1. Sketsa Peta Kecamatan Tegalrejo
Gambar 2. Station van de Staatsspoorwegen te Jogjakarta Toegoe (circa) 1895.
Gambar 3. Peta Sub DAS Kali Winongo
Tabel 1. Uitkomsten der in de maand November 1920 gehouden volkstelling. 45
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan analisis hasil belajar melalui In House Training (IHT) dari siklus I ke

Perusahaan yang melakukan usaha perdagangan dengan sistem direct selling sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) harus berbadan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons tanaman lidah buaya yang diberi mineral zeolit dan bahan organik guna mendapatkan dosis zeolit dan jenis bahan

Belanja online merupakan suatu trend yang digemari saat ini, karena konsumen tidak perlu repot-repot mendatangi toko untuk membeli barang yang diinginkan, tetapi cukup dengan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN SEBELUM DAN SETELAH  PENERAPAN INTERNET BANKING   Reza Kurniawan  Universitas Widyatama  Reza.kurniawan@widyatama.ac.id   Abstrak

Stakeholder Kunci : Bupati sebagai pembuat kebijakan tentang program ODF yang merupakan indikator pertama dari Gerakan Desa Sehat dan Cerdas yang meru, Dinas dan

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif dan penguasaan konsep siswa pada materi asam basa

Pada pengumpulan data melalui wawancara guru, peneliti mencoba membuat pedoman pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tabel di atas. Berikut adalah pedoman pertanyaan