BAB IV : Hasil Penelitian
LANDASAN TEORI
A. Interaksi Sosial
2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial dilihat dari pandangan islam yang dikemukakan oleh Enung Fatimah mengemukakan beberapa bentuk yaitu:
a. Manusia mampu mengatur hubungan dirinya dengan orang lain, yang memiliki beberapa ciri-ciri kepribadian pokok seperti:
1) Mampu berkarya dan menyumbang, serta mau memberi dan menerima,
2) Memandang baik diri sendiri dan orang lain, 3) Signifikan dan berharga bagi orang lain,
31 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal 87
32 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA), hal 50
4) Mamenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus mengganggu atau mengorbankan orang lain.33
b. Manusia mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu pribadi yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat menciptakan atau mengolah lingkungannya secara baik.34
c. Manusia mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah swt, yaitu pribadi yang selalu meningkatkan keimanannya yang dibuktikan dengan melaksanakan ibadah dengan benar dan ikhlas, menjalankan muamalah dengan benar dan dengan niat yang ikhlas.35
Ketika berusia remaja, seseorang memiliki bentuk interaksi yang beragam. Menurut Vina Dwi Laning, bentuk interaksi sosial yang dilakukan pada usia remaja berbentuk:
e. Kerja sama
Remaja tidak dapat terlepas dari kodratnya sebagai makhluk sosia yang tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain.
menurut remaja, kehadira orang lain disekitarnya bertujuan untuk bekerja sama dalam mengarungi kehidupan. Kebiasaan kerja sama
33 Nina W. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikas.
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2014), hal. 226-228
34 Nina W. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi,... hal.
226-228
35 Nina W. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi,... hal.
226-228
dapat dilatih mulai dari lingkungan keluarga, sehingga dapat mengembangkan kerja sama dalam kelompok dan luar kelompok.36
Munculnya kerja sama didasari ketika remaja memiliki kepentingan sama dengan lingkungannya, seperti dalam keluarga perlu pembagian tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
Dalam lingkungan yang lebih besar, remaja bisa melatih kerjasama melalui kerja bakti dan gotong royong. Melalui kegiatan tersebut, remaja mendapatkan pelajaran mengenai arti pentingnya kerja sama yang dapat menyelesaikan pekerjaan yang menunpuk dengan cepat.
Kerjasama timbul karena adanya orientasi seseorang terhadap kelompoknya (in-group) dan kelompok lain (out group), dan kerjasama akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam dan tindakan menyinggung kesetiaan secara tradisional atau institusional yang telah tertanam dalam kelompok dan diri seseorang.37
Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan tiga bentuk kerjasama, yaitu:
1) Bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antar dua pihak.
36 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman, (Klaten: Penerbit Cempaka Putih, 2009), hal 21
37 Soekanto Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar,… hal 65
2) Cooperation yaitu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan suatu organisasi guna menghindari goncatan stabilitas organisasi tersebut (saling mendukung).
3) Coalition yaitu kombinasi antar kedua organisasi yang mempunyai tujuan sama, sehingga bersifat kooperatif. Jika kerjasama tersebut berdasarkan bagi hasil disebut joint-venture.38
f. Akomodasi (Acomodation)
Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menunjung pada suatu keadaan keseimbangan dalam suatu pencapaian yang sukses. Bentuk interaksi ini menginginkan adanya suatu kondisi yang stabil, sehingga nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dipatuhi dengan tertib, dan terhindar dari konflik.39
Akomodasi mendorong remaja untuk memanfaatkan lingkungan, berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkugan. Dalam hal ini, remaja harus memahami batapa pentingnya peran lingkungan terhadap perkembangan dirinya.
Menurut Gillin yang dikemukakan oleh Syahrial Syarbani Rusdiyanta, mengemukakan akomodasi dalam pengertian sebagai suatu proses, mempunyai beberapa bentuk, yaitu:
38 Syahrial Syarbani Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi,... hal 29
39 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman,... hal 21
1) Coelcion yaitu suatu bentuk akomudasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. Contohnya interaksi sosial perbudakan yang didasarkan pada penguasaan majikan, sehingga budak tersebut dianggap sama sekali tidak mempunyai hak apapun.
2) Compromise yaitu suatu bentuk akomodasi yang melibatkan pihak-pihak yang mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada, misalnya akomodasi yang terjadi antara partai politik yang memiliki kekuatan yang sama dalam satu pemilihan umum.
3) Arbitration yaitu suatu cara yang dilakukan untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak mampu mencapainya sendiri, seperti terlihat dalam penyelesaian masalah perburuhan yang diselesaikan oleh pihak ketiga.
4) Mediation dengan cara mengundang pihak ketiga yang netral dan membantu mengatasi perselisihan yang ada.
5) Conciliation yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan dari pihak yang berselisih untuk mencapai tujuan yang sama.
6) Toleration merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
7) Stalemate merupakan suatu bentuk akomodasi pihak yang bertentangan dan mempunyai kekuatan seimbang dan berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
8) Adjudication yaitu penyelesaian perkara dipengadilan.40 g. Kompetisi (Competition)
Dalam suatu lingkungan, remaja tidak selamanya akan saling bekerja sama dengan individu lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Adakalanya remaja saling bersaing dengan individu maupun antar institusi. Munculnya persaingan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam proses pencapaian tujuan tertentu, sehingga individu maupun institusi berusaha meningkatkan daya saingnya untuk mengejar tujuan yang diinginkan.41
Persaingan atau kompetisi yang dilakukan oleh seseorang dapat dilihat dari beberapa bentuk. Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan beberapa bentuk persaingan yang berupa:
1) Persaingan ekonomi yaitu usaha memperebutkan barang dan jasa dari segi mutu, jumlah , harga, dan pelayanan. Sehingga terkadang menimbulkan persaingan yang berlangsung tidak sehat sehingga merugikan pihak yang bersaingan, karena biaya saing bertanbah.
40 Soekanto Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar,... hal 70-71
41 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman.,... hal 21
2) Persaingan kebudayaan yaitu usaha memperkenalkan nilai-nilai budaya agar diterima dan dianut yang berupa persainagn dibidang keagamaan, pendidikan, peradilan, kesenian, dan lembaga kemasyarakatan lainnya.
3) Persaingan status sosial yaitu usaha mencapai dan memperebutkan kedudukan dan peranan yang terpandang, baik oleh seseorang maupun kelompok sosial. Kedudukan dan peranan apa yang dikejar sangat bergatung nilai apa yang paling dihargai masyarakat pada suatu masa tertentu.
4) Persainagn ras yaitu persaingan kebudayaan khas yang diwakili ciri ras selaku perlambang sikap beda budaya. Hal ini terjadi karena keadaan badaniah yang tampak, lebih jelas terlihat dari pada nilai budaya yang dianut.42
h. Konflik (Conflict)
Konflik atau pertentangan merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan gejala kebencian, ketidakpastian, atau ketidakharmonisan dalam diri individu terhadap individu lainnya.
Konflik yang terjadi dalam kehidupan memiliki cara yang beragam, seperti konflik secara terbuka maupun tertutup. Konflik yang terjadi di lingkungan diantaranya kerena ada perbedaan antar individu, kebudayaan, kepentingan, dan sosial, sehingga konflik
42 Syahrial Syarbani Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi,... hal 33
membawa dampak negatif bagi pelakunya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan konflik juga berdampak positif.43
Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan dampak yang timbul dari pertikaian dalam kelompok sosial tersebut berupa:
1) Solidaritas bertambah, 2) Persatuan retak dan hancur, 3) Perubahan kepribadian atau sikap, 4) Korban jiwa dan harta,
5) Akomodasi atau dominasi.44
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang sagatlah beragam, dari yang berbentuk positif maupun negatif, sehingga baik buruknya interaksi tersebut, ditentukan oleh bentuk tujuan yang diinginkan. Jika tujuan yang hendak dicapai baik, maka interaksi yang terjadi bersifat positif, dan jika tujuan yang hendak dicapai menuju pada kehancuran, maka interaksi yang terjadi bersifat negatif.