• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KECEMASAN SISWA DI MAN 4 AGAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KECEMASAN SISWA DI MAN 4 AGAM"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KECEMASAN SISWA DI MAN 4 AGAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana (SI) pada Prodi “Bimbingan dan Konseling”

Oleh:

JEPRIANES 2614243

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II

Dra. Irna Andriati, M.Pd Budi Santosa, M.Pd NIP:195705121985032003 NIP:197304102009011006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2018 M/1439 H

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Jeprianes

Tempat/ Tanggal Lahir : Dama Gadang/ 10 Januari 1996 Prodi/ Fakultas : Bimbingan dan Konseling/ FTIK

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul “Hubungan Interaksi Sosial dengan Kecemasan Siswa di MAN 4 Agam” adalah benar asli karya penulis. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri, maka penulis berbedia menerima sanksi akademisi berupa pencabutan gelar yang yang telah diperoleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Demikian pernyataan ini penulis buat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 2018 Saya yang menyatakan,

Jeprianes Nim: 2614.243

(3)

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KECEMASAN SISWA DI MAN 4 AGAM

Oleh:

Jeprianes 2614.243

Telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan dalam mengikuti sidang munaqasah.

Demikian persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Bukittinggi, 2018

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II

Dra. Irna Andriati, M.Pd Budi Santosa, M.Pd

NIP: 19570512198503 2 003 NIP: 19730410200901 1 006

(4)

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Hubungan Interaksi Sosial dengan Kecemasan Siswa di MAN 4 AGAM” yang ditulis oleh JEPRIANES, NIM : 2614.243, telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti sidang Munaqasah pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Demikianlah persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, juli 2018

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II

Dra. Irna Andriati, M.Pd Budi Santosa, M.Pd

NIP: 19570512198503 2 003 NIP: 19730410200901 1 006

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Hubungan Interaksi Sosial dengan Kecemasan Siswa di MAN 4 Agam, yang ditulis oleh Jeprianes Nim: 2614.243, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena yang terjadi di lapangan, bahwa ada beberapa siswa yang kurang mampu berinteraksi sosial dengan baik, yang dibuktikan dengan adanya beberapa siswa yang hanya diam dalam kelas, dan tidak mau berinteraksi, mereka hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri, tanpa menghiraukan yang lain. Alasan mereka tidak mau berinteraksi dengan lingkungan sosial dikarenakan takut di ejek, akan ditinggalkan, tidak dianggap atau tindak pengabaian, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik, serta tidak dapat menyeimbangkan pembicaraan yang dibahas, sehingga mencari waktu senggang dengan melakukan aktivitas lain sendirian maupun dengan beberapa teman yang biasa menjadi tempat bermain. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa besar hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Populasi yang diambil yaitu seluruh siswa yang terindikasi mengalami kecemasan ketika berinteraksi di lingkungan sosial yang berjumlah 40 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu instrumen angket. Teknik analisis data menggunakan Statistic Packages For Social Science (SPSS) versi 22.0 for Windows.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam, diperoleh rxy sebesar -0.345, sementara dari rtabel degree of freedom (df) 38 diperoleh angka 0.320, pada taraf signifikan α 0,05. Maka dapat diketahui bahwa > dari pada , sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara negatif antara interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Angka indeks korelasi tersebut terletak antara interpretasi 0,20-0,399, sehingga dapat diperoleh bahwa interaksi sosial memiliki korelasi “Rendah”

dengan kecemasan yang dialami siswa di MAN 4 Agam. Angka tersebut menunjukan bahwa 11.9% interaksi sosial ditentukan oleh kecemasan, dan selebihnya ditentukan oleh faktor lain.

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini atas nama Jeprianes NIM: 2614.243, yang berjudul

“Hubungan Interaksi Sosial dengan Kecemasan Siswa di MAN 4 Agam”.

Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena yang terjadi di lapangan, bahwa ada beberapa siswa yang kurang mampu berinteraksi sosial dengan baik, yang dibuktikan dengan adanya beberapa siswa yang hanya diam dalam kelas, dan tidak mau berinteraksi, mereka hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri, tanpa menghiraukan yang lain. Alasan mereka tidak mau berinteraksi dengan lingkungan sosial dikarenakan takut di ejek, akan ditinggalkan, tidak dianggap atau tindak pengabaian, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik, serta tidak dapat menyeimbangkan pembicaraan yang dibahas, sehingga mencari waktu senggang dengan melakukan aktivitas lain sendirian maupun dengan beberapa teman yang biasa menjadi tempat bermain. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa besar hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Populasi yang diambil yaitu seluruh siswa yang terindikasi mengalami kecemasan ketika berinteraksi di lingkungan sosial yang berjumlah 40 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu instrumen angket. Teknik analisis data menggunakan Statistic Packages For Social Science (SPSS) versi 22.0 for Windows.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam, terdapat hubungan yang signifikan sebesar -0,345. Sementara dari rtabel degree of freedom (df) 38 diperoleh angka 0.320, pada taraf signifikan α 0,05. Maka dapat diketahui bahwa > dari pada , sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara negatif antara interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Angka indeks korelasi tersebut terletak antara interpretasi 0,20-0,399, sehingga dapat diperoleh bahwa interaksi sosial memiliki korelasi “Rendah” dengan kecemasan yang dialami siswa di MAN 4 Agam. Angka tersebut menunjukan bahwa 11.9% interaksi sosial ditentukan oleh kecemasan, dan selebihnya ditentukan oleh faktor lain.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmad, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Interaksi Sosial dengan Kecemasan Siswa di MAN 4 Agam”. Shalawat dan salam penulis mohonkan kepada Allah agar dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah meletakkan pondasi ilmu pengetahuan bagi umat manusia.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang saya hormati Jasman Tanjung dan Ibunda tercinta Azimar, serta nenek, dan adikku Resa Rahma Putri, dan Mulia Ananda, yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan pengorbanan lainnya baik moril maupun materil demi selesainya penyusunan skripsi ini, selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor dan Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, yang telah memberikan fasilitas, sarana, dan segala kebutuhan perkuliahan, sehingga penulis dapat menimba ilmu di kampus tercinta.

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan, Serta Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling, Institut Agama Islam Negeri

(8)

(IAIN) Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas, sarana, dan segala kebutuhan perkuliahan, sehingga penulis dapat menimba ilmu di kampus tercinta.

3. Ibu Alfi Rahmi, M.Pd, sebagai Ketua Prodi Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi, beserta staf yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan selama kepentingan perkuliahan dari awal hingga penulis menyelesaikan studi.

4. Ibu Fadhilla Yusri, M.Pd. Kons sebagai dosen pembimbing Akademik penulis, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan pendidikan di IAIN Bukittinggi.

5. Ibu Dra. Irna Andriati, M.Pd beserta bapak Budi Santosa, M.Pd, sebagai pembimbing skripsi penulis, yang telah mengarahkan, membimbing, dan mengoreksi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai kaidah ilmiah yang berlaku.

6. Ibu Sri Hartati, M.Psi, Ibu Rahmawati Wa’e, M.Pd, dan Ibu Nurhasnah, M.Pd yang telah bersedia meluangkan waktu untuk penulis melakukan validasi angket penelitian.

7. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Bukittinggi, terkhusus dosen prodi Bimbingan dan konselng,yang telah memberikan ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat memperoleh ilmu.

8. Bapak/ Ibu pimpinan serta karyawan dan karyawati perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

9. Kepala Sekolah MAN 4 Agam, majelis guru, karyawan, serta siswa/

siswi yang telah memberikan fasilitas, waktu dan tenaga kepada penulis selama melakukan penelitian di MAN 4 Agam.

10. Rekan-rekan seperjuangan terkhusus lokal PBK F 2014 yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis ucapkan terima kasih, semoga apa yang telah diberikan itu dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang setimpal. Amin.

Bukittinggi, Juli 2018 Penulis

Jeprianes NIM. 2614.243

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... V DAFTAR TABEL ... VII DAFTAR GRAFIK ... VIII DAFTAR LAMPIRAN ... IX BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 12

E. Penjelasan Judul... 14

F. Sistematika Penulisan... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial... 17

2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial... 18

3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 25

4. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial... 29

5. Perbedaan Bentuk Orang Sosial Dengan Non Sosial ... 37

6. Efek Interaksi Sosial... 38

A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan... 40

2. Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan... 41

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan... 47

4. Klasifikasi Tingkat Kecemasan... 49

5. Efek Kecemasan... 52

6. Hubungan Perkembangan Sosial Dengan Kecemasan... 54

7. Penelitian Relevan... 56

8. Kerangka Konseptual... 57

(11)

9. Hipotesis Penelitian... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 59

B. Lokasi Penelitian ... 60

C. Populasi dan Sampel... 61

D. Teknik Pengumpulan Data... 63

E. Uji Coba Instrumen... 65

F. Validitas... 66

G. Reliabiltas... 68

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

B. Uji Persyaratan Analisis... 78

C. Pembahasan... 84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 90

B. Saran... 91

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 92

(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Populasi Siswa MAN 4 Agam Dilihat dari Tiap Lokal... 61

2. Tabel 2 Pedoman Alternative Jawaban Angket Interaksi Sosial... 64

3. Tabel 3 Pedoman Alternative Jawaban Angket Kecemasan... 65

4. Tabel 4 Keterangan Hasil Uji Coba instrumen Interaksi Sosial... 67

5. Tabel 5 Keterangan Hasil Uji Coba instrumen Kecemasan... 68

6. Tabel 6 Hasil Uji Validasi dan Reabilitas Alat Ukur Penelitian... 68

7. Tabel 7 Kriteria Analisis Deskriptif... 71

8. Tabel 8 Pedoman Interpretasi Product Moment... 73

9. Tabel 9 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian…... 74

10. Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kecendrungan Interaksi Sosial Siswa MAN 4 Agam ... 75

11. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kecendrungan Kecemasan Siswa MAN 4 Agam... 77

12. Tabel 12. Hasil uji normalitas variabel interaksi sosial siswa... 78

13. Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Variabel Kecemasan ... 80

14. Tabel 14. Hasil Uji Linieritas Variabel Interaksi Sosial dengan Kecemasan... 81

15. Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis Interaksi Sosial dengan Kecemasan... 82

(13)

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 1. Interaksi Sosial Siswa di MAN 4 Agam... 75

2. Grafik 2. Kecemasan Siswa di MAN 4 Agam... 77

3. Grafik 3. Hasil Uji Normalitas Variabel Interaksi Sosial... 79

4. Grafik 4. Hasil Uji Normalitas Variabel Kecemasan Siswa... 80

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk sosial yang selalu memerlukan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang bersifat material, maupun kebutuhan emosionalnya.1 Sebagai makhluk sosial, seseorang senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya baik dalam kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas.

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat.

Kebutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu.

Ketika dilahirkan, manusia belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Kemampuan sosial diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, terutama keluarga, yang dikenal dengan perkembangan sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial ditandai dengan adanya interaksi sosial dengan manusia lainnya. Interaksi sosial berasal dari kata inter dan action, secara terminology interaksi sosial merupakan hubungan timbal

1 Keen Achroni. Ternyata Terlalu Mengalah itu Tidak Baik. (Jakarta: PT Buku Kita. 2012), hal 12

(15)

balik yang saling mempengaruhi antar individu, kelompok sosial, dan masyarakat.2

Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan maksud interaksi sosial yaitu hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, dengan kelompok manusia.3 Interaksi sosial berupa hubungan pengaruh yang tampak dalam pergaulan hidup bersama, sehingga tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bermasyarakat.

Menurut Bambang Syamsul Arifin, interaksi sosial ditentukan berdasarkan jumlah pelakunya yang terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

1. Interaksi antar individu, yaitu individu satu memberikan pengaruh dan rangsangan kepada individu lainnya, yang berupa berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.

2. Interaksi antar individu dan kelompok, yang menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok, seperti interaksi seorang ustadz sedang berpidato pada orang banyak.4

Berlangsungnya Interaksi sosial ditandai dengan adanya komunikasi, yaitu proses pengiriman berita dari seseorang kepada orang lain. Dengan demikian, dalam komunikasi ada orang yang menjadi

2 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal 57

3 Syahrial Syarbani Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal 26

4 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA), hal 56

(16)

pengirim dan adapula sebagai penerima berita serta adanya berita yang dikirim.5

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan individu yang saling mempengaruhi satu sama lain yang akan menimbulkan perubahan baik yang bedampak positif maupun negatif pada diri individu itu sendiri.

Menurut Soleman R, Ketika berinteraksi sosial, seseorang dikatakan melakukan interaksi ditandai dengan beberapa bentuk, yaitu:

a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang.

b. Adanya komunikasi antara pelaku dengan menggunakan simbol- simbol.

c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, sekarang dan yang akan datang.

d. Adanya tujuan tertentu.6

Ketika berusia remaja, seseorang memiliki bentuk interaksi yang beragam. Menurut Vina Dwi Laning, bentuk interaksi sosial yang dilakukan pada usia remaja yaitu:

a. Kerja sama

Remaja tidak dapat terlepas dari kodratnya sebagai makhluk sosia yang tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. menurut

5 Sarlito W. Sarwono. Pengantar Psikologi Umum. (Jakarta: PT Raja Grafindo.

2014), hal. 185-186

6 Suleman R, Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Perkembangan, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1992), hal 111

(17)

remaja, kehadira orang lain disekitarnya bertujuan untuk bekerja sama dalam mengarungi kehidupan. Kebiasaan kerja sama dapat dilatih mulai dari lingkungan keluarga, sehingga dapat mengembangkan kerja sama dalam kelompok dan luar kelompok.7

b. Akomodasi (acomodation)

Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu proses proses yang menunjung pada suatu keadaan keseimbangan dalam suatu pencapaian yang sukses. Bentuk interaksi ini menginginkan adanya suatu kondisi yang stabil, sehingga nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dipatihi dengan tertib, dan terhindar dari konflik.8

c. Kompetisi (competition)

Dalam suatu lingkungan, remaja tidak selamanya akan saling bekerja sama dengan individu lainnya untuk mencapai suatu tujuan.

Adakalanya remaja saling bersaing dengan individu maupun antar institusi. Munculnya persaingan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam proses pencapaian tujuan tertentu, sehingga individu maupun institusi berusaha meningkatkan daya saingnya untuk mengejar tujuan yang diinginkan.9

d. Konflik (conflict)

Konflik atau pertentangan merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan gejala kebencian, ketidakpastian, atau

7 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman, (Klaten: Penerbit Cempaka Putih, 2009), hal 21

8 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman,… hal 21

9 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman,… hal 21

(18)

ketidakharmonisan dalam diri individu terhadap individu lainnya.

Konflik yang terjadi dalam kehidupan memuliki cara yang beragam, seperti konflik secara terbuka maupun tertutup. Konflik yang terjadi di lingkungan diantaranya kerena ada perbedaan antar individu, kebudayaan, kepentingan, dan sosial, sehingga konflik membawa dampak negatif bagi pelakunya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan konflik juga berdampak positif.10

Menurut penelitian Schacter yang diungkapkan oleh Yudrik Jahja, menunjukkan bahwa kebutuhan untuk berhubungan (berafiliasi) ternyata berhubungan dengan rasa takut atau cemas.11 Berdasarkan penelitian tersebut, baik atau kurangnya tingkat interaksi sosial seseorang berhubungan dengan kecemasan yang dirasakan seseorang tersebut.

apabila tingkat kemampuan interaksi sosial seseorang tinggi, maka kecemasan yang dialami seseorang akan rendah, dan apabila kemampuan interaksi seseorang rendah, maka kecemasan yang dialami akan tinggi.

Kecemasan merupakan suatu keadaan khawatir yang merasakan bahwa suatu yang buruk akan segera terjadi.12 Menurut Nietzal yang dikemukakan oleh M. Nur Gufron dan Rini Rismawati berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa latin anxiusi dan dari bahasa Jerman anst yang berarti suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis. Kemudian Mucklas yang dikemukakan

10 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman,… hal 22

11 Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Kencana Prenada Media.

2011). hal. 450

12 Jeffrey S.Nevid, dkk. Psikilogi abnormal. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Hal. 143

(19)

oleh M. Nur Gufron mendefinisikan kecemasan sebagai suatu pengalaman yang subjektif mengenai ketegangan mental, kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman.13

Kecemasan yang dialami seseorang memiliki beberapa komponen.

Komponen tersebut dikemukakan oleh Maher yang dikemukakan oleh Sobur Alex, yaitu:

a. Emosional

Orang yang mengalami kecemasan dapat diketahui dari aspes emosional, seperti merasa malu, merasa tertekan, merasa terhambat dalam berinteraksi dengan masyarakat sehingga cenderung menutup diri dalam berkomunikasi.14

b. Kognitif

Berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi negatif yang mungkin akan dialaminya atau adanya harapan negatif. Jika kekhawatiran ini meningkat maka akan mengganggu kemampuan individu untuk berpikir jernih, memecahkan masalah, dan memenuhi tuntutan lingkungan (baik oleh keluarga, tetangga, dan masyarakat). Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi negatif terhadap kemampuan yang dimiliki dan belum siap menghadapi masa pembebasan. 15

13 M. Nur Gufron, Rini Rismawita, Teori-Teori Psikologi. (Jogyakarta: Ar-Ruz media. 2010), hal. 141-142

14 Sobur Alex, Psikologi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), hal 346

15 Sobur Alex, Psikologi Umum,… hal 346

(20)

c. Fisiologis

Tanggapan tubuh terhadap rasa takut berupa pengerasan diri untuk bertindak, baik itu dikendalikan ataupun tidak dikendalikan.

Kondisi fisik yang tidak prima karena kegelisahan, stres yang dialami, persepsi yang negatif terhadap pembebasan. Hal ini diketahui dari munculnya reaksi-reaksi tubuh tertentu yang sebagian besar merupakan hasil kerja sistem syaraf otonom yang mengontrol berbagai otot dan kelenjar tubuh. Jika pikiran individu dikuasai oleh kecemasan, maka sistem syaraf otonom akan berfungsi dan akan muncul gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, tekanan darah meningkat, nafas menjadi cepat, merasa gelisah, tangan gemetaran dan adanya gangguan pencernaan. Tidak setiap individu yang mengalami kecemasan akan mengalami gejala fisik yang sama, karena pola reaksi otomatis individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.16

Komponen tersebut dirasakan oleh seseorang yang mengalami kecemasan dalam berinteraksi, yang berupa cemas dalam bergaul dan bersosialisasi dengan anggota kelas maupun lingkungan sekolah.

Kecemasan merupakan suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa suatu yang buruk akan segera terjadi.17 Pada proses bersosialisasi, seseorang yang mengalami kecemasan merasakan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi, yang berupa ketakutan akan

16 Sobur Alex, Psikologi Umum,… hal 346

17 Jeffrey S. Nevid, dkk. Psikologi Abnormal. PT Gelora Aksara Pratama.

Jakarta. Hal. 143

(21)

ditinggalkan orang lain, direndahkan orang lain, tindakan penolakan dan pengabaian dari orang lain.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lingkungan MAN 4 Agam tanggal 25 Januari 2018, peneliti menemukan adanya beberapa siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial kurang baik.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa siswa yang hanya diam dalam kelas, dan tidak mau berinteraksi dan bahkan ada yang sibuk dengan kegiatannya sendiri, tanpa menghiraukan teman anggota kelasnya.18

Untuk memperkuat data hasil observasi tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan waka kesiswaan pada tanggal 25 Januari 2018, yang mengungkapkan bahwa siswa yang tidak mampu bersosialisasi dengan baik pada lingkungan sosialnya, mereka hanya sibuk dengan kegiatan sendiri dan ada yang hanya bermenung dan memperhatikan temannya bermain .19

Selanjutnya untuk memperkuat hasil observasi tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan ibu DY seorang guru bidang studi Al- qur’an Hadist tanggal 25 Januari 2018, yang mengungkapkan bahwa sebahagian siswa yang tidak dapat bersosial dengan baik dengan lingkungan sekolah, mereka hanya diam duduk dalam lokal dan ada pula yang tampak ragu ketika akan bergabung dalam lingkungan sosial di

18 Hasil Observasi, MAN 4 Agam. Siswa-Siswi Di lingkungan Sekolah. Tanggal 25 Januari 2018

19 Wawancara dengan Waka Kesiswaan, Bapak (F), Tanggal 25 Januari 2018

(22)

sekolah, mereka hanya sibuk membaca dan belajar sendiri, dan terkadang membuat sesuatu di buku untuk mengisi waktu luang.20

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru Bimbingan Konseling sekolah pada tanggal 25 Januari 2018, yang mengungkapkan bahwa sebagian siswa yang tidak mau berinteraksi sosial tersebut, mereka seperti merasakan ketakutan untuk bergabung dengan lingkungan sosial.

Dan dalam menyampaikan pendapat mereka takut akan diejek, dan direndahkan oleh teman-temannya, serta sebagian mereka adapula yang melakukan interaksi yang tidak sesuai sehingga tidak disukai oleh lingkungan.21

Agar lebih memperkuat hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa pihak sekolah tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa yang mengalami hambatan dalam hubungan sosialnya. Alasan mereka enggan untuk bersosialisasi dengan lingkungan yaitu adanya rasa takut akan diejek, takut akan ditinggalkan, tidak dianggap atau tindak pengabaian, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik, serta tidak dapat menyeimbangkan pembicaraan yang dibahas, sehingga mencari waktu senggang dengan melakukan aktivitas lain sendirian maupun dengan beberapa teman yang biasa menjadi tempat bermain.22

20 Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Al-qur’an Hadist, Ibu (DY), Tanggal 25 Januari 2018

21 Wawancara dengan guru BK, Ibu (R), Tanggal 25 Januari 2018

22 Wawancara dengan Siswa (FY), Tanggal 25 Januari 2018

(23)

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di lapangan, peneliti menemukan bahwa baik atau buruknya interaksi sosial yang dimiliki siswa, ada hubungannya dengan kecemasan yang dialami oleh siswa tersebut. Kecemasan atau rasa takut pada siswa berupa perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi ketika mereka berhubungan sosial. Mereka cemas akan direndahkan dan ditinggalkan oleh lingkungan sosial, adanya tindak penolakan dan pengabaian ketika mereka bergabung dalam lingkungan sosial yang lain, sehingga kecemasan yang dirasakan tersebut mengakibatkan mereka membatasi diri dalam bergaul.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti hal ini, karena kecemasan yang dialami oleh siswa dapat berdampak negatif dalam kehidupan sehari-harinya, dan peneliti menduga bahwa baik atau kurangnya interaksi sosial siswa ada hubungannya dengan kecemasan atau rasa takut yang dialami siswa ketika berhubungan sosial dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti hal ini dan meneruskannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Hubungan Interaksi Sosial dengan kecemasan Siswa di MAN 4 Agam”.

(24)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, banyak masalah yang bisa diteliti. Penulis dapat mengidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

a. Terindikasi bahwa adanya beberapa siswa yang memiliki kecemasan ketika bersosialisasi.

b. Terindikasi bahwa adanya sebagian orangtua yang kurang berperan penting dalam mendidik anaknya dalam bersosial.

c. Terindikasi bahwa adanya sebagian guru yang kurang memperhatikan dan mendidik siswa dalam bersosialisasi yang benar.

d. Terindikasi bahwa adanya sebagian lingkungan yang kurang memfasilitasi dan menerima anak dalam bersosialisasi.

2. Batasan Masalah

Agar lebih terarahnya penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa batasan masalah. Adapun yang menjadi batasan masalah yang peneliti pilih adalah:

a. Gambaran interaksi sosial siswa MAN 4 Agam.

b. Gambaran kecemasan siswa MAN 4 Agam ketika berinteraksi dengan orang lain.

c. Gambaran hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam.

(25)

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar tingkat interaksi sosial siswa MAN 4 Agam.

2. Seberapa besar tingkat kecemasan siswa MAN 4 Agam ketika berinteraksi.

3. Seberapa besar tingkat hubungan antara interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkatan hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam. Namun demikian tujuan yang lebih spesifik dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui seberapa besar interaksi sosial siswa MAN 4 Agam.

b. Untuk mengetahui seberapa besar kecemasan siswa MAN 4 Agam ketika berinteraksi.

c. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam.

(26)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Adapun manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini yaitu untukMenambah pengetahuan peneliti sebagai calon sarjana Bimbingan dan Konseling dengan mengkaji secara mendalam mengenai hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam.

b. Manfaat praktis

Adapun manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapatkan gelar kesarjanaan (SI) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Bimbingan dan Konseling di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

2) Penelitian ini bertujuan agar lembaga sekolah yang bersangkutan dapat mengetahui bagaimana keadaan sosial siswanya, agar terhindar dari kecemasan.

3) Penulisan skripsi ini berguna sebagai referensi umum bagi tenaga pendidik terutama Guru Pembimbing sehingga dapat membentuk siswa berdasarkan kematangan sosial sehingga terhindar dari kecemasan ketika bersosialisasi.

(27)

E. Penjelasan Judul

Penelitian yang berjudul hubungan interaksi sosial dengan kecemasan siswa di MAN 4 Agam ini mengandung beberapa istilah yang perlu dijelaskan lebih lanjut, yaitu:

Interaksi : Berasal dari kata inter dan action, secara terminology interaksi merupakan hubungan timbal balik.23

Sosial : Hubungan manusia dengan menusia lain. Berkenaan dengan mesyarakat.24

Kecemasan : Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety”

berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan dan ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda25. Kecemasan merupakan Keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.26

23 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal 57

24 KBBI 3

25Atkinson, L. Rita, Richard C. dan Hillgar, E, Pengantar Psikologi (Terjemahan Nurdjannah Taufiq), Edisi kedelapan, Jilid dua, (Jakarta : Erlangga, 1993) hal 212

26 Jeffrey S. Nevid, dkk. Psikilogi Abnormal. PT Gelora Aksara Pratama.

Jakarta. Hal.163

(28)

Siswa : Murid atau peserta didik (terutama pada tingkat sekolah dasar, menengah, pelajar untuk SMU).27 Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa maksud dengan judul diatas adalah hubungan antara hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu lain dengan keadan khawatir dan cemas yang merasakan suatu yang buruk akan segera terjadi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini, maka penulis mambagi dalam sistematika penulisan kepada beberapa bab.

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Berisi penjelasan landasan teoritis yaitu mengenai pengertian interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial, syarat terjadinya interaksi sosial, faktor terjadinya interaksi sosial, perbedaan bentuk orang sosial dengan non sosial, efek interaksi sosial, serta pengertian kecemasan, tipe-tipe gangguan kecemasan, faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, klasifikasi tingkat kecemasan, efek kecemasan, dan hubungan interaksi sosial dengan

27 KBBI, Edisi Ketiga. Pusat Bahasa Depdiknas. Hal. 1077

(29)

kecemasan siswa, penelitian relevan, kerangka konseptual, dan hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian

Berisi jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji coba instrument, dan teknik analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian

Berisi deskripsi hasil penelitian, uji persyaratan analisis, dan pembahasan.

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan, dan saran.

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial berasal dari kata inter dan action, secara terminology interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antar individu, kelompok sosial, dan masyarakat.28 interaksi sosial yang dikemukakan oleh Abu ahmadi yaitu suatu hubungan antar individu atau lebih, dimana kelakuan individu satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki kelakuan.29

Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan maksud interaksi sosial yaitu hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, dengan kelompok manusia.30 Interaksi sosial berupa hubungan pengaruh yang tampak dalam pergaulan hidup bersama, sehingga tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bermasyarakat.

Definisi interaksi sosial dikemukakan oleh Muhammad Ali dan Muhammad Asrori yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menjadi stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi

28 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal 57

29 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)

30 Syahrial Syarbani Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi. (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2013), hal 26

(31)

pasangannya.31 Menurut Soerjono Soekanto yang dikemukakan oleh Bambang Syamsul Arifin mendefinisikan interaksi merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok, atau antara individu dan kelompok.32

Berdasarkan pendapat diatas, dapat diketahui bahwa interaksi sosal merupakan hubungan antara individu, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan individu yang saling mempengaruhi satu sama lain yang akan menimbulkan perubahan baik yang bedampak positif maupun negatif pada diri individu itu sendiri.

2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk interaksi sosial dilihat dari pandangan islam yang dikemukakan oleh Enung Fatimah mengemukakan beberapa bentuk yaitu:

a. Manusia mampu mengatur hubungan dirinya dengan orang lain, yang memiliki beberapa ciri-ciri kepribadian pokok seperti:

1) Mampu berkarya dan menyumbang, serta mau memberi dan menerima,

2) Memandang baik diri sendiri dan orang lain, 3) Signifikan dan berharga bagi orang lain,

31 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal 87

32 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA), hal 50

(32)

4) Mamenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus mengganggu atau mengorbankan orang lain.33

b. Manusia mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu pribadi yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat menciptakan atau mengolah lingkungannya secara baik.34

c. Manusia mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah swt, yaitu pribadi yang selalu meningkatkan keimanannya yang dibuktikan dengan melaksanakan ibadah dengan benar dan ikhlas, menjalankan muamalah dengan benar dan dengan niat yang ikhlas.35

Ketika berusia remaja, seseorang memiliki bentuk interaksi yang beragam. Menurut Vina Dwi Laning, bentuk interaksi sosial yang dilakukan pada usia remaja berbentuk:

e. Kerja sama

Remaja tidak dapat terlepas dari kodratnya sebagai makhluk sosia yang tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain.

menurut remaja, kehadira orang lain disekitarnya bertujuan untuk bekerja sama dalam mengarungi kehidupan. Kebiasaan kerja sama

33 Nina W. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikas.

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2014), hal. 226-228

34 Nina W. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi,... hal.

226-228

35 Nina W. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi,... hal.

226-228

(33)

dapat dilatih mulai dari lingkungan keluarga, sehingga dapat mengembangkan kerja sama dalam kelompok dan luar kelompok.36

Munculnya kerja sama didasari ketika remaja memiliki kepentingan sama dengan lingkungannya, seperti dalam keluarga perlu pembagian tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Dalam lingkungan yang lebih besar, remaja bisa melatih kerjasama melalui kerja bakti dan gotong royong. Melalui kegiatan tersebut, remaja mendapatkan pelajaran mengenai arti pentingnya kerja sama yang dapat menyelesaikan pekerjaan yang menunpuk dengan cepat.

Kerjasama timbul karena adanya orientasi seseorang terhadap kelompoknya (in-group) dan kelompok lain (out group), dan kerjasama akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam dan tindakan menyinggung kesetiaan secara tradisional atau institusional yang telah tertanam dalam kelompok dan diri seseorang.37

Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan tiga bentuk kerjasama, yaitu:

1) Bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antar dua pihak.

36 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman, (Klaten: Penerbit Cempaka Putih, 2009), hal 21

37 Soekanto Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar,… hal 65

(34)

2) Cooperation yaitu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan suatu organisasi guna menghindari goncatan stabilitas organisasi tersebut (saling mendukung).

3) Coalition yaitu kombinasi antar kedua organisasi yang mempunyai tujuan sama, sehingga bersifat kooperatif. Jika kerjasama tersebut berdasarkan bagi hasil disebut joint- venture.38

f. Akomodasi (Acomodation)

Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menunjung pada suatu keadaan keseimbangan dalam suatu pencapaian yang sukses. Bentuk interaksi ini menginginkan adanya suatu kondisi yang stabil, sehingga nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dipatuhi dengan tertib, dan terhindar dari konflik.39

Akomodasi mendorong remaja untuk memanfaatkan lingkungan, berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkugan. Dalam hal ini, remaja harus memahami batapa pentingnya peran lingkungan terhadap perkembangan dirinya.

Menurut Gillin yang dikemukakan oleh Syahrial Syarbani Rusdiyanta, mengemukakan akomodasi dalam pengertian sebagai suatu proses, mempunyai beberapa bentuk, yaitu:

38 Syahrial Syarbani Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi,... hal 29

39 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman,... hal 21

(35)

1) Coelcion yaitu suatu bentuk akomudasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. Contohnya interaksi sosial perbudakan yang didasarkan pada penguasaan majikan, sehingga budak tersebut dianggap sama sekali tidak mempunyai hak apapun.

2) Compromise yaitu suatu bentuk akomodasi yang melibatkan pihak-pihak yang mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada, misalnya akomodasi yang terjadi antara partai politik yang memiliki kekuatan yang sama dalam satu pemilihan umum.

3) Arbitration yaitu suatu cara yang dilakukan untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak mampu mencapainya sendiri, seperti terlihat dalam penyelesaian masalah perburuhan yang diselesaikan oleh pihak ketiga.

4) Mediation dengan cara mengundang pihak ketiga yang netral dan membantu mengatasi perselisihan yang ada.

5) Conciliation yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan dari pihak yang berselisih untuk mencapai tujuan yang sama.

6) Toleration merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.

(36)

7) Stalemate merupakan suatu bentuk akomodasi pihak yang bertentangan dan mempunyai kekuatan seimbang dan berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangan.

8) Adjudication yaitu penyelesaian perkara dipengadilan.40 g. Kompetisi (Competition)

Dalam suatu lingkungan, remaja tidak selamanya akan saling bekerja sama dengan individu lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Adakalanya remaja saling bersaing dengan individu maupun antar institusi. Munculnya persaingan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam proses pencapaian tujuan tertentu, sehingga individu maupun institusi berusaha meningkatkan daya saingnya untuk mengejar tujuan yang diinginkan.41

Persaingan atau kompetisi yang dilakukan oleh seseorang dapat dilihat dari beberapa bentuk. Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan beberapa bentuk persaingan yang berupa:

1) Persaingan ekonomi yaitu usaha memperebutkan barang dan jasa dari segi mutu, jumlah , harga, dan pelayanan. Sehingga terkadang menimbulkan persaingan yang berlangsung tidak sehat sehingga merugikan pihak yang bersaingan, karena biaya saing bertanbah.

40 Soekanto Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar,... hal 70-71

41 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman.,... hal 21

(37)

2) Persaingan kebudayaan yaitu usaha memperkenalkan nilai- nilai budaya agar diterima dan dianut yang berupa persainagn dibidang keagamaan, pendidikan, peradilan, kesenian, dan lembaga kemasyarakatan lainnya.

3) Persaingan status sosial yaitu usaha mencapai dan memperebutkan kedudukan dan peranan yang terpandang, baik oleh seseorang maupun kelompok sosial. Kedudukan dan peranan apa yang dikejar sangat bergatung nilai apa yang paling dihargai masyarakat pada suatu masa tertentu.

4) Persainagn ras yaitu persaingan kebudayaan khas yang diwakili ciri ras selaku perlambang sikap beda budaya. Hal ini terjadi karena keadaan badaniah yang tampak, lebih jelas terlihat dari pada nilai budaya yang dianut.42

h. Konflik (Conflict)

Konflik atau pertentangan merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan gejala kebencian, ketidakpastian, atau ketidakharmonisan dalam diri individu terhadap individu lainnya.

Konflik yang terjadi dalam kehidupan memiliki cara yang beragam, seperti konflik secara terbuka maupun tertutup. Konflik yang terjadi di lingkungan diantaranya kerena ada perbedaan antar individu, kebudayaan, kepentingan, dan sosial, sehingga konflik

42 Syahrial Syarbani Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi,... hal 33

(38)

membawa dampak negatif bagi pelakunya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan konflik juga berdampak positif.43

Syahrial Syarbani Rusdiyanta mengemukakan dampak yang timbul dari pertikaian dalam kelompok sosial tersebut berupa:

1) Solidaritas bertambah, 2) Persatuan retak dan hancur, 3) Perubahan kepribadian atau sikap, 4) Korban jiwa dan harta,

5) Akomodasi atau dominasi.44

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang sagatlah beragam, dari yang berbentuk positif maupun negatif, sehingga baik buruknya interaksi tersebut, ditentukan oleh bentuk tujuan yang diinginkan. Jika tujuan yang hendak dicapai baik, maka interaksi yang terjadi bersifat positif, dan jika tujuan yang hendak dicapai menuju pada kehancuran, maka interaksi yang terjadi bersifat negatif.

3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

43 Vina Dwi Laning, Remaja Idaman,... hal 22

44 Syahrial Syarbani Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi.,,, hal 34

(39)

Menurut Soekanto yang dikemukakan oleh Bambang Syamsul Arifin, proses interaksi sosial terjadi apabila memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu:

a. Kontak sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa latin, yaitu con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh sehingga kontak fisik menjadi syarat utama terjadinya interaksi sosial.45

Menurut Rukmindo Isbandi Adi, kontak sosial memiliki beberapa sifat yaitu:

1) Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif

Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.46

2) Kontak sosial bersifat primer dan sekunder

Kontak sosial merupakan hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang menjadi awal terjadinya interaksi sosial. Wujud kontak sosial tidak selamanya bersentuhan secara fisik, tetapi juga bisa secara verbal atau bahkan hanya berupa reaksi pasif seperti symbol. Kontak sosial juga dapat dilakukan

45 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA), hal 56

46 Rukmindo Isbandi Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial,... hal 198

(40)

dengan menggunakan media alat komunikasi radio, televisi, telepon, dan sebagainya.47

b. Komunikasi

Komunikasi yang dikemukakan oleh NG. Schulte Nordhoit dan Fx. Sawal yaitu suatu proses pengiriman berita dari seseorang kepada orang lain, yang berupa adanya proses pengiriman pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan.48 Berdasakan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa interaksi sosial didasari oleh komunikasi, sehingga pesan yang disampaikan tersebut akan dicerna oleh penerima pesan dan direspon dalam bentuk tindakan.

Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial juga melibatkan komunikasi yang berupa pemberian tafsiran pada prilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah, atau sikap dan perasaan yang ingin disampaikan pada orang tersebut. Menurut Bambang Syamsul Arifin, komunikasi memiliki cara dalam penyampaiannya, berupa:

1) Komunikasi secara langsung yaitu pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada komunikan.

2) Kominikasi tidak langsung (simbolis), yaitu interaksi dilakukan dengan menggunakan pihak ketiga dan alat bantu untuk

47 Rukmindo Isbandi Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal 198

48 NG. Schulte Nordhoit dan Fx. Sawal, Pengantar Sosiologi, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1982), hal 160

(41)

memperlancar interaksi, seperti internet, telepon, surat, dan sebagainya.49

Menurut Rukminto Isbandi Adi, ada unsur yang terkandung dalam komunikasi yaitu:

1) Adanya pengirim dan penerima berita

Syarat utama terjadinya komunikasi yaitu adanya dua orang atau lebih. Orang pertama berfungsi sebagai pengirim berita, sedangkan orang kedua dan seterusnya sebagai penerima berita. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu pokok persoalan yang sama antara pengirim dan penerima, yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komunikasi tidak sempurna (miscommunication), sehingga komunikasi yang terjadi sesuai dengan harapan dan tujuan.50 2) Berita yang dikirim

Berita yang dikirim merupakan salah satu unsur dalam komunikasi. Berita tersebut digolongkan dalam beberapa macam yaitu:

a) Fakta dan informasi, seperti pelajaran yang disampaikan guru yang bersifat rasio saja.

b) Fakta seperti, seperti menceritakan kejadian yang sebenarnya.

c) Fakta yang bercampur dengan emosi.

49 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Sosial,... hal 57

50 Rukmindo Isbandi Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial,... hal 197

(42)

d) Media pengirim berita, seperti bahasa yang yang dipergunakan dalam berkomunikasi.

e) Sistem simbol yang berupa tanda yang berfungsi mewakili suatu hal, pikiran. 51

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa beberapa syarat terjadinya interaksi tersebut, akan menentukan bagaimana kualitas kedekatan individu dengan orang lain untuk selanjutnya, karena interaksi yang sempurna akan memberikan kenyamanan bagi individu tersebut dan sebaliknya, dan interaksi yang tidak sempurna akan memberikan ketidaknyamanan pada individu tersebut.

4. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial sebagai suatu proses tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi sosial, yang meliputi:

1. Dorongan untuk meneruskan keturunan, 2. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan, 3. Dorongan untuk mempertahankan kehidupan, 4. Dorongan untuk berkomunikasi.52

51 Rukmindo Isbandi Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial,... hal 197

52 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Ed Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), hal 57-58

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh

Terdapat hubungan antara persepsi petani tentang kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan kawasan agropolitan dengan upaya mereka meningkatkan agribisnis

bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan antisipasi bencana pada wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Klungkung, perlu adanya kesiapsiagaan

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari kedua variabel prediktor tersebut dicari seberapa besar kontribusinya sehingga diketahui bahwa kontribusi perhatian

Pengambilan data untuk tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), serta luas permukaan daun (cm²) diamati setiap satu minggu sekali diawali satu minggu setelah penyemaian. a)

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa : nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an (surat Al- Baqarah ayat

Berton et al (2009) juga mengemukan jika persepsi terhadap barang mewah menjadi faktor penentu niat beli dari konsumen, dimana dibagi menjadi dua yaitu: persepsi

Setelah melakukan penelitian, dengan cara observasi, wawancara, dan melakukan tes terhadap siswa, ternyata peneliti menemukan beberapa masalah yang terjadi selama