BAB V : Penutup, diantaranya mencakup Kesimpulan dan Saran
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Komunikasi dan Organisasi
C. Bentuk-bentuk Komunikasi
C. Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentukbentuk komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi dalam
bukunya berjudul “Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek” ada beberapa
bentuk komunikasi, di antaranya komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi personal (intrapersonal dan interpersonal), dan komunikasi kelompok (besar dan kecil)14.
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah pernyataan lisan antara manusia lewat katakata dan simbol umum yang sudah disepakati antara individu, kelompok, bangsa dan Negara.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbolsimbol atau katakata, baik dinyatakan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai proses di mana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam simbolsimbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan15.
14
Onong Uchjana Effendi, “Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),cet.ke6, h.7.
15
Arni Muhammad, “Komunikasi Organisasi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet.ke 4,h.95.
2) Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja atau tidak sengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan16.
3) Komunikasi Personal
Komunikasi personal dibedakan atas dua kelompok, yaitu komunikasi Intrapersonal dan komunikasi Interpersonal.
Komunikasi Intrapersonal (Intrapersonal Communication) atau disebut komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antara pribadi dengan komunikasi dalam kontekskonteks lainnya, dengan kata lain komunikasi ini adalah komunikasi dalam dua orang, tiga orang dan seterusnya karena sebelum berkomunikasi de gan orang lain biasanya kita dengan diri sendiri yaitu mempersepsi makna pesan orang lain, hanya saja caranya tidak kita sadari bahwa keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri17.
16
Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet.ke4, h.103.
17
Phil Astrid S. Susanto, “Komunikasi dalam Teori dan Praktek”, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet.ke3,h.7.
Sedangkan komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka (face to face) yang memungkinkan setiap individu menangkap reaksi secara langsung baik secara verbal maupun non verbal18.
4) Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapau tujuan bersama, mengenal satu dengan lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut19.
Adapun yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu20.
Komunikasi kelompok terbagi dua yaitu kelompok besar dan kelompok kecil. Komunikasi kelompok besar yaitu komunikasi yang mana penyampaian pesannya berlangsung secara terusmenerus, interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas dan jumlah khalayak relatif besar. Sedangkan komunikasi kelompok kecil komunikasi yang mana interaksi antara sumber dan penerima pesan
18
Alo Liliweri, “Komunikasi Antar Pribadi”, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke2, h.12.
19
Deddy Mulyana, “Ilmu Komunikasi”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986),h.7.
20
Nuruddin, “Sistem Komunikasi Indonesia”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet.ke2, h.33.
tidak terbatas dan jumlah khalayak kecil21. D. Pola Komunikasi Organisasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pola adalah bentuk atau sistem22. Sedangkan kata pola dalam kamus ilmiah popular diartikan sebagai model, contoh atau pedoman (rancangan)23. Pola dapat juga dikatakan model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah obyek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur unsur pendukungnya24.
Analisis eksperimental polapola komunikasi menyatakan
bahwa pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa”
mempunyai konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi. Maka dari itu, kita akan membandingkan dua pola yang berlawanan antara pola roda dan pola lingkaran. Untuk menggambarkan pengaruh aliran komunikasi yang dibatasi dalam organisasi, dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1 (Pola Roda) Gambar 2 (Pola Lingkaran)
21
Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),cet.ke4, h.3435.
22 Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, edisi ke-3, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002),h.885.
23 Puis A. Partanto dan M. Dahlan AlBarry, “Kamus Ilmiah Popular”, (Surabaya: Arkola, 1994),h.605.
24 Wiryanto, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004), h.9.
A
B
C
D
E
A B C D Ea. Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi, dan memecahkan masalah dengan sasaran/persetujuan anggota lainnya25. Jadi, dapat dijelaskan bahwa seseorang berkomunikasi pada banyak orang, yaitu B,C,D, dan E. komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik.
b. Pola Lingkaran
Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak ada seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya. Demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan26. Pola lingkaran yaitu hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir di sini adalah (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).
Ada beberapa kombinasi yang berbeda, yang mungkin A dapat berkomunikasi dengan B dan E tetapi tidak dapat berkomunikasi dengan C dan D; B dapat berkomunikasi dengan A dan C tetapi tidak dengan D dan
25 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.174.
26 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.175.
E; C dapat berkomunikasi dengan B dan D tetapi tidak dengan A dan E; D dapat berkomunikasi dengan C dan E tetapi tidak dengan A dan B; dan E dapat berkomunikasi dengan D dan B tetapi tidak dengan B dan C. bila D ingin berkomunikasi dengan A, informasi harus disampaikan melalui E atau C dan B27.
Hasil penelitian pada kedua pola tersebut menyatakan bahwa keduanya menghasilkan konsekuensi yang amat berbeda (Bavelas, 1950;Bavelas dan Barrett, 1951; Burges, 1969; Leavitt, 1951; Shaw, 1958).
Di antara keduanya, pola lingkaran meliputi kombinasi orang orang penyampai pesan yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola roda yang hanya mencakup aliran komunikasi yang amat terpusat dalam keseluruhan aksebilitas anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral atau kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang dikirimkan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahanperubahan dalam tugas. Di sisi lain, pola roda memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukkan kecermatan tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat cenderung mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan28.
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan
27
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.175.
28 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “ Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.175.
berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain berbedabeda. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan, terdapat dua macam jaringan komunikasi organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu:
1. Aliran Komunikasi Formal
Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi yang masingmasing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari atasan kepada bawahan, pola transformasinya dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi horizontal (horizontal communication), dan komunikasi diagonal (diagonal communication).
a. Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication)
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hierarki organisasi29, atau informasi yang mengalir dari jabatan yang lebih tinggi kepada yang berotoritas lebih rendah. Di mana komunikasi ini umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi30.
29 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo, anggota Ikapi, 2011), h.176.
30 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.184185.
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz dan kahn, 1966), yaitu : 1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktikpraktik organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai (bawahan), dan
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission)
b. Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication)
Komunikasi dari bawah ke atas merupakan informasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi ini menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi31.
c. Komunikasi Horizontal (horizontal communication)
Komunikasi horizontal merupakan penyampaian informasi antara bagianbagian yang memiliki tingkat otoritas yang sama atau yang memiliki posisi sejajar dalam suatu organisasi32. Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam
31 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, h.189.
32 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”,h.195.
organisasi dan mempunyai atasan yang sama33.
Bentuk komunikasi ini yang paling umum mencakup semua jenis kontak antarpersona. Bahkan bentuk komunikasi ini tertulis cenderung menjadi lebih lazim. Komunikasi ini paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lainlain.
Hambatanhambatan komunikasi ini banyak persamaannya dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Ketidakadanya kepercayaan di antara rekan rekan kerja, perhatian yang lebih tinggi pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi bawahan yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya34. d. Komunikasi Diagonal (Lintas Saluran)
Komunikasi diagonal merupakan aliran komunikasi dari orang orang yang memiliki otoritas yang berbeda dan tidak memiliki hubungan kewenangan secara langsung35.
2. Aliran Komunikasi Informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam
33 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”,h.195.
34 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”,h.197.
35
Khomsahrial Romli, M.Si., “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo,
struktur organisasi36. Bila bawahan berkomunikasi satu sama lainnya tanpa mengindahkan posisinya dalam organisasi, faktorfaktor yang mengarahkan aliran informasi lebih bersifat pribadi. Arah aliran informasi kurang stabil. Informasi mengalir ke atas, ke bawah, horizontal, dan melintasi saluran, hanya dengan sedikit kalau ada. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi di antara orangorang, informasi ini mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine). Grapevine adalah mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari desasdesus, kabar angin atau “selentingan”).
Sistem komunikasi “grapevine” ini cenderung dianggap merusak atau merugikan, karena tidak jarang terjadi penyebaran informasinya tidak tepat, tidak lengkap, dan menyimpang. Di lain pihak, komunikasi “grapevine” mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi ini lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi. Atasan harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama “grapevine” tidak dapat dihilangkan. Bahkan sebaliknya, atasan perlu memahami dan menggunakan “grapevine” sebagai pelengkap komunikasi formal37.
Informasi yang mengalir sepanjang jaringan kerja, selentingan juga terlihat berubahubah dan tersembunyi. Komunikasi informal cenderung
36
Ahyriza Affandi Muhammad, “Seminar 9 Hubungan Internal Komunikasi Formal dan Informal: Komunkasi Formal dan Informal”, http://afmalovelydiamond.wordpress.com /2012/11/seminar9hubunganinternalkomunikasi/, (Diposting pada tanggal 06 November 2012, Pukul : 17.01 ).
37 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo, anggota Ikapi, 2011), h.177.
mengandung laporan “rahasia” tentang orangorang dan peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran organisasi yang formal. Informasi yang diperoleh
selentingan lebih memperhatikan “apa yang dikatakan atau didengar oleh seseorang” daripada “apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan.
Selentingan juga cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan, jadi pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat member andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting38.
E. Pengertian Pengembangan dan Pembinaan Organisasi