BAB V : Penutup, diantaranya mencakup Kesimpulan dan Saran
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA( PP IPPNU)
2. Arah Komunikasi PP IPPNU
a. Komunikasi Vertikal (Vertical Communication) Komunikasi secara vertikal terdiri dari :
1) Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Berdasarkan apa yang peneliti temukan di organisasi IPPNU dalam komunikasi ke bawah ini Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri NU (PP IPPNU) mengalirkan informasi yang bergerak dari jabatan atau posisi yang berotoritas lebih tinggi kepada yang lebih rendah11. Dalam hal ini, Ketua Umum IPPNU yang dipilih pada Muktamar tahun 2013 yaitu Farida Farichah kepada mereka yang otoritasnya lebih rendah baik kepada Sekretaris Umum, Wilda Tussururoh maupun Bendahara Umum, Maulidah Zahroh dan para ketua
10 Wawancara Pribadi dengan narasumber Ketua I Departemen Pengembangan dan Pengorganisasian, Dewi Candra, (Jakarta, 10 Juni 2013).
11
Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT. Grasindo, anggota Ikapi, 2011), h.176.
departemen maupun lembaga PP IPPNU.
Ketua Umum sebagai pimpinan tertinggi di tingkat pusat dan pengurus harian IPPNU yang mempunyai peran penting dalam komunikasi ke bawah untuk menjalankan roda organisasi di PP IPPNU.
Proses komunikasi itu kami jalankan terdapat pada dua tempat dan kegiatan, seperti pada kegiatan yang formal dan non formal. Pada kegiatan formal tentunya kita menggunakan gaya bahasa yang resmi dan prosedur dan mekanisme yang sudah diatur dalam organisasi, seperti perintah dalam melaksanakan kegiatan rapat pimpinan atau acaraacara besar Islam yang alurnya memakai komunikasi dari atas ke bawah yang kita sebut dengan konsolidasi dan dari bawah ke atas kita sebut dengan koordinasi. Sedangkan pada acara non formal biasanya kita melaksanakan proses komunikasi dengan saling sapa apabila bertemu atau bercengkerama baik secara langsung ataupun melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter, email dan lain sebagainya yang sasarannya adalah seluruh kader IPPNU baik yang berada di pusat, wilayah, cabang dan ranting12.
Komuniksi ke Bawah di PP IPPNU merupakan bagian yang sangat penting dilakukan di dalam menyampaikan informasi dan menerima informasi, menerima hasil laporan terhadap tugas dan tanggung jawab dari pihak bawah. Semua ini dilakukan ketika Pimpinan Pusat berada di tempat/kantor melalui tatap muka secara langsung (face to face) maupun dengan melalui SMS, BBM (Blackberry Messanger), twitter dan facebook. Informasi komunikasi ke bawah ini berguna untuk mengembangkan rasa memiliki tugas masingmasing kader/anggota dan mengetahui kinerja mereka di dalam organisasi
12 Wawancara Pribadi dengan narasumber Ketua Umum PP IPPNU, Farida Farichah, (Jakarta, 20 Mei 2013).
IPPNU.
Komunikasi dalam konsolidasi dan koordinasi di IPPNU dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Rumah Tangga, seperti pada Kongres, Kongres Luar Biasa, Konferensi Besar, Rakernas, Rapimnas, Konferensi Wilayah, Konferensi Wilayah Luar Biasa, Rapat Kerja Wilayah, Rapat Pimpinan Wilayah, Konferensi Cabang, Konferensi Cabang Luar Biasa, Rapat Kerja Cabang, Rapat Pimpinan Cabang, Konferensi Anak Cabang, Konferensi Anak Cabang Luar Biasa, Rapat Kerja Anak Cabang, Rapat Pimpinan Anak Cabang, Konferensi Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi, dan lainlain. Selain daripada acara acara besar atau musyawarah besar, komunikasi pun sering kita lakukan ketika ada acara diskusi, seminar maupun pelatihan, pengajianpengajian, Peringatan Hari Besar Islam, dan lainlain13.
Komunikasi ke bawah oleh Pimpinan Pusat dilakukan ketika melaksanakan kegiatan rapat pimpinan atau musyawarah besar seperti Kongres, Konferensi Besar, Rapat Kerja Nasional (RAKERAS), RAPIMNAS, Konferensi Wilayah, Rapat Pimpinan Wilayah, dan lainlain, yang mana tentunya dalam hal itu melalui prosedur dan mekanisme yang sudah diatur dalam organisasi serta menggunakan gaya bahasa yang resmi. Selain daripada kegiatan musyawarah besar, kegiatan dalam peringatan harihari besar Islam,
pengajian malam jum‟at, yasinan, tahlil, haul, ketika mengadakan seminar, diskusi, pelatihan dan sebagainya. Kegiatankegiatan tersebut dimanfaatkan oleh Pimpinan Pusat untuk berkonsolidasi atau berkomunikasi kepada baik Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting serta ke pihak bawah (ketua
13
Wawancara Pribadi dengan narasumber Sekretaris Umum PP IPPNU, Wilda Tussururoh, (Jakarta, 10 Juni 2013).
departemen, lembaga dan anggota).
Jadi, masalah mengenai kelalaian yang dilakukan oleh pihak bawah, Ketua Umum bertanggung jawab guna memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Dalam menjalankan organisasi di PP IPPNU tidaklah mudah, perlunya tahapan dan melalui regenarasi untuk sampai ke Pimpinan Pusat. Terlebih lagi harus memiliki rasa kesadaran akan organisasi di PP IPPNU, dan memiliki pengabdian berorganisasi lebih kepada beribadah.
2) Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Informasi yang mengalir dari tingkat yang otoritasnya lebih rendah (pihak bawah) ke tingkat yang otoritasnya lebih tinggi (pihak atas)14. Di dalam organisasi PP IPPNU Sekretaris Umum yaitu Wilda Tussururoh dan Bendahara Umum yaitu Maulidah Zahroh bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum yaitu Farida Farichah.
Komunikasi ke atas di dalam organisasi sangat dibutuhkan terlebih lagi dalam mengembangkan dan membina organisasi tersebut. Komunikasi ke atas ini guna menumbuhkan rasa kebersamaan dan memiliki akan organisasi di PP IPPNU sekaligus dapat memberikan kesempatan kepada pihak bawah untuk menyumbang gagasan, saran dan kritik serta dalam memberikan pengajuan pertanyaan. Hal tersebut dapat menjadi barometer bagi pimpinan dalam menilai
14 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.189.
apakah dari pihak bawah memahami dan mengerti akan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka terkait dengan programprogram yang dijalankan, perkembangan IPPNU dan juga apakah sesuai dengan target yang diinginkan.
Koordinasi disetiap organisasi sangat dibutuhkan untuk mengetahui dan menyampaikan informasi yang dilakukan pihak bawah terhadap kebijakan yang di instruksikan. Begitu juga di PP IPPNU, koordinasi sangat dibutuhkan di organisasi ini, khususnya dalam mengembangkan dan membina organisasi. Koordinasi ke pihak atas dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan memiliki akan organisasi sekaligus memberikan kesempatan kepada pihak bawah untuk mengajukan pertanyaan, menyumbang gagasan serta kritik dan saran. Komunikasi dan koordinasi ke pihak atas tentunya menjadi barometer bagi pimpinan untuk menilai apakah pihak bawah memahami tugas dan tanggung jawab yang diberikan olehnya dan apakah sudah sesuai dengan target yang diinginkan15.
Komunikasi dari bawah ke atas (Upward Communication) dalam organisasi PP IPPNU ini sudah diatur di dalam PRT (peraturan rumah tangga) berkaitan dengan koordinasi dan konsolidasi baik dari pihak Pimpinan Wilayah, Cabang, Komisariat sampai ke Pimpinan Pusat begitu juga sebaliknya. Biasanya mereka berkonsolidasi dan berkoordinasi terkait dengan programprogram kerja, prestasi dan kinerja dari tugas/program yang mereka kerjakan, mengenai kendala dan hambatan dalam menjalankan programprogram kerja mereka serta rencana untuk waktu mendatang. Sekaligus juga dari kader kader atau pihak bawah yang ikut memberikan kritik dan saran untuk
15 Wawancara Pribadi dengan narasumber Sekretaris Umum PP IPPNU, Wilda Tussururoh, (Jakarta,10 Juni 2013).
memajukan organisasi IPPNU baik dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang dan Ranting.
Proses komunikasi dari bawah ke atas dalam PP IPPNU semua sudah diatur di dalam Peraturan Rumah Tangga, tepatnya pada bab Permusyawaratan. Di sana diatur dalam rapatrapat yang berkaitan dengan koordinasi baik dari pihak Pimpinan Komisariat sampai ke Pimpinan Pusat, yang bertujuan untuk mengetahui informasi terkait programprogram dan perkembangan IPPNU, dan lainlain. Yang dikomunikasikan biasanya yang terkait dengan programprogram kerja, prestasi organisasi, kemajuan organisasi, kendala dan hambatan dalam menjalankan program kerja dan rencana untuk waktu mendatang. Biasanya ada juga kader yang memberikan kritik dan saran untuk kemajuan IPPNU baik dari PP hingga ke Wilayah16.
Koordinasi dan konsolidasi di internal PP IPPNU sering dilakukan ketika ada acaraacara dan kegiatan. Misalnya ketika di Pimpinan Pusat mengadakan suatu acara, Pimpinan Pusat berkonsolidasi ke Pimpinan Wilayah (PW), Pimpinan Cabang (PC) dan Ranting guna melibatkan para peserta dalam acara tersebut. Tidak hanya peserta saja yang dilibatkan melainkan Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang dan Ranting juga ikut dilibatkan. Begitupun sebaliknya ketika Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang dan Ranting mengadakan suatu acara mereka berkoordinasi ke Pimpinan Pusat.
b. Komunikasi Horisontal (Horizontal Communication)
Komunikasi horisontal merupakan penyampaian informasi antara bagianbagian yang memiliki tingkat otoritas yang sama atau yang memiliki posisi sejajar dalam suatu organisasi. Yang mana
16 Wawancara Pribadi dengan narasumber Sekretaris Umum PP IPPNU, Wilda Tussururoh, (Jakarta, 10 Juni 2013).
meliputi individuindividu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai pihak atas (ototritasnya lebih tinggi) yang sama17.
Dalam hal struktur organisasi di PP IPPNU, Ketua I departemen pengembangan organisasi dibantu oleh ketuaketua departemen dan lembaga lainnya yakni Ketua II, Ketua III, Ketua IV, Ketua V, Ketua VI, Ketua VII, Ketua VIII, dan Ketua Lembaga I, Ketua Lembaga II serta Ketua Lembaga III. Dalam hal ini salah satu Ketua I Dewi Candra yang membidangi departemen pengembangan organisasi bekerja sama dengan Ketua II yang membidangi departemen pendidikan, pengkaderan, dan pengembangan SDM (sumber daya manusia) dan Ketua III yang membidangi departemen pengembangan komisariat sekolah dan pesantren. Meski mereka memiliki tugasnya masingmasing akan tetapi mereka juga tidak bisa lepas dari tanggung jawab dalam bekerja sama atas program program yang mereka jalankan.
Departemen organisasi membidangi segala yang ada mulai dari kaderisasi akan tetapi tidak secara khusus. Organisais di PP IPPNU penanggung jawab dalam mengembang dan membina organisasi ada pada departemen yang membidangi itu, yaitu ketua I. Sedangkan mengenai penguatan SDM (sumber Daya Manusia) kadernya, departemen pengembangan dan pengorganisasian berkoordinasi dengan depatemen kaderisasi. Kemudian berkoordinasi juga dengan departemen yang membidangi Komisariat Pesantren atau sekolah dan itupun harus ada sinergi. Jadi, memang semua itu tidak bisa lepas dari tanggung
17 Khomsahrial Romli, M.Si, “Komunikasi Organisasi Lengkap”, (Jakarta: PT Grasindo, 2011), h.176.
jawab penuh atas itu meksipun tugasnya masingmasing18.
Secara rutinitas, Ketua Departemen I bertanggung jawab ketika di tingkat pusat melakukan Kongres, Konferensi Wilayah ditingkat Provinsi, dan pelantikan Pimpinan Wilayah (PW) di PP IPPNU. Sedangkan dalam kaderisasi tentunya Ketua II yang bertanggung jawab yang membidangi pendidikan, pengkaderan dan pengembangan SDM. Mengenai internal organisasi IPPNU, agar organisasi di PP IPPNU tetap eksis dan berkembang serta dikenal di luar NU (Nahdlatul Ulama) itu juga menjadi tanggung jawab Ketua I departemen pengembangan organisasi. Begitupun dalam hal citra diri, visi dan misi di PP IPPNU termasuk di Ketua Departemen I, meski pada dasarnya adalah ke Ketua Umum akan tetapi secara khusus di ketua masingmasing departemen ada akan hal itu.
Secara rutinitas misalnya, di tingakatan pusat melakukan kongres atau ketika ada Konferensi Wilayah (konferwil) di tingkat Provinsi maka departemen pengembangan dan pengorganisasianlah yang bertanggung jawab. Kemudian ketika ada pelantikan di tingkat wilayah yaitu Pimpinan Wilayah (PW) IPPNU itu juga departemen I (pengembangan dan pengorganisasian) yang melantik. Jadi, memang ada tugas dan tanggung jawabnya sendirisendiri dengan departemen yang lain. Bila dikaderisasi tentunya dia akan mengurusi di bidang kaderisasi, akan tetapi bila di internalnya yang mengurusi yaitu di departemen pengembangan dan pengorganisasian. Dalam hal mengenai internal organisasi di IPPNU harus tetap eksis, tetap berkembang, dikenal di luar NU itu adalah tanggung di pengorganisasian, karena memang sudah menjadi elemennya. Kemudian mengenai citra diri, visi dan misi PP IPPNU juga termasuk di bidang pengorganisasian.
18 Wawancara Pribadi dengan narasumber Ketua I Departemen Pengembangan dan Pengorganisasian, Dewi Candra, (Jakarta, 10 Juni 2013).
Meskipun pada dasarnya tetap ke Ketua Umum, tetapi ada ketua masingmasing dari departemendepartemen yang secara khusus19.
Dalam hal bekerja sama misalnya, Ketua I dengan Ketua II. Ketika Ketua II yang membidangi pendidikan, pengkaderan dan pengembangan SDM tidak berada di Ibukota, maka yang bertanggung jawab di Pimpinan Pusat adalah Ketua I. Kaderisasi misalnya, ketika ada kaderisasi selain di tingkat wilayah, dan Jabodetabek Ketua I manjadi pemateri hingga fasilitator. Dalam hal ini keduanya yaitu pemateri dan fasilitator, Ketua I lebih cenderung menjadi fasilitator karena menjadi fasilitator memiliki wewenang yang lebih. Tidak hanya di Jabodetabek saja, Ketua I juga bertanggung jawab ketika kaderisasi dilakukan di luar Jabodetabek seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, hal ini pun bisa dilakukan oleh kaderkader yang berada di daerahnya masingmasing. Jadi, tidak mengharuskan Ketua I yang bertanggung jawab di luar Jabodetabek akan tetapi oleh masingmasing kader yang berada di daerahnya dengan mengatasnamakan Pimpinan Pusat.
Ketika bekerja sama dengan departemen lain tentunya ada hambatanhambatan yang terjadi, seperti mengadakan acara dengan waktu yang bersamaan dan masih minimnya kader atau kekurangan anggota. Akan tetapi hal ini masih dapat teratasi karena adanya saling berbagi di antara kaderkader.
19 Wawancara Pribadi dengan narasumber Ketua I Departemen Pengembangan dan Pengorganisasian, Dewi Candra, (Tanggal 10 Juni 2013).
Sedangkan aliran informasi secara informal adalah komunikasi antara orangorang yang ada dalam suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi. Faktorfaktor yang mengarahkan aliran informasi ini yaitu lebih bersifat pribadi atau masuk dalam komunikasi antarpribadi20.
Di dalam organisasi di Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) komunikasi informal sering terjadi dilakukan. Selain daripada kegiatankegiatan dan acara yang ada di internal organisasi, di luar kegiatan atau acara pun sering dilakukan. Komunikasi yang dijalankan di PP IPPNU lebih bersifat kekeluargaan yang mana bertujuan agar tidak ada pemisah di antara penguruspengurus dan anggota IPPNU baik yang berada di tingkat Pusat, Wilayah, Cabang maupun Ranting.
Komunikasi yang saya jalankan dalam menjalankan organisasi ini, khususnya dalam pengembangan dan pembinaan organisasi yaitu bersifat kepada kekeluargaan. Tujuannya agar tidak ada hijab atau dinding pemisah diantara pengurus dan anggota ippnu, baik yang berada di pusat maupun yang berada di wilayah, cabang sampai ke ranting. Sehingga rasa kebersamaan dan memiliki IPPNU terdapat pada jiwa mereka, walaupun pada moment moment tertentu tentunya kita memakai komunikasi yang formal seperti pada rapatrapat kepengurusan21.
20 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.199.
21 Wawancara Pribadi dengan narasumber Ketua Umum PP IPPNU, Farida Farichah, (Jakarta, 20 Mei 2013).
Proses komunikasi yang dijalankan secara formal tentunya menggunakan gaya bahasa yang resmi sedangkan secara informal biasanya mereka saling bersua sapa baik ketika bertemu langsung maupun menggunakan sosial media yang sasarannya adalah seluruh kader IPPNU baik yang ditingkat pusat hingga ke ranting. Dengan komunikasi antarpribadi ini mereka lebih mengenal sifat dan karakter kaderkader yang lainnya. Meskipun mereka bercerita mengenai masalah mereka dengan kaderkader yang lainnya di dalam organisasi, pada akhirnya yang mereka ceritakan bukanlah sekedar organisasi akan tetapi untuk mempererat hubungan emosional mereka di dalam organisasi dengan membangun keakraban. Begitupun di tingkat wilayah, cabang hingga ranting menceritakan masalahmasalah di antara kaderkadernya tentunya dengan penanganan yang berbedabeda.
Dengan demikian, komunikasi informal ini sangat penting untuk kemajuan dan perkembangan di sebuah organisasi. Dalam hal ini, semua kader baik dari tingkat pusat, wilayah, cabang hingga ke ranting menjalankan organisasi IPPNU baik secara internalnya terlihat formal akan tetapi lebih cenderung terkesan santai dan kekeluargaan.
Setelah menjabarkan pola komunikasi organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama, dapat terlihat bahwa pola komunikasi organisasi yang dijalankannya sangatlah berpengaruh terhadap
pengembangan dan pembinaan organisasi. Hal itu terbukti dari bertambahnya kader IPPNU sebanyak tiga juta yang tersebar di 30 provinsi di Indonesia.
80 A. Kesimpulan
Melihat dari penjelasanpenjelasan pada bab sebelumnya, tujuan dari akhir bab ini adalah menjawab hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang penulis dapatkan mengenai Pola Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Pola komunikasi organisasi yang dikembangkan oleh PP IPPNU adalah pola lingkaran, di mana pola lingkaran ini adalah pola yang memungkinkan semua anggota berkomunikasi dengan anggota yang lainnya dengan sistem sejenis pengulangan pesan. Hal ini tidak ada seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan anggota yang lain, dan juga tidak ada anggota yang dapat memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan.
Pola lingkaran di PP IPPNU, Ketua Umum dapat berkomunikasi dengan kaderkader lainnya dengan sistem pengulangan pesan. Maksudnya adalah semua penguruspengurus di PP IPPNU tidak bisa berhubungan langsung dengan pengurus yang lainnya. Untuk mendapatkan informasi ataupun menerima informasi dari pengurus yang satu dengan yang lainnya dengan menggunakan akses langsung kepada satu atau dua departemen/lembaga dari 8 departemen dan 3 lembaga, akan tetapi dalam hal ini, Seluruh kader memberikan informasi dan laporan
hasil dari programprogram kerja yang dijalankan oleh seluruh bidang/departemen dan lembaga kepada Ketua Umum atas kebijakan dan wewenang serta tanggung jawab yang diberikan kepada mereka. Apabila terjadi persoalan mengenai program kerja maupun masalah lainnya di PP IPPNU baik yang berada di Pusat, Wilayah, Cabang ataupun Ranting, para kader tidak dapat berhubungan langsung serentak sampai ke Ketua Umum/Pimpinan Pusat, melainkan mereka dapat berkomunikasi dengan ketua bidangnya masingmasing. Dengan demikian, ketua bidang tersebut dapat menyampaikan kepada Sekretaris Umum maupun Bendahara Umum yang pada akhirnya informasi tersebut sampai kepada Ketua Umum/Pimpinan Pusat, Wilayah, Cabang hingga Ranting untuk memecahkan persoalan atau masalah yang ada. Begitupun sebaliknya, ketika di Wilayah, Cabang ataupun Ranting dalam menghadapi persoalan, informasi akan hal itu bisa sampai ke Pimpinan Pusat dengan tujuan saling share bersamasama untuk memecahkan persoalan tersebut. Selain daripada itu, kaderkader lain/anggota lain pun juga dapat menyumbang suara dan memberikan saran atas masalah yang ada.
Selain pola lingkaran yang digunakan oleh organisasi di PP IPPNU, yang penulis dapatkan dari penelitian ini adalah arah aliran komunikasi yang terjadi di PP IPPNU. Pola aliran komunikasi yang terjadi di dalam organisasi ini yang dominan ada dua yaitu pertama, pola aliran komunikasi formal, yang mana arah aliran komunikasi ini secara vertikal yakni komunikasi ke atas yang disebut dengan koordinasi dan komunikasi
ke bawah yang disebut konsolidasi, dan arah aliran komunikasi secara horizontal. Kedua pola aliran komunikasi informal, yang mana arah komunikasi informal ini melibatkan komunikasi antarpribadi di antara para pengurus maupun kader IPPNU baik yang berada di Pusat, Wilayah, Cabang hingga Ranting. Demikian dari pola aliran komunikasi dan arah aliran komunikasi, keduanya sejauh ini masih terlihat baik di PP IPPNU. Pola komunikasi yang dijalankan PP IPPNU sangat berpengaruh terhadap pengembangan dan pembinaan organisasi, terbukti dari perjalanan dan perkembangannya yang sudah berjalan 58 tahun dan sudah memiliki 3 juta kader yang tersebar di 30 provinsi di Tanah Air. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari upayaupaya yang dilakukan PP IPPNU melalui departemen pengembangan dan pembinaan SDM, upaya itu terlihat dari program yang sudah direncanakan antara lain: untuk pengembangan organisasi melalui program Pelantikan dan Raker, Konferensi Besar, Rakernas dan Harlah, Rapat Pimpinan Nasional, Kongres, Bedah dan Sosialisasi dan IPPNU Award. Sedangkan untuk pembinaan organisasi yaitu Workshop Kaderisasi, Pelatihan Leadership, Beasiswa Berprestasi, Life Skill dan Semiloka Pendidikan.
B. Saran
1. Komunikasi yang dibangun oleh Pimpinan Pusat IPPNU lebih diperkuat lagi, baik di wilayah, daerah, cabang hingga ke ranting. Sehingga organisasi IPPNU dapat dijadikan wadah bagi ummat Islam, khusunya kaum wanita untuk menjadi sarana dan tempat dalam mengembangkan ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah.
2. Merancang sebuah program yang dilandasi oleh perkembangan zaman, seperti Iptek dan Westernisasi, sehingga dapat merangkul kaum wanita secara menyeluruh. Terlebih di daerah perkotaan yang nantinya mampu mencetak kaderkader yang berkualitas dan Islami untuk masa depan Ummat dan Bangsa.