• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN KERJA

A. Bentuk dan isi kontrak kerja waktu tertentu

Bentuk perjanjian kerja diatur di dalam pasal 51 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana pada ayat (1) disebutkan : Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.87 Dengan demikian perjanjian kerja pada umumnya dapat dibuat secara tertulis maupun tidak tertulis. Perjanjian kerja yang tidak tertulis biasanya digunakan dalam jenis perjanjian kerja dirumah dan perjanjian kerja pemborongan, hal ini dikarenakan di Indonesia sejak dahulu dalam melakukan suatu perjanjian hanya atas dasar saling percaya, tanpa ada hitam diatas putih. Namun berbeda dengan perjanjian kerja waktu tertentu dibuat secara tertulis sesuai dengan isi dari pasal 57 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dimana, perjanjian kerja waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin.

87Falentino Tampongangoy, Penerapan Sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Di Indonesia, vol. 1, No. 1 (januari-Maret 2010),hlm. 149

Secara normatif perjanjian kerja bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu dalam proses pembuktian. Namun pada dasarnya tidak dapat dipungkiri masih banyak perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja secara tertulis yang disebabkan karena ketidakmampuan Sumber daya manusia (SDM) maupun karena kelaziman, sehingga atas dasar kepercayaan membuat perjanjian kerja secara lisan. Berdasarkn ketentuan dalam pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa:

1) Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat : a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;

b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh c. Jabatan atau jenis pekerjaan;

d. Tempat pekerjaan;

e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;

f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh;

g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;

h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Pada pasal 54 ayat (2) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa dalam perjanjian kerja sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf e dan f, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan isi dari pasal tersebut memiliki arti tidak boleh bertentangan dalam ayat ini apabila di perusahaan telah ada peraturan perusahaan dan atau perjanjian kerja bersama, maka isi perjanjian kerja baik kualitas maupun kuantitas tidak boleh lebih rendah dari peraturan perusahaan yang bersangkutan.

Pelaksanaan perjanjian kerja dalam bentuk tertulis pada ketentuannya ada bagian klausula yang tidak boleh terlupakan, yakni :

a. Tanggal dibuatnya perjanjian;

b. Tanggal yang menujukkan dimulainya perjanjian atau yang juga disebut sebagai saat perikatan lahir;

c. Tanggal perlaksanaan perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut.

d. Tanggal berakhirnya perjanjian;

e. Tanggal selesainya perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut;88

Tujuan PKWT dibuat secara tertulis adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi apara pihak, sehingga menjamin kepastian hak dan kewajibannya terpenuhi. Selain itu juga hal ini di maksudkan untuk mengantisipasi jika terjadi perselisihan dimasa yang akan datang. Maka akta perjanjian PKWT yang dibuat akan sangat membantu dalam proses pembuktian. Selanjutnya maksud dari pembuatan perjanjian harus menggunakan huruf latin, yaitu untuk memudahkan para pihak dalam memahami tulisan yang ada dalam akta perjanjian yang ada.

88Gunawan Widjaja, Hal-Hal Prinsip Dalam Pembuatan Kontrak Kerja Yang Serting Terlupakan dan Akibat-Akibatnya, Jurnal Ilmiah Hukum Bisnis Prinsip Dalam Hukum Kontrak dan Asas proporsionalitas, Proporsionalitas, Pengembang Hukum Bisnis, 2010, hlm. 52.

Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 pasal 15 ayat (1), menegaskan bahwa PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi PKWTT sejak ada hubungan kerja.

Dengan demikian, apabila dilihat perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis lebih memberikan adanya kepastian hukum bagi masing-masing para pihak.89

Isi perjanjian kerja merupakan inti dari perjanjian kerja. Ini berkaitan dengan pekerjaan yang diperjanjikan. Ada kalanya isi perjanjian kerja ini dirinci dalam perjanjian, tetapi sering juga hanya dicantumkan pokok-pokoknya saja. Isi perjanjian kerja sebagaimana isi perjanjian pada umumnya, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum.

Isi perjanjian kerja merupakan pokok persoalan, tegasnya pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang yang sifatnya memaksa atau dalam Undang-undang tentang ketertiban umum atau dengan tata susila masyarakat. Sehingga secara positif isi perjanjian kerja adalah dengan sendirinya merupakan kewajiban-kewajiban dan hak-hak buruh serta kewajiban-kewajiban dan hak-hak majikan, yang berpangkal pada melakukan pekerjaan dan pembayaran upah, acap kali kewajiban pihak yang satu tersimpul

89 Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, ( penerbit Rineka Cipta, 2001), hlm. 69.

dalam pihak lainnya dan pihak yang satu tersimpul dalam kewajiban pihak lainnya.90

Istilah perjanjian kerja menyatakan, bahwa perjanjian ini mengenai kerja, yakni dengan adanya perjanjian kerja timbul kwajiban suatu pihak untuk bekerja.

Jadi berlainan dengan perjanjian perburuhan yang tidak menimbulkan hak dan kewajiban untuk melakukan pekerjaan, tetapi memuat syarat-syarat tentang perburuhan. Bekerja pada pihak lainnya, menunjukkan bahwa pada umumnya hubungan itu sifatnya ialah bekerja dibawah pimpinan pihak lainnya. Perjanjian kerja pada dasarnya memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan, yaitu peraturan yang secara sepihak ditetapkan oleh majikan yang disebut dengan peraturan perusahaan dan dapat pula diatur dalan perjanjian kerja bersama (PKB).

Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat antara PT. Hamanroko dengan karyawan sifatnya tertulis artinya perjanjian kerja waktu tertentu itu ada sejak adanya ikatan sepakat dalam artinya perjanjian kerja waktu tertentu dibuat bersama antara perusahaan dengan karyawan dengan demikian dengan adanya kata sepakat merupakan sahnya suatu kontrak. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa blanko perjanjian kerja.

Perjanjian Kerja yang ditanda tangani oleh calon pekerja yang diterima sebagai

90Imam soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1987), hlm. 60.

pekerja pada PT. Hamanroko. Hubungan kerja PT. Hamanroko dengan karyawan terjadi setelah adanya perjanjian kerja.

PT. HAMANROKO merupakan salah satu perusahaan yang ada menerapkan sistem PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) bagi pekerja yang bekerja di Perusahaannya. Yang dimana sistem PKWT ini merupakan sistem Kontrak bagi pekerja yang diperkerjakannya. Adapun bentuk dari sistem PKWT yang dibuat oleh PT. HAMANROKO dapat kita lihat dari perjanjian di bawah ini

Dokumen terkait