• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN KERJA

D. Tanggung jawab PT. Hamanroko untuk melindungi

Perlindungan hukum adalah suatu upaya perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum, tentang apa-apa yang dapat dilakukannya untuk mempertahankan atau melindungi kepentingan dan hak subyek hukum tersebut.92 Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.93

Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur

92Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1983), hlm. 20.

93Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.53.

hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.94

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.95

Perlindungan hukum bila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan banyak persepsi. Sebelum mengurai perlindungan hukum dalam makna yang sebenarnya dalam ilmu hukum, menarik pula untuk mengurai sedikit mengenai pengertian- pengertian yang dapat timbul dari penggunaan istilah perlindungan hukum, yakni Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.96

Pengertian perlindungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban menentukan bahwa perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang

94 Ibid, hal.54.

95 Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004. hal. 3

96 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009. hal. 38

dilakukan. Rasa keadilan dan hukum harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan keadilan dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat yang aman dan damai. Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur :97

a. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit) b. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit) c. Keadilan hukum (Gerechtigkeit) d. Jaminan hukum (Doelmatigkeit)

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadahak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Sarana perlindungan hukum ada dua bentuk, yaitu sarana perlindungan hukum preventif dan represif.

Perlindungan terhadap pekerja/buruh telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun belakangan ini dalam masyarakat banyak terjadi keresahan teutama tentang pekerja/buruh yang

97Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, Hal, 43

melakukan pekerjaan dengan sistem perjanjian kerja waktu tertentu. Keresahan dari masyarakat itu timbul karena dalam kenyataannya terdapat perbedaan kesejahteraan yang sangat mencolok yang diterima oleh pekerja dengan sistem perjanjian kerja waktu tertentu jika dibandingkan dengan pekerja tetap.

Perlindungan tenaga kerja sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bertujuan untuk menjamin berlangsungnya hubungan kerja yang harmonis antara pekerja/buruh dengan pengusaha tanpa disertai adanya tekanan-tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Oleh karena itu pengusaha yang secara sosio-ekonomi memiliki kedudukan yang kuat wajib membantu melaksanakan ketentuan perlindungan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perlindungan terhadap pekerja/ buruh yang memakai perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan pelaksanaannya, yaitu :

1. Perlindungan terhadap Pekerjaan yang bersifat permanen

Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah diatur secara tegas, bahwa terhadap pekerja/buruh yang bekerja dengan sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) hanya dapat dilakukan untuk pekerjaan tertentu. Pekerjaan tertentu tersebut adalah sebagimana diatur pada Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi : perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk

pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau

d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambhan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.98

Apabila dalam pelaksanaannya, pengusaha yang memakai pekerja/buruh dengan sistem perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) tidak mematuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut, terdapat sanksi yang akan diterima oleh pengusaha yang juga merupakan salah satu bentuk perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat (7) yang berbunyi : Perjanjian kerja untuk wakt tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.99

2. Perlindungan Upah

98Falentino Tampongangoy, Loc.Cit. 154

99Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Ketenagakerjaan

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (pasal 1 huruf a peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun 1981).100

Perlindungan terhadap Upah diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Upah merupakan kewajiban yang harus diberikan oleh pengusaha kepada buruh/ tenaga kerja sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah diselesaikan oleh buruh/pekerja. Kebijakan mengenai pengupahan ditetapkan oleh pemerintah sebagai lembaga eksekutif yang melindungi pekerja/buruh pasal 88 ayat (2). Dalam Pasal 88 ayat (3) disebutkan bahwa kewajiban pengusaha untuk membayar Upah kepada tenaga kerjanya meliputi :

a. Upah minimum b. Upah kerja lembur

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

d. Upah tidak masuk kerja karena kegiatan lain diluar pekerjaannya e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

f. Bentuk dan cara pembayaran upah

100Muhammad Fajrin Pane. “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu’ ( Tesis Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 2008), hlm. 90.

g. Denda dan potongan upah

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah i. Struktur dan skala upah

j. Upah untuk membayarkan Pesangon

k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan101 3. Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga kerja

Prinsip pengupahan yang dipakai oleh Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah :

a. Hak menerima Upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus

b. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/buruh laki-laki dan pekrja/buruh wanita untuk jenis pekerjaan yang sama;

c. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan {pasal 93 ayat (1)};

d. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dengan formulasi upah pokok dan tunjangan tetap dengan formulasi upah pokok minimal 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap (Pasal 94);

e. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak (pasal 96).102

101Pasal 88 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

102Falentino Tampongangoy, Loc.Cit. 156

Sesuai pasal 1 ayat (1) peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 Tentang Upah Minimum, yaitu upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 Jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-226/ME/2000, jangkauan wilayah berlakunya upah minimum meliputi:

a. Upah Minimum Provinsi ( UMP) berlaku di seluruh kabupaten/lkota dalam 1 (satu) wilayah provinsi;

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berlaku dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota

Pada tahun 2018 akhir PT. Hamanroko melakukan PHK terhadap karyawannya sebanyak 17 nama dengan permasalahan bahwa 17 nama karyawan yang akan di PHK oleh perusahaan PT. Hamanroko tidak terikat dengan kontrak kerja selama beberapa tahun. Akan tetapi orang yang bersangkutan untuk di PHK tetap menerika gaji/upah serta tetap mendapatkan tugas dari perusahaan tanpa adanya kontrak kerja, sehingga yang menjadi kekhawatiran adalah bagaimana cara perusahaan menghitung pensangon yang akan di dapat oleh karyawan yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun tetapi tidak mempunyai kontrak kerja yang jelas.103

103Hasil Wawancara dengan Bapak Ganang Pramono, HRD PT. Hamanroko, pada Tanggal 23 mei 2019.

Dalam kasus ini penulis mewawancarai tentang permasalahan di atas menurut hukum UU Ketenagakerjaan no. 13 tahun 2003;104

Penulis; Bagaimana kasus pembagian pesangon dan pembuatan kontrak kerja pertama dibuat oleh perusahaan? Siapa yang bertanggung jawab atas kasus yang terjadi dalam perusahaan?

HR; Pandangan saya bahwa kesalahan yang terjadi pada masalah ini sebagian besar terletak pada kesalahan perusahaan. Dikarenakan tidak adanya perhatian terhadap status karyawan yang bekerja di perusahaan pada masa itu “ujar Ganang HRD PT.Hamanroko”

Penulis; Apakah ada solusi dari perusahaan untuk mengambil jalan tengah dari kasus PHK tanpa kontrak kerja dan pembagian pesangon?

HR; Sebenarnya ini adalah permasalahan internal dari perusahaan kami, masalah ini mungkin tidak akan sampai ke peradilan, karna kami dari pihak perusahaan telah mengambil jalan tengah, yaitu diselesaikan secara musyawarah.

Penulis; Apa keputusan akhir yang dapat di simpulkan dari kasus ini?

HR; Pada intinya menurut saya adalah perusahaan juga harus tetap bertanggung jawab atas kejadiaan ini , dan mengingat pengabdian karyawan yang terlah berkerja lebih dari 5 tahun untuk mendapatkan pesangon dan tunjangan sesuai dengan peraturan ketenaga kerjaan yang berlaku.

104Hasil Wawancara dengan Bapak Ganang Pramono, HRD PT. Hamanroko, pada Tanggal 23 mei 2019.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jika dilihat dari segi arah yang mendasarinya, ada perbedaan yang sangat mendasar antara hukum perburuhan sebelum dan setelah kemerdekaan. Kalau sebelum kemerdekaan arah hukum perburuhan banyak diwarnai oleh politik hukum pemerintahan Hindia Belanda, yang pada kenyataannya merupakan pemerintahan colonial, maka setelah kemerdekaan arah yang mendasarinya jelas, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini dapat dilihat didalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi:

‘’Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemnusiaan.’’

2. Perjanjian kerja diatur dalam pasal 56 sampai dengan pasal 60 UU Ketenagakerjaan. Pada pasal 59 ayat 1 (1) disebutkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha yang hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.

Syarat sah nya suatu perjanjian atau persetujuan telah ditemukan didalam pasal 1320 KUHPerdata, yang menjelaskan bahwa:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal

Perjanjian kerja menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan sifatnya lebih umum. Dikatakan lebih umum karena menunjuk pada hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Syarat kerja berkaitan dengan pengakuan terhadap serikat pekerja, sedangkan hak dan kewajiban para pihak salah satunya adalah upah disamping hak dan kewajiban lain yang akan dibicarakan secara tersendiri.

3. Perlindungan terhadap pekerja/buruh telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun belakangan ini dalam masyarakat banyak terjadi keresahan teutama tentang pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan dengan sistem perjanjian kerja waktu tertentu.

Keresahan dari masyarakat itu timbul karena dalam kenyataannya terdapat perbedaan kesejahteraan yang sangat mencolok yang diterima oleh pekerja dengan sistem perjanjian kerja waktu tertentu jika dibandingkan dengan pekerja tetap. Perlindungan tenaga kerja sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bertujuan untuk menjamin berlangsungnya hubungan kerja yang harmonis antara pekerja/buruh dengan pengusaha tanpa disertai adanya tekanan-tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah.

B. SARAN

1. Perjanjian kerja waktu tertentu seharusnya dibuat secara tertulis dan dibuat secara bersama sama antara pengusaha dan pekerja/buruh agar kedua pihak dapat saling berunding sehingga isi dari perjanjian kerja waktu tertentu yang dibuat tidak merugikan salah satu pihak.

2. Perlindungan hukum bagi para pekerja dalam perjanjian kerja kontrak (PKWT) apabila dilihat dari undang undang yang mengatur, sudah cukup melindungi, tetapi dalam hal pengawasan dari pihak pemerintah perlu ditingkatkan agar supaya segala sesuatu yang ada dalam undang undang yang berfungsi untuk melindungi hak hak pekerja dapat di terapkan secara menyeluruh tanpa ada yang terlewatkan.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

A. Ridwan Halim dan Sri Subiandini Gultom, Sari Hukum Perburuhan Aktual, Penerbit Pradnya Paramita, 1987)

Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Bandung: Citra Adytia Bhakti, 2003)

Abdul Rakhman, Hukum Perburuhan Di Indonesia ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1995)

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT. Cita Aditya Bakti,2010)

Abdurrahman Fathoni, Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta, Rineka Cipta, 2006)

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009)

Advendi simangunsong, Hukum Dan Ekonomi, ( Jakarta : Grasindo, 2004)

Agus Yudha Hernoko, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta : Sinar Grafika, 2014)

Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Medan: gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU)

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi ( Jakarta: Sinar Grafika)

Asyahadie Zaeni, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007)

Azhar Muhammad, Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan ( Semarang, 2015)

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2003)

Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta: CV.Rajawali Pers, 1991)

_______, Perjanjian Kerja Edisi Revisi, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005)

_______,Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)

Eko Wahyudi, Wiwin Yulianingsih, M. Firdaus Sholihin, Hukum Ketenagakerjaan , (Jakarta: Sinar Grafika, 2015)

Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya.

(Bogor: ghalia Indonesia, edisi kedua, 2004)

Iman soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja ( perlindungan Buruh). ( Jakarta: Pradnya Paramita, 1983)

____________, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1987)

____________, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan, Edisi Revisi, 2003)

Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, Hal, 43

Kedudukan Hubungan Kerja Berdasarkan Sudut pandang Ilmu kaidah Hukum Ketenagakerjaan dan sifat hukum public dan privat Soedarjadi, Hak dan kewajiban Pekerja-Pengusaha (Yogyakarta :Pustaka Yustisia, 2009)

Lalu Husni, 2000, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta)

Lalu Husni dalam Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. Jakarta:

Rajawali Press, 2004)

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta, Kecana, 2010)

R.Joni Bambang S., Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: Pustaka setia, 2013)

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, ( Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010)

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi, ( Malang, YA3, 2007)

Samsul, Inosentius, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2004)

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000)

Sehat Damanik, Outsourcing dan Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang No.

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( Jakarta: DSS publishing, 2006) Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia,

( penerbit Rineka Cipta, 2001)

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta, Penerbit UI Press, 2001)

Subekti, Aneka Perjanjian (Bandung: penerbit Alumni,1977)

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Bandung : PT. Intermasa, 1982)

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009) Suharnoko, Hukum Perjanjian : Teori Dan Analisa Kasus, (Jakarta:

Kencama,2004)

Syaufi Syamsuddin, Norma Perlindungan Dalam Hubungan Industrial, (Jakarta : Sarana Bhakti Persada, 2004)

Uwiyono Aloysius, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)

Waluyo Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta, Sinar Grafika, 2002)

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1983)

Yunus Shamad, Hubungan Industrial di Indonesia, PT. Bina Sumberdaya Manusia, Jakarta, 1995)

Zainal Asikin (Ed), Dasar-dasar Hukum perburuhan, (jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2008)

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010) B. Jurnal

Buwana Sudibyo Aji Narendra dan Mario Septian Adi Putra “Implementasi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja status perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) pada PT X di Kota Malang” Jurnal Studi Manajemen, Vol.9, No. 2, Oktober 2015, hlm. 207-208

Dharma Susilo Andi, Kedudukan Hubungan Kerja Berdasarkan Sudut pandang Ilmu kaidah Hukum Ketenagakerjaan dan sifat hukum public dan privat, Vol. 29, No. 2, 2017. Hlm. 225

Karl E. Karle, “The Public/Private Distinction in labor law”, The University of Pennsylvania law review, Vol. 130, No. 6, 1982, hlm. 1358-1359 ( dikutip dari jurnal Susilo Andi Darma, Kedudukan Hubungan Kerja Berdasarkan Sudut pandang Ilmu kaidah Hukum Ketenagakerjaan dan sifat hukum public dan privat)

Shalihah Fithriatus, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Dalam Hubungan Kerja Menurut Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dalam Perspektif HAM, 2017, vol 01, No 02.

Tampongangoy Falentino, Penerapan Sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Di Indonesia, vol. 1, No. 1 (januari-Maret 2010),hlm. 149

Widjaja Gunawan, Hal-Hal Prinsip Dalam Pembuatan Kontrak Kerja Yang Serting Terlupakan dan Akibat-Akibatnya, Jurnal Ilmiah Hukum Bisnis Prinsip Dalam Hukum Kontrak dan Asas proporsionalitas, Proporsionalitas, Pengembang Hukum Bisnis, 2010, hlm. 52.

C. Peraturan perundang-undangan KUHPerdata

peraturan menteri Tenaga Kerja: PMTK No. 100/Men/2004 Tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan D. Karya Ilmiah

Fithriatus Shalihah , PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

DALAM HUBUNGAN KERJA MENURUT HUKUM

KETENAGAKERJAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HAM (Universitas Islah Riau) Faculty Of Law , Oktober 2017

Pane Muhammad Fajrin “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu’ ( Tesis Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 2008)

Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004.

Suartini Sari, “Akibat Hukum Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang dibuat tidak dengan bentuk tertulis”. (Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana)

Sutrisno Hadi, Metodelogi Research untuk Penulisan Paper,Skripsi, Tesis, Dan Disertasi, lontar Ui, (Yogyakarta, Diakses Pada Tanggal 2 April 2019)

E. Website

Penjelasan mengenai syarat sahnya Perjanjian kerja dalam http://www.jdih.bpk.go.id/informasihukum/perjanjian.pdf

Gajimu, Ketentuan Seputar Kontrak Kerja,

http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/kontrak-kerja/kontrak-kerja diakses pada Tangal 2 April 2019 pukul 12.26

http://desinaya.blogspot.com/2011/03/blog-spot.html diakses pada tanggal 11 mei 2019, 11.26 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia diakses pada tanggal 2 April 2019, 10.20 WIB

F. Lainnya

Eman Rajagukguk, Peranan Hukum di Indonesia: Menjaga Persatuan, Memulihkan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, Pidato Dies Natalis dan Peringatan Tahun Emas Universitas Indonesia (1950-2000), Kampus UI Depok Jakarta, 5 Februari 2000)

Hasil Wawancara dengan Bapak Ganang Pramono, HRD PT. Hamanroko, pada Tanggal 23 mei 2019.

Dokumen terkait