• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN KERJA

A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Pengaturan mengenai perjanjian dapat kita temui didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi “ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”.62 Sedangkan Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.63

Perjanjian kerja diatur dalam pasal 56 sampai dengan pasal 60 UU Ketenagakerjaan. Pada pasal 59 ayat 1 (1) disebutkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha yang hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.64

Perjanjian kerja wajib memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang dimaksud dalam hukum perdata dan asas-asas perjanjian pada umumnya. Menurut pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian yang sah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sepakat mereka yang mengikat diri;

62Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta: CV.Rajawali Pers, 1991), hlm. 9.

63Pasal 1 angka (14) Undang-Undang Tahun 2003.

64Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Medan: gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU), hlm. 48.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Suatu hal tertentu; dan

4. Sebab yang halal.65

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja atau buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau pekerjaan tertentu yang bersifat sementara ( pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP100/MEN/IV/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu). Jadi, perjanjian kerja untuk waktu tertentu maksudnya dalam perjanjian telah ditetapkan satu jangka waktu yang dikaitkan dengan lamanya hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha.66

Pengertian diatas sesuai dengan pendapat Prof. Payaman Simanjuntak bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerja atau buruh dengan pengusaha untuk melaksanakan pekrjaan yang diperkirakan selesai dalam waktu tertentu yang relative pendek yang jangka waktunya paling lama dua tahun dan hanya dapat diperpanjang satu kali dan tidak boleh melebihi dari 3 tahun lamanya.67 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang dibuat untuk jangka waktu satu tahun, hanya dapat diperpanjang satu kali dengan jangka waktu (perpanjangan) maksimum satu tahun. Jika Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dibuat untuk satu setengah tahun maka dapat diperpanjang setengah tahun.

65 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Bandung : PT. Intermasa, 1982), hlm. 134.

66Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 48

67Ibid.

Demikian juga apabila Perjanjian Kerja Waktu Tertentu untuk dua tahun, hanya dapat diperpanjang satu tahun, sehingga seluruhnya maksimum tiga tahun.

Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu (PKWT) diatur untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja, dengan dasar pertimbangan agar tidak terjadi dimana pengangkatan tenaga kerja dilakukan melalui perjanjian dalam bentuk perjanjian kerja dalam bentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk pekerjaan yang sifatnya terus-menerus atau merupakan pekerjaan tetap/permanen suatu badan usaha.68

Perlindungan tenaga kerja melalui pengaturan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini adalah untuk memberikan kepastian bagi mereka yang melakukan pekerjaan yang sifatnya terus-menerus tidak akan dibatasi waktu perjanjian kerjanya. Sedangkan untuk pengusaha yang menggunakan melalui pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) ini, pengusaha diberikan kesempatan menerapkannya untuk pekerjaan yang sifatnya terbatas waktu pengerjaannya, sehingga pengusaha juga dapat terhindar dari kewajiban mengangkat pekerja/buruh tetap untuk pekerjaan yang terbatas waktunya Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 100/MEN/VI/2004, menyatakan;

“ Perjanjian Kerja Waktu tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu”.69

68Falentino Tampongangoy. 2013, Penerapan Sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Di Indonesia. Vol 1. No 1

69 Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Jakarta,2009.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga mengatur secara rinci hubungan kerja untuk waktu tertentu yaitu hubungan kerja yang didasarkan pada perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT). Pada dasarnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat didasarkan dalam ketentuan pasal 56 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berisi :

a. Jangka waktu tertentu; atau

b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu.

Dalam pasal 59 ayat (4) telah disebutkan bahwa:

“perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun”.

Dalam ketentuan pasal diatas, penekanan “paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun” mengandung makna bahwa pengusaha tau pemberi kerja bisa mengambil waktu seminimal mungkin dalam masa perjanjian kerja waktu tertentu. PKWT sangat dimungkinkan untuk dilakukan dalam waktu 6 bulan atau 1 tahun jika pengusaha menghendaki. Karena, jika maksud pembentuk Undang-Undang dengan pemberian waktu khusus untuk PKWT ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi pengusaha menilai kinerja, dedikasi maupun loyalitas pekerja terhadap pekerjaannya maupun perusahaan, waktu sangat relative tergantung dari sudut mana pengusaha memberikan penilaian. Walaupun salah satu variable

penentu komitmen seorang pekerja bisa diukur dari lamanya pekerja bekerja pada satu perusahaan tertentu. Menurut penulis semakin singkat pengusaha merekrut pekerja merubah status hubungan kerja pekerja dari pekerja waktu tertentu menjadi pekerja waktu tidak tertentu, menunjukkan itikad baik dari pengusaha untuk memberikan hak-hak pekerja secara lebih manusiawi dan dalam memberikan kepastian hukum kepada pekerja. Tentunya perekrutan selalu dengan pertimbangan-pertimbangan terhadap prestasi pekerja selama bekerja.70

Berdasarkan ketentuan pasal 57 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang berisi bahwa:

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin.

(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat secara tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.

(3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Selanjutnya ditentukan jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan yang selesai dalam waktu tertentu, yaitu:

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

70Fithriatus shalihah, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Dalam Hubungan Kerja Menurut Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dalam Perspektif HAM, 2017, vol 01, No 02.

b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau

d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelaslah bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

Pekerjaan yang bersifat tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam satu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman.71

Sebagaimana perjanjian kerja pada umumnya, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) harus memenuhi syarat-syarat pembuatan sehingga perjanjian yang dibuat dapat mengikat dan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Untuk terpenuhinya persyaratan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja tertentu terdapat dua macam syarat, yaitu syarat formil dan syarat materil.

Syarat materil diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :72

a. Kesepakatan dan kemauan bebas dari kedua belah pihak;

b. Adanya kemampuan dan kecakapan pihak-pihak untuk membuat kesepakatan;

c. Adanya pekerjaan yang dijanjikan;

71Agusmidah, loc.cit, hlm. 48.

72Pasal 52 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

d. Pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan isi dari ketentuan pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa kesepakatan kerja waktu tertentu harus memenuhi syarat subyektif, yang maksudnya yaitu dilaksanakan perjanjian tersebut dengan kemampuan atau kecakapan dari para pihak yang dikatakan mampu atau cakap menurut hukum dalam membuat perjanjian tersebut pada ketentuannya yang menandatangani perjanjian adalah orang tua atau walinya.73 Dengan demikian pada dasarnya jika terjadi dimana perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) tidak dapat memenuhi syarat subyektif perjanjian maka kesepakatan tersebut dapat dibatalkan melalui permohonan terhadap pengadilan.

Selain dari pada syarat Materil didalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) juga mengatur syarat formal-nya, pengaturan syarat formal diatur berdasarkan ketentuan didalam Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berisi, yakni :

(1) Perjanjian Kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat : a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;

b. Nama, Jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;

c. Jabatan atau jenis pekerjaan;

d. Tempat pekerjaan;

e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;

73Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, Cetakan Pertama, 2009) hlm. 42.

f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh;

g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;

h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

(2) Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) uruf e dan f, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sekurang-kurangnya rangkap dua (2), yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerja/buruh dan pengusaha masing-masing mendapatkan 1 (satu) perjanjian kerja.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah menegaskan mengenai keharusan pembuatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) secara tertulis, meskipun perjanjian kerja tidak tertulis diperbolehkan dalam hubungan kerja tidak tertulis juga diperbolehkan dalam hubungan kerja sepanjang memenuhi unsur-unsur hubungan kerja. Namun hukum ketenagakerjan Indonesia telah menegaskan dalam pasal 57 ayat (2) dengan menyatakan :

“Perjanjian Kerja Waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja waktu tidak tertentu”

Dan berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tidak boleh bertentangan dengan dalam ayat tersebut adalah apabila di perusahaan telah ada peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, maka isi perjanjian kerja baik kualitas maupun kuantitas tidak boleh lebih rendah dari peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama di perusahaan yang bersangkutan.

Dokumen terkait