• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

A. Bentuk hubungan hukum antara pasien dan dokter pada Unit

Unit pelayanan teknis kesehatan indera masyarakat merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di bawah naungan Dinas Kesehatan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, yang bergerak dalam menanggulangi penyakit yang berhubungan dengan alat indera.UPT Kesehatan Indera Masyarakat ini berdiri karena adanya program nasional yang harus dilakukan yaitu untuk menanggulangi penyakit yang berhubungan dengan indera. UPT Kesehatan Indera Masyarakat awalnya Pra BKMM (Balai Kesehatan Mata Masyarakat) tahun 1995 ,oleh Kanwil Depkes RI Provinsi Sumatera Utara dengan dukungan Pemda serta LSM Helen Keller International (HKI). Kemudian keluarlah surat Kepmenkes No.442 /Menkes/ SK/ VI? 1999 sehingga disebut menjadi BKMM (Balai Kesehatan Mata Masyarakat) yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesehatan Mata Departemen RI yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Ditjen Binkesmas Depkes. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang diikuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 909/ Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pengalihan Kelembagaan Beberapa Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan menjadi perangkat daerah. Sesuai dengan PERDA No.3 tahun 2001 dan diikuti dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.

061-437.K/2002 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan serta Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang Kesehatan Mata Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan dipimpin oleh seorang Kepala. Pada tahun 2011 UPT BKMM berubah nama menjadi UPT Kesehatan Indera Masyarakat berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.37 Tahun 2010. Kemudian pada tahun 2013 UPT Kesehatan Indera Masyarakat mendapat ijin operasional tetap berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara No. 440.442/1849/II/2013.87

• Tujuan umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan indera penglihatan dan pendengaran masyarakat yang optimal di Provinsi Sumatera Utara.

Adapun yang menjadi tujuan didirikannya UPT Kesehatan Indera Masyarakat adalah sebagai berikut:

• Tujuan khusus : memberikan pelayanan kesehatan mata dalam gedung, pelayanan kesehatan mata di luar gedung, meningkatkan SDM tenaga kesehatan, meningkatkan kegiatan kemitraan, memberikan pelayanan kesehatan pendengaran.

Berbeda dengan rumah sakit, Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat tidak melayani rawat inap.Ada 2 program yang dilakukan di UPT ini yaitu Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) dan Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT).

Hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam UPT Kesehatan Indera Masyarakat sama halnya dengan hubungan hukum antara pasien dan dokter pada umumnya dalam dunia pelayanan kesehatan, yaitu adanya perjanjian yang

87

Hasil wawancara dengan dr. Ira Karina Siregar, SpM pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan,tanggal 12 Februari 2015.

melekat diantara keduanya. Hubungan hukum antara dokter dengan pasien yang dilaksanakan dengan kepercayaan dari pasien terhadap dokter disebut dengan istilah transaksi terapeutik.88 Hubungan antara dokter dengan pasien ini berawal dari pola hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak yang bertolak dari prinsip “ father know best “ yang melahirkan hubungan yang bersifat

paternalistik.89

Secara prakteknya seorang dokter pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat sebelum melakukan penyembuhan kepada si pasien, terlebih dahulu menanyakan kondisi tubuh si pasien, dengan kata lain diawali dengan sesi tanya jawab antara pasien dan dokter. Setelah itu dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Kemudian dokter akan memberikan diagnosis penyakit yang diderita oleh

Dimana seorang dokter sudah seharusnya memberikan penyembuhan kepada pasien karena posisi dokter disini adalah orang yang lebih mengetahui segala sesuatu tetang kesehatan si pasien. Seiring dengan perubahan masyarakat, hubungan antara dokter dan pasien juga semakin kompleks, yang ditandai dengan pergeseran pola dari paternalistik menuju partnership, yaitu kedudukan dokter sejajar dengan pasien (dokter merupakan partner dan mitra bagi pasien)

Dokter membutuhkan pasien dan sebaliknya pasien membutuhkan seorang dokter, artinya adanya saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Jadi hubungan dokter yang semula bersifat paternalistik akan bergeser menjadi hubungan yang bersifat saling membutuhkan dan saling ketergantungan antara kedua belah pihak yang ditandai dengan suatu kegiatan aktif yang saling mempengaruhi.

88

Purwo Hadiwardoyo, Etika Medis, Kanisius Yogyakarta, 1989 hlm 13

89

pasien. Berdasarkan diagnosis yang ditemukan, seorang dokter akan memberikan tindakan medis seperti memberikan resep obat sesuai penyakit yang diderita si pasien, memberikan suntikan, operasi (pembedahan) dan tindakan- tindakan medis lainnya. Selain itu seorang dokter atau konsulen (perawat) pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medanakan memberikan berupa nasihat-nasihat kepada pasien yang dapat membantu mempercepat kesembuhan si pasien. Dokter akan menuliskan dalam rekam medis mulai dari sesi tanya jawab hingga perencanaan tindakan medis. Ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang dokter sesuai dengan standar profesi medis. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan , pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Pihak medis haruslah membuat rekam medis bagi pasien yang datang memeriksakan kesehatannya, apabila tidak ada maka akan berakibat pada pemberian sanksi pidana dan perdata. Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Sanksi perdata dapat pula dikenakan karena pada dasarnya pihak medis dalam hal ini adalah wanprestasi terhadap perjanjian dalam hubungan dokter dan pasien.Selain itu juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan sanksi etik oleh organisasi profesi yaitu Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi (MKEKG).

Dalam hal tindakan medis yang akan dilakukan oleh seorang dokter berdasarkan diagnosis yang ditemukan, maka seorang dokter pada UPT Kesehatan

Indera Masyarakat Medan berkewajiban untuk menanyakan terelebih dahulu kepada pasien mengenai persetujuan terhadap tindakan medis yang akan dilakukan pada diri si pasien. Inilah yang disebut dengan persetujuan medis (Informed Consent).Informed Consent pada dasarnya merupakan bagian dari perjanjian terapeutik yaitu berbicara mengenai perjanjian yang membutuhkan adanya suatu persetujuan atau kesepakatan medis. Dengan kata lain perjanjian terapeutik dilaksanakan tetap berdasarkan pada unsur-unsur perjanjian yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata.

Bentuk suratInformed Consent yang diberikan kepada pasien pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan adalah Surat Ijin Operasi (SIO). SIO merupakan suatu surat perjanjian antara dokter dan pasien sebelum dilakukan suatu tindakan medis. Isi surat perjanjian tersebut antara lain:

1. Nama, umur, pekerjaan, alamat dari keluarga terdekat pasien beserta hubungan dengan pasien yang akan dilakukan tindakan kedokteran.

2. Nama, umur, umur, alamat, pekerjaan pasien. 3. Tindakan medis yang akan dilakukan untuk pasien.

4. Pernyataan bahwa pasien telah mendapat penjelasan dari dokter yang bersangkutan mengenai tujuan, sifat, risiko dan perlunya tindakan medis tersebut, pernyataan bahwa pasien sanggup menerima risiko yang terjadi akibat tindakan kedokteran yang dilakukan dan disertai dengan pernyataan bahwa persetujuan tersebut dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

5. Pada bagian terakhir dari surat perjanjian tersebut dicantumkan tempat dan tanggal pembuatan surat perjanjian tersebut disertai dengan tanda tangan

saksi, dokter/tenaga kesehatan pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, dan pasien. Surat perjanjian ini ditandatangani oleh para pihak dengan dibuuhi materai.

Hal-hal yang dijelaskan pada tahap pemberian Informed Consent yaitu mengenai prosedur medis yang dilakukan, risiko dari tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien, penjelasan tujuan tindakan medis tersebut dilakukan, alternatif tindakan medis dan selain itu dijelaskan juga mengenai biaya yang harus dibayar dari tindakan kedokteran yang harus dilakukan terhadapnya, hal ini bertujuan agar dapat memberikan pertimbangan bagi pasien dalam mengambil keputusan.

Informed Consent yang diberikan bukan hanya dalam bentuk surat persetujuan saja namun dapat pula secara lisan. Pada dasarnya persetujuan dengan menggunakan surat apabila tindakan medis yang diambil adalah berupa pembedahan/operasi seperti operasi katarak, sedangkan secara lisan apabila sekedar konsultasi kesehatan.

Seorang dokter haruslah mampu menerangkan secara detail dan jelas mengenai langkah medis yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien supaya tidak menimbulkan salah pengertian antara dokter dengan pasien, karena para pihak tersebut mempunyai sudut pandang dan tingkat pemahaman yang berbeda. Jika informasi itu kurang atau tidak jelas, maka persetujuannya menjadi tidak sah dan batal.Inilah yang menjadi suatu kendala para dokter pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, karena pada umumnya pasien yang datang adalah lansia/orang tua. Oleh karena itu pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan selalu menganjurkan agar salah satu anggota

keluarga/ sanak saudara si pasien haruslah turut serta mendampingi si pasien mulai dari pemeriksaan hingga tahap penyembuhan.Apabila pasien dianjurkan oleh dokter untuk melakukan suatu tindakan medis seperti operasi sedangkan pasien tidak setuju, maka tidak ada tindakan medis yang akan dilakukan selanjutnya dan tidak ada perjanjian yang mengikat diantara dokter dan pasien. Namun berbeda ketika si pasien telah menerima tindakan medis pada hari pertama, kemudian dokter menganjurkan pasien untuk dilakukan tindakan medis di hari selanjutnya sedangkan si pasien tidak setuju dengan langkah tindakan medis tersebut, maka tanpa unsur paksaan dari dokter, si pasien dapat menolak penawaran tindakan medis tersebut dengan menandatangani surat penolakan persetujuan medis. Bentuk surat penolakan persetujuan medis pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat sangatlah sederhana, yaitu memiliki kop surat atas nama UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, isi surat penolakan tindakan medis terhadap pasien, dibubuhi materai yang ditandatangani oleh pasien, saksi serta dokter/pihak UPT Kesehatan Masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas maka perjanjian antara pasien dan dokter melalui pemberian informed consent melewati beberapa tahap yaitu :

Bagan 1. Tahap pemberian Informed Consent pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan Sumber : Hasil wawancara dengan dr. Ira Karina Siregar ,SpM pada tanggal 12 Februari 2015)

Pendaftaran Pemeriksaan Pemberian

Informed Consent

Persetujuan /Penandatanganan

Dalamhubunganhukum antara dokter dan pasien akan menghasilkan suatu hubungan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang dapat dituntut pemenuhannya. Adapun hak dan kewajiban dokter dan pasien pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat tidak jauh beda dengan hak dan kewajiban dokter dan pasien pada rumah sakit pada umumnya. Berikut merupakan hak dan kewajiban masing-masing pihak baik itu pasien maupun dokter :

a. Pasien

Hak- hak pasien menurut hukum adalah sebagai berikut90 1) Hak atas perawatan dan pengurusan

:

2) Hak atas informasi

3) Hak untuk menolak perawatan tanpa izin 4) Hak atas perlindungan kerahasiaan 5) Hak pasien mengenai bantuan

6) Hak pasien atas mutu lingkungan hidup

7) Hak pasien untuk menasihatkan mengenai percobaan oleh tenaga kesehatan.

Kewajiban- kewajiban pasien menurut hukum adalah sebagai berikut 91 (a) Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan,

sehingga tenaga kesehatan dan ahli mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sangat penting, agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya adalah bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien merupakan hubungan hukum yang didasarkan kepada kepercayaan,

:

90

Sunarto Ady Wibowo, Op.cit,hlm. 116

91

Soerjono Soekanto, Segi-Segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien, Dalam Rangka Hukum Kesehatan,Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm.39-40

sehingga sampai batas- batas tertentu dituntut adanya suatu keterbukaan.

(b) Kewajiban untuk melaksanakan nasihat-nasihat yang diberikan tenaga kesehatab dalam rangka perawatan. Kalau pasien meragukan manfaat nasihat itu, yang bersangkutan mempunyai hak untuk meminta penjelasan yang lebih mendalam.

(c) Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran serta kesendiriannya (privacy).

(d) Kewajiban untuk memberikan imbalan terhadap jasa-jasa profesional yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

(e) Kewajiban untuk memberi ganti rugi, apabila tindakan-tindakan pasien merugikan tenaga kesehatan.

(f) Kewajiban untuk berterusterang apabila timbul masalah.

b. Tenaga Kesehatan

Dokter, rumah sakit berhak mendapatkan penghargaan yang sepantasnya atas jerih payah dokter tersebut di dalam mengusahakan kesembuhan pasiennya.Pasien juga berkewajiban untuk memberikan jasa pelayanan medis kepada dokter sesuai dengan kemampuannya.92

Adapun kewajiban dokter/rumah sakit adalah pemenuhan segala hal yang menjadi hak si pasien. Berikut merupakan kewajiban dokter/ rumah sakit terhadap hak si pasien 93

92

M. Yusuf Hanafiah & Amir Amir, Op.cit, hlm. 50-51

93

Sunarto Ady Wibowo, Op.cit, hlm.127

1) Kewajiban dari rumah sakit/ dokter untuk memberikan informasi kepada pasien sebelum dilakukannya tindakan medik kepada pasien, dan hak pasien untuk memperoleh informasi dari rumah sakit/ dokter sebelum dilakukannya suatu tindakan medik oleh rumah sakit/ dokter. 2) Kewajiban rumah sakit/ dokter untuk mendapatkan persetujuan dari

pasien sebelum melaksanakan tindakan medik dan hak pasien untuk memberi atau menolak persetujuan akan dilakukannya tindakan medik oleh rumah sakit/ dokter.

Penjelasan di atas mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak memang dalam prakteknya haruslah diperhatikan.Pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan berupa penyembuhan terhadap penyakit yang dideritanya sedangkan si dokter bertanggungjawab menyembuhkan penyakit yang diderita si pasien.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dr. Ira Karina Siregar, SpM yang merupakan salah satu dokter spesialis mata pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan berpendapat bahwa hubungan dokter dan pasien itu ibarat tukang tambal ban dan ban yang bocor karena terkena paku. Seorang tukang tambal ban akan berusaha semampunya, sesuai dengan keahlian yang dimilikinya untuk menambal ban tersebut sehingga tidak bocor lagi. Ban akan dapat dipergunakan kembali setelah melalui proses penambalan ban tersebut. Namun ada efek samping dari penambalan tersebut yaitu ban tidak akan dapat kembali ke bentuk semula. Begitu juga dengan hubungan antara pasien dan dokter. Dokter akan berusaha semampunya, sesuai dengan keahlian standar profesi dokter dalam hal menyembuhkan penyakit si pasien. Namun dari semua proses yang dilakukan

pastilah ada efek samping yang akan dialami oleh si pasien. Misalnya pada mata pasien dilakukan operasi pengikisan katarak atau penghapusan selaput katarak dari lensa. Setelah operasi dilakukan, kualitas penglihatan pasien akan lebih baik dari sebelumnya, namun terdapat efek samping yang diderita oleh si pasien yaitu: kemungkinan komplikasi dari operasi katarak dapat melibatkan lengket atau gatal pada area mata yang merupakan reaksi yang ditimbulkan dari anestesi, lensa mengalami robek selama operasi katarak atau kemungkinan juga fragmen yang tertinggal di dalam, sehingga membutuhkan operasi kedua, pasien dianjurkan untuk tidak melihat lampu terang terlalu lama dan dianjurkan memakai kaca mata hitam untuk sementara waktu, ada juga kemungkinan penglihatan pasien jernih namun tidak jelas untuk melihat jauh maupun dekat sehingga membutuhkan kaca mata bantu yang diberikan oleh dokter. Pada intinya bahwa dokter melakukan suatu tindakan medis berdasarkan hati nurani dan kemampuan standar profesi dokter.

B. Pertanggungjawaban Apabila Terjadi Wanprestasi Dan Perbuatan

Dokumen terkait