• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yaitu:

1. Seyogyanya pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan dalam memberikan informasi dan saran kepada pasien haruslah lebih memperhatikan bagaimana pemahaman pasien atas informasi dan saran yang diberikan, apakah pasien sudah mengerti atau bahkan sama sekali belum mengerti.

2. Pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan perlu mengadakan suatu penyuluhan tentang informasi penting terkait mengenai hubungan pasien dan dokter dalam tindakan medis. Hal ini bertujuan agar pasien tidak selalu menganggap kesalahan terbesar berada pada pihak tenaga kesehatan,karena tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

tidak dapat menghindari risiko/efek samping yang mungkin dapat terjadi pada pasien.

3. Sebaiknya pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan mengetahui landasan hukum atas aturan tindakan medis serta sanksi apabila terjadi wanprestasi dan perbuatan melawan hukum, bukan hanya melihat dari sisi hukum kesehatan, hukum praktik kedokteran, hukum perdata, hukum pidana, dan hukum kesehatan saja, namun perlu juga memperhatikan dari sisi hukum perlindungan konsumen, karena pasien juga konsumen jasa medis.

DAFTAR PUSTAKA

Ady Wibowo,Sunarto, 2009,Hukum Kontrak Terapeutik di Indonesia, Pustaka Bangsa Press,Medan.

Buku

Agustina,Rosa, 2003,Perbuatan Melawan Hukum, Terbitan Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia.

Badrulzaman,Mariam Darus, 2005, Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung.

Badrulzaman,Mariam Darus, et al, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,Jakarta.

Chazawi,Adami, 2008,Malpraktik Kedokteran Cet. I. Ed.I, Banyu Media Publishing,Malang.

Dahlan,Sofyan, 2005, Hukum Kesehatan Rambu-Rambu Bagi Profesi Dokter, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Dimyati,Khudzaifah& Kelik Wriono, 2004, Metode Penelitian Hukum,

Universitas Muhammadiyah,Surakarta.

Djojodirjo,M.A.Moegni, 1982, Perbuatan Melawan Hukum, Pranya Paramita,Jakarta.

Fuady,Munir, 2002,Perbuatan Melawan Hukum,Citra Aditya Bhakti,Bandung. ___________,2000, Arbitrase, PT, Citra Aditya Bakti, Bandung.

H.S, Salim, 2004,Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,Jakarta.

Hanafiah,M. Yusuf & Amir Amir, 1999,Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,

Buku Kedokteran EGC,Jakarta.

Harahap,Yahya,1986,Segi-Segi Hukum PerjanjianCetakan II, Alumni,Bandung. Haryani,Safitri, 2005, Sengketa Medik, Alternatif penyelesauan perselisihan

antara dokter dengan pasien, Diadit Media,Jakarta.

Kerbala, Husein,1993,Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta.

Koeswadji, Hermien Hardiati, 1998,Hukum Kedokteran, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung.

Komalawati, D.Veronica, 1989,Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta.

Machmud,Syahrul, 2008,Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Penerbit Mandar Maju,Bandung.

Mertokusumo, RM. Sudikno, 1988,Mengenal Hukum (Suatu Pengantar),

Liberty,Yogyakarta.

Miru, Ahmadi dan Sakka Pati, 2011,Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW), Rajagrafindo Persada,Jakarta.

Muhammad,Abdul Kadir,I, 1992,Hukum Perikatan, Citra Adhitya Bakti,Bandung. _____________________,II,1992Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan

Perdagangan, Citra Aditya Bakti,Bandung.

Nasution,Bahder Johan, 2005,Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter,PT,Rineka Cipta,Jakarta.

Patrik, Purwahid,1994,Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju,Bandung. Poernomo,Bambang, 1988,Hukum Kesehatan, Program Pasca Sarjana IKM

Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.

Prawirohamidjojo,Soetojodan Marthalena Pohan, 1978, Hukum Perikatan, Bina Ilmu,Surabaya.

Prodjodikoro,Wirjono, 1981,Azas-Azas Hukum Perjanjian, Sumur Bandung, Bandung.

___________________,2000,Perbuatan Melanggar Hukum Perdata dari Sudut H ukum Perdata, Sumur Bandung,Bandung.

___________________, 1995,Hukum Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu,Sumur Bandung,Bandung.

Sabarguna,B.S, 2003,Sistem Informasi Rumah Sakit, GAMA Press,Yogyakarta. Satrio,J, 1992, Hukum Perjanjian, PT. Aditya Bhakti, Bandung.

Sidabalok,Janus, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,

Pertanggung-jawaban Menurut Hukum Perdata, Raja Grafindo

Perada,Jakarta.

Soekanto,Soerjono, 2012,Pengantar PenelitianHukum, UI Press,Jakarta.

________________,1990,Segi-segi Hukum Hak Dan Kewajiban Pasien (dalam Kerangka Hukum Kesehatan),Mandar Maju,Jakarta.

Soerjono Soekanto & Herkutanto, 1987, Pengantar Hukum Kesehatan,Remaja Karya, Bandung.

Soeparto, Pitono, dkk, 2008, Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan, Airlangga University Press,Surabaya.

Supriadi, Wila Chandrawila, 2001, Hukum Kedokteran, Bandung: Mandar Maju, Ta’adi, Ns, 2010,Hukum Kesehatan (Pengantar Menuju Perawat Profesional),

Penerbit Buku Kedokteran,

Van Apeldoorn, L.J, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, PT, Pradnya Paramita,Jakarta.

Widjaja,Gunawan, 2007,Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) dalam Hukum Perdata, RajaGrafindo Persada,Jakarta. Wijaya,Baron& Dyah Sarimaya, 2012,KitabTerlengkap Surat Perjanjian

(Kontrak), Laskar Aksara,Jakarta.

Wiradharma,Danny, 1995,Hukum Kedokteran,Binarupa Aksara,Jakarta.

Subekti, R. dan R.Tjitrosudibio, 2001, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta :Pradnya Paramita,

Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang No, 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Kosnsumen Undang-Undang No,29 Tahun 2004 Tentang Parktik Kedokteran Undang-Undang No, 39 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

http://agungrakhmawan.wordpress,com/2009/06/20/malpraktekdalampelayanan-kesehatan/Malprak- tek Dalam Pelayanan Kesehatan, diakses pada tanggal 11 Agustus 2010

Internet

http://kamuskesehatan.com/arti/malpraktik, diakses tanggal 20 September 2014,pukul 20.00WIB

http://sorot.vivanews.com/news/read/34856-tabib_pengantar_maut. Berita Akses Minggu, 1 Desember 2013.

HASIL WAWANCARA PADA UPT. KESEHATAN INDERA MASYARAKAT

Hari/Tanggal : Kamis / 12 Februari 2015

1. Bagaimana sejarah dibentuknya UPT Kesehatan Indera Masyarakat?

Jadi UPT Kesehatan Indera Masyarakat ini berdiri karena adanya program nasional yang harus dilakukan yaitu untuk menanggulangi penyakit yang berhubungan dengan indera. UPT Kesehatan Indera Masyarakat awalnya Pra BKMM (Balai Kesehatan Mata Masyarakat) tahun 1995 ,oleh Kanwil Depkes RI Provinsi Sumatera Utara dengan dukungan Pemda serta LSM Helen Keller International (HKI). Kemudian keluarlah surat Kepmenkes No.442 /Menkes/ SK/ VI? 1999 sehingga disebut menjadi BKMM (Balai Kesehatan Mata Masyarakat) yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesehatan Mata Departemen RI yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Ditjen Binkesmas Depkes. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang diikuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 909/ Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pengalihan Kelembagaan Beberapa Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan menjadi perangkat daerah. Sesuai dengan PERDA No.3 tahun 2001 dan diikuti dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 061-437.K/2002 tentang tugas, Fundsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan serta Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana teknis (UPT) di bidang Kesehatan Mata Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan dipimpin oleh seorang Kepala. Pada tahun 2011 UPT BKMM berubah nama menjadi UPT Kesehatan Indera Masyarakat berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.37 Tahun 2010. Kemudian pada tahun 2013 UPT Kesehatan Indera Masyarakat mendapat ijin operasional tetap berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera UtaraNo. 440.442/1849/II/2013.

2. Apa tugas pokok dan fungsi UPT Kesehatan Indera Masyarakat?

Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kemitraan di bidang pelayanan mata dan telinga di masyarakat, serta penelitian dan pengembangan kesehatan indera di tengah masyarakat.

3. Apakah tujuan didirikannya UPT Kesehatan Indera Masyarakat? Jadi ada terbagi atas 2 tujuannya yaitu:

a. Tujuan umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan indera penglihatan dan pendengaran masyarakat yang optimal di Provinsi Sumatera Utara.

b. Tujuan khususnya : memberikan pelayanan kesehatan mata dalam gedung, pelayanan kesehatan mata di luar gedung, meningkatkan SDM tenaga kesehatan, meningkatkan kegiatan kemitraan, memberikan pelayanan kesehatan pendengaran.

4. Bagaimana bentuk program pelayanan kesehatan yang dilakukan di UPT Kesehatan Indera Masyarakat ini?

Ada 2 program pelayanan kesehatan yang dilakukan di UPT ini yaitu Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) dan Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT).

5. Lalu seperti apa kegiatan medis yang dilakukan disini?

Kami melakukan tindakan medis seperti operasi dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.Operasi yang sering dilakukan disini adalah operasi katarak.Jadi lebih banyaklah pasien katarak dibandingkan pasien THT.Disini juga tidak ada dilakukan rawat inap, yang ada hanya rawat jalan saja.

Pada intinya bahwa dokter melakukan suatu tindakan medis berdasarkan hati nurani dan kemampuan standar profesi dokter Hubungan dokter dan pasien itu ibarat tukang tambal ban dan ban yang bocor karena terkena paku. Seorang tukang tambal ban akan berusaha semampunya, sesuai dengan keahlian yang dimilikinya untuk menambal ban tersebut sehingga tidak bocor lagi. Ban akan dapat dipergunakan kembali setelah melalui proses penambalan ban tersebut. Namun ada efek samping dari penambalan tersebut yaitu ban tidak akan dapat kembali ke bentuk semula. Begitu juga dengan hubungan antara pasien dan dokter. Dokter akan berusaha semampunya, sesuai dengan keahlian standar profesi dokter dalam hal menyembuhkan penyakit si pasien. Namun dari semua proses yang dilakukan pastilah ada efek samping yang akan dialami oleh si pasien. Misalnya pada mata pasien dilakukan operasi pengikisan katarak atau penghapusan selaput katarak dari lensa. Setelah operasi dilakukan, kualitas penglihatan pasien akan lebih baik dari sebelumnya, namun terdapat efek samping yang diderita oleh si pasien yaitu: kemungkinan komplikasi dari operasi katarak dapat melibatkan lengket atau gatal pada area mata yang merupakan reaksi yang ditimbulkan dari anestesi, lensa mengalami robek selama operasi katarak atau kemungkinan juga fragmen yang tertinggal di dalam, sehingga membutuhkan operasi kedua, pasien dianjurkan untuk tidak melihat lampu terang terlalu lama dan dianjurkan memakai kaca mata hitam untuk sementara waktu, ada juga kemungkinan penglihatan pasien jernih namun tidak jelas untuk melihat jauh maupun dekat sehingga membutuhkan kaca mata bantu yang diberikan oleh dokter.

7. Jadi dok, intinya hubungan antara dokter dan pasien saling melengkapi satu sama lain, begitu ya dok?

Ya, benar sekali.Tapi dek, terkadang pasien juga kurang mengerti posisi dokter itu bagaimana.Kebanyakan pasien berpikir bahwa bila datang ke sini pasti sehat dan kembali ke keadaan semula. Perlu kita ketahui, kami sebagai dokter juga manusia biasa, jadi tugas kami adalah memberikan upaya penyembuhan kepada pasien dengan segala kemampuan, pengetahuan dan standar profesi kami. Setiap tindakan medis pastilah ada risiko yang tidak dapat dihindari, bukan karena adanya unsur kesengajaan.

8. Bagaimana hak dan kewajiban dokter serta pasien disini?

Ya..sama halnya dengan hak dan kewajiban dokter/ pasien di rumah sakit. Hanya saja yang membedakannya adalah tujuan yang ingin dicapai.Kalau di UPT seperti yang saya katakan tadi yaitu terfokus pada pelayanan kesehatan indera saja.

9. Ditinjau dari hukum perdatanya, hubungan hukum antara dokter dan pasien

terjalin dengan adanya perjanjian terapeutik. Perjanjian ini sangatlah berhubungan dengan adanya penggunaan informed consent. Bagaimana pelaksanaan informed consent disini?

Informed consent itu kan tentang persetujuan tindakan medis. Sejauh ini pelaksanaan informed consent tetap terlaksana dengan baik. Informed consent ini sangatlah penting sebagai alat bukti jika terjadi sengketa antara dokter dan pasien yang berhubungan dengan apa yang diperjanjikan.

10. Bagaimana bentuk informed consent yang diberikan disini?

Informed consent itu ada 2 macam, ada yang tertulis dan ada yang lisan. Jadi tidak hanya tertulis saja.Penjelasannya seperti ini, ketika sebelum dilakukan suatu operasi maka terlebih dahulu pasien ditanyakan tentang apakah dia setuju untuk

diambil tindakan medis tersebut kepadanya.Jika dia setuju maka kita harus juga menerima persetujuan dari pihak keluarganya, jadi bukan hanya diri pasien itu sendiri.Kita menjelaskan dengan baik dan benar hingga si pasien dan keluarganya juga turut mengerti tentang pelaksanaannya serta efek sampingnya.Setelah itu barulah dilakukan tindakan operasi. Sebaliknya jika pasien tidak setuju dengan

informed consent tersebut maka tindakan medis tidak dapat dilanjutkan. Itulah mengenai informed consent dalam bentuk tertulis. Kalau informed consent secara lisan adalah ketika konsulen (perawat) atau dokter memberikan nasehat tentang kesehatan indera kepada pasien.

11. Bagaimana proses pelaksanaan informed consent antara dokter dan pasien disini?

Yah gak jauh bedalah dengan di Rumah Sakit. Mulai dari sesi tanya jawab terhadap kondisi atau keluhan yang dirasakn pasien, pemeriksaan keadaan pasien, diagnosa penyakitnya kemudian dimintakan persetujuan medis dari pasien atas tindakan medis yang selanjutnya dilakukan, kemudian turut pula persetujuan keluarganya, karena tanda tangan keluarga pasien sangat diperlukan di bagian tanda tangan saksi pada surat informed consent. Sebelumnya dokter yang memeriksa pasien berhubungan dengan bagian penyakit dalam tentang resiko atau efek samping dilakukannya tindakan medis ini.Hal-hal yang dijelaskan pada tahap pemberian Informed Consent yaitu mengenai prosedur medis yang dilakukan, risiko dari tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien, penjelasan tujuan tindakan medis tersebut dilakukan, alternatif tindakan medis dan selain itu dijelaskan juga mengenai biaya yang harus dibayar dari tindakan kedokteran yang

harus dilakukan terhadapnya, hal ini bertujuan agar dapat memberikan pertimbangan bagi pasien dalam mengambil keputusan.

12. Lalu bagaimana jika si pasien menolak dilakukan tindakan medis?

Jika sejak awal tatap muka antara pasien dan dokter, dimana dokter menganjurkan untuk pertama kali melakukan tindakan medis, sedangkan pasien tidak setuju, maka tidak ada perikatan yang terjadi antara dokter dan pasien. Berbeda ketika pasien datang pada hari berikutnya untuk melakukan pemeriksaan, dan si dokter menganjurkan untuk mengambil langkah medis selanjutnya, sedangkan si pasien menolaknya, maka pasien haruslah menandatangani surat penolakan informed consent. Surat penolakan bentuknya sederhana hanyalah berkop surat UPT Kesehatan Indera Masyarakat, kemudian isi yang menunjukkan penolakan dari pasien, dan selanjutnya ditandatangani dengan dibubuhi materai.Surat penolakan ini bertujuan sebagai alat bukti jika di kemudian hari pasien menggugat pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat tentang keadaan kesehatannya akibat tidak dilakukan tindakan medis selanjutnya.

13. Berarti pelaksanaan informed consent sangat diperhatikan ya dok?

Ya itu sangat penting, karena kalau kita lalai dalam pelaksanaanya kita bisa-bisa tidak ada alat bukti apabila terjadi suatu gugatan dari pihak pasien. Intinya tahap pemberian informed consent tersebut haruslah diperhatikan, mulai dari pendaftara, pemeriksaan, pemberian informed consent dan persetujuan dari pasien.

14. Ada berapa jenis dokter di UPT ini dok?

Ada dokter umum dan dokter spesialis.Ada pembagian kerja antara keduanya.Kalau dokter umum tugasnya memeriksa keadaan pasien secara umum

(bersifat primer), artinya dokter umum melakukan pemeriksaan awal terhadap pasien, kemudian dilanjutkan oleh dokter spesialis untuk dilakukan tindakan operasi (bersifat sekunder).

15. Lalu bagaimana dengan rekam medis, coba dokter jelaskan tentang pelaksanaan rekam medis disini?

Seperti kita ketahui kalau rekam medis itu adalah catatan tentang keadaan si pasien mulai dari pemeriksaan hingga proses penyembuhan si pasien. Jadi pengisian rekam medis belum tentu hanya sekali saja dilakukan, bisa berkali- kali tergantung proses tindakan medis yang dilakukan.

16. Apa tujuan dicatat pada rekam medis?

Selain sebagai arsip catatan pasien, juga dapat digunakan sebagai alat bukti, sama halnya seperti informed consent. Misalnya pada pemeriksaan hari pertama si pasien didiagnosa penyakit katarak mata serta dicatat tentang efek samping tindakan medisnya.Pada hari kedua, si pasien menggugat dokter dikarenakan kepalanya pusing akibat tindakan medis yang diambil pada hari yang pertama.Maka dalam hal ini dokter dapat membuktikan bahwa dokter tidak salah dengan adanya rekam medis si pasien pada pemeriksaan hari pertama.

17. Apakah rekam medis dapat diketahui oleh pihak keluarga?

Oh inilah bedanya, kalau rekam medis hanya pasien dan pihak UPT saja yang mengetahuinya, tidak dapat diketahui atau diberitahu ke orang lain, sekali pun itu melalui persetujuan si pasien. Rekam medis ini sangat dijaga kerahasiaannya.Bahkan rekam medis tidak dapat di fotocopy.

18. Jika dokter atau pihak UPT ada yang lalai tentang rekam medis tersebut, apa akibat hukumnya?

Yang pasti ada sanksi pidana, perdata, maupun sanksi administrasi. Saya kurang tahu secara detail mengenai apa sanksinya. Tapi ada diatur di undang-undang yang berhubungan tentang profesi dokter.

19. Jika misalnya pasien telah sembuh dan tidak mem butuhkan perawatan dari pihak UPT, maka berapa lama data pasien tersebut menjadi arsip di UPT ini?

Kalau tidak salah 10 tahun, tapi saya kurang ingat tentang itu. Tapi ada kok batasan penyimpanan data pasien (rekam medis).Setelah itu dimusnahkan.

20. Bagaimana struktur jabatan/organ di UPT Kesehatan Indera Masyarakat ini? Jadi strukturnya terdiri dari Kepala yaitu Dr. Kustinah, M.Kes, kemudian diikuti oleh Kelompok Jabatan Fungsional dalam hal ini adalah para dokter/perawat.Selanjutnya ada Sub Bagian Tata Usaha yang mengurus tentang administrasi.

21. Lalu apabila terjadi suatu sengketa atau gugatan dari pihak pasien, siapa yang bertanggungjawab?

Tentunya yang bertanggung jawab adalah pelaku secara langsung siapa, misalnya dokter yang memeriksa.Selain itu pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat juga turut serta bertanggungjawab yang diwakili oleh Kepala UPT Kesehatan Indera Masyarakat.Kami disini bertanggungjawab pastinya apabila kami terbukti melakukan kesalahan.Kami juga bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pasien akibat risiko tindakan medis yang dilakukan.Perlu diingat kalau suatu tindakan medis tidak terlepas dari adanya risiko/efek sampingnya.

22. Apabila terjadi sengketa maka apa langkah yang diambil oleh pihak UPT ini dalam penyelesaiannya?

Ya tentunya diusahakan tidak sampai pada jalur pengadilan. Kita semaksimal mungkin menyelesaikannya melalui jalan damai, kita jelaskan sejelas-jelasnya sehingga pasien mengerti, karena bisa saja si pasien kurang paham sejak awal dan terjadi kesalahpahaman..Apabila dokter yang melakukan tindakan medis terhadap pasien memang terbukti melakukan kesalahan, setelah dilakukan penyelidikan penyebab timbulnya masalah dan telah melalui proses diskusi oleh komite medik (dokter yang memiliki peran menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik kedokteran dalam pelayanan kesehatan), para dokter dan kepala UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, maka akan kepada dokter yang bersalah akan dikenakan sanksi etik kedokteran dan pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan akan memberikan ganti rugi berupa upaya penyembuhan terhadap pasien. Intinya jalan kekeluargaan atau damai tetap diambil terlebih dahulu. Namun jika tidak bisa, dapat dilanjutkan ke tingkat pengadilan

23.Apakah pernah terjadi sengketa antara dokter dan pasien di sini dok?

Sengketa pastilah ada, tapi selalu diselesaikan secara kekeluargaan.Pasien pernah datang menuntut ganti rugi karena matanya pasca operasi tidak kunjung sembuh.Namun sepengetahuan saya, selama UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan berdiri, belum pernah terjadi penyelesaian sengketa sampai ke Pengadilan atau melakukan penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi. Sengketa yang timbul sering sekali akibat kesalahpahaman dan kurang kehati-hatian pihak pasien dalam melakukan nasehat dan saran dari dokter.

24. Lalu dok bagaimana tahap penyelesaian sengketa yang diambil pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat sendiri?

Pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan mengambil langkah penyelidikan terhadap apa kemungkinan terbesar penyebab mata pasien tersebut tidak kunjung sembuh. Dokter spesialis mata akan melakukan pemeriksaan terhadap pasien terlebih dahulu. Kemudian dokter akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien mengenai hal-hal apa saja yang telah dilakukan si pasien semenjak pasca operasi .Dari hasil pemeriksaan, ternyata si pasien tidak menjaga kebersihan tangannya saat mengganti verban dan tidak menggunakan kaca mata untuk melindungi mata saat beraktivitas diluar ruangan. Inilah yang sering terjadi di sini, pasien terkadang tidak mengindahkan aturan, nasehat, saran yang diberikan oleh dokter. Misalnya, dokter menganjurkan kepada pasien untuk menggunakan kaca mata bantu agar mata tidak terkena debu untuk sementara waktu pasca operasi, memakai obat sesuai dengan petunjuk dokter, ganti verban dilakukan setiap hari dengan tetap menjaga kebersihan verban dan tangan, pasien tidak boleh menunduk selama 3 minggu, pasien dilarang mengangkat benda-benda yang berat selama 3 minggu serta pasien dianjurkan saat tidur atau berbaring tidak menggunakan sisi mata yang baru dioperasi. Setelah mengetahui penyebab mata si pasien yang tidak kunjung sembuh, maka dokter akan menjelaskan kepada si pasien atau keluarga yang mendampingi pasien dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman. 25.Apakah dokter mengetahui apa dasar peraturan undang-undang yang melindungi dan menjaga adanya hak-hak pasien sebagai kosumen/pengguna jasa medis melalui ikatan perjanjian terapeutik?

Kalau sekedar undang-undangnya setahu saya yang pastinya yang pertama Hukum Perdata yang berhubungan ke perjanjian terapeutiknya,Hukum Pidana

yang berhubungan apabila malpraktek terjadi selanjutnya UU tentang Kesehatan dan UU tentang Praktik Kedokteran yang terdapat di dalamnya hak dan kewajiban dokter/pasien,tugas dan tanggungjawab dokter serta sanksi etika seorang dokter apabila melakukan pelanggaran.

26.Bagaimana dengan UU Konsumen dok?

Oh iya.Pasien kan konsumen jasa medis juga, ya berarti berhubungan pula dengan UU Konsumen.

28. Berhubungan dengan tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh pihak pasien, di dalam surat ijin operasi terdapat klausula bahwa tidak adanya keberatan dari pihak pasien atas tindakan medis yang dilakukan di UPT Kesehatan Indera Masyarakat, segala akibat pengobatan dan tindakan operasi tidak akan menjadi alasan untuk mengadakan tuntutan atau gugatan ke UPT Kesehatan Indera Masyarakat/ke

Dokumen terkait