• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Nilai – Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di Sekolah a.Pendidikan Berbasis Budaya

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Bentuk Nilai – Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di Sekolah a.Pendidikan Berbasis Budaya

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendidikan berbasis budaya adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Pada usia sekolah dasar, anak cenderung meniru atau mencontoh hal-hal yang ada di lingkungan mereka, dimana pada anak sekolah dasar proses inilah yang pertama

124

mereka lakukan dalam memenuhi rasa ingin tahu dan merespon stimulasi lingkungan. Anak akan meniru semua yang mereka lihat, dengar dan rasakan dari lingkungan.

Pendidikan berbasis budaya merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Dalam suatu kehidupan bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan harus dapat menyiapkan warga negara untuk menghadapi masa depannya. Dengan demikian tidak salah apabila orang berpendapat bahwa cerah tidaknya masa depan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikannya saat ini.

Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaan menghasilkan generasi yang diharapkan. Demikian pula dengan pendidikan di negeri ini. Bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang, terutama dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era kecanggihan teknologi dan komunikasi. Maka, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan.

125

Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Gagasan ini muncul karena proses pendidikan yang selama ini dilakukan dinilai belum sepenuhnya berhasil dalam membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, ada juga yang menyebut bahwa pendidikan Indonesia telah gagal dalam membentuk karakter calon generasi penerusnya. Penilaian ini didasarkan pada banyaknya para lulusan sekolah dan sarjana yang cerdas secara intelektual, namun tidak bermental tangguh dan berperilaku tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan.

Perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan misalnya tindak korupsi yang ternyata dilakukan oleh pejabat yang notabene adalah orang-orang berpendidikan. Belum lagi tindak kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi di negeri ini. Tidak sedikit dari saudara kita yang begitu tega melakukan penyerangan, anarkis, bahkan membunuh. Keadaan yang memprihatinkan sebagaimana tersebut ditambah lagi dengan perilaku sebagian remaja Indonesia yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai remaja yang terdidik. Misalnya, tawuran antar pelajar, terjerat narkoba baik sebagai pengedar maupun pemakai, dan melakukan tindak asusila.

126

Maka dari itu, dalam mengantisipasi seluruh dampak dari adanya arus globalisasi saat ini SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta menerapkan pendidikan berbasis budaya. Hal ini menjadi penting mengingat, beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa pendidikan kita belum mampu membangun karakter bangsa. Praktik pendidikan yang terjadi di kelas-kelas tidak lebih dari sekedar latihan-latihan skolastik, seperti mengenal, membandingkan, melatih, dan menghafal. Praktik pendidikan seperti ini lebih cenderung menekankan pada kemampuan kognitif yang sangat sederhana pada tingkat paling rendah. Kenyataan sebagaimana tersebut tentu saja membuat prihatin bagi kita semua. Oleh karena itu, upaya perbaikan harus segera dilakukan. Salah satu upaya adalah melalui pendidikan karakter. Upaya ini selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, juga diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam menyukseskan Indonesia di masa mendatang.

b. Perda DIY No.5 Tahun 2011 Tentang Pendidikan Berbasis Budaya

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa melaksanakan pendidikan berbasis budaya didasarkan pada Perda DIY No. 5 tahun 2011. Pendidikan berbasis budaya tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah mengenalkan budaya kepada generasi muda. Mengingat sudah mulai bergesernya

127

budaya timur ke budaya barat dan mulai terkikisnya nilai-nilai budaya Jawa di kalangan generasi muda Indonesia khususnya Yogyakarta.

Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam proses pembudayaan. HAR Tilaar (2000: 49) menegaskan bahwa tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan budaya. Namun, pengenalan potensi daerah kepada peserta didik dirasa belum cukup untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia sehingga diperlukan cara lain untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa indonesia. Pada pengamatan yang telah dilakukan peneliti, pada saat pembelajaran di kelas guru memberikan materi hanya dengan berpedoman pada buku paket saja, selain itu guru tidak mengkaitkan materi pelajaran dengan kebudayaan lokal. Hal ini dimungkinkan karena sekolah sudah menerapkan pendidikan berbasis budaya melalui program sekolah kegiatan ekstrakurikuler. Guru juga memberikan tanggapan bahwa pembelajaran berbasis budaya bagus untuk diterapkan agar anak-anak lebih mengenal dan menyukai budaya daerah sendiri.

Anak-anak sekarang lebih suka dengan budaya lain dan lupa dengan budaya sendiri. Hal itu terlihat dari aktivitas siswa disekolah, sebagian besar siswa sekolah dasar sudah memiliki handphone, sehingga waktu istirahat mereka gunakan untuk mengoperasikan handphone.

128

Anak-anak lebih memilih asyik dengan handphone daripada mengisi waktu istirahat untuk melakukan permainan tradisional. Selain itu ketika anak-anak ditanya mengenai lagu-lagu daerah nya sendiri meraka hanya sekedar mengetahui judul lagu tanpa mampu untuk menyanyikannya. Budaya gotong royong juga hampir terkikis, jadwal piket kelas yang seharusnya dilaksanakan secara kelompok sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, pada kenyataannya hanya beberapa siswa saja yang melaksanakannya, itu saja harus dengan bimbingan guru. Siswa sekolah dasar juga lebih senang mengakses internet daripada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Namun guru juga belum sepenuhnya menerapkan pembelajaran berbasis budaya karena ada kendala yang dihadapi, dimana guru belum sepenuhnya memahami makna dari pembelajaran berbasis budaya itu sendiri, selain itu kurangnya media pembelajaran yang ada disekolah. Solusi agar guru mampu menciptakan kebersamaan dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis budaya.

c. Nilai-Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai-nilai budaya jawa yang diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa meliputi penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, penerapan sikap sopan santun dan menghormati terhadap semua warga sekolah, berbaris sebelum masuk kelas dan salim kepada Kepala sekolah dan guru, serta wajib menyanyikan tembang dan lagu nasional. Pada jenjang pendidikan

129

Sekolah Dasar, kebiasaan hidup yang baik dan menyenangkan harus senantiasa diterapkan dan dipupuk sedari dini. Nilai-nilai budaya yang sudah diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa apabila terus dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat sekolah maka akan berdampak budi pekerti yang baik bagi siswa. Budi pekerti tersebut dapat diintegrasikan kedalam bentuk nilai-nilai moralitas yang mencakup sopan santun, religiusitas, sosialitas, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap lingkungan alam maupun sosial.

Kebudayaan sebagai suatu hal yang dipelajari atau dialami bersama secara sosial oleh suatu anggota masyarakat. Dalam hal ini manusia tidak hanya ditempatkan sebagai insan yang pasif tetapi mempelajari apa yang ada, selain itu juga sebagai manusia yang aktif, dimana mengalami bersama secara sosial. Seseorang yang mendapat kebudayaan dari warisan sosial, dan pada gilirannya, mampu membentuk kebudayaan kembali serta mengenalkan perubahan-perubahan yang nantinya menjadi bagian dari warisan generasi berikutnya.

Budaya Jawa merupakan salah satu budaya terbesar yang diakui keberadaannya. Budaya Jawa sangat kental akan simbolisme. Bentuk- bentuk simbolisme tersebut sangat dominan dalam segala hal dan segala bidang. Dalam masyarakat Jawa, pendidikan humaniora yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan pernyataan simbolisnya merupakan bagian integral dari sistem budaya sehingga dapat ditemukan

130

macam pendidikan humaniora sesuai dengan pengelompokan masyarakat. Dalam setiap kelompok masyarakat, pendidikan itu diselenggarakan baik secara formal dan informal melalui bentuk komunikasi sosial.

Setiap tatanan serta aturan mengandung nilai dan pesan moral yang dijadikan rambu- rambu bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat oleh suku Jawa. Salah satunya berupa tradisi lisan yang berupa nasihat atau ungkapan yang diucapkan orangtua kepada anak. Makna yang terkandung dalam nasihat dan ungkapan orangtua kepada anaknya dapat dilihat dari segi budi luhur, budi pekerti dan etika. Secara tradisional, budi pekerti mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik di rumah maupun di sekolah kemudian berlanjut di kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan informal atau pendidikan didalam lingkungan keluarga mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti etika, tradisi lewat dongeng, tembang, dolanan atau permainan anak-anak yang mencerminkan hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan. Sebagai contoh pertama selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang baik untuk menghormati sesama. Bahasa yang digunakan seperti Kromo atau bahasa halus yang digunakan oleh seseorang yang lebih muda kepada seseorang yang lebih sepuh atau tua dan Ngoko atau bahasa biasa yang digunakan oleh seseorang yang muda dengan sebayanya. Contoh kedua yaitu melantunkan tembang sebagai

131

pengantar tidur dengan tujuan penuh permohonan kepada Yang Maha Pencipta.

2. Cara Menanamkan Nilai- Nilai Budaya Jawa Dalam Kegiatan