• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Menanamkan Nilai- Nilai Budaya Jawa Dalam Kegiatan Sekolah a. Kebijakan Khusus Sekolah Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

2. Cara Menanamkan Nilai- Nilai Budaya Jawa Dalam Kegiatan Sekolah a. Kebijakan Khusus Sekolah Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Berbasis Budaya

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sekolah memiliki kebijakan sendiri terhadap penyelenggaran pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Hal ini senada dengan ungkapan wakil Kepala Sekolah dengan inisial “M” yang menyatakan bahwa:

“Sekolah membuat kebijakan terhadap penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya salah satunya dengan memasukkan seni budaya ke dalam kegiatan intra atau kegiatan pembelajarannya. Kegiatan tersebut meliputi tari, karawitan, nembang yang tergabung dalam kegiatan intra. Dimana, apabila di sekolah lain tari, karawitan, nembang masuk ke dalam kegiatan ekstra”.

Hal senada juga diungkapkan oleh guru among dengan inisial “E”, beliau menjelaskan bahwa:

“Sekolah membuat kebijakan khusus terhadap penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya salah satunya dengan mempelajari dan menggunakan pendidikan budaya pada keseharian. Sebagai

102

contoh seperti sikap cium tangan kepada guru. Kemudian setiap pagi harus ada kegiatan menyanyi atau nembang lagu daerah sebelum memulai pelajaran. Hal tersebut merupakan kegiatan wajib setiap pagi, siswa menyanyikan satu lagu nasional dan satu lagu daerah, dan diutamakan lagu daerah Yogyakarta”.

Ungkapan senada juga disampaikan oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan dan tari dengan inisial “DK”, siswa tersebut menjelaskan bahwa:

“Kalau pas lagi latihan tari, kan gak di kelas terus jadi gak bosen. Bisa belajar tari yang macam-macam, sama kalau main gamelan itu bisa tahu macam-macam jenis gamelan”.

Hal senada juga diungkapkan guru dengan inisial “D”, beliau menyatakan bahwa:

“Terdapat kebijakan khusus dari sekolah.Seperti Dinten Sabtu Ngagem Bahasa Jawi. Kalau untuk penggunaan bahasa Jawa setiap hari Sabtu itu, mereka bicara sama teman sebaya menggunakan basa ngoko”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa sekolah memiliki kebijakan sendiri terhadap penyelenggaran pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa salah satunya dengan mempelajari dan menggunakan pendidikan budaya pada keseharian. Sebagai contohnya siswa diwajibkan belajar bahasa Jawa kromo, supaya mempunyai sopan santun kalau di tanya guru dengan berbahasa Jawa, siswa dianjurkan selalu memiliki sikap cium tangan kepada guru pada saat masuk dan keluar kelas. Kemudian setiap pagi siswa harus menyanyi atau nembang lagu daerah sebelum memulai pelajaran. Hal tersebut menjadi penting karena sebagai

103

upaya sekolah mengenalkan budaya Jawa dan lagu-lagu kedaerahan kepada siswa.

b. Penerapan Pendidikan Berbasis Budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Tidak hanya memiliki kebijakan khusus, SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa juga menerapkan pendidikan berbasis budaya tersebut ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sekolah memiliki wadah terhadap penerapan pendidikan berbasis budaya tersebut. Wadah tersebut disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ini pendidikan berbasis budaya lebih terorganisir, terstruktur, dan sangat menarik karena terdapat berbagai macam jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat disesuaikan dengan bakat dan minat siswa. Hal tersebut senada dengan ungkapan guru pamong dengan inisial “E”, beliau menjelaskan bahwa:

“Meskipun sekolah sudah mempunyai kebijakan khusus, akan tetapi dalam penerapannya sekolah lebih memfokuskan pada suatu wadah yang disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler”.

Ungkapan tersebut juga ditegaskan oleh wakil Kepala Sekolah dengan inisial “M”, beliau menegaskan bahwa:

“Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui pada keseharian siswa dan pada kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut terbagi menjadi beberapa macam ekstrakurikuler seperti tari, gamelan, karawitan, pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang Jawa”.

104

“Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui pada keseharian siswa dan pada kegiatan ekstrakurikuler”.

Hal senada juga diungkapkan oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan nembang jawa dengan inisial “T”, siswa dengan inisial “T” mengungkapkan bahwa:

“Penerapan pendidikan berbasis budaya diterapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler diantaranya tari, gamelan, karawitan, pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang Jawa”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan pada keseharian siswa di sekolah yang meliputi menyanyikan lagu tembang jawa sebelum memulai pelajaran. Selain itu, pada kegiatan ekstrakurikuler diantaranya ekstrakurikuler tari, gamelan, karawitan, pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang.

c. Dasar Landasan Penerapan Budaya Jawa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dengan inisial “A” menyatakan bahwa:

“Dasar landasan yang pertama adalah perwal pemerintah kota yang kedua memang sudah menjadi warisan budaya Ki Hadjar Dewantara dimana anak-anak mendapatkan kecerdasan pendidikan tetapi mereka juga harus mengenal kebudayaan. Di sekolah ini sebenarnya untuk pedomannya mengacu pada pendidikan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, dari sistem pengajaran yaitu sistem among yang di kembangkan menyesuaikan aturan dari dinas. Harapan visi misi adalah siswa yang kami didik dan kami bimbing itu selain memiliki kecerdasan juga memiliki jiwa seni serta berbudi luhur. Adanya jiwa seni tersebut dapat memancarkan kehalusan dari diri kita maksudnya

105

jika kita pintar saja tanpa jiwa seni maka kita akan menjadi keras dalam arti kurang halus dalam bertindak tanduk di landasi dengan budi pekerti luhur’’.

Sementara guru dengan inisial “E” dalam wawancaranya menyatakan bahwa:

“Melaksanakannya pun berpedoman dari hal itu yang sudah diturunkan dari guru-guru sebelumnya juga terus sekarang juga ada arahan dari dinas untuk pendidikan berbasis budaya jadi kita juga mengikuti aturan dari dinas dari diklat-diklat juga.Ada karakter seni budaya, dari landasan tadi dari taman muda sehingga kami menyusun visi misi yang menunjukkan karakteristik SD Taman Muda yaitu mengangkat pendidikan berbasis seni dan budaya Jawa”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dasar landasan penerapan budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa adalah berlandasakan pada pendidikan berbasis seni dan budaya. Kegiatan ini dilakukan mengingat sebagai program baru kegiatan ini juga digunakan untuk meneruskan dan mengembangkan kegiatan yang ada. Sebagai contoh, sebelumnya sekolah terdapat kegiatan tembang dan tari tradisional serta pelajaran membatik. Kegiatan tersebut pada awalnya hanya mendapatkan diklat dan pembagian alat-alat batik dari program provinsi. Selanjutnya pelajaran membatik tersebut dikembangkan oleh sekolah menjadi muatan lokal. Disamping itu kegiatan ini dilakukan karena semakin minimnya generasi muda yang mau belajar dan mengenal budaya Jawa, sehingga terdapat kekhawatiran dari para pendidik apabila tidak dikenalkan sedari dini dikhawatirkan tidak ada yang akan mencintai dan melestarikan budaya daerahnya.

106

d. Tujuan dan Fungsi Dari Penerapan Budaya Jawa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler budaya Jawa. Kegiatan ini bukan hanya sebagai kegiatan yang bersifat nasionalisme akan tetapi kegiatan ini dilakukan mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu guru dengan inisial “CM”, dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Kegiatan ini pasti sarat dengan makna, salah satu tujuannya adalah untuk mengenalkan budaya daerah kepada generasi muda”.

Hal senada diungkapkan oleh guru dengan inisial “D” dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Kegiatan ini bertujuan mengenalkan dan melestarikan budaya daerah khususnya budaya Jawa”.

Sementara guru dengan inisial “AP” dalam wawancaranya menyatakan bahwa:

“Mengenalkan bahasa sampai dengan dolanan anak. Dengan mengenal anak-anak diharapkan ada rasa memiliki dan melestarikan”.

Hal senada diungkapkan oleh kepala sekolah dengan inisial “FHS” dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Tujuannya supaya anak-anak itu bisa mencintai budayanya sendiri,dan fungsinya menumbuhkan rasa cinta anak terhadap budaya nusantara”.

107

Sementara kepala sekolah dengan inisial “A” dalam wawancaranya menyatakan bahwa:

“Tujuannya untuk melestarikan budaya bangsa,dan fungsinya untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap budaya nusantara”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler budaya Jawa adalah untuk mengenalkan sedari dini anak-anak pada budaya Jawa supaya generasi muda dapat mencintai budayanya sendiri, mengenalkan bahasa sampai dengan dolanan anak yang terdapat pada budaya tersebut, mempunyai rasa memiliki terhadap budaya Jawa, dan mau melestarikan budaya yang sudah ada tersebut. Selain itu, kegiatan ini berfungsi untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap budaya nusantara, dan melalui program tersebut dapat sebagai wadah untuk menggali bakat dan potensi anak serta mengembangkannya.

e. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya Jawa Melalui Kegiatan Ekstrakurikulerdi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler budaya Jawa yang meliputi ekstrakurikuler tari, gamelan, karawitan, pramuka, membatik,

108

dolanan anak, dan nembang. Hal ini sejalan dengan ungkapan Ibu kepala sekolah dengan inisial “A” yang menyatakan bahwa:

“Pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi ekstrakurikuler tari, gamelan, karawitan, pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang Jawa”.

Guru among dengan inisial “E” juga mengungkapkan bahwa: “Pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa.”

Guru among juga menambahkan bahwa:

“Untuk kelas I atau II pada pembelajaran bahasa Jawa masih sebatas tembang Jawa seperti tembang dolanan dengan judul seperti jamuran, cublak-cublak suweng, ilir-ilir dll. Bagi kelas IV ke atas itu tembang Jawanya berupa gambuh, pucung dan sebagainya”.

Wakil kepala sekolah dengan inisial “M” menuturkan bahwa: “Sebenarnya pada mata pelajaran bahasa Jawa sudah terdapat tembang dan bahasa Jawa. Akan tetapi untuk SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa dipisah, antara pelajaran bahasa Jawa yang masuk dalam pembelajaran dan pelajaran tembang masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah supaya siswa lebih mendetail mengenal budaya Jawa biar dan tembang Jawa”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler. Sebenarnya pada mata pelajaran bahasa Jawa sudah terdapat tembang dan bahasa Jawa. Akan tetapi untuk SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

109

Tamansiswa dipisah, antara pelajaran bahasa Jawa yang masuk dalam pembelajaran dan pelajaran tembang masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah supaya siswa lebih mendetail mengenal budaya Jawa dan tembang Jawa.

f. Upaya Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan Berbasis Budaya

Hasil wawancara dengan guru among dengan inisial “E” yang menyatakan bahwa:

“Upaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya dengan cara setiap pagi menyanyikan lagu nasional sama lagu daerah. Selain itu, pemahaman lainnya melalui budaya sopan santun. Contohnya dengan orangtua, kan ada pendamping sini yang sudah sepuh. Kadang anak-anak itu kalau berbicara pakai bahasa ngoko, kami ingat kan untuk menggunakan bahasa kromo. Lebih baik memakai bahasa yang agak halus, kalau tidak bisa lebih baik memakai bahasa Indonesia. Bahasa ngoko lebih baik digunakan dengan teman sebaya nya saja”.

Hal senada diungkapkan oleh wakil kepala sekolah dengan inisial “M”, beliau menyatakan bahwa:

“Upaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya melalui budaya sopan santun yang ditunjukkan dari adab berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa krama”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa upaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya selain melalui pembelajaran bahasa Jawa dan kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan cara setiap pagi menyanyikan lagu nasional sama lagu daerah. Selain itu, pemahaman lainnya melalui budaya sopan santun yang ditunjukkan dari adab berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa krama.

110

g. Metode Atau Cara Tertentu Dalam Mendukung Penerapan Budaya Jawa

Hasil wawancara dengan guru among dengan inisial “CM” diketahui bahwa: “Cara yang dilakukan untuk mendukung penerapan budaya Jawa yaitu saya adakan raktik menyanyi langsung itu biasa kegiatannya, terus tanya jawab tentang materi tembang yang telah disampaikan biar anak merasakan langsung budaya jawa dengan melakukannya”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu kepala sekolah dengan inisial “A”, beliau menuturkan bahwa:

“Dalam mendukung penerapan budaya Jawa metode atau cara yang dilakukan oleh sekolah adalah saya menganjurkan menggunakan bahasa Jawa yang benar antar sesama guru, membiasakan anak - anak dengar bahasa Jawa mencontoh dari guru - gurunya yang menggunakan bahasa Jawa. Pemerintah dan yayasan sangat berperan dalam kegiatan kegiatan di sekolah ini seperti memberikan ijin tempat, gamelan, dan fasilitas lain kalau tidak ada yayasan ya tidak bisa jalan sediri namanya juga sekolah swasta. Komite itu mendukung sekali setiap kita mau pentas, mau lomba, mau kemanapun itu orang tua kita ikutkan dalam musyawarah biasanya jga langsung dapat bantuan dalam hal dana untuk pelaksanaan program - program di sekolah”.

Guru dengan inisial “E”, menyatakan hal yang serupa dalam wawancara berikut yaitu:

“Budaya jawa itu malah lebih mudah dikreasikan, contohnya kalau di saya yang ekstra bahasa Jawa itu tidak full pelajaran mencatat materi bahasa Jawa tapi main tebak- tebakkan dari pepak basa Jawa kemudian praktik bernyanyi atau nembang bisa juga diselingi dialog basa Jawa karena materi bahasa Jawa kan banyak, budaya Jawa juga materinya banyak dan beragam menurut saya bisa kadang kami mengkaitkan dengan pewayangan juga, kemudian kami juga mengembangkan seperti batik saya biasanya menggunakan tema agar anak bisa mengembangkan sendiri, tapi ya ming opo anane kalau saya sendiri berbeda dengan

111

yang memang guru tembang sama tari yang lebih bisa mengembangkan karena memang ahlinya”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sekolah lebih mengutamakan nilai sopan santun dan nilai budi pekerti. Maka dari itu dalam mendukung penerapan budaya Jawa metode atau cara yang dilakukan oleh sekolah adalah dengan penggunaan bahasa Jawa yang benar supaya anak didik membiasakan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa yang benar antar sesama atau dengan guru. Juga melalui kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas. Hal ini dilakukan supaya terjadi pembiasaan seluruh masyarakat sekolah terhadap program yang diadakan oleh sekolah terkait dengan pendidikan berbasis budaya Jawa. h. Sarana dan Prasarana Yang Digunakan Untuk Menunjang Kegiatan

Ekstrakurikuler

Hasil wawancara dengan Ibu kepala sekolah dengan inisial “A” menyatakan bahwa:

“Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah masih terbatas. Tapi sekolah mengusahakan semaksimal mungkin supaya anak-anak mampu menerima pelajaran sebaik mungkin dengan sarana dan prasarana yang sangat sederhana dan bisa berjalan dengan baik.

Guru among dengan inisial “E” juga menjelaskan bahwa:

“Bentuk sarana prasarana yang disediakan oleh sekolah diantaranya pencak silat tempatnya di pendopo, tapi kalau pendopo terlalu ramai tempatnya bisa di halaman.Akan tetapi tergantung juga panas atau tidaknya cuaca. Kalau panas pakai pendopo kalau tidak panas pakai halaman, jadi disesuaikan saja sama kondisi. Ekstrakurikuler dolanan anak tetap di pendopo. Ekstrak karawitan di ruang gamelan, kadang di pendopo, kadang juga di SMP. Tergantung tempat mana yang bisa. Karena kita belum punya alat sendiri dan juga lagi berusaha mengajukan

112

proposal ke dinas. Kalau yang di ruang karawitan itu miliknya yayasan, tapi kalau yang SMP milik sendiri.

Hal senada juga diungkapkan oleh siswa dengan inisial “AJ” yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler drumband dan karawitan. Siswa tersebut mengungkapkan bahwa:

“Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah meliputi alat musik dan pendopo sebagai ruang latihan.

Hal senada juga disampaikan oleh siswa dengan inisial “AK”, siswa dengan inisial “AK” menilai:

“Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah meliputi gamelan, alat musik, dan tempat latihan atau pendopo”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah masih terbatas. Bentuk sarana prasarana yang disediakan oleh sekolah diantaranya adalah pendopo, gamelan, dan alat musik lainnya yang dipergunakan siswa pada saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung.

3. Unsur Budaya Jawa yang Diaplikasikan Pada Kegiatan